005/BM/2009
PEDOMAN
Konstruksi dan Bangunan
Daftar Isi
Prakata ........................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................ii
Daftar Tabel ................................................................................ iv
Daftar Gambar ............................................................................ v
Pendahuluan............................................................................... 1
1. Ruang lingkup ....................................................................... 1
2. Acuan normatif ...................................................................... 1
3. Istilah dan definisi ................................................................. 1
4. Umum ................................................................................... 8
4.1. Tipe dan Komponen Berbagai Jembatan Rangka.......... 8
4.2. Mutu Bahan Komponen Jembatan ............................... 15
4.2.1. Mutu Bahan Komponen Jembatan Belanda Baru ... 15
4.2.2. Mutu Bahan Komponen Jembatan Austria ............. 15
4.3. Baut Jembatan ............................................................. 16
4.3.1. Baut Jembatan Rangka CH ................................... 16
4.3.2. Baut Jembatan Rangka Belanda ........................... 18
4.3.3. Kunci Momem Torsi Manual Jembatan Rangka
Belanda Baru ........................................................ 19
4.3.4. Baut Austria ........................................................... 20
4.4. Sistem perletakan ......................................................... 23
4.4.1. Sistem Perletakan CH ............................................ 23
4.4.2. Sistem Perletakan Jembatan Rangka Belanda ...... 23
4.4.3. Alat Dongkrak Hidrolis ............................................ 25
4.4.4. Sistem Perletakan Austria, Australia ...................... 25
4.5. Sistem Lantai................................................................ 25
4.5.1. Sistem Lantai Jembatan Rangka Belanda Baru ..... 25
4.5.2. LHD - Profile (besi siku pinggir untuk lantai) ........... 27
ii
iii
Daftar Tabel
Tabel 1 Mutu bahan baja jembatan CH ..................................... 15
Tabel 2 Dimensi Baut High Yield Steel (H.Y.S.) ....................... 17
Tabel 3 Dimensi Baut Mild Steel (M.S.).................................... 17
Tabel 4 Kunci Momem Torsi Manual Jembatan Rangka Belanda
Baru ........................................................................... 20
Tabel 9 Sifat Bahan dan Perusakan Bahan dan Struktural yang
Ditentukan selama Uji Lapangan Jembatan Beton ..... 57
Tabel 10 Sifat Bahan dan Cacat Bahan dan Struktural yang
Ditentukan selama Pengujian Lapangan Jembatan Baja
.59
Tabel 11 Sifat Bahan yang Diuji dalam Laboratorium pada
Spesimen yang Diambil dari Jembatan Beton dan Baja
.77
iv
Daftar Gambar
Gambar 1 Jembatan Rangka Baja CH sistem Through Type ...... 9
Gambar 2 Jembatan Rangka Baja CH sistem Deck Type ........... 9
Gambar 3 Elemen Tipikal Jembatan Rangka Baja CH .............. 10
Gambar 4 Jembatan Rangka Baja Australia ............................. 11
Gambar 5 Elemen Tipikal Komponen Jembatan Rangka Baja
Australia, Austria, Bukaka, KBI, dan Spanyol .......... 11
Gambar 6 Jembatan Rangka Belanda Baru .............................. 12
Gambar 7 Urutan/pemasangan Komponen R.B.B di atas
perletakan. 1. Diafragma didudukkan pada "Uper
bearing plate" dan memasang "Tap bolt". 2. Pasang "
End Bottom Chord" dan "Bottom Chord" pada "Upper
bearing Plate".3. Pemasangan selanjutnya yaitu
"Gusset Plate" dimasukkan pada cela antar
"Diafragma" dan "Bottom Chord" tersebut.
