Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap tahun, hampir 500.000 wanita terkena kanker serviks dan 274000
meninggal akibat penyakit tersebut. Kanker serviks disebabkan oleh jenis tertentu
dari human papilloma virus (HPV) dan merupakan kanker tersering pada
perempuan di negara berkembang. HPV tipe 16 dan 18 menyebabkan sekitar 70%
dari semua kanker serviks di seluruh dunia.1 Sampai saat ini,program skrining
berbasis sitologi (menggunakan Pap smear) adalah alat utama untuk mendeteksi
kanker serviks. Kanker serviks bersifat atipikal dalam perkembangan awalnya
memiliki gejala dan tanda tertentu, sehingga mengharuskan setiap perempuan
untuk terus melakukan diagnosis dini dengan pemeriksaan sitologi yaitu tes
Papanicolaou (Pap).2
Kanker leher rahim adalah penyakit yang sering di temukan pada wanita
yang mengalami infeksi Human Papiloma Virus (HPV) tipe 16 atau 18. Sebab
langsung dari kanker leher rahim belum di ketahui. Kemungkinan penyebab
kanker leher rahim dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, diantaranya kemungkinan
terkena kanker leher rahim lebih tinggi pada mereka yang kawin dari pada yang
tidak kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama pada usia dibawah 16
tahun. Insiden meningkat dengan tingginya paritas, apa lagi bila jarak persalinan
terlampau dekat. Selain itu golongan sosial ekonomi yang rendah, merokok, serta
aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan dengan higienis seksual
yang jelek juga merupakan salah satu faktor resiko dari kanker leher rahim.3
Pemeriksaan rutin sulit dilakukan di negara berkembang seperti Indonesia
karena sulitnya akses ke pusat pelayanan yang memiliki laboratorium dan tenaga
kesehatan yang memadai, serta perlunya kunjungan yang berkali-kali ke pusat
kesehatan.Kesulitan tersebut menjadikan banyak perempuan di Indonesia menjadi
malas untuk melakukan skrining. Padahal dengan skrining rutin, kanker serviks
stadium dini akan lebih mudah didiagnosis dan dengan penatalaksanaan yang

tepat akan menurunkan insidens kanker serviks. Penatalaksanaan kanker serviks


juga memerlukan biaya yang tidak murah.3
2. Epidemiologi
American cancer society memperkirakan terdapat 11.270 kasus baru
karsinoma serviks yang didiagnosis di USA pada tahun 2009.Selain itu, lebih dari
50.000 kasus karsinoma in situ didiagnosis tiap rahun.Di negara-negara
berkembang, persentase karsinoma serviks meningkat hingga 60%.Karsinoma
serviks biasanya diderita oleh wanita pada usia pertengahan ke atas, namun
beberapa kasus dijumpai pada wanita pada usia produktif. Umur rata-rata terkena
kanker seviks di US adalah 47 tahun, dengan puncak pada umur 35-39 tahun dan
60-64 tahun.4
Kanker serviks merupakan penyebab 11 kematian akibat kanker bagi
perempuan di Jepang. Pada tahun 2008, ada 2.486 kematian akibat kanker serviks,
kalkulasi untuk 1,8% dari jumlah total kematian akibat kanker di Jepang.Insiden
kanker serviks antara semua kelompok umur menurun secara bertahap hingga
tahun 1990 dan kemudian diratakan. Selama dua dekade hingga 2002, meskipun
kejadian di antara wanita di atas usia 40 tahun mengalami penurunan, kejadian di
kalangan perempuan di 20 - kelompok usia 39 tahun secara bertahap meningkat.
Di sisi lain, kefanaan dari kelompok usia 40-59 tahun meningkat, dengan
puncaknya pada kelompok usia 55-59 tahun pada tahun 2006.5
3. Etiologi
Human Papilloma Virus

(HPV) memiliki peran penting dalam

perkembangan karsinoma serviks.HPV dibagi menjadi 2 yaitu virus tipe low risk
(resiko rendah) dan high-risk (resiko tinggi) yang dihubungkan dengan resiko
keganasan.HPV tipe resiko rendah cenderung untuk menyebabkan tumor jinak
sedangkan HPV tipe resiko tinggi cenderung menyebabkan tumor ganas.
Terdapat pula bukti yang menunjukkan bahwa onkoprotein HPV
merupakan komponen penting bagi proliferasi kanker serviks (Mantovani, 1999;
Munger, 2001).Serotipe onkogen HPV dapat berintegrasi ke dalam genom
manusia.Sebagai hasilnya, dengan infeksi, replikasi awal protein E1 dan E2
2

onkogenik HPV memungkinkan virus bereplikasi dengan sel serviks.Mekanisme


HPV

dalam

memicu

timbulnya

kanker

serviks

adalah

mempengaruhi

pertumbuhan sel dan diferensiasi sel melalui interaksi protein E6 dan E7 virus
dengan gen supresor tumor p53 dan retinoblastoma (Rb). Penghambatan p53
mencegah terjadinya penghentian siklus sel dan apoptosis sel, yang secara normal
terjadi bila ada kerusakan DNA, sedangkan penghambatan Rb menganggu faktor
transkripsi E2F yang menghasilkan proliferasi seluler yang tidak dapat dikontrol.
Kedualangkah di atas sangat penting untuk memicu terjadinya transformasi
malignan sel epitel serviks.4,6

