kiri
(afterload).
Di
dalam
kamus
"shock,"
yang
didominasi
tipe
dan
kegagalan
sirkulasi
adalah
sangat
krusial
untuk
Preload
d
contractility
Heart rate
Stroke volume
After load
Systemic vascular
resistance
Cardiac output
Blood pressure
Epidemiologi Syok1
Kejadian syok pada anak dan remaja sekitar 2% pada rumah sakit di
Amerika serikat, dimana angka kematian sekitar 20-50% kasus. Hampir seluruh
pasien tidak meninggal pada fase hipotensi tapi karena hasil dari satu atau
lebih komplikasi akibat syok. Disfungsi multiple organ meningkatkan resiko
kematian( satu organ 25% kematian, dua organ 60% kematian, tiga organ atau
lebih >85%)Angka kematian syok pada anak menurun sebanding dengan
tingkat edukasi yang baik, dimana pengenalan awal syok dan management
yang baik dan cepat memberi kontribusi lebih.
Patofisiologi shock16,17,20
Metabolisme aerobic sel bisa menghasilkan 36 Adenosin Triphosphate,
sedangkan pada sel yang kekurangan oksigen ( syok ) sel akan merubah
system
metabolisme
aerobic
menjadi
anaerobic,
yang
mana
hanya
menghasilkan 2 ATP molekul tiap molekul glukosa dan hasil pembentukan dan
penimbunan asam laktat. Akhirnya metabolisme sel tidak cukup menghasilkan
energi homeostasis sel, sehingga mengakibatkan gangguan pertukaran ion
melalui membrane sel. Dimana terjadi akumulasi sodium didalam sel dengan
pengeluaran potassium dan penumpukan cytosolic calsium. Sel menjadi
2
Tambahan pada CO, pengatur utama dari tekanan darah adalah SVR.
Anak memaksimalkan SVR untuk mempertahankan tekanan darah yang
normal, pada keadaan penurunan CO yang signifikan. Peningkatan SVR oleh
karena vasokontriksi perifer yang dipengaruhi system saraf simpatis dan
angiotensin. Hasilnya, aliran darah diredistributsi dari pembuluh nonessential
seperti kulit, otot skelet, ginjal dan organ splanknik ke otak, jantung, paru-paru
dan kelenjar adrenal. Sesuai pengaturan dari pembuluh darah, endogen atau
eksogen melalui zat-zat vasoaktif, dapat menormalkan tekanan darah tanpa
tergantung dari CO. karena itu, pada pasien anak, tekanan darah merupakan
indicator yang jelek dari hemostatis kardiovaskular. Evaluasi heart rate dan
perfusi end-organ, termasuk capillary refill, kualitas dari denyut perifer,
kesadaran, urine output, dan status asam-basa, lebih bernilai daripada tekanan
darah dalam menentukan status sirkulasi anak.
Pada
dasarnya
Syok
merupakan
suatu
keadaan
dimana
tidak
kombinasi dari kedua hal diatas yaitu hipoksik dan iskemik. Atas dasar hal
tersebut diatas, maka sangatlah penting untuk memberikan oksigen pada
keadaan syok.
Pengiriman oksigen (Oxygen Delivery = DO2) adalah jumlah oksigen
yang dibawa ke jaringan tubuh permenit. DO2 tergantung pada jumlah darah
yang dipompa oleh jantung permenit (Cardiac Output = CO) dan kandungan O2
arteri (CaO2), sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut :
DO2 =CO (L/menit) x CaCO2 (ml/mL/cc)
CaCO2 tergantung pada banyaknya O2 yang terkandung di Hb (Saturasi O2 =
SaO2), sehingga didapatkan persamaan:
CaO2 = Hb (g/100ml) x SaO2 x 1,34 ml O2/g
Keadaan syok dapat terlihat secara klinis apabila terdapat gangguan
pada CaCO2, baik karena hipoksia, yang dapat menyebabkan penurunan SaO 2
maupun karena anemia yang menyebabkan penurunan kadar Hb sehingga
menurunkan kapasitas total pengiriman O2.
