Translate Jurnal Reading
Translate Jurnal Reading
Oleh:
Oktavia Sari
115070100111001
Lidya Diantika S
115070100111064
Aulia Yasmin
115070100111081
115070100111088
115070107111050
Pembimbing:
dr. Firmina Kus Setianingrum
Abstrak
Acne adalah penyakit multifaktorial yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
oleh dokter umum dan, terutama, oleh dermatologist. Hal ini sudah menjadi
fokus
dalam
pembelajaran,
yang
semakin
meningkatkan
pemahaman
pada
pasien.
Dalam
rangka
untuk
meminimalisasikan
resiko
Hipersekresi Sebaceous
Acne menyerang terutama pada wajah, anterior thorax, dan dorsum area
dengan konsentrasi folikel pilosebaceous yang banyak. Pada umur sekitar 7
tahun, kelenjar sebaceous dan folikularkeratinosit terstimulasi oleh hormon
androgen,
yang
menyebabkan
peningkatan
produksi
sebaceous
pada
androgen
yang
tersirkulasi
dan
sebagai
respons
dari
pilosebaceous unit.
Lipids
ebaceous
peroxisomeproliferator
diregulasi
dan
oleh
ResponsiveElementBinding Protein).
oleh
reseptor
faktor
yang
transkripsi
diaktifkan
SREBP
oleh
(Sterol
Proliferasi Bakteri
P.acnes, bakteri gram positif anaerobik, berproliferasi di saluran folikular.
Bakteri ini menghidrolisa trigliserida pada sebum melalui enzim esterase, proses
ini akan menghasilkan asam lemak bebas yang akan mengiritasi dinding folikular
dan menginduksi terjadinya keratinisasi.
Respon imun alami tubuh adalah pertahanan lini pertama untuk melawan
keadaan infeksi, dan P.acnes berperan dalam mengaktifkan respons imun alami
ini. Komponen pada P acnes dapat mengaktifkan TLR (tollIike receptor-2), yang
homolog dengan protein pada lalat Drosophila. Ada 11 tipe TLR, P acnes memiliki
faktor solubel, yang dengan adanya limfosit CD14 dapat mengaktifkan TLR
(terutama TLR -2 dan -4), dan menginduksi sintesis dari faktor proinflamatori
lokal, seperti Tumor NecrosisFactor-, interleukin 1, prostaglandin, leukotrien,
dan IL-8.
Terlihat adanya korelasi antara penurunan P.acnes dengan perbaikan klinis
ACNE, mungkin hal ini dikarenakan penurunan dari mediator inflamasi yang
diinduksi oleh mikroorganisme itu sendiri.
Inflamasi
Lesi inflamasi, termasuk papul, pustul, atau nodul, dapat berkembang dari
1 tipe menjadi tipe lain, dan bahkan dapat menjadi jaringan parut. Lesi inflamasi
dimulai dengan pembentukan papul, pada 80% kasus mikrokomedo muncul
sebelumnya. Limfosit CD4 dan neutrofil menginvasi folikel, dan ruptur pada
saluran tersebut akan mengeluarkan lipid, korneosit, dan bakteri ke dermis. Ada
pembebasan dari sitokindan mediator neuroinflamatori, dikarenakan sebosit
mengekspresikan neuropeptida seperti substansi P, yang akan mempengaruhi
ukuran dari kelenjar sebaceous maupun produksi sebaceousnya. Dengan
demikian, hal ini berkontribusi pada kelainan dari diferensiasi, proliferasi, dan
sintesis lipid.
Sebelumnya telah dibahas bahwa perubahan pada proses imunologi dan
respons
inflamasimempelopori
terjadinya
hiperproliferasikeratinosit
sebagai
salah satu patogenesis dari acne, hal yang serupa dengan respons imun tipe IVdelayedhypersensitivity.
Produksi
sebacea
yang
banyak
dan
perubahan
integritas
folikular
terhadap
defisiensi
ini,
akan
terjadi
peningkatan
interleukin-1,
yang
berkontribusi pada terjadinya inflamasi. Lebih lanjut limfosit CD4 dan makrofag
juga berperan pada produksi sitokin, yang akan mengaktifkan sel endotelial lokal
dan menarik markerinflamasi seperti E-selection, VCAM-1, ICAM-1, dan HLA-DR
pada vaskulatur di sekitar folikel.