Gambar 1: HPV Onkogenik


Dikutip dari kepustakaan 21

Profesor Ian Frazer adalah penemu vaksin HPV. Ia lahir pada tahun 1953
di Glasgow, Skotlandia, dalam sebuah kedokteran keluarga. Ia belajar kedokteran
di Universitas Edinburgh dan dilatih sebagai dokter ginjal dan imunologi klinis.
Pada tahun 1981 Frazer kembali ke Walter dan Eliza Hall Institusi di mana ia
melanjutkan pelatihan klinis dan melakukan penelitian dalam imunologi virus dan
autoimunitas dan menjadi sangat tertarik pada virus papiloma manusia (HPV).1

4. Anatomi
Serviks merupakan organ bagian paling bawah dari uterus, menempel pada
vagina dan dan menghubungkan antara rongga vagina dan rongga rahim.Panjang
3

dari serviks hanya sekitar 4 cm dengan 2 cm berada dalam rongga vagina bagian
atas. Ada dua bagian yang utama dari serviks, pertama adalah ektoserviks yang
dapat dilihat dari dalam vagina secara langsung selama pemeriksaan ginekologi,
dibagian sentral ektoserviks adalah Ostium Uteri Eksterna (OUE)yang
menghubungkan antara rahim dan vagina. Bagian kedua adalah endoserviks atau
kanalis endoservikal, merupakan suatu terowongan melalui serviks dari OUE ke
dalam uterus.6,7

Gambar 2 : Anatomi Serviks

Dikutip dari kepustakaan 22

5. Patomekanisme
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar
junction (SCJ).Secara histologik, SCJ ini terletak antara epitel gepeng berlapis
(kompleks skuamosa) dari porsio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis
bersilia dari endoserviks kanalis serviks.Lokasi SCJ bervariasi sesuai dengan
umur dan status hormonal.SCJ ini berada pada ektoserviks selama dalam periode
dewasa muda, kehamilan dan penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi.
Kemudian SCJ ini akan mundur masuk ke dalam endoserviks kanalis serviks pada
saat menopause dan saat kadar estrogen rendah seperti saat masa laktasi yang
panjang dan pengunaan kontrasepsi progesteron saja.6,8
4

I.

i
Gambar 3 : Lokasi Squamo-Columnar Junction.
Dikutip dari kepustakaan 7

Serviks yang normal secara alami mengalami proses metaplasia (erosio)


akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Metaplasia ini
terjadi secara aktif di daerah dekat SCJ, menciptakan suatu zona metaplasia epitel
yang disebut zona transformasi antara SCJ yang asli dengan epitel
kolumnar.Karena adanya faktor-faktor resiko yang bertindak sebagai kokarsinogen, proses metaplasia yang bersifat fisiologis ini dapat berubah menjadi
proses displasia yang bersifat patologis. Adanya proses displasia inilah yang
disebut sebagai lesi prakanker atau sebagai Cervical Epithelial Neoplasia (CIN)
atau Neoplasia Intraepitelial Serviks (NIS). Lesi prakanker serviks tersebut dibagi
menjadi:8,9

CIN I : sesuai dengan displasia ringan


Digambarkan sebagai pertumbuhan lapisan terbawah epitel yang tidak teratur.

CIN II : sesuai dengan displasia sedang


Digambarkan sebagai maturasi abnormal dari duapertiga lapisan epitel.

CIN III : sesuai dengan displasia berat


Pertumbuhan abnormal yang melebihi duapertiga ketebalan epitel.

Gambar 4 : Gambaran Patologi Neoplasia Intraepitel Serviks


Dikutip dari kepustakaan 8

Sehingga perkembangan kanker serviks dapat digambarkan sebagai berikut :


CIN I

CIN II

CIN III

CIS

CA.INVASIF

CIS = Carsinoma In Situ

Gambar 5 : Perjalanan Penyakit Kanker Serviks.