Cardiac output tergantung pada 2 keadaan, yaitu jumlah darah yang
dipompa tiap denyut jantung (Stroke Volume = SV) dan laju jantung (Heart
Rate = HR). Stroke volume dipengaruhi oleh volume pengisian ventrikel akhir
diastolik (ventricular preload), kontaktilitas otot jantung dan afterload. Tiap
variabel yang mempengaruhi cardiac output diatas, pada keadaan syok, dapat
mengalami gangguan atau kerusakan.
Stadium Syok20
Terdapat 4 stadium pada syok :
1. Initial
sel
dengan
termasuk
saraf,
terjadinya
hormone
metabolisme
dan
biokimia
fisiologis,
sebagai
hipotensi
sehingga
mencetuskan
pelepasan
jantung.
Respon
hormone
menyebabkan
sel.
Kelanjutan
dari
metabolisme
anaerobic
pelepasan
histamine
mengakibatkan
cairan
Pada tahap ini terjadi gagal pada organ vital dan shock
sudah tidak dapat lagi di kompensasi menjadi normal. Akan
terjadi
kerusakan
dan
kematian
sel
otak
sehingga
septic
cardiogenik
distributiv
hypovole
Obstructive
mic
Menurunn
Cardiac
ya jumlah output
shock
Karakteri
Infeksi
Kegagalan
e
-Kelainan
stik
organism
jantung
saraf:
dalam
melepask
memompa
an toksin darah
yang
Menggang cairan :
gu
untuk keseimban
memenuhi
Menyebab
osis;
kan
tekanan
mempeng kebutuhan
sehingga
ya cardian
aruhi
memudahk
output;
distribusi
an
asidosis
darah,
terjadinya
metabolic
cardiac
sidosis
membuat
output
- overdosis volume
dan
lainnya
yang
er
menggang
berkurang
gu
dan perfusi
distribusi
kejaringan
cairan
menurun;
tubuh
rendah;sian
nadi rendah
gangguan
keseimban
gan
etiologi
Bacteri
Cardiomyopa
Anafilaksis
elektrolit
Enteritis
Tension
Virus
thy
Toxin
Perdaraha
pneumotora
jamur
Congenital
Reaksi
heart disease
alergi
Ischemic
Diabetes
insult
insipidus
tamponade
Defisinsi
adrenal
Sistem Kardiovaskuler
- Gangguan sirkulasi perifer mengakibatkan pucat, ekstremitas dingin.
Kurangnya
Sistem Respirasi
- Pernapasan cepat dan dangkal.
Manifestasi klinis1,2,4,5,6,7
Manifestasi klinis shock berhubungan dengan tahap ( durasi vs progresivitas )
dan proses ( awal vs terlambat )
I. Syok hipovolemic
Ini adalah shock yang paling umum ditemui, terjadi karena kekurungan
volume sirkulasi yang disebabkan karena kehilangan darah dan juga cairan
tubuh. Kehilangan darah dibagi menjadi dua yaitu perdarahan yang tampak dan
9
tidak tampak. Perdarahan yang tampak misal perdarahan dari luka dan
hematemesis, sedangkan perdarahan yang tak tampak misal perdarahan pada
saluran cerna seperti perdarahan tukak duodenum, cedera limpa, patah tulang.
Kehilangan cairan terjadi pada luka bakar yang luas dimana terjadi
kehilangan cairan pada permukaan kulit yang hangus atau terkumpul didalam
kulit yang melepuh. Muntah hebat dan diare juga mengakibatkan kehilangan
banyak cairan intrvaskuler. Obstruksi ileus juga bisa menyebabkan banyak
kehingan cairan, juga pada sepsis berat dan peritonitis bisa menyebabkan
kehingan cairan
Tanda dan gejala shock hipovolemic
darah
plasma
cairan ekstrasel
Penyebab
10
perdarahahn
luka bakar
dehidrasi
hal
ini
menimbulkan
peninggiian
tahanan
pulmonal
yang
mekanisme
kompensasi
terhadap
hipovolemia,
cairan
sekresi
norepinefrin
akan
mengakibatkan
vasokonstriksi, selain itu juga mempunyai sedikit efek inotrofik positif pada
miokardium. Efineprin disekresikan hampir tiga kali lipat daripada norepinefrin,
terutama menyebabkan peninggian isi sekuncup dan denyut jantung. Kerja
kedua katekolamin ini dipotensiasi oleh aldosteron. Peninggian sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dari hipofisis posterior mengakibatkan resorpsi air ditubulus
distal meningkat.
