Anda di halaman 1dari 15

TEKNOLOGI PULP DAN KERTAS

SULFAT (KRAFT) PULPING

DISUSUN OLEH :

Nur Wahidun Kurniasih


1109065007

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan kertas semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia pun sungguh
memperlihatkan angka yang menakjubkan. Data APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas
Indonesia) menunjukkan bahwa antara tahun 1987-1996 jumlah ekspor kertas
Indonesia selalu lebih besar dari jumlah impornya, dengan tingkat pertumbuhan
tahunan sebesar 26,11%. Namun, fenomena ini memberikan fakta bahwa tingkat
penggunaan bahan baku, yang dalam hal ini adalah kayu, sangat besar. Hal ini
mengakibatkan ketersediaan kayu yang semakin terbatas dan semakin parahnya
degradasi yang terjadi di dalam hutan. Salah satu usaha dalam mengefisiensikan
pemanfaatan kayu dalam penggunaannya sebagai bahan baku pulp dan kertas adalah
menggantikan peranan kayu dengan bahan lain yang potensial.
Proses dalam industri pulp dan kertas kebanyakan adalah menggunakan
proses kimia, yaitu proses soda, sulfat (kraft), sulfit, dan organosolv.
Metode kraft pertama kali digunakan secara komersil di Sweden pada tahun
1885. Kraft pulp diakui memiliki sifat-sifat kekuatan yang unggul dan merupakan
jenis kertas baru. Pabrik-pabrik yang menggunakan proses kraft dimulai pada tahun
1930an dengan pengenalan tungku pemulihan oleh Tomlinson, dimana akhir
penguapan dan pembakaran yang cepat dikombinasikan dengan pemulihan uap panas
dan bahan kimia dalam proses tunggal. Akhirnya, perkembangan dan promosi klorin
dioksida oleh Howard Rapson di akhir tahun 1940an dan awal tahun 1950an
membuka jalan untuk mencapai tingkat kecerahan yang sama dengan pulp sulfit.
Karena perkembangan proses kraft, maka makalah ini dibuat untuk lebih mengetahui
bagaimana proses pembuatan pulp dan kertas dengan metode kraft tersebut.

BAB 2

DASAR TEORI
Proses kraft adalah suatu proses pembuatan pulp dengan proses kimia. Proses
ini menghasilkan pulp dengan kekuatan yang lebih tinggi di banding proses mekanis
dan semikimia, namun rendemen yang dehasilkan lebih kecil karena komponen yang
terdegradasi lebih banyak. Proses kraft awalnya dipatenkan tahun 1854. Pada tahun
1865 mencakup pengabuan cairan soda untuk melindungi banyaknya alkali yang
digunakan dalam proses. Keberhasilan pabrik soda pertama kali adalah ketika
beroperasi pada tahun 1966. Sedikitnya pabrik soda dalam memproduksi pulp masih
beroperasi di seluruh dunia dengan menggunakan bahan baku hardwood dan non
kayu yang berserat. C.F Dahl dihargai dengan perkembangan proses kraft (atau
sulfate) dalam upaya mencari pengganti akan mahalnya sodium karbonat (abu soda)
sebagai rangkaian dari daur kimia proses soda, dia melakukan percobaan dengan
menambahkan sodium sulfate (saltcake) untuk tungku pemulihan. Setelah itu Dahl
menemukan bahwa sulfida selama pemasakan larutan yang dipercepat dengan proses
delignifikasi dan menghasilkan pulp yang lebih kuat; dia memperoleh hak paten
untuk prosesnya tersebut pada tahun 1884.
Larutan utama yang digunakan dalam proses kraft adalah natrium hidroksida
(NaOH) dan natrium sulfida (NaS). Natrium hidroksida merupakan bahan kimia
pemasak utama yang berfungsi untuk mempercepat kelarutan lignin, sedangkan
natrium sulfida merupakan komponen aktif tumbuhan yang berfungsi untuk
menggantikan bahan alkali yang hilang selama proses pemasakan sehingga
konsentrasi larutan pemasak alkali tetap stabil. Suhu pemasakan yang digunakan
umumnya berkisar antara 170-180C. Suhu di bawah 170C tidak memberikan
keuntungan terhadap nilai rendemen dan kualitas pulp yang dihasilkan. Selain itu
terhadsuhu 180C akan menyebabkan degradasi selulosa semakin meningkat.
Reaksi kimia yang terjadi pada proses kraft diantaranya bentuk lignin yang
sebenarnya pada chip kayu merupakan hasil pemecahan dari ion-ion hidroksil (OH)