Dikutip dari kepustakaan 9

BAB II
6

PEMBAHASAN
1. VAKSINASI KARSINOMA SERVIKS
Kanker serviks merupakan kanker yang menduduki urutan pertama pada
perempuan.Virus HPV merupakan karsinogen kanker serviks, infeksi HPV tipe 16
dan 18 dijumpai pada 81% penderita kanker serviks. Pemeriksaan pap smear dan
terapi lesi prakanker merupakanupaya pencegahan sekunder. Pencegahan
sekunder mempunyai beberapa kerugian, pencegahan primer belum memberi hasil
yang memuaskan.Vaksinasi HPV merupakan bagian dari pencegahan primer yang
masih baru, dan diharapkan dapat menurunkan kejadian kankerserviks uterus
sebesar 81%. Vaksinasi HPV dapat diberikan dengan mudah oleh semua
tenagakesehatan, indikasinya adalah perempuan usia 9-26 tahun yang ingin
mendapat perlindunganterhadap infeksi HPV.1,2
Dengan diketahuinya infeksi HPV sebagai penyebab kanker serviks , maka
terbuka peluang untuk menciptakan vaksin dalam upaya pencegahan kanker
serviks. Dalam hal ini dikembangkan 2 jenis vaksin:
1. Vaksin pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh humoral agar dapat
terlindung dari infeksi HPV.
2. Vaksin Pengobatan untuk menstimulasi kekebalan tubuh seluler agar sel
yang terinfeksi HPV dapat dimusnahkan.
Vaksin dihasilkan dari produksi antibodi seseorang atau sel T sebagai hasil
infeksi atau pajanan alami suatu antigen. Vaksin mengandung patogen yang telah
mati atau dilemahkan yang dapat menstimulasi respons imun tubuh. Pada
beberapa kasus, suntikan booster diberikan untuk menstimulasi ulang memori
imun dan mempertahankan level proteksi yang tinggi.11
Vaksinasi telah mengurangi jumlah penderita penyakit infeksi di dunia.
Saat ini sedang diupayakan untuk memperoleh vaksin dalam jumlah besar, dapat
didistribusikan secara efektif dan mudah serta biaya yang murah. Vaksin HPV
sebagai vaksin kanker serviks adalah vaksin kedua di dunia yang dapat mencegah
terjadinya kanker.Sebelumnya terdapat vaksin hepatitis B untuk mencegah kanker
hati. Teknologi untuk memproduksi vaksin HPV adalah rekombinan DNA.11,12
7

1. Viral Like Particles Vaccines (VLP)


Vaksin dibentuk dengan protein virus, L1, yang bertanggungjawab dalam
membentuk kapsid virus. Protein tersebut memiliki fungsi untuk membentuk
dirinya sendiri menjadi partikel yang menyerupai virus. Partikel tersebut tidak
mengandung DNA virus

sehingga

tidak

bersifat

infeksius

dan dapat

menghilangkan risiko seseorang terkena infeksi dari vaksin itu sendiri. Partikel
tersebut dapat menstimulasi produksi antibodi yang dapat mengikat dan
menetralkan virus yang bersifat infeksius. Saat ini penelitian mengenai
penambahan polipeptid non struktural dari protein virus ke protein minor L1 dan
L2 sedang dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan sifat proteksi vaksin.12
2. Recombinant Fusion Proteins and Peptides
Merupakan gabungan ekspresi antigen dengan peptida sintetik yang dapat
berespons terhadap epitop imunogenik protein virus. Pada binatang percobaan
vaksin ini memiliki kapasitas untuk menginduksi respons anti tumor. Vaksin ini
diharapkan dapat memberikan efek terapeutik terhadap subyek yang sudah
terinfeksi.12
3. Live Recombinant Vectors
Vaksin berasal dari virus hidup yang direkombinan dengan virus vaccinia
untuk mengekspresikan gen HPV tipe 16 dan 18.Pengembangan vaksin saat ini
lebih menitikberatkan pada penggunaan teknologi VLP dengan tujuan utama
melindungi manusia terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18, yaitu tipe virus yang
bertanggungjawab terhadap 99% kankerserviks.12
HPV dibagi menjadi 2 yaitu virus tipe low risk (resiko rendah) dan highrisk (resiko tinggi) yang dihubungkan dengan resiko keganasan.HPV tipe resiko
rendah cenderung untuk menyebabkan tumor jinak sedangkan HPV tipe resiko
tinggi cenderung menyebabkan tumor ganas. Lebih dari 30 tipe HPV yang
diklasifikasikan onkogenik atau resiko tinggi (high risk) kanker serviks yaitu tipe
16, 18, 31, 33, 34, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, 68 dan 82. Tipe low risk
menyebabkan tumor jinak meskipun kadangkala dapat menyebabkan kanker
antara lain kanker anogenital yaitu tipe 6, 11, 42, 43, 44, 54, 61, 70, 72, dan 81.
HPV tipe 16 paling sering dijumpai dan sekitar 50% kanker serviks invasif
8

