Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang paling sering terjadi pada orang

dewasa. Keratosis seboroik biasa juga disebut keratosis senil, veruka seboroik senilis,
seboroik wart, papiloma sel basal. merupakan tumor jinak kulit yang paling banyak
muncul pada orang tua, sekitar 20% dari populasi dan biasanya tidak ada atau jarang
pada orang dengan usia pertengahan. Keratosis seboroik memiliki banyak manifestasi
klinik yang bisa dilihat, dan keratosis seboroik ini terbentuk dari proliferasi sel-sel
epidermis kulit. Keratosis seboroik dapat muncul dalam berbagai bentuk lesi, bisa
satu lesi ataupun tipe lesi yang banyak atau multipel.
Angka frekuensi untuk munculnya keratosis seboroik terlihat meningkat
seiring dengan peningkatan usia seseorang. Di Australia prevalensi penderita KS
adalah 20% pada laki-laki dan 25% pada perempuan berusia 15 sampai 25 tahun.
Tipe dermatitis papulosa nigra adalah yang paling sering menyerang bangsa Afrika
Amerika. 1
Walaupun tidak ada faktor etiologi khusus yang dapat diketahui, keratosis
seboroik lebih sering muncul pada daerah yang terpapar sinar matahari, terutama
pada daerah leher dan wajah, juga daerah ekstremitas. Biasanya lesi asimptomatis
namun kadang disertai rasa gatal. Lesi sebagian besar ditemukan di daerah wajah,
dada, punggung, dan leher.

Hal ini sangat mengganggu bagi pasien terutama dalam estetika atau
kosmetik. Penderita menjadi kurang nyaman sehingga beberapa tindakan pengobatan
seperti diantaranya cryosurgery, electrosurgery dan terapi laser bisa menjadi pilihan.
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman bagi kesehatan
individu.

1.2

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tentang keratosi seboroik dari definisi, epidemiologi,

etiologi, patofisiologi hingga terapi.

BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Keratosis Seboroik
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua
berupa tumor kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit.. (2)
Keratosis seboroik berasal dari proliferasi epidermal, sering dijumpai pada orang tua
umumnya terjadinya pada usia antara 40 sampai 50 tahun dan biasanya asimtomatik. 3
Keratosis seboroik mempunyai sinonim nevus seboroik, kutil senilis, veruka seboroik
senilis, papiloma sel basal.
2.2 Etiologi
Sampai kini, keratosis seboroik belum diketahui penyebabnya. Pasien yang
mempunyai resiko besar untuk terjadinya keratosis seboroik, mungkin mempunyai
riwayat keluarga. Keratosis seborroik ini menggambarkan adanya kecenderungan
gen, yang terkait dengan gen autosomal dominan.4,5
Penyebab munculnya lesi keratosis seboroik pada usia tua tidak dapat
diketahui dengan pasti. Meningkatnya jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan
adanya hubungan dengan terjadinya keratosis seboroik ini. Hal ini diketahui melalui
penelitian bromodeoxyuridin dan imunohistokimia untuk pengembangan antigen
tertentu yang berhubungan. Ada peningkatan yang nyata dan signifikan dari angka
terjadinya apoptosis pada semua variasi bentuk dari keratosis seboroik dibandingkan

dengan kulit yang normal. Keratosis seboroik biasanya terdapat pada bagian kulit
yang paling sering terpajan sinar matahari, dan sebagian tipe keratosis dapat
terbentuk akibat radiasi sinar matahari pada kulit manusia. Walaupun gambaran klinis
keratosis seboroik berupa lesi yang verukosa, human papiloma virus (HPV) hanya
kadang-kadang dideteksi, terutama pada lesi di sekitar genitalia yang kemungkinan
sebenarnya merupakan suatu kondiloma akuminatum.6,7

