Anda di halaman 1dari 22

Struktur dan Mekanisme Pernafasan

Kelompok E3
Luthan Davin Cesario 10 2011 033
Nurain Balqis 10 2011 436
Kelly 10 2012 078
Felix Rico Suwandi 10 2012 239
Andrian Maulana 10 2012 125
Aurelia Claudia Iben 10 2012 416
Devi Caroline Tandungan 10 2012 332
Nike Pebrica 10 2012 518
Brenda Tjoanda 10 2012 470
Syella Trianuary 10 2012 421
Adriansyah 10 2012 268

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510

Daftar Isi

Daftar Isi

Pendahuluan

Makroskopik Sistem Pernapasan Manusia

Mikroskopik Sistem Pernapasan Manusia

10

Jenis Pernapasan

15

Inspirasi

15

Ekspirasi

16

Ventilasi Gas

17

Difusi Gas

18

Transportasi Gas

19

Penutup

22

Daftar Pustaka

23

Pendahuluan
Sistem pernapasan merupakan sebuah sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Sesak napas
merupakan perasaan sulit untuk bernapas. Sesak napas berhubungan dengan adanya
gangguan pada sistem pernapasan pada waktu inspirasi ataupun ekspirasi. Respirasi adalah
pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan
karbondioksida (CO2) yang merupakan hasil dari metabolisme tersebut yang kemudian
dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Dalam proses respirasi ini berperan berbagai macam
organ yang berfungsi untuk mengangkut udara dan sebagai alat pertukaran udara.
Di organ-organ tersebut pun tentunya akan berhubungan dengan bagian-bagian lain
yang kemudian akan membentuk suara, berperan dalam proses menelan, dan proses batuk.
Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan struktur makro dan mikro dari
organ pernafasan, serta mekanisme pernafasan.

Makroskopik Sistem Pernapasan Manusia


Struktur yang membentuk sistem pernafasan dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu struktur utama dan struktur pelengkap. Seluruh struktur tersebut terlibat dalam proses
respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen (0 2) antara atmosfer dan darah serta
pertukaran karbondioksida (CO2) antara darah dan atmosfer. Yang termasuk struktur utama
system pernapasan adalah saluran udara pernapasan, terdiri dari jalan napas dan saluran
napas, serta paru. Yang disebut sebagai jalan napas adalah hidung bagian luar (nares), hidung
bagian dalam (internal nose), sinus paranasal, faring, dan laring. Saluran napas adalah trakea,
bronki dan bronkioli
Hidung di bagian eksternalnya berbentuk piramid disertai dengan suatu akar dan
dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin, dan jaringan
fibroareolar.1 Rongga hidung di bagian dalam terbagi atas beberapa bagian, septum nasal
yang merupakan pembagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga nasal. Bagian
anterior dari septum adalah kartilago, sehingga lubang hidung (nostril) dibatasi oleh
kartilago. Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung dan dikelilingi oleh ala
major dan ala minor kartilago. Membran mukosa nasal merupakan kulit pada bagian
eksternal permukaan hidung yang mengandung folikel rambut, keringat, dan kelenjar
sebasea, merentang sampai vestibula yang terletak di dalam nostril. Kulit di bagian dalam ini
mengandung rambut (vibrissae) yang berfungsi untuk menyaring partikel udara yang
terhisap. Fungsi membran mukosa nasal secara umum adalah untuk menyaring partikel kecil,
penghangatan, dan pelembaban udara yang masuk.
Tulang hidung membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung. Vomer
dan lempeng perpendicular tulang etmoid membentuk bagian posterior septum nasal. Lantai
rongga nasal adalah palatum durum yang terbentuk dari tulang maksila dan palatinum.
Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribriform tulang
ethmoid, pada sisi anterior dari tulang frontal dan nasal, dan pada sisi posterior dari tulang
sphenoid. Terdapat juga konka superior, medial, dan inferior yang menonjol pada sisi medial
dinding lateral rongga nasal. Dibawahnya ada meatus superior, medial, dan inferior yang
merupakan jalan udara rongga nasal.
Sinus paranasalis terdiri dari empat pasang, yaitu sinus frontal, sinus ethmoid, sinus
maksillaris, dan sinus sphenoid. Sinus ini berupa kantong tertutup yang dilapisi membran
mukosa. Sinus ini berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan
4

tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk
serta memproduksi mukus.2
Sinus maksillaris letaknya sebagian berada pada tulang maxilla, berbentuk piramid
yang meluas di bawah orbita dan dasarnya dipisahkan dari akar gigi-gigi molar dan premolar
oleh sebuah lempeng tulang yang tebalnya hanya beberapa mm, pendarahan oleh a. facialis,
a. palatina major, a. infraorbitalis yang merupakan lanjutan a. maxillaris interna dan Aa.
alveolaris superior anterior dan posterior cabang a. maksilaris interna, dipersyarafi oleh n
infraorbitalis dan nn. alveolaris superior, anterior dan posterior. 2
Sinus frontalis terletak disebelah posterior terhadap arcus superciliaris antara tabula
externa dan tabula interna os. frontale, derajat meluasnya sinus ke dalam tulang dahi, sangat
bervariasi dan biasanya sinus ini tidak simetris didekatnya terletak lekuk tengkorang depan
dan atap orbita. Pendarahannya disuplai oleh cabang-cabang a. ophthalmica, yakni a
supraorbitalis dan a. ethmoidalis anterior, darah baliknya bermuara ke dalam vena
anastomotik pada incisura supra orbitalis yang menghubungkan vena-vena supraorbitalis dan
ophthalmica superior, dipersarafi oleh n supraorbitalis.2
Sinus ethmoidalis tersusun atas rongga-rongga kecil tidak beraturan yang disebut
cellulae ethmoidales, rongga-rongga kecil ini berdinding tipis di dalam labyrinth ossis
ethmoidalis, disempurnakan oleh tutang-tulang frontale, maxilla, lacrimale, sphenoidale dan
palatinum. Pendarahan oleh aa. ethmoidales anterior dan posterior serta a. sphenopalatina,
pembuluhnya melewati vena-vena yang namanya sama dengan arteri dan dipersarafi oleh nn.
ethmoidales anterior dan posterior serta cabang orbital ganglion pterygopalatinum.2
Sinus Sphenoidalis dipisahkan oleh sebuah sekat sagital, terkadang sekat ini tidak
lengkap, atapnya dibentuk oleh sela tursika pada dasar tengkorak, terletak disebelah posterior
terhadap bagian atas rongga hidung di dalam corpuss ossis sphenoidalis bermuara ke dalam
recessus spheno-ethmoidalis. Pendarahannya oleh a. ethmoidalis posterior dan cabang
pharyngeal a. maxilla interna, persarafannya oleh n. ethmoidalis posterior dan cabang orbital
ganglion pterygopalatinum.2

Gambar 1. Struktur anatomi nasal


Faring berbentuk tabung muskular yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak
sampai esofagus. Faring terdiri dari tiga (lihat Gambar 2) yaitu Nasofaring yang merupakan
bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga nasal melalui dua naris internal
(choana). Terdapat dua tuba eustachius (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga
tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang
telinga, Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh palatum molle, suatu perpanjangan
palatum keras tulang dan Laringofaring yang mengelilingi mulut esofagus dan laring, yang
merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.

Gambar 2. Anatomi faring

Laring atau kotak suara merupakan penghubung faring dengan trakea. Laring adalah
tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh tiga kartilago
berpasangan dan tiga kartilago tidak berpasangan.
6

Kartilago berpasangan terdiri dari kartilago tiroid (jakun) yang terletak di bagian proksimal
kelenjar tiroid. Pada laki-laki ukurannya lebih besar dan lebih menonjol akibat hormon yang
disekresi saat pubertas, kartilago chricoid yang merupakan cincin anterior yang lebih kecil
dan lebih tebal kartilago ini terletak di bawah kartilago tiroid dan epiglottis, katup kartilago
elastis yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid. Saat menelan, epiglottis secara
otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan ke saluran
pernapasan.
Kartilago tidak berpasangan terdiri dari kartilago aritenoid, terletak di atas dan di kedua sisi
kartilago krikoid dan melekat pada pita suara sejati. Kartilago kornikulata, melekat pada
bagian ujung kartilago aritenoid, dan kartilago kuneiform, berupa batang-batang kecil yang
membantu menopang jaringan lunak.

Gambar 3. Anatomi laring


Trakea atau pipa udara adalah tuba yang terletak di atas permukaan anterior esofagus. Tuba
ini merentang dari laring pada area vertebra serviks keenam sampai area vertebra toraks
kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus, yaitu bronkus dekstra dan bronkus
sinistra. Bronkus akan bercabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus dibedakan menjadi dua,
yaitu bronkiolus terminalis dan brinkiolus respiratorik. Bronkiolus yang nantinya bercabang
lagi menjadi alveolus.

Gambar 4. Trakea

Paru-paru terdiri dari dua lobus, yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Masing-masing dari
lobus tersebut terbagi lagi, yaitu pada lobus kanan terbagi menjadi tiga lobus, sedangkan pada
lobus kiri terbagi menjadi dua lobus. Di dalam lobus tersebut terdapat kantong-kantong kecil
yang merupakan kantong-kantong udara paru-paru (alveolus).
Percabangan bronkus merupakan lanjutan larynx membentang setinggi cervical 6 sampai
tepi atas vertebra thoracal, ujung caudalnya menjadi bronchus principalis dexter dan sinister Bronkus
akan bercabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus dibedakan menjadi dua, yaitu bronkiolus terminalis
dan bronkiolus respiratorik. Bronkiolus bercabang lagi menjadi alveolus. 4 Bronkus primer (utama)

kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri
karena arkus aorta membelokkan trakea bawah ke kanan. Objek asing yang masuk ke dalam
trakea kemungkinan ditempatkan dalam bronkus kanan. Setiap bronkus primer bercabang 9
sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tertier dengan diameter yang semakin
kecil. Saat tuba semakin menyempit, batang atau lempeng kartilago mengganti cincin
kartilago. Bronki disebut ekstrapulmonar sampai memasuki paru-paru, setelah itu disebut
intrapulmonary.2

Gambar 5. Percabangan Bronchus.2

Masing-masing bronchus segmentorum atau tertier bercabang-cabang di dalam


sebuah unit jaringan paru yang disebut segmen bronchopulmonalis. Masing-masing segmen
bronchopulmonalis berbentuk sebuah kerucut atau piramid tak beraturan dengan puncak pada
pangkat segmentorum menghadap radix pulmonis dan basisnya terproyeksi ke arah perifer
pada permukaan paru. Unit paru pada segmen bronchopulmonal ini merupakan subdivisi
terbesar sebuah lobus paru.2
Struktur tambahan merupakan struktur penunjang yang diperlukan untuk bekerjanya
sistem pernafasan itu sendiri. Struktur tambahan terdiri iga dan otot, otot abdomen dan otototot lain, diafragma, serta pleura 3
Dinding toraks atau dinding dada dibentuk oleh tulang, otot, serta kulit. Tulang
pembentuk rongga dada, terdiri dari tulang iga (12 buah), vertebra torakalis (12 buah),
sternum (1 buah), klavikula (2 buah), dan skapula (2 buah).
Otot pernafasan, menurut kegunaannya terbagi menjadi tiga, otot inspirasi utama dan
tambahan. Otot inspirasi utama yaitu m. interkostalis ekternus, m. interkartilaginus
parasternal, dan otot diafragma. Otot inspirasi tambahan yatu m. Sternokleidomastoideus, m.
scalenus anterior, m. scalenus medius dan m. skalenus posterior.

Otot ekspirasi tambahan diperlukan ketika ada serangan asma yang membutuhkan pernafasan
aktif, terdiri dari m. interkostalis internus, m. interkartilaginus parasternal, m. rektus
abdominis, m. oblikus abdominis ekternus.
Diafragma adalah suatu septum berupa jaringan muskulotendineus yang memisahkan
rongga toraks dengan rongga abdomen sehingga diafragma menjadi dasar dari rongga toraks.
Pleura dibentuk oleh jaringan yang berasal dari mesodermal. Pembungkus ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pleura viseralis yang melapisi paru dan pleura parietalis yang
melapisi dinding dalam hemitoraks. Di antara kedua pleura ini terdapat ruang potensial yang
berisi cairan yang dapat memisahkan lapisan pleura viseralis dan pleura parietalis agar tidak
saling bersinggungan atau berlengketan.2

Mikroskopik Sistem Pernapasan Manusia


Saluran napas terdiri atas bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi adalah
saluran napas solid baik di luar maupun di dalam paru yang menghantar udara ke dalam paru
untuk respirasi. Sedangkan bagian respirasi adalah saluran napas di dalam paru tempat
berlangsungnya respirasi atau pertukaran gas.3

Gambar 6. Epitel Olfaktorius.4


Bagian superior atau atap rongga hidung, pada kedua sisi septum, dan di dalam concha
nasal superior, mengandung epitel olfaktorius yang yang sangat khusus untuk mendeteksi dan
meneruskan bebauan. Di bawah lamina propia terdapat kelenjar Bowman yang menghasilkan
10

sekret serosa, berbeda dengan sekret campur mukosa dan serosa yang dihasilkan kelenjar di
bagian lain rongga hidung.4
Epitel ini adalah epitel olfaktoris yang terdiri atas tiga jenis sel, yaitu sel penyokong
(sustentakular), sel basal, dan sel olfaktoris. Sel olfaktoris adalah neuron bipolar sensoris
yang berakhir pada permukaan epitel olfaktori sebagai bulbus olfaktoris kecil. Di dalam
jaringan ikat di bawah epitel olfaktoris terdapat N. olfaktoris dan kelenjar olfaktoris.4
Bagian konduksi sistem pernapasan terdiri atas rongga hidung, faring, laring, trakea,
bronki ekstrapulmonal dan sederetan bronki dan bronkioli intrapulmonal dengan diameter
yang semakin kecil dan berakhir pada bronkioli terminalis. Saluran ini ditunjang oleh tulang
rawan hialin. Trakea dilingkari oleh cincin-cincin tulang rawan hialin berbentuk C. Setelah
bercabang menjadi bronki yang kemudian memasuki paru, cincin hialin diganti oleh
lempeng-lempeng tulang rawan hialin. Saat diameter bronkiolus mengecil, semua lempeng
hialin menghilang dari saluran pernapasan bagian konduksi.4
Bagian konduksi saluran napas yang terkecil adalah bronkiolus terminalis. Bronkiolus
yang lebih besar dilapisi epitel bertingkat semu bersilia, seperti pada trakea dan bronki. Epitel
ini berangsur memendek sampai menjadi epitel selapis bersilia. Bronkiolus yang lebih besar
masih mengandung sel goblet yang berangsur berkurang sampai tidak dijumpai lagi pada
bronkiolus terminalis. Bronkioli yang lebih kecil dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Pada
bronkioli terminalis juga terdapat sel kuboid tanpa silia yang disebut sel clara.4
Bagian respirasi adalah lanjutan distal bagian konduksi dan terdiri atas saluran-saluran
napas tempat berlangsungnya pertukaran gas atau respirasi yang sebenarnya. Bronkiolus
terminalis bercabang menjadi bronkiolus respiratorius yang ditandai dengan mulai adanya
kantong-kantong udara (alveoli) berdinding tipis.4
Respirasi hanya dapat berlangsung di dalam alveoli karena sawar antara udara yang
masuk ke dalam alveoli dan darah vena dalam kapiler sangat tipis. Struktur intrapulmonal
lain tempat berlangsungnya respirasi adalah duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli.
Pada alveoli paru terdapat dua jenis sel, yaitu sel alveolar gepeng pneumosit tipe 1 yang
melapisi seluruh permukaan alveoli dan sel alveolar besar yaitu pneumosit tipe 2 yang
terselip di antara sel alveolar gepeng.4
Mukosa olfaktoris terdapat pada permukaan concha superior, yaitu salah satu sekat
bertulang dalam rongga hidung. Epitel respirasi di dalam rongga hidung adalah epitel
bertingkat semu silindris bersilia dan bersel goblet.4
Faring adalah ruangan di belakang kavum nasi, yang menghubungkan traktus
digestivus dan traktus respiratorius. Yang termasuk bagian dari faring adalah nasopharynx,
oropharynx, dan laringofpharynx. Nasopharynx tersusun dari epitel bertingkat torak bersilia
bersel goblet. Oropharynx terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, sedangkan
11

pada laringopharynx epitelnya bervariasi, sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk.4
Laring terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika
vokalis berlapis gepeng. Dindingnya tersusun dari tulang rawan hialin, tulang rawan elastis,
jaringan ikat, otot bercorak, dan kelenjar campur.4
Epiglotis adalah bagian superior laring, terjulur ke atas dari dinding anterior laring
berupa lembaran pipih. Tulang yang membentuk kerangka epiglotis adalah sepotong tulang
rawan (elastis) epiglotis sentral. Permukaan anterior dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk. Lamina propia dibawahnya menyatu dengan perikondrium tulang rawan
epiglotis. Sedangkan pada permukaan posterior yang menghadap ke arah laring terdiri dari
epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.4
Trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin. Cincin-cincin tulang
rawan satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan
retikulin disebut ligamentum anulare untuk mencegah agar lumen trakea tidak meregang
berlebihan. Trakea terdiri dari tiga lapisan, yaitu:4
1. Tunika mukosa, tersusun dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
Lamina basalis agak tebal dan jelas. Lamina propria mempunyai serat-serat
elastin yang berjalan longitudinal membentuk membran elastika interna. Pada
tunika ini terdapat kelenjar-kelenjar campur.
2. Tunika submukosa, terdiri dari jaringan ikat jarang, lemak, kelenjar campur
(glandula trakealis) yang banyak di bagian posterior.
3. Tunika adventisia, terdapat kelenjar campur.
Terdapat lima jenis sel-sel epitel trakea/respiratorius, yaitu:
a. Sel goblet, merupakan sel mukus yang menggelembung dan berisi
granula sekretorik.
b. Sel silindris bersilia, sel ini memiliki sekitar 300 silia di apikalnya.
Pada sel ini terdapat banyak mitokondria kecil yang menyediakan ATP
untuk pergerakan sel.
c. Sel sikat, sel ini memiliki mikrovili di apex yang berbentuk seperti
sikat.
d. Sel basal, merupakan sel induk yang akan bermitosis dan berubah
menjadi sel lain.
e. Sel sekretorik/bergranula, sel yang memiliki granula dengan diameter
100-300 milimikron yang berfungsi mengatur sekresi mukosa dan
serosa.

12

Gambar 7. Trachea Potongan Melintang.4


Bronkus intrapulmonal biasanya dikenali dari adanya beberapa lempeng tulang rawan
yang letaknya berdekatan. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan
sel goblet. Sisa dindingnya terdiri atas lamina propria tipis, selapis tipis otot polos,
submukosa dengan kelenjar bronkial, lempeng tulang rawan hialin, dan adventisia.
Bronkiolus mempunyai epitel yang rendah, yaitu epitel semu silindris bersilia dengan
sel goblet. Mukosanya berlipat dan otot polos yang mengelilingi lumennya relatif banyak.
Tidak ada tulang rawan dan kelenjar lagi, adventisia mengelilingi struktur ini.
Bronkiolus terminalis menampakkan mukosa yang berombak dengan epitel silindris
bersilia. Tidak ada sel goblet pada bronkiolus terminalis. Lamina propria tipis, selapis otot
polos, dan masih ada adventisia pada bronkiolus terminalis. Bronkiolus respiratorius
langsung berhubungan dengan duktus alveolaris dan alveoli.4

13

Gambar 8. Bronkiolus Terminalis4

Gambar 9. Bronkiolus Respiratorius4

Epitel pada bronkiolus ini adalah selapis silindris rendah atau kuboid dan dapat bersilia
di bagian proksimal saluran ini. Bagian terminal setiap bronkiolus respiratorius bercabang
menjadi beberapa duktus alveolaris. Sekelompok alveoli bermuara ke dalam sebuah duktus
alveolaris disebut sakus alveolaris. Alveoli lonjong dilapisi selapis epitel gepeng yang tidak
jelas pada pembesaran ini. Alveoli yang berdekatan memiliki septum interalveolar bersama.4

Jenis Pernapasan
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi 2, yaitu5:

14

Pernapasan dalam (internal) yaitu pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan
medium cairnya. Hal tersebut menggambarkan proses metabolisme intraseluler yang meliputi
konsumsi O2 dan pengeluaran CO2 sampai menghasilkan energi.
Pernapasan luar (eksternal) yaitu absorbsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara
keseluruhan ke lingkungan luar. Urutan proses pernapasan eksternal adalah: pertukaran udara
luar kedalam alveolus melalui aksi mekanik pernapasan yaitu melalui proses ventilasi,
pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi diantara alveolus dan darah pada pembuluh kapiler paru
paru melalui proses difusi, pengangkutan O2 dan CO2 oleh sistem peredaran darah dari paru
paru ke jaringan dan sebaliknya disebut dengan proses transportasi, pertukaran O 2 dan CO2
darah dalam pembuluh kapiler jaringan dengan sel sel jaringan melalui proses difusi.5
Inspirasi
Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan berada dalam keadaan lemas dan
tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Otot-otot insprirasi utama adalah
diafragma dan otot interkostalis eksternus. Pada awal inspirasi, otot-otot ini dirangsang untuk
berkontraksi sehingga rongga thoraks membersar. Diafragma dalam keadaan melemas
berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga thoraks. Ketika berkontraksi (pada
stimulus saraf phrenicus), diafragma turun dan memperbesar volume rongga thoraks dengan
meningkatkan ukuran vertikal.6
Otot interkostal eksternal yang serat-seratnya berjalan ke bawah dan depan antara dua
iga yang berdekatan, memperbesar rongga thoraks dalam dimensi lateral dan antero-posterior.
Ketika berkontraksi, otot intercostal eksternal mengangkat iga dan selanjutnya sternum ke
atas dan ke depan.6
Sewaktu rongga thoraks membesar, paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi
rongga thoraks yang lebih besar. Sewaktu paru membesar, tekanan intra-alveolus turun
karena jumlah molekul udara yang sama kini menempati volume paru yang lebih besar. Pada
gerakkan inspirasi biasa, tekanan intra-alveolus turun 1mmHg menjadi 759mmHg. Karena
tekanan intra-alveolus sekarang lebih rendah daripada tekanan atmosfer maka udara mengalir
ke dalam paru mengikuti penurunan gradien tekanan dari tekanan tinggi ke rendah. Udara
terus masuk ke paru sampai tidak ada lagi gradien, yaitu sampai tekanan intra-alveolus setara
dengan tekanan atmosfer. Sewaktu inspirasi, tekanan intrapleura turun menjadi 754mmHg
akibat ekspansi thoraks.6
Inspirasi dalam (lebih banyak udara dihirup) dapat dilakukan dengan mengontraksikan
diafragma dan otot intercostal eksternal secara lebih kuat dan dengan mengaktifkan otot
15

inspirasi tambahan (aksesorius) untuk semakin memperbesar rongga thoraks. Kontraksi otototot ini yang terletak di leher, mengangkat sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian
atas rongga thoraks. Dengan demikian membesarnya volume rongga thoraks dibandingkan
dengan keadaan istirahat maka paru juga semakin mengembang, menyebabkan tekanan intraalveolus semakin turun. Akibatnya, terjadi peningkatan aliran masuk udara sebelum tercapai
keseimbangan dengan tekanan atmosfer; yaitu tercapainya pernapasan yang lebih dalam.6
Ekspirasi
Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafagma mengambil posisi aslinya yang
seperti kubah. Ketika otot intercostal eksternal melemas, tulang iga yang sebelumnya
terangkat turun karena gravitasi. Tanpa gaya-gaya yang menyebabkan ekspirasi dinding dada
maka dinding dada dan paru yang semula teregang mengalami recoil ke ukuran
prainspirasinya karena sifat-sifat elastiknya, seperti balon teregang yang dikempiskan.
Sewaktu paru kembali mengecil, tekanan intra-alveolus meningkat, karena jumlah molekul
udara lebih banyak yang semula terkandung di dalam volume paru yang besar pada akhir
inspirasi kini temampatkan ke dalam volume yang lebih kecil.6
Pada ekspirasi biasa, tekanan intra-alveolus meningkat sekitar 1 mmHg di atas tekanan
atmosfer menjadi 761 mmHg. Udara kini meninggalkan paru menuruni gradien tekanannya
dari tekanan intra-alveolus yang lebih tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran
keluar udara berhenti ketika tekanan intra-alveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer
dan gradien tekanan tidak ada lagi.6
Selama pernapasan tenang, ekspirasi normalnya merupakan suatu proses pasif, karena
dicapai oleh recoil elastis paru ketika otot-otot inspirasi melemas, tanpa memerlukan
kontraksi otot atau pengeluaran energi. Sebaliknya, inspirasi selalu aktif karena ditimbulkan
hanya oleh kontraksi otot inspirasi dengan menggunakan energi. Ekspirasi dapat menjadi
aktif untuk mengosongkan paru secara lebih tuntas dan lebih cepat daripada yang dicapai
selama pernapasan tenang, misalnya sewaktu pernapasan dalam ketika olahraga. Tekanan
intra-alveolus lebih ditingkatkan di atas tekanan atmosfer daripada yang dicapai oleh
relaksasi biasa otot inspirasi dan recoil elastis paru. Untuk menghasilkan ekspirasi paksa atau
aktif tersebut, otot-otot ekspirasi harus lebih berkontraksi untuk mengurangi volume rongga
thoraks dan paru.6
Otot ekspirasi yang paling penting adalah otot dinding abdomen. Sewaktu otot
abdomen berkontraksi terhadi peningkatan terkanan intraabdomen yang menimbulkan gaya
ke atas pada diafragma, mendorongnya semakin ke atas ke dalam rongga thoraks daripada
posisi lemasnya sehingga ukuran vertical rongga thoraks menjadi semakin kecil. Otot
ekspirasi lain adalah otot intercostal internal, yang kontraksinya menarik iga turun dan
16

masuk, mendatarkan dinding dada dan semakin mengurangi ukuran rongga thoraks; tindakan
ini berlawanan dengan otot intercostal eksternal.6
Sewaktu kontraksi aktif otot ekspirasi semakin mengurangi volume rongga thoraks,
volume paru juga menjadi semakin berkurang karena paru tidak harus teregang lebih banyak
untuk mengisis rongga thoraks yang lebih kecil, yaitu paru dibolehkan mengempis ke volume
yang lebih kecil. Perbedaan antara tekanan intra-alveolus lebih meningkat sewaktu udara di
paru tertampung di dalam volume yang lebih kecil. Perbedaan antara tekanan intra-alveolus
dan atmosfer kini menjadi lebih besar daripada ketika ekspirasi pasif sehingga lebih banyak
udara keluar menuruni gradien tekanan sebelum tercapai keseimbangan. Dengan cara ini,
selama ekspirasi aktif pengosongan paru menjadi lebih tuntas dibandingkan ketika ekspirasi
tenang pasif.6
Selama ekspirasi paksa, tekanan intrapleura melebihi tekanan atmosfer tetapi paru tidak
kolaps. Karena tekanan intra-alveolus juga meningkat setara maka tetap terdapat gradien
tekanan transmural menembus dinding paru sehingga paru tetap teregang dan mengisi rongga
thoraks. Sebagai contoh, jika tekanan di dalam toraks meningkat 10mmHg, maka tekanan
intrapleura menjadi 766mmHg dan tekanan inraalveolus menjadi 770mmHg tetap terdapat
perbedaan tekanan 4mmHg.6

Ventilasi Gas
Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting pada ventilasi :
Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di
atmosfer terhadap benda benda di permukaan bumi. Di ketinggian permukaan laut,
ketinggian ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan
penambahan ketinggian diatas permuakaan laut karena kolom udara diatas permukaan bumi
menurun. Dapat terjadi fluktuasi minor tekanan atmosfer akibat perubahan kondisi cuaca. 7
Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonalis, adalah
tekanan dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran
pernapasan, udara dengan cepat mengalir mengikuti penurunan gradien tekanan setiap kali
terjadi perbedaan antara tekanana intra-alveolus dengan tekanan atmosfer, udara terus
mengalir sampai kedua seimbang. 7

17

Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini dikenal sebagai
tekanan intratoraks, yaitu tekanan yang terjadi diluar paru didalam rongga toraks. Tekanan
intrapleura biasanya lebih kecil dibandingkan tekanan atmosfer, rata rata 756 saat istirahat.
Tekanan intrapleura tidak diseimbangkan dengan tekanan atmosfer atau tekanan intraalveolus, karena tidak terdapat hubungan langsung antara rongga pleura dan atmosfer atau
paru.7
Alasan mengapa paru mengikuti gerakan dinding dada adalah adanya tekanan transmural
yang melintasi dinding paru. Tekanan intraalveolus yang setara dengan tekanan atmosfer
sebesar 760mmHg lebih besar dibandingkan tekanan intrapleura sebesar 756 mmHg,
sehingga di dinding paru yang menekan keluar lebih besar dibandingkan gaya yang menekan
kearah dalam. Gradien tekanan transmural mendorong paru kearah luar, meregangkan atau
mengembangkan paru. Apabila tekanan atmosfer yang menekan dinding toraks lebih besar
dibandingkan tekanan intrapleura yang mendorong dinding tersebut kearah luar, sehingga
dinding dada cenderung menciut.7

Difusi Gas
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen di jaringan, proses difusi gas pada saat respirasi
optimal. Difusi gas adalah bergerak gas O2 dan CO2 atau partikel lain dari area yang
bertekanan tinggi kearah yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli, O 2 melintasi membran
alveoli-kapiler dari alveoli ke darah karena adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi di
alveoli (100mmHg) dan tekanan darah kapiler sistemik yang rendah (PO 2 40mmHg), CO2
berdifusi dengan arah berlawan akibat perbedaan tekanan PCO 2 darah kapiler sistemik
45mmHg dan di alveoli 40mmHg. 7
Seperti di kapiler paru, O2 dan CO2 berpindah antara darah kapiler sistemik dan sel
jaringan melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial. Darah
arteri yang mencapai kapiler sistemik pada dasarnya adalah darah yang sama dengan yang
meninggalkan paru melalui vena pulmonalis, karena dari keseluruhan sistem sirkulasi hanya
terdapat dua tempat pertukaran gas, yaitu kapiler paru dan kapiler sistemik. PO2 arteri adalah
100 mmHg dan PCO2 arteri adalah 40 mmHg. Sel secara terus menerus mengkonsumsi O 2
dan menghasilkan CO2 melalui metabolisme oksidatif. PO2 sel besarnya rata rata 40 mmHg
dan PCO2 sekitar 46 mmHg. Oksigen berpindah melalui perpindahan gradien tekanan parsial
18

yaitu dari memasuki darah kapiler sistemik (PO 2 = 100 mmHg) ke dalam sel yang berdekatan
(PO2 = 40 mmHg) sampai tercipta keseimbangan. Dengan demikian, darah vena yang
meninggalkan kapiler sistemik setara dengan PO2 jaringan dengan rata rata 40 mmHg.
Situasi yang berlawan berlaku untuk CO2. CO2 dengan cepat berdifusi ke luar sel (PCO2 = 46
mmHg) untuk masuk ke kapiler (PCO2 = 40 mmHg) mengikuti penurunan gradien tekanan
parsial yang tercipta akibat produksi terus menerus CO 2. Perpindahan CO2 berlangsung terus
sampai PCO2 darah dan jaringan seimbang. Dengan demikian darah yang meninggalkan
kapiler sistemik memiliki PCO2 rata - rata 46 mmHg. Darah vena yang sistemik ini akan
kembali ke jantung dan kemudian dipompa ke paru paru untuk mengulangi siklus peredaran
darah. 7
Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan, luas permukaan, dan komposisi
membran, koefisien difusi O2 dan CO2, serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam
difusi gas ini, organ pernapasan yang berperan penting adalah alveoli dan darah. Adanya
perbedaan tekanan parsial dan difusi pada sistem kapiler dan cairan interstitial akan
menyebabkan pergerakan O2 dan CO2 yang kemudian masuk pada zona respirasi untuk
melakukan difusi respirasi.7

Tranportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan dari paru ke jarungan dan dari jaringan ke paru
dengan bantuan aliran darah. Oksigen yang diserap darah di paru paru harus diangkut ke
jaringan untuk dapat digunakan oleh sel sel. Sebaliknya CO2 yang diproduksi oleh sel sel
harus diangkut kedalam paru untuk dieliminasi. 7
Hemoglobin merupakan suatu molekul protein yang mengandung besi, memiliki
kemampuan untuk membentuk ikatan longgar reversible dengan O 2, Hb yang berikatan
dengan O2 disebut oksihemoglobin (HbO2). Apabila tidak berikatan dengan O2 maka Hb
disebut sebagai hemoglobin tereduksi. Reaksi ini adalah reaksi pembentukan oksihemoglobin
yang bersifat reversibel.
Hb