dijumpai HPV tipe 18, 45, 31, 33, 52 dan 58. Infeksi persisten HPV-16, HPV-18,
HPV-31, HPV-45 sering menyebabkan kanker serviks.Infeksi rongga mulut dan
orofaring seringkali disebabkan oleh HPV-6, HPV-11, HPV-16, HPV-18 dan
diperkirakan 40-60% perkembangan tumor ganas kepala leher dihubungkan
dengan HPV-16 dan HPV-18.Resiko seseorang sepanjang hidupnya untuk
terinfeksi HPV adalah 50% dengan perkiraan insidens kanker serviks dengan
HPV persisten berkisar 500.000 kasus di dunia.Melalui monitoring dengan
pemeriksaan Pap di Amerika dan Eropa, diperkirakan 35.000 wanita meninggal
akibat penyakit ini.2,12
Faktor risiko kanker serviks adalah hubungan seksual pada usia muda,
hubungan seksual dengan banyak pasangan seksual, laki-laki berisiko tinggi,
tembakau, kontrasepsi oral, supresi sistem imun, nutrisi, serta adanya penyakit
hubungan seksual misalnya, trikomoniasis, dan herpes simplex virus.13
Pada wanita dengan partner seksual yang banyak dan wanita yang
memulaihubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena
kanker serviks, karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia
selama usia dewasa maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18
tahunakan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat
pertama berhubungan maupun jumlah partner seksual, adalah faktor risiko kuat
untuk terjadinya kanker serviks.13
Vaksinasi memiliki potensi untuk mengurangi kematian akibat kanker
serviks sebanyak dua pertiga di seluruh dunia, dan dapat melindungi dalam jangka
waktu yang panjang. Selain itu, vaksin dapat mengurangi kebutuhan untuk
perawatan medis, biopsi, dan prosedur invasif yang berhubungan dengan tindak
lanjut dari tes Pap smear yang abnormal, sehingga membantu untuk mengurangi
biaya perawatan kesehatan apabila hasil tes Pap smear abnorormal. American
National Cancer Institute, menyatakan di negara-negara maju skrining Pap smear
adalah umum, diperlukan vaksinasi sebagian besar perempuan dalam rangka
mengurangi tingkat resiko kanker serviks. Vaksin pencegahan saat ini melindungi
terhadap HPV tipe dua (16 dan 18) yang menyebabkan sekitar 70% kanker serviks
di seluruh dunia. Hanya 41% dari wanita dengan kanker serviks di negara
9

berkembang mendapatkan perawatan medis. Oleh karena itu, pencegahan dengan


vaksinasi HPV merupakan cara yang lebih efektif untuk menurunkan beban
penyakit di negara berkembang dibandingkan skrining serviks.12,13
2. JENIS-JENIS VAKSIN HPV
Terdapat dua tipe vaksin kanker yaitu vaksin kanker propilaktik (cancer
prophylactic vaccines), yang digunakan untuk mencegah terjadinya kanker dan
vaksin kanker terapetik (cancer therapeutic vaccines), yang digunakan untuk
mengobati penyakit kanker dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kanker.
a. Vaksin Kanker Propilaktik
Tujuan penggunaan vaksin kanker adalah untuk merangsang produksi
antibodi netralisasi yang dapat menghambat infeksi virus yang menyebabkan
timbulnya sel-sel kanker (vaksin propilaktik), atau untuk mengeliminasi sel-sel
yang abnormal dengan cara meningkatkan respon imun seluler (vaksin terapetik).
Vaksin kanker propilaktik adalah vaksin kanker yang ditujukan untuk mencegah
terjadinya penyakit kanker yang disebabkan oleh mikroorganisme. Upaya
pengembangan vaksin propilaktik untuk mencegah terjadinya penyakit kanker
yang disebabkan oleh mikroorganisme tidak terlepas dari kemampuan peneliti
untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang bertanggung jawab terhadap
terjadinya penyakit kanker.10
Cara vaksin kanker propilaktik meningkatkan respon imun mirip dengan
cara kerja vaksin tradisional,yaitu berdasarkan jenis antigen yang digunakan
sebagai vaksin untuk menimbulkan respon imun sehingga apabila ada invasi
miroorganisme yang masuk akan segera dikenali dandimusnahkan. Dengan
demikian jika mikroorganisme yang bertanggun gjawab terhadap proses
terjadinya sel kanker dapat dicegah maka terbentuknya sel kanker itupun akan
dapatdihindari.10
b. Vaksin Kanker Terapetik
Vaksin kanker terapetik adalah vaksin kanker yang digunakan untuk
memperlambat atau mencegah pertumbuhan sel kanker dan untuk mengeliminasi
10

sel-sel kanker yang tidak dapat dimusnahkan dengan cara terapi konvensional.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan vaksin terapetik untuk
mengobati kanker serviks yang disebabkan oleh HPV. Walaupun beberapa
kandidat vaksin terapetik HPV telah dikembangkan untuk memperoleh respon
imun sel T sitotoksik terhadap sel-sel kanker serviks, namun diperkirakan vaksin
yang paling menjanjikan adalah vaksin yang dapat menghamba tekspresi
onkoprotein E6 dan E7 HPV.Vaksin terapetik yang ditujukan pada onkoprotein E6
dan E7 ini diharapkan mampu menghentikan pertumbuhan kembali sel kanker
yang disebabkan oleh HPV.10
Vaksin kanker terapetik dibuat dengan menggunakan antigen yang berasal
dari sel kanker.Cancer-associated antigens yang digunakan antara lain berupa
senyawa karbohidrat, glikoprotein dan gangliosida. Vaksin kanker terapetik dapat
juga dibuat dari sel-sel kanker yang telah dilemahkan atau dimatikan yang
mengandung cancer-associated antigens.10
3. SEDIAAN DAN KOMPOSISI
Terdapat dua jenis vaksin HPV L1 VLP yang sudah dipasarkan melalui uji
klinis, yakni Cervarix dan Gardasil yang merupakan vaksin kanker propilaktik.
a. Cervarix
Adalah jenis vaksin bivalen HPV 16/18 L1 VLP vaksin yang diproduksi
oleh Glaxo Smith Kline Biological, Rixensart, Belgium. Pada preparat ini, Protein
L1 dari HPV diekspresikan oleh recombinantbaculovirus vector dan VLP dari
kedua tipe ini diproduksi dan kemudian dikombinasikan sehingga menghasilkan
suatu vaksin yang sangat merangsang sistem imun. Preparat ini diberikan secara
intramuskuler dalam tiga kali pemberian yaitu pada bulan ke 0, kemudian
diteruskan bulan ke 1 dan ke 6 masing-masing 0,5 ml.10
Vaksin cervarix hanya bisa diberikan pada wanita dan hanya untuk
pencegahan kanker serviks tipe 16 dan 18.Vaksin cervarix diberikan pada wanita
yang berumur antara 9-26 tahun.Penggunaan vaksin kanker untuk mencegah
infeksi HPV tipe 16 dan 18 ini telah memberikan perlindungan dan mengurangi
resiko terjadinya kanker serviks, kanker vagina, kanker vulva, bahkan dapat juga
11

