Tinjauan Pustaka
A. DEFINISI
Vesikolithiasis atau batu buli-buli adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti
batu yang terbentuk di kandung kemih, yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan
garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.
Batu buli-buli atau vesikolithiasis sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan
miksi atau terdapat benda asing di buli-buli. Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien
hiperplasia prostat, striktura uretra, divertikel buli-buli atau buli-buli neurogenik. Kateter yang
terpasang pada buli-buli pada waktu yang lama, adanya benda asing lain yang secara tidak
sengaja dimasukkan ke dalam buli-buli seringkali manjadi inti untuk terbentuknya batu buli-buli.
Selain itu batu buli-buli dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli.
Vesikolithiasis dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu yang
berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar bersama dengan
urine ketika berkemih. Batu berada di saluran kemih bagian bawah yaitu di kandung kemih dan
uretra dapat menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun
tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah kemaluan
dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon ureter terhadap batu tersebut,
dimana ureter akan berkontraksi yang dapat menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.
B. EPIDEMIOLOGI
Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat terhenti
di ureter atau kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalsium. Batu
oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat, secara bersama dapat dijumpai sampai 65-85% dari
jumlah keseluruhan batu ginjal.
Di negara-negara berkembang masih sering dijumpai batu endemik pada buli-buli yang
banyak dijumpai pada anak-anak yang menderita kekurangan gizi atau yang sering menderita
dehidrasi atau diare.
Di beberapa rumah sakit di Indonesia dilaporkan ada perubahan proporsi batu ginjal
dibandingkan batu saluran kemih bagian bawah. Hasil analisis jenis batu ginjal di Laboratorium
Patologi Klinik Universitas Gadjah Mada sekitar tahun 1964 dan 1974, menunjukkan kenaikkan
proporsi batu ginjal dibanding proporsi batu kandung kemih. Sekitar tahun 1964-1969
didapatkan proporsi batu ginjal sebesar 20% dan batu kandung kemih sebesar 80%, tetapi pada
tahun 1970-1974 batu ginjal sebesar 70% (101-144 batu) dan kandung kemih 30% (43/144
batu ).
Pada tahun 1983 di Rumah Sakit DR. Sardjito dilaporkan 64 pasien dirawat dengan batu
saluran kemih, batu ginjal 75% dan batu kandung kemih 25%. Kejadian batu saluran kemih
terdapat sebesar 57/10.000 pasien rawat inap. Pada tahun 1986 dilaporkan prevalensi batu
saluran kemih sebesar 80/10.000 pasien rawat inap. Batu ginjal ditemukan 79 dari 89 pasien batu
saluran kemih tersebut. Tampaknya proporsi batu ginjal relatif stabil.
C. ETIOLOGI
Terbentuknya batu pada saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
di sekitarnya.
Faktor intrinsik itu antara lain adalah:
1. Herediter(keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.
2. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu berwarna
kuning, mudah hancur daripada whewellite.
Farmakologi
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat
keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau
obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada
intensitas nyeri. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, vesiokolithiasis
dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah
atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
Tindakan Operasi
Penanganan vesikulolithiasis, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan
batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak
merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan litotripsi
ataupun jika terlalu besar memerlukan pembedahan terbuka yaitu vesikolitomi merupakan
operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urinaria.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui batu radiolusen dan dilatasi sistem
kolektikus. Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk membedakan batu
kalsifikasi dan batu radiolusen.
b. Pemeriksaan radiografi
Foto abdomen biasa:
Keterbatasan pemeriksaaan foto sinar tembus abdomen adalah tidak dapat untuk menentukan
batu radiolusen, batu kecil dan batu yang tertutup bayangan struktur ttulang. Pemeriksaan ini
tidak dapat membedakan batu dalam ginjal dan batu luar ginjal.
c. Urogram
Deteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian (filling) (batu asam urat, xantin, 2,8dihidroksiadenin ammonium urat)
Pemeriksaan laboratorium rutin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan pH, berat jenis air kemih,
sedimen air kemih untuk menentukkan hematuri, leukosituria, dan kristaluria. Pemeriksaan
kultur kuman penting untuk adanya infeksi saluran kemih. Apalagi batu keluar, diperlukan
pencarian faktor risiko dan mekanisme timbulnya batu.
F. PENCEGAHAN
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun
batu