II. Syok distributive
Syok distributive adalah syok yang terjadi karena kekurangan volume
darah yang bersifat relative, dalam artian jumlah darah didalam pembuluh
darah cukup namun terjadi dilatasi pembuluh darah sehingga seolah-olah
volume darah didalam pembuluh darah berkurang. Syok distributive ada 3
bentuk
1. septic shock : disebabkan karena infeksi yang menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah. Contoh infeksi karena bakteri gram negative seperti
12
Escherichiacoli
Nitric oxide
synthase
ATP , H+,
Lactate
Vasopressin
secresion
Nitric oxide
Open Kca
cGMP
Open K-atp
Plasma
vasopressin
Cytoplasmic
Ca2+
Phosphorylate
d myosin
vasodilatation
Diadaptasi dari text book nelson edisi 17 hal 298 tabel 57 - 21
13
Gejala sama dengan shock hypovolemic, namun untuk tahap shock septic
diawali dengan :
2. Anaphylactik shock
3. neurogenik shock : ini adalah shock yang jarang terjadi. Disebabkan oleh
trauma pada medulla spinalis, terjadi kehilangan mendadak pada reflek otonom
dan motorik dibawah lesi. Tanpa adanya stimulasi simpatis, dinding pembuluh
darah vasodilatasi yang tak terkontrol, hasilnya penurunan resistensi pembuluh
darah perifer sehingga menyebabkan vasodilatasi dan hypotensi
Tanda dan gejala shock neurogenik sama dengan shock hypovolemic
III. Obstructive shock
Terdapat penyumbatan yang menyebabkan aliran darah terganggu, pada
beberapa kondisi hal ini bisa menyebabkan timbulnya shock.
Contoh obtruksi shock
cardiac tamponade
yang banyak menekan jantung sehingga venus return menurun. Hal ini
menyebabkan jantung tak mampu mensuplai darah sesuai kebutuhan
tubuh. Akibatnya tubuh bisa kekurangan oksigen, terutama pada organ
sehingga bisa menimbulkan shock
peningkatan JVP
15
9. ECG abnormal.
V.
Syok endokrin
Baru-baru ini telah dikenalkan tipe kelima syok yaitu syok endokrin
EVALUASI KLINIS
SYOK TERKOMPENSASI DAN TIDAK TERKOMPENSASI
Untuk mengkategorikan dan menentukan penatalaksanaan yang tepat,
pertama-tama harus ditentukan tekanan darah sentral.
Tujuan pengukuran tekanan darah adalah untuk mengetahui perfusi
organ-organ penting (otak dan jantung). Kebutuhan tekanan darah minimum
dapat ditentukan dengan mengetahui persentil kelima dari tekanan darah
sistolik pada anak sehat dan perfusi baik. American Heart Association dengan
PALS (Pediatric Advance Life Support) menentukan persentil kelima dari
tekanan darah anak-anak adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Tekanan darah sistolik pada anak
(persentil kelima)
Umur
Persentil
kelima
tekanan
Neonatus
Bayi (1 bulan-1 tahun)
Anak-anak (>1 tahun)
sistolik
60 mmHg
70 mmHg
70+2x(umur dalam tahun)
darah
kepada kerusakan organ dan terjadi syok ireversibel bahkan kematian. Pada
anak-anak dengan tekanan darah sistoliknya masih adekuat, namun keadaan
klinisnya syok, maka ini disebut sebagai syok yang terkompensasi. Sehingga,
apabila perfusi pada organ-organ vital seperti jantung dan otak masih adekuat,
namun organ vital lainnya mengalami hipoperfusi dan rentan akan kerusakan,
apabila tidak segera diberikan terapi maka keadaan ini akan berlanjut menjadi
syok yang tidak terkompensasi.