mencegah infeksi kronis lain yang dapat menyebabkan kanker pada anus, penis
dan

orofaring.

Beberapa

penelitian

menggunakan

vaksin

bivalent

ini

menunjukkan bahwa efektifitas vaksin Cervarix cukup tinggi yaitu mencapai lebih
dari 90%, dan dapat bertahan sampai 4,5 tahun.13

Gambar 6 : Vaksin Cervarix


Dikutip dari kepustakaan 13

b. Gardasil
Adalah vaksin quadrivalent 40 g protein HPV 11 L1 HPV ( GARDASIL
yang diproduksi oleh Merck) Protein L1 dari VLP HPV tipe 6/11/16/18
diekspresikan lewat suatu rekombinant vektor Saccharomyces cerevisiae (yeast).
Tiap 0,5 cc mengandung 20g protein HPV 6 L1, 40 gprotein HPV 11 L1, 20 g
protein HPV18 L1. Tiap 0,5 ml mengandung 225 amorph aluminium
hidroksiphosphatase sulfat. Formula tersebut juga mengandung sodium borat.
Vaksin ini tidak mengandung timerasol dan antibiotika. Vaksin ini seharusnya
disimpan pada suhu 20 80 C.10
Vaksin Gardasil dapat diberikan baik kepada pria maupun wanita. Selain
untuk mencegah kanker serviks, vaksin ini juga dapat mencegah kanker vagina
dan vulva pada wanita, dan kutil genital pada pria dan wanita. 11Imunisasi Gardasil
dianjurkan diberikan pada wanita berumur 9-12 tahun, akan tetapi dapat juga
diberikan pada wanita yang berumur antara 9-26 tahun. Imunisasi yang paling
efektif diberikan pada wanita yang belum pernah melakukan hubungan
12

seks.Efektifitas vaksin Gardasil diperkirakan antara 70-100% dan diperkirakan


dapat mengurangi insidensi kasus kanker serviks sampai 90%. Lama proteksi
vaksin belum diketahui akan tetapi dari beberapa penelitian diperkirakan sampai 5
tahun.13
Efek samping vaksin Gardasil jarang ditemukan, umumnya berupa rasa
sakit pada tempat penyuntikan, gatal, demam ringan, nausea, dizziness, diare,
muntah, sakit kepala, batuk, lesu dan insomnia. Adapun kontraindikasinya adalah
tidak boleh diberikan pada wanita hamil, wanita yang sedang sakit berat dan
hipersensitif terhadap komponen vaksin.13

Gambar 7 : Vaksin Gardasil


Dikutip dari kepustakaan 13

4. CARA KERJA VAKSIN HPV


Vaksin HPV bekerja seperti imunisasi lain. Para peneliti berhipotesis
bahwa komponen permukaan yang unik dari HPV dapat membuat respon antibodi
yang mampu melindungi tubuh terhadap infeksi, dan komponen ini dapat
digunakan untuk membentuk dasar vaksin.Komponen permukaan HPV dapat
berinteraksi satu sama lain untuk membentuk Virus-Like Partikel (VLP) yang
tidak menular, karena mereka tidak memiliki DNA. Namun, VLP ini dapat
menempel pada sel-sel dan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
memproduksi antibodi yang dapat mencegah papillomavirus menginfeksi sel
13