dan hidrosulfid (SH). Pada saat pemasakan kira-kira sebanyak 80% lignin, 50%
hemiselulosa dan 10% selulosa dihancurkan. Terjadi reaksi kondensasi dengan
karbohidrat. Sehingga berakibat lignin sulit untuk dipindahkan dari serat. Ion
hidrosulfid mengurangi reaksi kondensasi dengan memblok kelompok yang tidak
aktif. Pada metode pulp terdapat dua tenaga pendorong seperti konsentrasi alkali dan
suhu.
Parameter dalam proses kraft diantaranya:
Faktor faktor yang mempengaruhi proses pemasakan pulp kraft yaitu :
1. Chip Size
Ketebalan chip sangat berpengaruh dalam proses pulping, ketika cairan
pemasak akan menembus chip pada semua sisi. Jika chip tebal, cairan
pemasak tidak akan menembus bagian dalam chip, sehingga bagian tersebut
tidak terjadi proses pemasakan.
2. Chip Bulk Density
Merupakan parameter yang penting pada saat pengisian digester. Hal ini
menentukan jumlah pulp yang dapat masukd dan dinyatakan dalam kg/m3 .
Chip bulk density dipengaruhi oleh wood density dan chip size.
3. Chip Moisture
Mempunyai pengaruh pada yield yang diperoleh, kappa number, dan kualitas
pulp. Jika moisture terlalu rendah maka akan sulit untuk menghasilkan chip.
Dengan mengetahui moisture content chip dapat dihitung wood input yang
masuk kedalam digester. Supaya terjaga konsentrasi liquor dan alkali secara
konstan. Moisture content sebaiknya dijaga dalam level 40-50%.
4. Bark (Kulit kayu) dan kontaminasi lainnya
Bark merupakan komponen yang tidak diinginkan dalam produksi
pulp karena bark

berisi 20-30% selulosa dan 20-30% ekstrktif dan

selebihnya lignin. Bark sendiri akan menaikkan konsumsi alkali dan


menguragi

kekuatan

pulp.

Kandugan

ekstraktif

yang

tinggi

menyebabkan masalah di evaporator dan pitch pada pulp machine.


5. White Liqour Properties

White liqour merupakan bahan kimia pemasak pada metode sulfat (kraft
cycle) dalam bentuk aqueous solution dimana kandungannya terdiri dari
NaOH, Na2S, (Na2SO4.Na2CO3). White liquor digunakan untuk mengurangi
kandungan lignin dalam digester dan juga untuk ekstraksi selulosa. Digester
yang digunakan adalah digester continue.
6. Cooking Control Variable
Variabel yang digunakan yaitu waktu dan temperatur. Reaksi delignifikasi
bergantung pada temperatur. Kenaikan temperatur yang kecil menyebabkan
pengaruh yang besarpada reaksi delignifikasi seperti kenaikan 10oC dari
160oC menjadi 170oC akan menyebabkan dua kali delignifikasi.
7. Alkali Charge
Efektifitas normal alkali charge memiliki nilai antara 10-18% Na2O dalam
drywood tergantung dari jenis kayu, kondisi pemasakan dan derajat
deligniikasi yang dibutuhkan. Kelebihan alkalli dapat menyebabkan kenaikan
angka delignifikasi dan mengurangi yield.
8. Liquor to wood ratio
Rasio liqour : wood (normal rasio 3 : 1 atau 5 : 1) kelebihan black liquor yang
berasal dari digester ke chip untuk menaikkan rasio liquorwood.