Maka dalam menegakkan diagnosis diperlukan banyak indikator untuk
menentukan keadaan syok, antara lain :
DENYUT JANTUNG
Cardiac output dapat dipengaruhi oleh stroke volume dan heart rate,
sehingga apabila terjadi penurunan stroke volume maka tubuh akan berusaha
mempertahankan cardiac output dengan cara meningkatkan heart rate. Namun,
ada keadaan-keadaan tertentu dimana heart rate tidak daat meningkat, yaitu
pada blokade farmakologik dan kerusakan neurologik.
Pasien pada tahap awal syok akan mengalami takikardi. Namun tanda
ini tidak signifikan pada anak-anak, karena anak-anak dapat mengalami
takikardi pada keadaan lain, seperti demam, nyeri dan agitasi. Namun
demikian, diluar pengecualian keadaan-keadaan tersebut, takikardi biasa
muncul pada tahap awal dan merupakan temuan yang penting pada syok yang
terkompensasi maupun yang tidak terkompensasi.
PERFUSI KULIT
Kulit dapat dianggap sebagi bagian yang non vital. Pasien yang memiliki
kemampuan untuk mengkompensasi penurunan DO2 dengan menarik darah
17
dari organ yang non vital (selain otak dan jantung), menunjukkan tanda-tanda
penurunan perfusi kulit. Hal ini dikenali dengan adanya tanda-tanda denyut nadi
distal yang menghilang, kulit akan teraba dingin dan pengisian ulang kapiler
memanjang (>5 detik), yang pada keadaan normal biasanya dapat terisi dalam
2-3 detik. Cara pengukuran pengisian ulang kapiler ini yaitu dengan menekan
ujung jari(kuku) hingga pucat (kurang lebih selama 5 detik), kemudian dilepas
dan dihitung waktunya pada saat ujung jari(kuku) menjadi merah kembali.
Pada pasien dengan fase awal syok distributif (anafilaksis, sepsis) akan
terjadi vasodilatasi, sehingga kulit akan teraba hangat, denyut nadi akan teraba
kuat dan terdapat pengisian ulang kapiler yang cepat (1-2 detik). Pada keadaan
ini, perfusi kulit tidak dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosis, sehingga
harus dicari gangguan metabolik lain seperti lactoacidosis, hal ini dapat
mendukung bahwa telah terjadi gangguan DO2.
FUNGSI SISTEM ORGAN LAIN
Pada ginjal dengan perfusi normal, dapat mengeluarkan 1-2 ml
urin/kgBB/jam atau lebih. Kerusakan ginjal dapat disebabkan karena kerusakan
awal pada keadaan iskemik-hipoksik, sehingga terjadi acute tubular necrosis
(ATN). Sehingga dapat dikatakan bahwa output urin tidak spesifik untuk
menentukan kelayakan perfusi dan volume intravaskuler.
18
2.
Asam Laktat -> asam laktat meniggi pada sepsis hiperdinamik dan
kelainan enzim piruvat dehidrogenase. Asam laktat ini meninggi 12jam
setelah terjadinya syok dan juga indikasi terjadinya MOSF
3.
Indeks transport
indeks DO2 dan VO2 yang harus di pertahankan di atas 2,1 l/mnt/m
tubuh
4.
5.
Tekanan darah -> evaluasi tekanan darah lebih bermakna dari pada
hanya sekali mengukur tekanan darah
6.
Produksi urin ->produksi urin normal pada org dewasa 0,5 cc/kg/jam ,
pada anak 1-2 cc/kg/jam
7.
19
segera
beri
pertolongan,
jika
pasien
masih
sadar
20
pasien
dengan
syok
hipovolemik
akan
21
kapiler.