dimasa mendatang.Meskipun vaksin HPV dapat membantu mencegah infeksi


HPV masa depan, mereka tidak bisa membantu menghilangkan infeksi HPV yang
ada. Artinya mereka hanya berfungsi untuk mecegah terjadinya kanker serviks
bukan untuk mengobati.10
5. SYARAT PEMBERIAN VAKSIN
Kondisi badan sedang dalam keadaan sehat Pada wanita yang belum
melakukan aktivitas seksual.maka vaksinasi bisa langsung dilakukan, sedangkan
pada wanita yang sudah menikah, baik telah mempunyai anak atau belum
mempunyai anak, dan wanita yang sudah sudah melakukan hubungan seksual,
maka pemberian vaksin dilakukan setelah melakukan pemeriksaan paps
smear.Pemberian vaksinasi di Amerika dan Eropa dilakukan pada usia perempuan
mulai 10 tahun. Di Indonesia pun dapat dilakukan hal yang sama. Namun usia
yang paling efektif dalam pemberian vaksin adalah direntang usia 24-45 tahun.2
6. EFEKTIFITAS VAKSIN
Pada penelitian didapatkan bahwa vaksin bivalen HPV 16/18 VLP sangat
efektif menurunkan angka kejadian infeksi HPV dan infeksi menetap HPV 16/18
pada individu yang sudah mendapat vaksinasi lengkap HPV pada wanita muda.
Efektifitas vaksin juga sangat tinggi pada wanita yang tidak mendapatkan
protokol vaksin secara lengkap. Efektifetas vaksin dihubungkan dengan infeksi
menetap HPV 16 dan 18, abnoramalitas dari pemeriksaan sel serviks yang
dihubungkan dengan infeksi HPV 16 dan 18., dan angka kejadian CIN yang
dihubungkan dengan infeksi HPV 16 dan 18. Vaksin HPV 16/18 VLP ini akan
merangsang produksi antibodi yang kadarnya masih lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kadar antibodi yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respons
alami dari infeksi virus HPV, respons kekebalan tubuh yang ditimbulkan memiliki
daya perlindungan yang lebih lama jika dibandingkan dengan respons kekebalan
tubuh yang ditimbulkan oleh infeksi alami HPV.18
Vaksin bivalen HPV 16 dan 18 sangat aman dan ditoleransi oleh wanita
yang mendapatkan vaksin tersebut. Vaksin HPV ini sangat baik untuk
memberikan perlindungan terhadapa infeksi HPV pada populasi yang rutin
14

dilakukan pemeriksaan rutin serviks maupun yang tidak rutin melakukan


pemeriksaan. Pada negara yang sudah menjalankan program pemeriksaan rutin
serviks secara berkala dengan benar, vaksin ini juga memiliki efektifitas yang
sangat tinggi terhadap upaya pencegahan abnormalitas dari hasil pemeriksaan sel
serviks yang dihubungkan dengan infeksi HPV tipe 16 dan 18. Di Amerika serikat
telah dihitung preventable unit cost dari vaksin ini berkisar jutaan dolar tiap
tahunnya.19
Proteksi CIN 2/3 karena HPV 16 dan 18 pada yang di vaksinasi mencapai
100%, dan proteksi 100% dijumpai sampai 2-4 tahun pengamatan. Pemberian
vaksinasi pada populasi, menurunkan kejadian infeksi HPV 16/18 (infeksi HPV
persisten berkisar 85-100%. Vaksin bivalen (HPV tipe 16 dan 18) mempunyai
proteksi silang terhadap HPV tipe 45 (dengan efektifitas 94%) dan HPV tipe
31( dengan efektifitas 55%).17
7. MASA PERLINDUNGAN
Data tentang percobaan tentang HPV vaksin ditunjukkan bahwa kadar
antibodi menurun setelah mencapai puncaknya setelah imunisasi dan kemudian
menetap (plateau), tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan respons
kekebalan tubuh yang timbul pada infeksi alami dari virus HPV dan kadar
tersebut menetap pada 48 bulan setelah vaksinasi. Infeksi HPV bisa terjadi
berulang setelah beberapa tahun dan resiko mendapat infeksi baru sangat
bergantung pada perilaku seksual dari individu tersebut. Oleh karena itu, natural
booster pada individu yang telah mendapat vaksin dan kemudian mendapat
paparan terhadap infeksi virus HPV setelah masa perlindungan vaksin belum bisa
dibuktikan. Kadar antibodi kapsid pada infeksi alami dari virus HPV biasanya
stabil pada beberapa tahun dan bila diikuti, sebesar 50% dari wanita akan
menghasilkan seropositif pada 10 tahun setelah ditemukannya infeksi virus HPV
pada daerah cervico genital.17
8. SASARAN DAN WAKTU PEMBERIAN VAKSIN
Vaksin profilaksis akan bekerja efisien bila vaksin tersebut diberikan
sebelum individu terpapar infeksi HPV. Vaksin mulai dapat diberikan pada wanita