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Proses Kraft
Pada proses Kraft mula kayu dipotong-potong dengan mesin pemotong
hingga ukuran kurang lebih 5cm, potong-potongan ini kemudian diayak. Kayu yang
halus dimasukkan kedalam tempat penampung yang kemudian akan digester
(dimasak). Setelah potongan-potongan kayu tersebut di masukkan ke dalam digester,
kemudian dimasukkan pula natrium sulfida dan NaOH, kemudian dipanaskan dengan
uap dan di aduk dengan suatu alat pengaduk yang terdapat dalam digester tersebut.
Digester ini dibuat dari logam steel dan tekanan uap 110lb/in2. Pulp yang telah
jadi dikeluarkan dan dicuci dengan air dalam tanki pencuci sehingga liquornya akan
terpisah. Liquor yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tanki penampung untuk
direcovery. Pulp yang sudah dicuci disaring lagi dengan saringan rotary drum filter,
kemudian hasilnya diputihkan dengan kalsium hipoklorit sehingga hasilnya sudah
agak putih. Selanjutnya diinetralkan dengan CaO atau NaOH, dicuci dan dikeringkan.
Hasilnya terbentuklah pulp kering.

Gambar 3.1 Proses Kraft Pulp

3.2 Alat Digester (Cooking) yang digunakan pada Proses Kraft


Digester adalah alat pemasak chip/serpihan kayu yang berbentuk silinder yang
disusun tegak, yang dirancang untuk tekanan dan temperatur tinggi dan terdapat 2
saringan yang dilas di dalam digester. Dimana tempat saringan terletak di bagian atas
digester yang disebut relief strainer dan yang satunya terletak di bagian tengah
digester yang disebut middle strainer. Fungsi dari strainer adalah untuk menjaga agar
serat kayu yang sedang dimasak tidak keluar dari digester pada waktu
mensirkulasikan cairan masak dan pada waktu membuang gas yang ada di digester.
Digester terdiri dari :
a. Conveyor
alat pengangkut serpihan kayu dari chip pile ke digester bagian atas
b. Liquor heater
Merupakan alat penukar panas yang berbentuk tegak yang diletakkan
berdampingan dengan digester. Cara kerjanya adalah cairan pemasak mengalir
melewati pipa sedangkan steam masuk di luar pipa sehingga menjadi panas
secara tidak langsung.
c. Pompa sirkulasi
Alat yang digunakan untuk mensirkulasikan cairan pemasak dari dalam
bagian tengah digester ke bagian atas dan bawah.
d. Blow tank
Alat ini adalah tangki untuk menampung bubur kayu yang sudah siap dimasak
dari digester dan dilengkapi alat pengaduk. Agitator mencampur pulp dari
digester dengan black liquor sehingga bubur pulp dapat dipompa. Panas yang
dihasilkan dari gas oleh blow tank diproses kembali oleh blow heat
accumulator sebesar alat penukar panas yang besar.
e. Accumulator tank
Alat ini adalah tangki untuk menampung panas yang dihasilkan dari blow tank
yang dihasilkan oleh blowing. Panas tersebut diproses kembali dengan
memanaskan air yang hangat yang akhirnya air tersebut digunakan pada
bagian washing dan bleaching.
f. Relief Condenser
7

Alat untuk mengembunkan panas dari digester bagian atas pada waktu proses
pemasakan.
g. Air evacuation scrubber
Alat untuk menyerap sisa panas dari digester sesudah digester blowing.
h. Heating up white liquor and black liquor system
Alat untuk memanaskan cairan pemasak sebelum memasak.
Terdapat dua tipe digester yang yaitu:
- Batch digester