Sedangkan
cairan
adrenal
diobati
dengan
suplemen
kortikosteroid.
b. Obat vasoaktif
Ada beberapa obat yang dapat digunakan sebagai
penunjang dalam penanganan syok bila resusitasi cairan belum
cukup untuk menstabilkan system kardiovaskular. Obat inotropik
meningkatan
kontraktilitas
miokard
dan
obat
kronotropik
cairan
danoksigenasi
alveolar
telah
maksimal.
22
Dosis
2-20 g/kg/menit
Efek klinis
Memperbaiki konraktilitas miokard
2-20 g/kg/menit
Efinefrin
0,05-1
ditingkatkan
Dosis rendah: efek
g/kg/menit
Norefinefrin
0,05-1
dosis rendah
Efek sangat kuat
Amrinon
g/kg/menit
0,75-4 mg/kg/kali
Hipotensi refrakter
Kombinasi dengan katekolamin
Milrinon
5-20 g/kg/menit
50-75 g/kg/kali
0,5-1 g/kg/kali
23
TERAPI CAIRAN10,13
Dalam tubuh , faal sel tergantung pada keseimbangan cairan dan
elektrolit. Jumlah air dalam tubuh harus di pertahankan dalam batas batas
tertentu untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dengan baik.
Tubuh manusia terdiri atas :
1. Lean body mass ( tubuh tanpa jaringan lemak ), yaitu air ( 73% ), tulang,
jaringan bukan lemak.
2. Jaringan lemak
Cairan tubuh ( 60 % ) terdiri atas:
24
25
yang cukup untuk menggantikan kehilangan air yang berlebihan (seperti yang
terjadi pada muntah berkelanjutan atau diare hebat), maka bisa mengalami
dehidrasi.
Jumlah air dalam tubuh berkaitan erat dengan jumlah elektrolit tubuh.
konsentrasi natrium darah merupakan indikator yang baik dari jumlah cairan
dalam tubuh. Tubuh berusaha untuk mempertahankan jumlah total cairan tubuh
sehingga kadar natrium darah tetap stabil. Jika kadar natrium terlalu tinggi,
tubuh akan menahan air untuk melarutkan kelebihan natrium, sehingga akan
timbul rasa haus dan lebih sedikit mengeluarkan air kemih. Sedangkan jika
kadar natrium terlalu rendah, ginjal mengeluarkan lebih banyak air untuk
mengembalikan kadar natrium kembali ke normal.
PEMBERIAN CAIRAN10
TERAPI CAIRAN
RESUSITASI
KRISTALOID;
Asering
Ringer Laktat
Normal Saline
Saline
hipertonik
KOLOID
Dextran-40
Dextran-70
Albumin
Kanji hidroksietil
Gelatin
RUMATAN
ELEKTROLIT
KA-EN 3B
KA-EN 3A
KA-EN 1B
KA-EN 4A
KA-EN 4B
NUTRISI
AMIPAREN
AMINOVEL-600
PAN-AMIN G
KA-EN MG3
MARTOS 10
TRIPAREN
26
Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid yang di gunakan biasanya NaCl 0,9% dan ringer laktat.
Cairan kristaloid akan menyebar cepat ke ekstraseluler. Menurut Dillon
kehilangan 1cc darah harus di gantikan 3cc kristaloid. Akan tetapi menaiknya
permeabilitas kapiler pada syok juga dapat menyebabkan cairan kristaloid
keluar dari pembuluh darah. Pemberian cairan kristaloid dalam jumlah besar ini
mempunyai maksud :
1. larutan kristaloid dapat mengurangi gagal ginjal
2. larutan kristaloid dapat mengurangi menurunnya fungsi paru secara
progresif
secara cepat dari intravaskuler dan interstitial volume dari kristaloid 2-4
kali lebih tinggi dari koloid yang di butuhkan untuk mempertahankan
hemodinamik , namun CVP ( central venous pressure ) menjadi berkurang dan
cairan berkumpuldi interstitial sehinggamenghambat oksigenasi jaringan,
memperlambat penyembuhan luka, mengurangi gerakan gastrointestinal dan
daya obstruksi.