12
Gambar 8 Tipikal Jembatan Rangka Baja Austria, Bukaka, KBI,
dan Spanyol ............................................................ 13
Gambar 9 Jembatan Panel Bailey - Acrow ................................ 13
Gambar 10 Jembatan Rangka Semipermanen Australia........... 14
Gambar 11 Jembatan Transpanel Australia .............................. 14
Gambar 12 Bentuk Baut yang Dipergunakan dalam Jembatan
Callender Hamilton ............................................... 16
Gambar 13 Baut Jembatan Rangka Baja Belanda .................... 19
Gambar 14 Baut Standar Metrik................................................ 22
Gambar 15 Sistem Perletakan Jembatan CH............................ 23
Gambar 16 Sistem Perletakan Jembatan Rangka Baja Austria. 24
Gambar 17 Pelat baja bergelombang Jembatan Rangka Baja
Belanda Baru ........................................................ 26
Gambar 18 Sistem pemasangan pelat lantai di Jembatan Rangka
Austria dan Jembatan Rangka Bukaka ................. 27
Gambar 19 Pelat baja bergelombang Jembatan Rangka Austria
............................................................................. 28
Gambar 20 Pelat baja bergelombang Jembatan Rangka Bukaka
............................................................................. 28
vi
vii
Pendahuluan
Dalam rangka memantapkan kestabilan sarana perhubungan
lalu-lintas angkutan darat yang sangat penting artinya bagi
pembangunan nasional sebagai perwujudan nyata terhadap
pelayanan jasa distribusi yang meliputi jasa angkutan dan jasa
perdangangan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, oleh
karena itu jaringan jalan dan jembatan merupakan hal yang
utama untuk dijaga kemampuan daya layannya. Pemerintah
memiliki wewenang untuk mengupayakan sistem jaringan jalan
dan jembatan yang mantap sesuai dengan tuntutan zaman dalam
rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional dalam
menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.
Jembatan yang merupakan bagian dari jalan sangat diperlukan
dalam sistem jaringan transportasi darat yang akan menunjang
pembangunan nasional di masa yang akan datang. Oleh sebab
itu perencanaan, pembangunan dan rehabilitasi perlu
diperhatikan sehingga dapat mencapai sasaran umur jembatan
yang direncanakan.
Saat ini tidak kurang 88 ribu buah jembatan atau ekuialen
dengan panjang kurang lebih 1000 km yang telah dibangun dan
diinventarisasi walaupun sebagian kecil merupakan peninggalan
masa penjajahan. Dari jumlah tersebut tidak kurang dari 29 ribu
buah jembatan berada di ruas jalan nasional dan provinsi atau
ekuialen dengan panjang kurang lebih 482 km dan sisanya
berada di ruas jalan kabupaten,
dan tersebar di seluruh
kepulauan Indonesia yang berjumlah sekitar 17.000 pulau.
Jembatan rangka baja yang merupakan salah satu jenis
bangunan atas jembatan adalah bagian yang penting dari
jembatan, maka pemanfaatan rangka baja jembatan harus
seefektif dan seefesien mungkin, mulai dari tahap perencanaan,
fabrikasi dan pelaksanaan hingga rehabilitasi, sehingga dana
yang telah dialokasikan dapat dimanfaatkan secara maksimal.
viii
ix
: Pembebanan Jembatan
SK.SNI T-12-2004
SK.SNI T-03-2005
1 dari 82
3.4. baja
material dengan kekerasan cukup tinggi yang umum digunakan
pada suatu jenis konstruksi bangunan atau jembatan.
3.5. baut
elemen untuk mengikat elemen struktur yang terpisah yang
dikencangkan dengan suatu kunci momen.
3.6. bentang jembatan
ukuran jarak as ke as pada abutmen atau pilar jembatan.
3.7. beton
material batu buatan yang mampu menahan tekan tetapi tidak
mampu menahan tarik.
3.8. callender hamilton
tipe jembatan rangka dari inggris dengan sistem sambungan
tumpu.
3.9. dongkrak hidrolis
alat untuk mengangkat girder atau elemen struktur lainnya dalam
usaha perbaikan dan pemeliharaan jembatan.