15

usia 10 tahun. Berdasarkan pustaka vaksin dapat diberikan pada wanita usia 10-26
tahun (rekomendasi FDA-US), penelitian memperlihatkan vaksin dapat diberikan
sampai usia 55 tahun. Infeksi HPV yang menyerang organ genetalia biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual, dan imunisasi diberikan untuk melakukan
perlindungan terhadap sejumlah besar penyakit yang dihasilkan oleh infeksi virus
tersebut. Selain itu vaksin diberikan pada usia tersebut maka respon kekebalan
tubuh yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan bila diberikan setelah
pubertas, baik pada wanita maupun pada pria. Vaksinasi pada pria belum
menghasilkan efektifitas yang memuaskan.17,19
9. DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Vaksin ini diberikan intramuskuler 0,5 cc diulang tiga kali, produk
Cervarix diberikan bulan ke 0,1 dan 6 sedangkan Gardasil bulan ke 0, 2 dan 6
(Dianjurkan pemberian tidak melebihi waktu 1 tahun). Pemberian booster (vaksin
ulangan), respon antibodi pada pemberian vaksin sampai 42 bulan, untuk menilai
efektifitas vaksin diperlukan deteksi respon antibodi. Bila respon antibodi rendah
dan tidak mempunyai efek penangkalan maka diperlukan pemberian Booster.
Vaksin profilaksis akan bekerja efisien bila vaksin tersebut diberikan sebelum
individu terpapar infeksi HPV. Infeksi HPV yang menyerang organ genitalis
biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, dan imunisasi diberikan untuk
melakukan perlindungan terhadap sejumlah besar penyakit yang dihasilkan oleh
infeksi virus tersebut. Sebagai target populasi dari imunisasi ini adalah wanita
sebelum puber dan usia remaja. Hal ini disebabkan pada usia usia tersebut
dimulainya aktivitas seksual seseorang. Sebaiknya vaksinasi secara rutin diberikan
untuk wanita umur 11 12 dengan dosis pemberian. Serial vaksin bisa dimulai
saat wanita tersebut berumur 9 tahun. Selain itu vaksin juga direkomendasikan
untuk diberikan pada umur 13 26 tahun yang tidak mendapat pengulangan
vaksin atau tidak mendapatkan vaksin secara lengkap. Idealnya vaksin diberikan
sebelum usia yang rentan kontak dengan HPV yaitu wanita yang akan memasuki
usia seksual aktif sehingga wanita yang mendapat vaksinasi tersebut bisa
merasakan keuntungan dari pemberian vaksin. Selain itu apabila vaksin diberikan
pada usia tersebut, respons kekebalan tubuh yang dihasilkan akan lebih besar
16

dibandingkan bila diberikan setelah pubertas. Vaksin dikocok lebih dahulu


sebelum dipakai dan diberikan secara muskuler sebanyak 0,5ml dan sebaiknya
disuntikkan pada lengan (otot deltoid).17,18
10. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Indikasinya penggunaan vaksi HPV adalah perempuan usia 9-26 tahun
yang ingin mendapat perlindunganterhadap infeksi HPV.
Vaksin HPV tidak direkomendasikan untuk digunakan pada wanita-wanita
hamil. Jika seorang wanita diketahui hamil setelah vaksinasi awal dilakukan,
maka vaksinasi selanjutnya sebaiknya ditunda setelah kehamilan tersebut usai.
Sedangkan pada ibu menyusui vaksinasi belum direkomendasikan.Tes kehamilan
tidak diperlukan sebelum vaksinasi dilakukan. Jika vaksin terlanjur diberikan pada
saat kehamilan terjadi, tidak ada intervensi yang diperlukan.18
Vaksin HPV dapat diberikan pada wanita atau pria dengan penyakitpenyakit minor akut. Vaksinasi pada wanita atau pria dengan penyakit-penyakit
yang sedang berat sebaiknya ditunda sampai keadaan membaik.18
Sinkop dapat terjadi setelah vaksinasi dilakukan dan telah diobservasi
pada wanita dewasa dan wanita muda. Untuk menghindari akibat yang serius
akibat sinkop, pasien-pasien post vaksinasi sebaiknya diobservasi selama 15 menit
sebelum membolehkannya pulang ke rumah.18
Vaksin HPV dikontraindikasikan pada wanita atau pria dengan riwayat
hipersensitivitas pada setiap komponen vaksin. Gardasil diproduksi di dalam
Saccharomyces cerevisiae (ragi roti) dan dikontraindikasikan pada orang yang
memiliki riwayat hipersensitivitas pada ragi. Suntikan yang berisi Cervarix
memiliki lateks pada penahan karetnya dan sebaiknya tidak digunakan pada orang
yang memiliki riwayat anafilaktik alergi lateks. Namun, Cervarix dosis tunggal
sediaan vial yang tidak mengandung lateks dapat menjadi pilihan.18,20
Tabel 2 : Pedoman Vaksinasi HPV