Pada syok hipovolemik cairan berkumpul, intra vascular, dan pemberian
cairan kristaloid dapat mengatasi deficit cairan, karena itu lebih banyak di
gunakan kristaloid daripada koloid karena di perlukan cairan terus menerus.
Tabel 1. Jenis-jenis Cairan Kristaloid untuk Resusitasi
Cairan Na+
(mEq/L)
K+
ClCa++
(mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)
HCO3
(mEq/L)
Tekanan
Osmotik
mOsm/L
Ringer
Laktat
130
109
28*
273
Ringer
Asetat
130
109
28:
273
NaCl
0.9%
154
154
308
27
* sebagai laktat
: sebagai asetat
Cairan koloid
Cairan koloid yang dapat di gunakan pada syok adalah hemasel,
gelofusin, dekstran 70, hespan, albumin 4,5% dan albumin 20%. Penggunaan
cairan koloid yang lebih besar di butuhkan untuk mempertahankan volume
plasma untuk meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan oksigen konsumsi,
begitu pula dengan cairan koloid dapat di kurangi pengumpulan cairan
interstitial dan cairan intravascular.
Apabila permeabilitas cairan bertambah zat ini keluar dari intravascular
dan menyebabkan meningginya tekanan onkotik interstitialdan menyebabkan
terjadinya udem. Di samping itu koloid juga menghambat diuresis oleh karena
itu masih menjadi pertanyaan penggunaan cairan koloid karena bahayanya
terutama bila permeabilitas kapiler bertambah.
Dalam keadaan kritis cairan koloid harus di berikan sebanyak kristaloid ,
yang dapat merupakan cairan :
1. Albumin
2. Dekstran
3. Hemasel
4. HAS ( Human Albumin Solution )
Ad. 1 Albumin
Albumin terdapat sebagai donor plasma. Albumin sama dengan osmotic koloid
plasma dengan masa tengah 10 15 hari. Dapat terjadi reaksi anafilaktoid
walaupun jarang dan tidak rutin di gunakan. Keadaan hipoalbuminemi dapat
bersamaan dengan hipovolemi, edema, dan ascites di berikan albumin 20%.
28
Ad.2 Dekstran
Dekstran merupakan polimer polisakarida dalam dekstrosea 5% atau NaCl
0,9% dengan berat molekul 40.000. dekstran dengan cepat di keluarkan oleh
ginjaldan
dapat
membentuk
kompleks
dengan
fibrinogen
sehingga
jumlah
iintravaskular
besar,
dan
termasuk
interstitial.Di
protein
,di
antara
pertahankannya
ruang
tekanan
29
dan
kapiler
menjadi
bertambah.
Walaupun
demikian
terdahulu
kontraktilitas
bahwa
jantung
kombinasi
dan
ini
dapat
sirkulasi.Segera
memperbaiki
setelah
infuse
30
Keunggulan
Kekurangan
Kristaloid
1. lebih mudah
tersedia dan murah
2. komposisi serupa
dengan plasma
( Ringer asetat /
Ringer laktat )
3. bisa disimpan
di suhu kamar
4. bebas dari reaksi
Koloid
1. ekspansi volumeplasma
tanpa ekspansi interstitial
2. ekspansi volume lebih besar
3. durasi lebih lama
4. oksigenasi jaringan
lebih baik
5.gradien oksigen
leveolar - arterial
lebih sedikit
6. insiden edema paru dan
anafilaktik
5. komplikasi minimal
/atau
edema sistemik lebih rendah
1. anafilaksis
dada
2. oksigenasi jaringan
terganggu karena
bertambahnya jarak kapiler
dan sel
3. memerlukan volume
2. koagulopati
3. albumin bisa memperberat
depresi miokard pada pasien
syok ( mungkin dengan
mengikat kalsium, mengurangi
4kali
lebih banyak
banyak
tersedia
cairan
resusitasi,
rekomendasi
31
TERAPI FARMAKOLOGI
Obat-obatan inotropik dapat meningkatkan kontraktilitas miokard dan
memiliki berbagai macam efek pada resisten vaskular perifer.