Gambar 3.2 Batch Dgester

Digester batch adalah sebuah digester besar, biasanya 70-350 m3(2.500 sampai12.500
ft3), yang diisi dengan chip dan cairan pemasak. Biasanya pabrik memiliki enam
sampai delapan digester sehingga sementara beberapa memasak, yang lain dapat
mengisi, masuk ke dalam blow tank, dan lain-lain. Pemanasan dengan uap dapat
secara langsung, di mana uap ditambahkan langsung ke digester yang mengencerkan
cairan memasak, atau secara tidak langsung, di mana uap melewati bagian dalam
tabung di dalam digester yang memungkinkan penggunaan kembali uap dan

memberikan pemanasan lebih seragam. Urutan proses pemasakan adalah sebagai


berikut:
1. Pertama, digester dibuka dan diisi dengan chip, cairan pemasak putih
(white liquor), dan cairan pemasak hitam (black liquor)
2. Setelah sirkulasi awal dari penambahan cairan pemasak, chip
ditambahkan sebagai isi tetap.
3. Digester tersebut kemudian ditutup dan pemanasan dengan uap dimulai.
Suhu akan naik selama sekitar 90 menit sampai suhu pemasakan dicapai.
4. Suhu pemasakan dipertahankan selama sekitar 20-45 menit untuk proses
kraft. Selama waktu pemanasan, udara dan gas lain yang tidak dapat
dikondensasikan dari digester tersebut dibuang.
5. Ketika pemasakan selesai, isi dari digester dibuang untuk dipindahkan ke
blow tank.
-

Continous Digester

Gambar 3.3 Continous Digester

Digester kontinu adalah digester berbentuk tabung di mana chip dipindahkan melalui
suatu aliran yang mengandung tahap presteaming, impregnasi cairan pemasak,
pemanasan, pemasakan dan pencucian. Chip masuk dan keluar digester secara terus
menerus.

Digester kontinu cenderung lebih efisien dalam hal ruang, lebih mudah untuk
mengontrol dan memberikan hasil yang lebih baik, serta mengurangi penggunaan
bahan kimia, hemat tenaga, dan lebih efisien dari digester batch dalam hal energi.
Karena digester kontinu selalu dalam kondisi bertekanan, pengumpan khusus harus
digunakan untuk memungkinkan chip pada tekanan atmosfer untuk memasuki
digester bertekanan tanpa membiarkan isi digester akan hilang. Katup rotary bekerja
seperti pintu putar. Sebuah pocket diisi dengan serpihan kayu atau sumber serat
lainnya pada tekanan atmosfer. Ketika katup diputar maka akan tersegel dari atmosfer
dan kemudian membuka ke digester dimana isinya disimpan.
Dalam prosesnya, chip diangkut oleh feed sekrup. Chip melewati pengumpanan
bertekanan tinggi dimana cairan pemasak akan membawanya ke digester. Sebagian
besar cairan dikembalikan ke pengumpan bertekanan tinggi. Impregnasi terjadi
selama sekitar 45 menit pada suhu 130C sehingga pemasakan akan jauh lebih
seragam.
3.3 Proses Chemical Recovery
Proses ini memiliki tiga fungsi utama
1. Meminimalisir dampak lingkungan limbah liqour dari proses pembuatan pulp
2. Daur ulang bahan kimia pembuatan pulp yaitu NaOH dan Na2S
3. Co-generating

Gambar 3.4 Proses Recovery Kraft

10

Evaporation (Penguapan)
Black liqour yang keluar dari proses pembuatan pulp adalah padatan sekitar 1015%. Agar efisiensi pembakaran yang keluar dari recovery boiler maksimal maka

Gambar 3.5 Highdry solids evaporators

black liqour tadi harus ditingkatkan menjadi 60-80%. Hal ini dilakukan didalam
evaporator (multiple evaporator). Evaporator berfungsi untuk menghilangkan atau
menguapkan air yang ada secara seri dengan tekanan berbeda disetiap evaporator.
Uap dari satu operator akan menjadi pasokan steam bagi evaporator selanjutnya.
-

Recovery Boiler
Recovery boiler adalah hal yang paling utama dalam proses recovery chemical
pada proses kraft. Fungsi utamanya yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menguapkan sisa kelembaban dari padatan liqour


Pembakaran bahan organik
Menyediakan panas untuk pembangkit uap
Pengurangan senyawa sulfur dioksidasi menjadi sulfida
Pemulihan bahan kimia anorganik dalam bentuk cair
Pengkondisian produk pembakaran untuk meminimalisir produk yang terbawa
bahan kimia.