Metil metalloproteinase (MMPs) adalah endopeptida yang diproduksi oleh
beberapa tipe sel, termasuk keratinosit, yang dapat menghancurkan komponen
matriks ekstraseluler. Dengan adanya ruptur folikel pilosebaceous, MMP akan
memperparah penyebaran inflamasi.
Terapi
Guideline
terbaru
untuk
pengobatan
Acne
Vulgaris
menggunakan
mengontrol
mikromedon,
mengurangi
lesi
inflamasi
dan
mg,
Alternatif
Eritromisin 500 mg, 2x/sehari
2x/sehari
Doksisiklin
50-100
mg,
Trimethoprim
2x/sehari
Limesiklin
150-300
mg,
2x/sehari
Sulfamethoxazole-
1x/sehari
Minosiklin
300
mg,
Trimethoprim 800/160 mg
50-100
mg,
2x/sehari
respon
klinis
lebih
cepat
dari
generasi
pertama.
Ketika
pembentukan lesi inflamasi baru sudah menurun, maka dosis juga harus
diturunkan. Penggunaan retinoid topikal penting untuk mencegah rekurensi.
Makrolid
dan
tetrasiklin
dapat
menyebabkan
intoleransi
gastrointestinal.
menunjukkan
efektifitas
setara
dengan
minocycline
dan
memiliki
profil
berani
(namun
tidak
direkomendasikan)
adalah
pertumbuhan
dan
suseptibilitasnya,
namun
juga
berdasarkan
spektrum
dari
hanya
5-7
jam).
Karakterisitik
ini
menunjukkan
bahwa
dimana
terjadi
Didapatkan
lebih
pula
lama
laporan
azithromycin
mengenai
dibanding
superioritasnya
pada
azithromycin
jangka
panjang
dapat
meningkatkan
resiko
terbaru
di
Finlandia
mengevaluasi
resistensi
regional
dari
macrolide,
termasuk
azithromycin,
berkorelasi
dengan
cephalosporin
berkorelasi
dengan
peningkatan
kecil
pada
resistensi
Kita harus selalu memikirkan kelainan endokrin pada wanita dengan acne
yang
resisten
kemampuan
terhadap
pemeriksa
terapi
dalam
konvensional.
melihat
Biasanya
adanya
tergantung
keluhan
pada
tambahan
dan
kelas
obat
ini
kita
dapat
menemukan:
1)
antiandrogen;
hipersensitif
dari
sebocytes
ke
androgen
perifer.
Ini
adalah
(180mg / 215 mg / 250 mg); dan etinil estradiol (20 mg) dengan norethindrone
(100 mg). Perbaikan klinis dapat diamati dalam waktu 3 sampai 6 bulan
penggunaan terus-menerus.
b)
Gonadotrophin
liberation
agonist:
jarang
digunakan
karena
dapat
obat-obatan
termasuk
buserelin,
nafarelin
atau
leuprolide.
Metformin:
sebagai
normoglycemiant
oral,
diklasifikasikan
sebagai
penyerapan
glukosa
usus,
merangsang
sensibilitas
perifer
kembung,
mual
dan
muntah
yang
diamati;
Efek
samping
yang
Glibenklamid:
sebagai
hypoglicemiant
oral,
diklasifikasikan
sebagai
kombinasi
dari
topikal
retinoid
dan
antimikroba
non
antibiotik,
dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama untuk acne. Tujuannya adalah untuk
mengatasi faktor faktor penyebab yang bervariasi dan pada saat yang
bersamaan mengurangi lesi inflamasi maupun non inflamasi. Kombinasi terapi ini
dapat digunakan pada semua stadium dan intensitas acne vulgaris (Tabel 1.7)
Di sisi lain, perlu diperhatikan pentingnya penggunaan antibiotik topikal
dan sistemik yang rasional untuk mencegah resistensi bakteri. Penggunaan
antibiotik sistemik yang irasional akan memperburuk resistensi bakteri.
Penggunaan
antibiotik
topikal
direkomendasikan
untuk
dikombinasi
dan
random
menyimpulkan
bahwa
penggunaan
BPO
5%
Clindamycin
1%
yang
dikombinasikan
dengan
BPO
5%
daripada
penggunaan
clindamycin
ataupun
lymecycline
sebagai
monoterapi.