Obat-obatan inotropik antara lain adalah vasokonstriktor (misalnya, epinefrin,
norepinefrin),
vasodilator
(misalnya,
dobutamine,
milrinon).
Indikasi
32
Epinefrin
Epinefrin menstimulasi kedua reseptor alfa dan beta, sehingga dapat
meningkatkan kontraktilitas miokard dan meningkatkan vasokonstriksi perifer.
Dosis pemberian biasanya diawali dengan 0.1 mcg/kg/min IV. Pada kasus
berat, pasien dapat menerima 2-3 mcg/kg/min IV atau lebih.
Dobutamin
Dobutamin merupakan agen inotropik murni, dengan efek beta-1 agonis yang
dapat meningkatkan kontraktilitas jantung. Obat ini juga dapat memberikan efek
beta-2 ringan, yaitu vasodilatasi perifer yang akan mengurangi tahanan
vaskuler sistemik dan afteload, juga dapat meningkatkan perfusi jaringan.
Karena itu, dobutamin merupakan obat yang cukup baik bagi pasien dengan
syok kardiogenik dengan tujuan untuk meningkatkan kontraktilitas otot jantung.
Dobutamin jarang menyebabkan disritmia ventrikular dibandingkan dengan
epinefrin. Dosis pemberian awal adalah 5 mcg/kg/menit IV dan dapat
ditingkatkan perlahan-lahan hingga 20 mcg/kg.menit IV.
Norepinefrin
Norepinefrin
merupakan
agonis
alfa
yang
dapat
memberikan
efek
33
Dose
Dopamine*
2.5-20
mcg/kg/min
Norepinephr 0.05-2
ine
Epinephrine
mcg/kg/min
0.05-2
mcg/kg/min
Phenylephri 2-10
ne
mcg/kg/min
Dobutamine 2.5-10
Cardiac
Blood
Systemic Vascular
Output
Pressure
Resistance
++
++
++
++
++
++
+
+/mcg/kg/min
(www.emedicine.com/distributive shock, article by Scott P. Neeley,MD)
Glukosa
Bayi dan anak-anak memiliki simpanan glikogen yang terbatas yang dapat
cepat berkurang pada keadaan syok sehingga terjadi hipoglikemia.
Karena glukosa merupakan substrat yang penting, maka harus segera
dilakukan pemeriksaan kadar glukosa pada pasien syok. Apabila didapatkan
kadar gula yang rendah maka berikan dextrosa IV. Dosis pemberian dextrosa
adalah 0.5-1 gr/kg IV. Dextrosa sangat baik diberikan secara IV.
Sodium Bikarbonat
Penggunaan
sodium
bikarbonat
dalam
penatalaksanaan
syok
masih
asidosis
dalam
serum
ditambah
dengan
bikarbonat
akan
Selain
itu,
pemberian
bikarbonat
akan
menyebabkan
35
klorida memiliki efek yang dapat lebih meninggikan dan mempertahankan kadar
kalsium dalam darah. Dosis yang direkomendasikan adalah 10-20mg/kg (0,10,2 ml/kg kalsium klorida 10%) IV, dimasukan bersama cairan ifus dengan
kecepatan tetesan tidak lebih dari 100mg/menit IV.