2.3 Epidemiologi
Secara global atau internasional, keratosis seboroik merupakan tumor jinak
pada kulit yang paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat. Angka frekuensi
untuk munculnya keratosis seboroik terlihat meningkat seiring dengan peningkatan
usia seseorang.
Keratosis seboroik ditemukan lebih banyak pada orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Keratosis seboroik merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi
pada orang usia tua. Insidennya meningkat sesuai dengan umur. Kadang disebutkan
bahwa keratosis seboroik merupakan bagian dari penuaan karena lebih banyak
ditemukan pada usia lanjut. 7
Australia prevalensi penderita keratosis seboroik adalah 20% pada laki-laki
dan 25% pada perempuan berusia 15 sampai 25 tahun. Tipe dermatitis papulosa
nigra adalah yang paling sering menyerang bangsa Afrika Amerika. Jarang
ditemukan pada usia dibawah 30 tahun, namun sekali muncul lesi baru akan timbul

dan mengganggu kehidupan seseorang. Umumnya terjadi pada usia antara 40 sampai
50 tahun. 1,8

2.4

Patofisiologi
Kelainan kulit ini terjadi jika ada penumpukan keratinosit di stratum basal

lapisan epidermis. Melanosit merupakan sel-sel pembentuk melanin atau clear cell
yaitu sel-sel yang berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan
juga mengandung butir-butir pigmen (melanosomes). Lapisan dermis pars papilare
dapat memanjang. Keratinisasi fokal juga mungkin terjadi dalam massa sel yang
belum matang sehingga akan menghasilkan kista bertanduk yang membesar dan
nantinya akan terkumpul kemudian dibawa ke permukaan oleh sel-sel epidermal.
Jika terjadi pembentukan dan pelepasan kista bertanduk yang berlebihan, maka akan
terbentuklah permukaan yang menyerupai veruka. Sebaliknya, jika massa utama dari
lesi terdiri sel-sel yang belum matang, permukaan akan menjadi halus dan berbentuk
bulat, melanosit akan lebih banyak dan derajat pigmentasi akan lebih bervariasi
mengakibatkan lesi yang muncul juga dengan warna yang bervariasi pula. Untuk selsel parenkim akan terlihat berbentuk poligonal dengan ukuran yang agak kecil,
memiliki tonofobril, dan jalur antar sel yang teratur. 9

Permukaan verukosa

2.5 Gejala Klinis


Keratosis seboroik dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Biasanya lesi
asimptomatis namun kadang disertai rasa gatal. Lesi sebagian besar ditemukan di
daerah wajah, dada, punggung, dan leher. Umumnya dapat berupa lesi yang berbatas
tegas, warna coklat muda, lesi yang datar.
Lesi ini muncul pada kulit yang normal. Ukuran dari lesi ini 1 cm, terkadang
bisa tumbuh lebih besar hingga mencapai ukuran lebih dari 5 cm, namun kebanyakan
hanya 0,5 1 cm. Awalnya tampak sedikit hiperpigmentasi. Pada daerah tangan dan
wajah, keratosis seboroik yang superfisial dapat disalah artikan sebagai lesi

melanosit, sehingga agak sukar untuk membedakan antara melanoma atau nevus.
Didapatkan papul, nodul, bahkan plak dengan stuck-on appereance (istilah yang
sering digunakan untuk menggambarkan lokasi neoplasma epidermis, yang secara
klinis karakteristiknya tidak selalu jelas) di epidermis, berwarna kuning kecoklatan
hingga kehitaman, melekat, dan berminyak di permukaannya. Lesi berbatas tegas
dengan bentuk bundar, lonjong, biasanya multipel namun dapat pula soliter. Ukuran
bervariasi dari 1 mm hingga beberapa sentimeter. Permukaan lesi dapat pula berupa
skuama, krusta, halus, atau berminyak. Apabila lesi terjadi di lipatan bawah payudara,
lesi tampak lembab, kemerahan, namun tidak disertai dengan skuama. 9,10
Iritasi pada daerah lesi dapat menyebabkan peradangan, terkadang berdarah,
dan bernanah dan warna lesi akan semakin gelap (merah kecoklatan).11

Gambar 2.1 Keratosis seboroik pada daerah punggung 12

Gambar 2.2 Keratosis Seboroik 13

2.6

Diagnosis
2.6.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Diagnosis keratosis seboroik dapat ditentukan dengan anamnesis dan
gejala klinis. Biasanya lesi asimptomatis namun kadang disertai rasa gatal.
Lesi sebagian besar ditemukan di daerah wajah, dada, punggung, dan leher.
Umumnya dapat berupa lesi yang berbatas tegas, warna coklat muda, lesi
yang datar. Lesi ini muncul pada kulit yang normal.
2.6.2 Pemeriksaan Histopatologis
Keratosis seboroik terdiri atas berbagai tipe yaitu acanthotic,
hyperkeratotic,

reticulated,

irritated,

clonal,

dan

melanoacanthoma.