Berdasarkan penelitian double-blind yang dipublikasikan tahun 2007 dan
2009, penggunaan topikal adapalene 0,1% yang dikombinasikan dengan BPO
2,5% memiliki hasil yang lebih superior jika dibandingkan dengan
adapalene
pengobatan. Efek anti inflamasi dari adapalene dan BPO akan menghasilkan: 1)
eliminasi dari P. acnes oleh BPO dan 2) Efek downregulasi dari adapalene
terhadap TLR-2, digunakan oleh P. acnes untuk menginduksi produksi sitokin
inflamasi. Lebih lanjut, penetrasi BPO difasilitasi oleh retinoid.
Penggunaan kombinasi dari 0,1% adapalene dengan 2,5% BPO (keduanya
dalam dosis efektif terendah) dapat ditoleransi dengan baik sebagai aplikasi
harian.
Kombinasi dari tiga obat akan menjadi terapi topikal yang lebih efektif
pada pengobatan acne. Beberapa laporan klinis menyatakan keuntungan dalam
pengobatan menggunakan adapalene atau tretinoin yang dikombinasikan
dengan BPO dan clindamycin.
Kombinasi terapi antara adapalene dengan BPO dan clindamycin sudah
diteliti. Suatu penelitian multisentrik dengan tiga grup: 1) clindamycin/BPO
selama 4 minggu yang diikuti oleh clindamycin/BPO dan adapalene, 2)
adapalene sebagai monoterapi selama 12 minggu, 3) clindamycin/BPO dan
adapalene selama 12 minggu. Grup tiga dilaporkan memiliki perbaikan lesi yang
paling signifikan.
Penelitian mengenai tretinoin yang dikombinasikan dengan BPO juga
sudah dilakukan. Pada suatu penelitian terkontrol dengan tiga grup 1)
clindamycin/BPO, 2) clindamycin/BPO dan tretinoin 0,025%, 3) clindamycin/BPO
dengan tretinoin 0,025% dan clindamycin. Pada penelitian ini, kombinasi tiga
terapi terbukti lebih efektif dalam mengurangi lesi inflamasi (69%), diikuti oleh
grup satu (66%) dan kemudian grup tiga (52%). Lesi inflamasi yang dapat
dikurangi
dengan
clindamycin/BPO
triple
(57%)
therapy
dan
sebanyak
kemudian
61%,
tretinoin
kemudian
diikuti
dikombinasikan
oleh
dengan
clindamycin (50%). Tetapi penelitian penelitian tersebut masih sampai pada level
III dan masih diperlukan penelitian lain untuk melihat keamanan dari kombinasi
obat obatan ini.
Terapi Pemeliharaan
Lesi pada acne cenderung nampak kembali selama beberapa tahun,
khususnya ketika penanganannya terganggu. Pada hal ini, terapi pemeliharaan
merupakan cara untuk menghindari kemunculan kembali beberapa lesi. Pada
waktu yang lama, antibiotik digunakan dalam periode yang lama pada pasien
acne. Secara praktis, hal ini tidak direkomendasikan karena menginduksi
resistensi
mikroba.
Sebaliknya
pada
retinoid,
antibiotik
tidak
mencegah
sebaiknya
berdasarkan
kerutinan
pasien
untuk
menjamin
10. Thiboutot DM, Shalita AR, Yamauchi PS, Dawson C, Kerrouche N, Arsonnaud
S, et al. Adapalene gel, 0.1%, as maintenance therapy for acne vulgaris: a
randomized, controlled, investigator-blind follow-up of a recent combination
study. Arch Dermatol 2006;142(5):597-602.
11. Costa A, Alchorne MMA, Goldschmidt MCB. Fatores etiopatognicos da acne
vulgar. An. Bras.Dermatol. 2008;83(5):451-9.
12. Leyden JJ. New understandings of the pathogenesis of acne. J Am Acad
Dermatol 1995;32(5 pt 3):S15-S25.
13. Gollnick HPM, Zouboulis CC, Akamatsu
Pathogenesis
and
pathogenesis-related
Dermatol.1991;18(9):489-99.
H, Kurokawa I,
treatment
of
Schulte
acne.
A.
J
14. Cunliffe WJ, Gollnick H. Acne: diagnosis and management. London: Martin
Dunitz, Ltd; 2001.