3.10. elastomer
perletakan elastik tempat tumpuan girder baja atau girder beton.
3.11. elemen
bagian dari suatu struktur jembatan.
3.12. fatik
beban pada jembatan yang bersifat berulang dan terus menerus.
2 dari 82
3 dari 82
3.20. komponen
bagian dari elemen suatu
terintegrasinya suatu sistem.
struktur
yang
mendukung
3.21. komposit
aksi perilaku bersama antara dua atau lebih material yang
memiliki karakteristik yang berbeda.
3.22. konstruksi
sistem struktur yang dibuat manusia dengan menerapkan kaidahkaidah desain.
3.23. korosi
kerusakan pada elemen jembatan akibat pengikatan uap air oleh
karat baja.
3.24. kunci momen
alat untuk mengencangkan
kekencangan tertentu.
baut
yang
dilengkapi
3.25. lendutan
perubahan geometrik elemen struktur akibat momen lentur.
3.26. longitudinal
arah memanjang jembatan
3.27. lvdt
linear variables displacement tranducers.
4 dari 82
skala
5 dari 82
3.43. struktur
suatu tatanan konstruksi buatan manusia dengan menerapkan
kaidah-kaidah alam, aturan dan spesifikasi teknis yang
merupakan pedoman bersama.
3.44. struktural
elemen-elemen jembatan yang dominan menerima beban-beban
utama.
3.45. tegangan
kondisi tarik atau tekan yang merupakan ukuran gaya per satuan
penampang.
3.46. tendon
kabel prategang yang terdiri dari banyak strand.
3.47. tingkat kerusakan
kategori kerusakan elemen struktur dalam klasifikasi yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
3.48. titik leleh
ukuran tertinggi batas linear elastik sebagai dasar perencanaan
tegangan kerja
3.49. transversal
arah melintang jembatan.
3.50. tulangan
komponen baja batangan pada beton bertulang sebagai bagian
yang menerima beban tarik.
7 dari 82
8 dari 82
9 dari 82
10 dari 82
11 dari 82
Gambar
12 dari 82
13 dari 82
14 dari 82
Kelas
43 A
50 B
55 C
Kuat
Tarik
N/mm2
430/510
490/620
550/700
s/d 16
mm
N/mm2
255
355
450
63
mm
N/mm2
225
325
-
15 dari 82
4
BAUT
RING
MUR
3
BAUT
RING
MUR
16 dari 82
Mark (notasi)
Panjang (mm)
55
65
75
85
95
115
1,32
1,41
1,50
1,59
1,68
1,86
Berat (kg)
Mark (notasi)
Panjang (mm)
52
62
72
82
92
0,51
0,55
0,59
0,63
0,67
Berat (kg)
3 lapis
17 dari 82
angka
2 lapis
angka
18 dari 82
Ada dua macam diameter baut yamg digunakan yaitu M20 dan
M24 dengan panjang yang berbeda. Panjang baut dan kelebihan
panjang ulir (min 7mm dan max 11mm) dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
19 dari 82
GVT 8400
Diameter
Panjang
Momen
Pengencangan
140 - 560 Nm
480 - 940 Nm
14 - 57 Kgm
49 - 95 Kgm
1200 - 50001bf - in
100 - 4101bf - ft
6.58 kg
12.70 kg
Berat
20 dari 82
gambar dan dalam daftar baut dengan awalan "M" serta diameter
dan panjangnya dalam milimeter (umpama M20 x 50).
Semua baut-baut konstruksi untuk penyambungan batang
sendiri-sendiri, kecuali penyambungan tumpuan kepada pelat
dasar yang berturut-turut, peredam-peredam kepada besi siku
penyambung, harus diberikan pratekanan terakhir dengan
memberi tarikan puntiran, dengan momen puntiran Ma sebagai
berikut:
Baut M20:
Pengencangan awal : Ma 1 = 400 Nm
Pengencangan akhir : Ma 2 = 500 Nm
Baut M16:
Pengencangan awal : Ma 1 = 200 Nm
Pengencangan akhir : Ma 2 = 250 Nm
Baut M12: Ma = 60 Nm, untuk klemp sandaran.
Untuk pengujian pratekan, periksalah paling sedikit 5% baut-baut
tiap sambungan jembatan permanen dengan satu meter puntir
yang dikalibrasi dengan baik, dengan satu momen puntiran:
MT = 550 Nm (M20)
MT = 275 Nm (MI6)
Jika sudut puntir tambahan adalah 0 sampai 3 ini adalah balk,
jika 30 sampai 60' adalah baik namun periksalah dua baut
tambahan pada sambungan yang sama, dan apabila lebih besar
dari 600 gantilah baut tersebut serta periksalah dua baut lagi
sambungan yang sama.
21 dari 82
22 dari 82
23 dari 82
24 dari 82
25 dari 82
26 dari 82
27 dari 82
28 dari 82
30 dari 82
Dimensi, jenis konstruksi, dan kondisi komponenkomponen utama setiap bentang jembatan dan elemen
jembatan secara individual.
Data lainnya.
31 dari 82
Pemeriksaan Inventarisasi.
Pemeriksaan Detail.
Pemeriksaan Khusus.
5.1.1. Pemeriksaan inventarisasi
Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan pada saat awal untuk
mendaftarkan setiap jembatan ke dalam database. Pemeriksaan
inventarisasi juga dilaksanakan jika pada jembatan yang
tertinggal pada waktu database dibuat. Selanjutnya pada
jembatan baru yang belum pernah dicatat harus dilaksanakan
pemeriksaan
inventarisasi.
Perlintasan
Kereta
Api,
penyeberangan sungai, gorong-gorong dan lokasi dimana
terdapat penyeberangan ferri juga diperiksa dan didaftar.
Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar
administrasi, geometri, material dan data-data tambahan lainnya
pada setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan, penjang
bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi
secara keseluruhan diberikan pada komponen-komponen utama
bangunan atas dan bangunan bawah jembatan.
Pemeriksaan inventarisasi dilakukan oleh pemeriksa dari instansi
yang terkait yang sudah dilatih atau oleh seorang sarjana yang
berpengalaman dalam bidang jembatan.
5.1.2. Pemeriksaan detail
Pemeriksaan detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan
dan elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan untuk
32 dari 82
34 dari 82
LAPISAN PERMUKAAN
Permukaan yang licin
Permukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapisan
permukaan
Lapisan permukaan yang bergelombang
Lapisan permukaan yang berlebihan
TROTOAR/KERB
Permukaan trotoar yang licin
Lubang/retak/kasar pada trotoar
Bagian hilang
UTILITAS
Tidak berfungsi
35 dari 82
Penyebab kerusakan
Kebocoran sambungan
siar-muai,
2. Korosi angker tendon,
3. Korosi tendon dengan
tanda extemal akibat
kualitas yang rendah dari
grouting di dalam saluran
kabel prategang.
36 dari 82
1.
37 dari 82
38 dari 82
TETESAN AIR
KATODA
ANOD
A
KATODA
BAJA
Keterangan gambar :
Penyelesaian masalah dasaranoda : 2Fe 2Fe+++ 4e-, katoda: O2+ 2H2O+ 4e- 4(OH)-.
Contoh hasil penyelesaian masalah korosi - dalam hal jumlah
terbatas oksigen:
Fe+++ 2(OH)- Fe(OH)2,- dalam kasus dari akses yang lebih
bebas dari oksigen:
2Fe+++ 4(OH)- + O2+ (n+1)H2O 2Fe(OH)3 x nH20, 4Fe++ +
3O2 2Fe2O3.
Gambar 21 Mekanisme Korosi Permukaan Baja Struktural
BAJA
AIR
ANODA
KATODA
BAJA
39 dari 82