Gambaran histologis yang berbeda bahkan sering hadir dalam lesi yang sama,

sehingga penampilan beragam, tingkatannya seperti hiperkeratosis, akantosis,


papillomatosis, dan pseudokista bertanduk 10,14
Acanthotic seborrheic keratosis adalah jenis histologis yang paling
umum. Biasanya muncul sebagai papul, berbentuk kubah. Didapatkan
hiperkeratosis ringan, papillomatosis, dan pseudokista bertanduk. Pada tipe ini
juga terdapat lesi berpigmen yang mengandung melanin berlimpah dalam sel
basaloid. 10,14

Gambar 2. 3 Proliferasi epidermis dan elevasi di atas permukaan kulit


yang normal. Bentuk pseudokista bertanduk (tanda panah hitam) 15
Hyperkeratotic seborrheic keratosis morfologinya hampir berkebalikan
dengan tipe akantosis ditunjukkan dengan penonjolan hiperkeratosis seperti
bergerigi sementara akantosis minimal. Tipe ini pada proyeksi epidermalnya
sering digambarkan seperti church-spires.

Varian lain yang berbentuk agak datar dengan minimal akantosis juga
menunjukkan sel-sel basaloid yang khas disebut reticulated seborrheic

10

keratosis. Pada gambaran histologinya untaian sel basaloid tampak jatuh ke


dalam dermis pars papilare. Pada irritated seborrheic keratosis, lesi yang
tampak di permukaan memang tidak menunjukkan suatu tanda-tanda
peradangan, tetapi pada gambaran histologis akan ditemukan sel-sel skuamosa
yang ditandai dengan bentuk seperti pusaran air di antara sel-sel basaloid,
sehingga dapat menimbulkan kesulitan dalam penegakkan diagnosis karena
mempunyai kemiripan dengan gambaran squamous cell carcinoma (SSC). 10

Gambar 2.4 Akantosis papilomatosa epidermis terdiri atas sel basal 11


Pada clonal seborrheic keratosis akan terlihat sel-sel basaloid yang
serupa atau sel-sel skuamosa yang berukuran besar yang terkumpul dalam
satu area, sedangkan melanoacanthoma ditunjukkan dengan proliferasi
akantosis dari keratinosit sel basal dan adanya melanin yang dominan pada
sitoplasma. 10,14

11

. Gambar 2.5 Clonal Seborrheic Keratosis.


Terlihat adanya kumpulan dari keratinosit dan melanosit 11

2.7 Diagnosis Banding


2.7.1 Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal merupakan tumor ganas yang paling umum dan
sering terlihat pada daerah wajah, dahi atau bagian atas dari leher, meskipun
tidak menutup kemungkinan untuk muncul di tempat lain. Namun, kelainan
ini tidak ditemukan pada mukosa.
Gambaran klinis yang paling khas adalah papul berwarna abu-abu yang
diatasnya terdapat telangiektasa. Sel basal superfisial dapat muncul sebagai
bercak kemerahan. Sindrom nevus sel basal adalah penyakit autosomal
dominan yang diwariskan.8

12

Gambar 2.6 : Karsinoma sel basal.


1.Morphea Like, 2. Tipe nodular 16

2.7.2 Karsinoma sel skuamosa


Karsinoma sel skuamosa paling sering muncul di daerah yang sering
terpapar sinar matahari, terutama kepala, leher, dan ekstremitas atas. Lesi
berupa plak eritem atau nodul yang biasanya hiperkeratotik dan mengalami
ulserasi. Karsinoma sel skuamosa kadang-kadang muncul di daerah yang telah
mendapat terapi radiasi sebelumnya, hal ini berkaitan dengan bekas luka bakar
yang lama (ulkus marjolin), pada ulserasi kronis atau terkait dengan infeksi
kronis, seperti osteomyelitis sinus. 10