KESIMPULAN20
Tipe-tipe syok
patofisiologi
Hypovolemic CO, SVR
intravascular
Penatalaksanaan
Repeat boluses of 20
mL/kg crystalloid as
CO, SVR
(classic adult,
delayed CR,
20% pediatric)
hyperpnea, MS
changes, third-
spacing, edema
poor response to
crystalloid
Pharmacologic support of
BP with dopamine or
norepinephrine
HR, normal to BP, Repeat boluses of 20
pulses, delayed CR, mL/kg crystalloid; may
hyperpnea, MS
changes, third-
spacing, edema
poor response to
crystalloid
Pharmacologic support of
CO with dopamine or
epinephrine
Repeat boluses of 20
delayed CR,
hyperpnea, MS
changes, third-
spacing, edema
poor response to
crystalloid
Pharmacologic support of
CO and BP with dopamine
Distributive
or epinephrine
Repeat boluses of 20
third-spacing of
mL/kg crystalloid as
fluids, BP,
indicated Pharmacologic
respiratory distress
Spinal Cord
phenylephrine
BP with normal HR, Pharmacologic support of
Injury: normal
CO, SVR
vascular tone
or phenylephrine
Fluid resuscitation as
37
CO, normal to
Normal to HR,
SVR
milrinone, dopamine
hepatomegaly BP
Judicious fluid
replacement as indicated
course
clinically
Suspected Source
No
source
evident
Alternative Therapy
Antibiotic Therapy
Third-generation
in cephalosporin,
healthy host
Nafcillin
and
eg, aminoglycoside*,
is
immunocompromised
Ceftazidime 2 g IV q8h
aminoglycoside*
piperacillin/tazobactam
imipenem
or
piperacillin/tazobactam
aminoglycoside*
Vancomycin
plus
Bacterial
community acquired
Bacterial
aminoglycoside*
ceftazidime, imipenem, or
piperacillin/tazobactam
Levofloxacin 500 mg IV
q24h,
cotrimoxazole
or
38
plus aminoglycoside*,
hospital acquired
macrolide
piperacillin/tazobactam
plus aminoglycoside*,
macrolide
Third-generation
Mixed
aerobic/anaerobic cephalosporin
abdominal
aspiration
pelvic
or
plus clindamycin,
plus
imipenem,
necrotizing cellulitis
plus
Ceftriaxone 2 g IV q12h
Meningitis
plus vancomycin
vancomycin ,
chloramphenicol
plus
cotrimoxazole
plus
vancomycin
Cellulitis/erysipelas
TSS
or
Nafcillin 2 g IV q4h
Cefazolin,
vancomycin,
clindamycin
necrotizing fasciitis
q8h
vancomycin, nafcillin
39
Daftar Pustaka
1. Behrman RE , Nelson Textbook Of Pediatrics 17th Edition , W.B.
Saunders Company , Philadeplhia : 2000
2. Mansjoer Arif. 2000. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Media
Aesculapius FK UI. Jakarta
3. Tambunan L Karmel, 1990. Penatalaksanaan Gawat Darurat. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
4. Rudolph M Abraham. Fundamentals of pediatrics. Third edition. 2002
5. Gellis & Kagans. Current Pediatric Therapi. 1996. Philadelphia
London Toronto Montreal Sydney Tokyo
6. Mc Millan MD. OskiS Pediatrics principle and practice. 1999
7. Hay W William. Current pediatric diagnosis and treatment. 13th edition.
1999
8. Graber . Prof Mark A , Terapi Cairan , Elektrolit dan Metabolik , Edisi
pertama , Farmedia , Jakarta : Januari 2002 , hal : 1 14
9. Hall . Jesse B. M.D , Schmidt ,Gregory A. M.D , Wood, Lawrence D.H
M.D Ph.D , Principles of Critical Care , second Edition , McGraw Hill ,
Illinois : 1999 , hal : 263 311
10. Pedoman Cairan Infus, Edisi Revisi VIII, PT Otsuka Indonesia : 2003
11. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi intensif FKUI ,
Anestesiologi , CV. Infomedika , Jakarta : 1989 . hal : 186 195
12. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi intensif FKUI ,
Anestesiologi , CV. Infomedika , Jakarta : 1989 . hal : 186 195
13. Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan , Penatalaksanaan
syok pada anak , SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran RSUP Dr. Hasan Sadikin , Bandung : Mei 2000
40
14. http://www.mediscene.com/medpub/fluid.htm
15. http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?
idktg=10&iddtl=283
16. http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?
idktg=10&iddtl=283
17. www.mayoclinic.com
18. http://sinoemedicalassociation.org/surgery/shock.htm
19. http://www.healthatoz.com/healthatoz/Atoz/ency/shock.jsp
20. www.wikipedia.com
41
REFERAT
OLEH:
Budi Arifianto
030.01.040
PEMBIMBING:
Dr. RIZA MANSYOER, Sp.A(K)
43