17

Tabel 3. Jadwal Imunisasi Dewasa, Rekomendasi PAPDI 2013

18

Tabel 4. Rekomendasi Vaksinasi untuk Orang Dewasa dengan Indikasi


Medis/Kondisi Tertentu

BAB III
19

PENUTUP

1. Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker yang menduduki urutan pertama pada
perempuan. Kanker serviks disebabkan oleh jenis tertentu dari human papilloma
virus (HPV) dan merupakan kanker tersering pada perempuan di negara
berkembang. HPV tipe 16 dan 18 menyebabkan sekitar 70% dari semua kanker
serviks di seluruh dunia. Sampai saat ini,program skrining berbasis sitologi
(menggunakan Pap smear) adalah alat utama untuk mendeteksi kanker serviks.
Kanker serviks bersifat atipikal dalam perkembangan awalnya memiliki gejala
dan tanda tertentu, sehingga mengharuskan setiap perempuan untuk terus
melakukan diagnosis dini dengan pemeriksaan sitologi yaitu tes Papanicolaou
(Pap).
Vaksinasi HPV merupakan bagian dari pencegahan primer yang masih
baru, dan diharapkan dapat menurunkan kejadian kanker serviks uterus sebesar
81%. Dengan diketahuinya infeksi HPV sebagai penyebab kanker serviks , maka
terbuka peluang untuk menciptakan vaksin dalam upaya pencegahan kanker
serviks. Dalam hal ini dikembangkan 2 jenis vaksin:
1. Vaksin pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh humoral agar dapat
terlindung dari infeksi HPV.
2. Vaksin Pengobatan untuk menstimulasi kekebalan tubuh seluler agar sel
yang terinfeksi HPV dapat dimusnahkan
Vaksinasi HPV dapat diberikan dengan mudah oleh semua tenaga kesehatan,
indikasinya adalah perempuan usia 9-26 tahun yang ingin mendapat perlindungan
terhadap infeksi HPV.

2. Saran
20

Masyarakat saat ini kurang sadar tentang bahaya kanker serviks, dan
pentingnya melakukan pencegahan sebelum terjangkit kanker serviks, upaya
pencegahan yang dapat dilakukan selain menghindari faktor resiko, menjaga
kebersihan, masyarakat wajib melakukan vaksin pencegahan kanker srviks agar
kekebalan tubuh terhadap HPV meningkat sehingga tidak mudah terjangkit virus
ini.

DAFTAR PUSTAKA

21

1. Williams, Robyn. Professor Ian Frazer,

immunologist.

Australian Academy of science [cited 2014 september 6 th].


Available from: https://www.science.org.au/node/325880
2. WHO. Cervical Cancer, Human Papillomavirus (Hpv), And Hpv Vaccines.
2007.1
3. Pradipta. B, Sungkar. S, Penggunaan Vaksin Human Papilloma Virus
Dalam

Pencegahan

Kanker

Serviks.

Cermin

Dunia

Kedokteran

2007;57:392-394
4. Garcia A. Cervical Cancer. [cited on 2009 Agustus 26]. Available
from :http://emedicine.com/article/253513-overview.
5. Nuaranna, Laila. Farid Azis, Mohammad. Cornain, Santoso. Purwoto,
Gatot. Purbadi, Sigit. Cervical Cancer Prevention Program in Jakarta ,
Indonesia : See and treat model in Developing country. Journal of
Gynecology Oncology. 2012.
6. Anonymous. Kanker Serviks. [cited on 2008 December 14]. Available
from: http://kankerserviks/com.
7. Bradshaw, Cunningham, Hoffman dkk. Cervical Cancer. In : William
Gynecology. USA : McGraw-Hills; 2008.
8. Shephred J. Peersman G. Weston R. Napuli I. Cervical cancer and sexual
lifestyle : a systematic review of health education interventions targeted a
woman. Health and Education Research 2000. P. 681-94.
9. Eifel, dkk. Cervical Cancer. In : Gynecologic Cancer. USA Springer;
2008.
10. Andrijono,

Vaksinasi Hpv Merupakan Pencegahan Primer Kanker

Serviks. Cermin Dunia Kedokteran 2007;57:153-158


11. Rasjidi,M. Epidemiologi Kanker Serviks. Divisi Ginekologi Onkologi,
Departemen Obstetri dan Ginekologi Siloam Hospitals. Fakultas
Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Tangerang. September 2009.104
12. Hakim. L, Biologi Dan Patogenesis Human Papiloma Virus, Fk
Universitas Brawijaya Malang, Surabaya, Agustus 2010, 165,166, 172

22

13. Maksum Radji, Vaksin Kanker.Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 3,
Desember 2009, 109 - 118
14. Sarwono P. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2009.381
15. Yunita. I. Pola Pencarian Pengobatan Pada Penderita Kanker Serviks Di
Rumah Sakit Labuang Baji Dan Rumahsakit Ibnu Sina Kota Makasssar.
Bagian

Epidemiologi

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat

Universitas

Hasanuddin. 2014. 2.
16. Groesbeck P, Parhman MD. Sceeen-and-Treat Cervical Cancer Preventon
Programmes. Afrika: Costom Publication of th African Centre of Excellent
for Womens Cencer Control; 2014. p.5,12-23,18-21.
17. Cobo. Fernando, Human Papilloma Virus Infections, Pathogenesis And
Clinical Features, 2012,41
18. Colombo, N. Cervical cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines for
diagnosis, treatment and follow-up. 2012.28
19. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). FDA licensure of
bivalent human papillomavirus vaccine (hpv2, cervarix) for use in females
and updated HPV vaccination recommendations from the advisory
committee on immunization practices (ACIP). Morbidity and Mortality
Weekly Report 2010; 59, 20: 626-9.
20. Boardman CH, Huh WK. Cervical cancer [online]. 2013 [cited
2014september6th]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article
/253513-overview
21. Sahli MF. Karsinoma Serviks Uteri Deteksi Dini dan Penanggulangannya.
In : Cermin Dunia Kedokteran. 2007.
22. Anonymous.Colposcopic Appearance of Normal Cervics. [cited on 2005
December]. Available from: http:/screening.iarc/fr.

23

Anda mungkin juga menyukai