15. Plewig G, Kligman AM. Acne and Rosacea. 3rd ed. New York: Springer- Verlag;
2000.
16. Pochi PE, Strauss JS, Downing DT. Age related changes in sebaceous gland
activity. J Invest Dermatol. 1979;73(1):108-11.
17. Pochi PE, Strauss JS. Endocrinologic control of the development and activity
of the human sebaceous gland. J Invest Dermatol. 1974;62(3):191-201.
18. Thiboutot D, Harris G, Iles V, Cimis G, Gilliland K, Hagari S.Activity of the type
1 5-alpha-reductase exhibits regional differences in isolated sebaceous
glands and whole skin. J Invest Dermatol. 1995;105(2):209-14.
19. Thiboutot D,Knaggs H, Gilliland H, Lin G.Activity of 5--reductase and 17-hydroxysteroid dehydrogenase in the infraindibulum of subjects with and
without acne vulgaris.Dermatology. 1998;196(1):38-42.
20. Thiboutot DM, Knaggs H, Gilliland K, Hagari S. Activity of type 1 5-reductase
is greater in the follicular infrainfundibulum compared with the epidermis. Br
J Dermatol. 1997;136(2):166-71.
21. Chen W, Zouboulis CC, Fritsch M, Kodelja V, Orfanos CE. Heterogeneity and
quantitative differences of type 1 5-reductase expression in cultured skin
epithelial cells.Dermatology. 1998;196(1):51-2.
22. Fritsch M, Orfanos CE, Zouboulis CC. Sebocytes are the key regulators of
androgen homeostasis in human skin. J Invest Dermatol. 2001;116(5):793800.
23. Trivedi NR,Cong Z, Nelson AM, Albert AJ, Rosamilia LL, Sivarajah S, et al.
Peroxisome proliferator-activated receptors increase human sebum
production. J Invest Dermatol. 2006;126(9):2002-9.
24. Smith TM, Cong Z, Gilliland KL, Clawson GA,Thiboutot DM. Insulin-like growth
factor-1 induces lipid production in human SEB-1 sebocytes via sterol
response element-binding protein-1. J Invest Dermatol.2006;126(6):1226-32.
25. Zouboulis CC, Chen WC, Thornton MJ, Qin K, Rosenfield R. Sexual hormones in
human skin. Horm Metab Res. 2007;39(2):85-95.
26. Zouboulis CC. The human skin as a hormone target and an endocrine
gland.Hormones (Athens). 2004;3(1):926.
27. Cunliffe WJ, Holland DB, Clark SM, Stables GI. Comedogenesis: some new
aetiological,
clinical
and
therapeutic
strategies.
Br
J
Dermatol.2000;142(6):1084-91.
28. Plewig G, Fulton JE,Kligman AM.Cellular dynamics of comedo formation in
acne vulgaris. Arch Dermatol Forsch.1971;242(1):12-29.
29. Kurokawa I, Mayer-da-Silva A, Gollnick H, Orfanos CF. Occurrence and
distribution of cytokeratins and filaggrin in the human pilosebaceous unit: an
immunocytochemical study. In: Marks R, Plewig G, editors. Acne and related
disorders. London:Martin Dunitz; 1989. p. 19-22.
30. Downing DT,Stewart ME,Wertz PW,Strauss JS. Essential fatty acids and acne. J
Am Acad Dermatol. 1986;14(2 pt 1):221-5.
31. Costa A, Alchorne MMA, Michalany NS, Lima HC. Acne vulgar: estudo piloto
de avaliao do uso oral de cidos graxos essenciais por meio de anlises
clnica, digital e histopatolgica. An. Bras. Dermatol. 2007;82(2): 129-34.
32. Thielitz A,Helmdach M,Roepke EM,Gollnick H. Lipid analysis of follicular casts
from cyanoacrylate strips as a new method for studying therapeutic effects
of antiacne agents.Br J Dermatol. 2001;145(1):19-27.
33. Lavker RM,Leyden JJ. Lamellar inclusions in follicular horny cells:a new aspect
of abnormal keratinization. J Ultrastruct Res. 1979;69(3):362-70.
34. Kluznik AR,Wood EJ,Cunliffe WJ. Keratin characterization in the pilosebaceous
ducts of acne patients. In:Marks R, Plewig G, editors.Acne and related
disorders. London:Martin Dunitz; 1989. p. 113-5.