11

Gambar 3.6 state of the art recovery boiler

Cairan heavy black liqour dari evaporator kemudian dimasukkan kedalam tungku. Di
dalam recovery unit, black liquor akan terpapar oleh gas panas sehingga mengalami
beberapa kejadian. Kejadian itu antara lain, pengeringan (drying), pirolisis
(pyrolysis), dan char conversion.

Gambar 3.7 Proses yang terjadi pada black liqour didalam reovery boiler

Pemanasan menyebabkan mencairnya garam natrium yang baru dibentuk yang


tersaring

ke dasar tungku. Bahan cair kemudian mengalir ke dalam tangki

pelarutan membentuk cairan hijau (green liqour).

12

Recausticizing Plant
Tujuan dari recaustcizing plant adalah untuk mengkonversi natrium karbonat
(Na2CO3 ) menjadi natrium hidroksida ( NaOH ) dan menghapus sebagian besar
kotoran yang berasal dari tungku dan lime kiln. Cairan hijau disaring untuk
menghilangkan Insolubles (ampas) dan bereaksi dengan kapur (CaO) untuk
membentuk cairan putih. Cairan putih kemudian disaring untuk menghilangkan
lumpur endapan kapur (CaCO3). Pada titik ini cairan putih dapat dimasukkan ke
digester untuk chip delignifikasi. Lumpur kapur dibakar kembali untuk
membentuk CaO dalam lime kiln, dan bahan dapat digunakan kembali dalam
mengkonversi NaCO3 ke NaOH .

Gambar 3.8 Lime Kiln with Lime Mud Dryer

13

BAB 4
KESIMPULAN
1. Proses kraft adalah suatu proses pembuatan pulp dengan proses kimia. Proses
ini menghasilkan pulp dengan kekuatan yang lebih tinggi di banding proses
mekanis dan semikimia, namun rendemen yang dehasilkan lebih kecil karena
komponen yang terdegradasi lebih banyak.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kraft antara lain:
Chip Size
Chip Bulk Density
Chip Moisture
Bark (Kulit kayu) dan kontaminasi lainnya
White Liqour Properties
Cooking Control Variable
Alkali Charge
Liquor to wood ratio
3. Digester adalah alat pemasak chip/serpihan kayu yang berbentuk silinder yang
disusun tegak, yang dirancang untuk tekanan dan temperatur tinggi dan
terdapat 2 saringan yang dilas di dalam digester. Dimana tempat saringan
terletak di bagian atas digester yang disebut relief strainer dan yang satunya
terletak di bagian tengah digester yang disebut middle strainer.
4. Digester terdiri dari conveyor; Liquor heater; Pompa sirkulasi; Blow tank;
Accumulator tank; Relief Condenser; Air evacuation scrubber ; Heating up
white liquor and black liquor system. Dan mempunyai dua tipe yaitu batch
5.

digester dan continous digester.


Pada proses chemical recovery terdiri dari Evaporation (Penguapan);
Recovery Boiler; Recausticizing Plant.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, A. Pengertian Proses Kraft. http://kintanprameswari.blogspot.com /
2011/08/pulp-dan-kertas.html. Diakses tanggal 08 Desember 2013 pukul
09.54 WITA di Samarinda.

14

2. Anonim, C. Proses Kraft Pulping. http://rizkizuriadi.blogspot.com/2011/07/


makalah-pulp-and-paper.html. Diakses tanggal 08 Desember 2013 pukul
09.54 WITA di Samarinda.
3. Anonim, C. Proses Recovery Kraft. http://www.tappi.org/content/events/
08kros/manuscripts/1-1.pdf. Diakses tanggal 08 Desember 2013 pukul 09.54
WITA di Samarinda.
4. Anonim, D. Chemical Recovery Kraft. http://dwb4.unl.edu/Chem/CHEM
869E/CHEM869ELinks/www.chem.vt.edu/chemdept/helm/3434WOOD/notes
2/recovery.html. Diakses tanggal 08 Desember 2013 pukul 11.10 WITA di
Samarinda.
5. Biermann, C. J. 1996. Handbook of Pulping and Papermaking Second
Edition. USA: Elsevier Science & Technology Books.

15

Anda mungkin juga menyukai