+ O2

HbO2

Masing masing dari keempat atom besi di bagian heme molekul hemoglobin mampu
berikatan dengan sebuah molekul O2, sehingga setiap molekul Hb dapat mengangkut sampai
19

empat molekul O2. Hemoglobin dianggap jenuh apabila semua Hb yang ada mengangkut O 2
secara maksimum. Persen saturasi hemoglobin adalah suatu ukuran seberapa banyak Hb yang
berikatan dengan O2 yang secara fisik larut dalam darah.
Pada saat darah vena yang sistemik masuk ke kapiler paru, PO 2nya lebih rendah
dibandingkan PO2 alveolus, sehingga O2 berdifusi kedalam darah dan meningkatkan PO 2
darah. Setelah PO2 darah meningkat maka presentasi Hb yang mengikat O 2 juga meningkat.
Akibatnya, sebagian besar O2 yang berdifusi kedalam darah berikatan dengan Hb, PO 2 darah
turun ke tingkat yang kira kira sama dengan tekanan pada saat memasuki paru, walaupun
jumlah total O2 sebenarnya sudah meningkat. Karena PO 2 darah kembali rendah daripada
PO2 alveolus, maka lebih banyak O2 yang berdifusi dari alveolus untuk kembali diserap oleh
Hb. Baru setelah Hb tidak dapat lagi menyimpan O2 yaitu ketika Hb mengalami saturasi
maksimum, semua O2 yang terlarut kedalam darah menentukan PO2. Pada saat inilah PO2
darah seimbang dengan PO2 alveolus dan perpindahan O2 lebih lanjut terhenti. Situasi
sebaliknya berlaku di kapiler jaringan. PO2 darah yang masuk ke kapiler sistemik memiliki
tekanan yang lebih besar, sehingga O2 segera berdifusi ke jaringan sekitarnya, sehingga PO2
darah turun. Pada saat PO2 darah turun, maka Hb dipaksa untuk melepaskan O 2 simpanannya.
Setelah Hb tidak dapat lagi nuntuk melepaskan O 2 kedalam larutan, PO2 darah baru dapat
menjadi serendah PO2 jaringan sekitarnya. 7
Sewaktu darah arteri mengalir melalui kapiler jaringan, CO2 berdifusi mengikuti
penurunan gradien tekanan parsialnya dari sel jaringan kedalam darah. Karbondioksida
diangkut kedalam darah dengan tiga cara yaitu, terlarut secara fisik; terikat ke Hb; dan
sebagai bikarbonat. Seperti O2 yang larut, jumlah CO2 yang larut secara fisik bergantung pada
PCO2. Namun hanya 10% dari kandungan CO 2 total yang diangkut dengan cara ini pada
kadar PCO2 vena sistemik normal. Tiga puluh persen CO 2 lainnyaberikatan dengan Hb untuk
membentuk karbaminohemoglobin. Karbon dioksida berikatan dengan bagian globin dari Hb,
berbeda dengan O2 yang berikatan pada bagian heme. Cara terpenting dalam pengangkutan
CO2 adalah ion bikarbonat yaitu sekitar 60% CO2, dengan reaksi sebagai berikut.
CO2 + H2O

H2CO3

H+ + HCO3-

Pada langkah pertama CO2 akan berikatan dengan H2O untuk membentuk asam
karbonat. Reaksi ini dapat berlangsung dengan sangat lama di plasma, tetapi sangat cepat di
sel darah merah karena adanya enzim eritrosit karbonat anhidrase yang menkatalisasi reaksi.
Seperti asam lainnya, molekul molekul asam karbonat secara spontan terurai menjadi ion
20

hidrogen (H+). Ketika reaksi ini berlanjut, HCO3- dan H+ mulai terakumulasi di dalam sel
darah merah di kapiler sistemik. Membransel darah merah memiliki pembawa HCO 3-_Clyang secara pasif mempermudah difusi ion ion ini ke dalam arah yang berlawanan
menembus membran. Membran relatif impermeable terhadap H+. Akibatnya HCO3- beridifusi
mengikuti penurunan gradien konsentrasinya keluar eritrosit untuk masuk kedalam plasma
tanpa diikuti oleh H+ . Ion Cl- menggantikan HCO3-, dengan pergeseran yang disebut
pergeseran klorida (chloride shift). Kemudian ion H+ akan diikat oleh Hb untuk dibawa
kedalam paru.7

Penutup
Secara keseluruhan system pernapasan manusia terdiri dari hidung, nasofaring, laring,
trakea, bronkus, dan bronkiolus. Setiap alat pernapasan manusia memiliki fungsi spesifik
sesuai dengan komponen yang di miliki. Hemoglobin adalah molekul utama yang
bertanggung jawab bagi transport oksigen dan karbondioksida dalam darah. Sistem
21

pernapasan memiliki fungsi yang tidak hanya berhubungan untuk respirasi, tetapi juga
sebagai alat pembau, untuk mengatur tekanan kapiler darah, dan lainnya.

Daftar Pustaka
1. Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta: EGC, 2009: 5-20.
2. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: FKUI; 2007.
3. Bloom, Fawcett. Buku Ajar Histologi. Ed.12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2003.h.629-49.
4. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC; 2003.h.333-344.
5. Mutaqqin A.Buku ajar

asuhan

keperawatan

dengan

gangguan

sistem

pernapasan.Jakarta : Salemba Medika.2008.h.27-8.


6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.497538.
7. Sherwood L.Fisiologi manusia. Edisi ke-2.Jakarta : EGC;2001.h.434-46.

22

Anda mungkin juga menyukai