35. Guy R, Kealey T. Modelling the infundibulum in acne. Dermatology.
1998;196(1):32-7.
36. Ingham E, Eady EA, Goodwin CE. Pro-inflammatory levels of interleukin- 1 _
like bioactivity are present in the majority of open comedones in acne
vulgaris. J Invest Dermatol .1992;98(6):895-901.
37. Sampaio SAP, Rivitti EA. Dermatologia. 3ed. So Paulo: Artes mdicas; 2007.
p. 384.
38. Aderem A, Ulevitch RJ.Toll-like receptors in the induction of the innate
immune response.Nature. 2000; 406(6797):7827.
39. Koreck A, Pivarcsi A,Dobozy A, Kemeny L.The role of innate immunity in the
pathogenesis of acne.Dermatology. 2003; 206(2):96105.
40. Krutzik SR, Sieling PA,Modlin RL. The role of toll-like receptors in host defense
against microbial infection. Curr Opin Immunol. 2001;13(1):1048.
41. Kapetanovic R, Cavaillon JM. Early events in innate immunity in the
recognition of microbial pathogens. Expert Opin Biol Ther. 2007;7(6):907-18.
42. Zhang D, Zhang G, Hayden MS, Greenblatt MB, Bussey C, Flavell RA, et al. A
toll-like receptor that prevents infection by uropathogenic bacteria. Science.
2004; 303(5663): 15226.
43. Kim J, Ochoa MT, Krutzik SR, Takeuchi O, Uematsu S, Legaspi AJ, et al.
Activation of toll-like receptor 2 in acne triggers inflammatory cytokine
responses. J Immunol. 2002; 169(3):153541.
M.
Pathogenesis
of
acne.Med
Electron
49. Jeremy AH, Holland DB, Roberts SG, Thomson KF, Cunliffe WJ.Inflammatory
events are involved in acne lesion initiation. J Invest Dermatol.
2003;121(1):20-7.
50. Charvat S, Serres M. Mtalloprotinases et piderme. In: Schmitt D. Biologie
de la Peau Humaine. Inserm;1997. p. 10115.
51. Kahari VM, Saarialho-Kere U. Matrix metalloproteinases in skin. Exp Dermatol
1997; 6(5):199213.
52. Jugeau S,Tenaud I, Knol AC, Jarrousse V, Quereux G, Khammari A, et al.
Induction of toll-like receptors by Propionibacterium acnes. Br J Dermatol.
2005;153(6):1105-13.
53. Drno B, Bettoli V, Ochsendorf F, Layton A, Mobacken H, Degreef H, et al.
European recommendations on the use of oral antibiotics for acne. Eur J
Dermatol 2004; 14(6): 391-9.
54. Ad Hoc Committee report: systemic antibiotics for treatment of acne vulgaris:
efficacy and safety. Arch Dermatol. 1975; 111(12):1630-6.
55. Taylor MB.Treatment of acne vulgaris.Guidelines for primary care physicians.
Postgrad Med. 1991; 89(8): 40-2, 45-7.
56. Oral treatment of acne. Agence Franaise de Securit Sanitaire des Produits
de Sant. Presse Med. 1999; 28(37): 2044-5.
57. Leeming JP, Holland KT, Cunliffe WJ. The microbial colonization of inflamed
acne vulgaris lesions. Br J Dermatol.1988; 118(2): 205-8.
58. Jappe U, Ingham E, Henwood J, Holland KT. Propionibacterium acnes and
inflammation in acne; P. acnes has T-cell mitogenic activity. Br J Dermatol.
2002; 146(2): 202-9.
59. American Academy of Dermatology. Guidelines for care of acne vulgaris. J Am
Acad Dermatol.1990; 22(4): 676-80.
60. Sampaio SAP,Bagatin E. Experincia de 65 anos no tratamento da acnee de
26 anos com isotretinona oral. An Bras Dermatol. 2008;83(4):361-7.
61. Worret WI, Fluhr JW. Acne therapy with topical benzoyl peroxide, antibiotics
and azelaic acid. J Dtsch Dermatol Ges. 2006; 4(4): 293-300
62. GONTIJO B. cido azelaico no tratamento da acne vulgar leve e moderada:
experincia clnica brasileira. An bras Dermatol.1995;70(6):571-22.
80.
81.
em: