Anda di halaman 1dari 22

CANDI-CANDI

BUDDHA
By
Ria Anis Purwaningrum, S.Ag.

Supported By

Candi Borobudur

Ciri-Ciri Candi
Borobudur

Candi Borobudur berbentuk punden


berundak, yang terdiri dari enam tingkat
berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat
berbentuk bundar melingkar dan sebuah
stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu
tersebar di semua tingkat-tingkatannya
beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha
yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100
km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km
di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini
didirikan oleh para penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada
masa pemerintahan wangsa Syailendra.

Candi Mendut

Ciri-Ciri Candi Mendut

Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa


hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran
makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan
bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.

Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar


belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa
Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi
Borobudur. Candi Mendut didirikan semasa
pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di
dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824
Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah
membangun bangunan suci bernama veluvana yang
artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli
arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini
dihubungkan dengan Candi Mendut.

Candi Ngawen

Ciri-Ciri Candi Ngawen

Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di


antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan
dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya.
Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk
Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak
berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief
pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya
adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kirakira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta,
yaitu di desa Gawen, kecamatan Muntilan, Magelang.
Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa
Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan
Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini
kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti
Karang Tengah pada tahun 824 M

Candi Lumbung

Ciri-Ciri Candi Lumbung

Candi Lumbung adalah candi Buddha


yang berada di dalam kompleks Taman
Wisata Candi Prambanan, yaitu di
sebelah candi Bubrah. Menurut
perkiraan, candi ini dibangun pada
abad ke-9 pada zaman Kerajaan
Mataram Kuno. Candi ini merupakan
kumpulan dari satu candi utama
(bertema bangunan candi Buddha).
Candi ini dikelilingi oleh 16 buah candi
kecil yang keadaannya masih relatif
cukup bagus.

Candi Banyunibo

Ciri-Ciri Candi
Banyunibo

Candi Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes


(dalam bahasa Jawa) adalah candi Buddha yang
berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di
bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah
kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar abad
ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada
bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang
merupakan ciri khas agama Buddha.

Ciri-cirinya: Keadaan dari candi ini terlihat masih


cukup kokoh dan utuh dengan ukiran relief kalamakara dan bentuk relief lainnya yang masih
nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian
ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan
diperbaiki kembali pada tahun 1940-an, dan
sekarang berada di tengah wilayah persawahan.

Candi Batujaya

Ciri-Ciri Candi Batujaya

Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu


kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuna yang
terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan
Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.
Situs ini disebut percandian karena terdiri dari
sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.

Cirri-cirinya: Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya


tidaklah utuh secara umum sebagaimana layaknya
sebagian besar bangunan candi. Bangunan-bangunan
candi tersebut ditemukan hanya di bagian kaki atau
dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi
Blandongan. Candi-candi yang sebagian besar masih
berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit
(juga disebut sebagai unur dalam bahasa Sunda dan
bahasa Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak
memperlihatkan ukuran atau ketinggian bangunan
yang sama.

Candi Muara Takus

Ciri-Ciri Candi Muara


Takus

Candi Muara Takus adalah sebuah candi Buddha yang terletak di


Riau, Indonesia. Kompleks candi ini tepatnya terletak di desa Muara
Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya
kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara
kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5
kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan.
Ciri-cirinya: Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x
74 meter diluar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5
x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir
sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula
bangunan Candi Tua, Candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta
Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai
dan batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk
bangunan ini dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di
sebelah hilir kompleks candi. Bekas galian tanah untuk batu bata itu
sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati
penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan
secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum
pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan
candi itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.

Candi Sumberawan

Candi Sumberawan

Candi Sumberawan hanya berupa sebuah stupa,


berlokasi di Kecamatan Singosari, Malang.
Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi
Singosari. Candi ini Merupakan peninggalan
Kerajaan Singosari dan digunakan oleh umat
Buddha pada masa itu. Candi Sumberawan
terletak di desa Toyomarto, Kecamatan
Singosari, Kabupaten Malang, +/- 6 Km, di
sebelah Barat Laut Candi Singosari, candi ini
dibuat dari batu andesit dengan ukuran P.
6,25m L. 6,25m T. 5,23m dibangun pada
ketinggian 650 mDPL, di kaki bukit Gunung
Arjuna. Pemandangan di sekitar candi ini
sangat indah karena terletak di dekat sebuah
telaga yang sangat bening airnya. Keadaan
inilah yang memberi nama Candi Sumberawan.

Ciri-Ciri Candi Sumberawan

Candi ini terdiri dari kaki dan badan yang


berbentuk stupa. Pada batur candi yang
tinggi terdapat selasar, kaki candi
memiliki penampil pada keempat sisinya.

Di atas kaki candi berdiri stupa yang


terdiri atas lapik bujur sangkar, dan lapik
berbentuk segi delapan dengan bantalan
Padma, sedang bagian atas berbentuk
genta (stupa) yang puncaknya telah
hilang.

Candi Brahu

Deskripsi Candi Brahu

Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur


Buddha, didirikan abad 15 Masehi. Pendapat lain,
candi ini berusia jauh lebih tua ketimbang candi lain di
sekitar Trowulan. Menurut buku Bagus Arwana, kata
Brahu berasal dari kata Wanaru atau Warahu. Nama
ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci seperti
disebutkan dalam prasasti Alasantan, yang ditemukan
tak jauh dari candi brahu. Dalam prasasti yang ditulis
Mpu Sendok pada tahun 861 Saka atau 9 September
939,

Ciri-cirinya: Candi Brahu merupakan tempat


pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja
Brawijaya. Anehnya dalam penelitian, tak ada satu
pakarpun yang berhasil menemukan bekas abu mayat
dalam bilik candi. Lebih lebih setelah ada pemugaran
candi yang dilakukan pada tahun 1990 hingga 1995.

Candi Sewu

Deskripsi Candi Sewu

Candi Sewu adalah candi Buddha yang berada di


dalam kompleks candi Prambanan(hanya
beberapa ratus meter dari candi utama Roro
Jonggrang). Candi Sewu (seribu) ini diperkirakan
dibangun pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh
raja Rakai Panangkaran (746 784). Candi Sewu
merupakan komplek candi Buddhaterbesar
setelah candi Borobudur, sementara candi Roro
Jonggrang merupakan candi bercorak Hindu.
Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi
ini berjumlah 999 dan dibuat oleh seorang tokoh
sakti bernama, Bandung Bondowoso hanya dalam
waktu satu malam saja, sebagai prasyarat untuk
bisa memperistri dewi Roro Jonggrang. Namun
keinginannya itu gagal karena pada saat fajar
menyingsing, jumlahnya masih kurang satu.

Anda mungkin juga menyukai