13

Gambar 2.7 Karsinoma sel skuamosa16


2.7.2 Veruka
Veruka vulgaris yang disebabkan oleh infeksi Human Papiiloma Virus
(HPV) pada kulit sulit untuk disembuhkan. Veruka vulgaris ini bermanifestasi
dalam bentuk yang berbeda pada area tubuh yang berbeda. Terdapat lebih dari
118 tipe HPV yang telah diidentifikasi. Veruka vulgaris pada tangan dan kaki
disebabkan oleh HPV tipe 1, 2, 4, 27, 57 dan 19. Di dunia terdapat beberapa
kasus langka generalized cutaneus warts yang disebabkan oleh HPV tipe 2.

14

Gambar 2.8 Veruka vulgaris 16

2.8

Penatalaksanaan
Setelah diagnosis ditegakkan, pilihan terapi tergantung pada ukuran lesi,

morfologi dan lokasi.


Untuk terapi medikamentosa bisa menggunakan ammonium laktat topikal
12% dalam penggunaan 2 kali sehari dan asam alfa hidroksi telah dilaporkan dapat
mengurangi bertambah beratnya penyakit. Lesi superfisial dapat ditangani dengan
baik menggunakan asam triklorasetic 50% digunakan satu kali seminggu. Pemberian
obat topikal krim tazarotene 0,1% 2 kali sehari selama 16 minggu memberikan hasil
yang baik pada 50% pasien.11
Proses pembedahan juga bisa dilakukan ada beberapa terapi pembedahan
yang dapat digunakan untuk menangani keratosis seboroik, diantaranya cryosurgery,
electrosurgery dan terapi laser.17
2.8.1

Cryosurgery
Kerusakan jaringan ditargetkan melalui proses nekrosis akibat

rendahnya suhu dibawah 00 Celcius dengan nitrogen cair (temperature -196o


C), karena melanosit dan jaringan vaskular sangat rentan terhadap suhu
dingin. nitrogen cair di berikan di atas lesi selama beberapa detik tergantung
lebar dan kedalaman dari lesi. Kerusakan sel langsung karena pembentukan

15

kristal es yang dimulai dari system ekstraseluler menyebabkan cairan dalam


sel keluar sehingga mengakibatkan dehidrasi intraseluler dan penyusutan
membran sel, selanjutnya akan terjadi kristalisasi di dalam sel dan terjadi
perluasan kerusakan organel dengan robeknya membran sel, sedangkan untuk
kerusakan tidak langsung dapat terjadi akibat rendahnya suhu sehingga
memudahkan adanya kerusakan kapiler yang berlanjut menjadi nekrosis
iskemik local.8,17
2.8.2

Electrosurgery
Penggunaan frekuensi tinggi arus bolak-balik untuk menciptakan

kerusakan

jaringan

termal

(termasuk

elektroseksi,

elektrokoagulasi,

elektrofulgurasi, elektrodesikasi).8,17 Elektroseksi merupakan teknik biterminal


karena dilakukan dengan menggunakan dua elektroda, caranya menyentuhkan
ujung elektroda ke jaringan sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.
Elektrokoagulasi dilakukan untuk menghentikan perdarahan dan memotong
pembuluh darah. Elektrofulgurasi merupakan teknik monoterminal dengan
cara penghancuran jaringan dengan percikan bunga api. Dan sedangkan
elektrodesikasi merupakan teknik monoterminal dengan cara menyentukan
ujung elektroda ke jaringan yang akan dihancurkan
Lesi dihilangkan dengan menggunakan kuret sehingga meninggalkan
permukaan yang datar, tetapi dalam seminggu akan ditutupi oleh lapisan yang
baru. Kauter harus digunakan seminimal
terjadinya sikatriks. 8,17
2.8.3

Terapi laser

mungkin untuk menghindari

16

Mekanisme kerja terapi laser ini dengan menghancurkan melanin,


karoten dibawah pengaruh thermal atau gelombang tekanan. Kedalaman dari
penetrasi sesuai dengan panjang gelombang dari laser sehingga dengan mudah
menyeleksi daerah yang akan ditindaki. Infrared menghasilkan penetrasi yang
baik. Laser merupakan terapi yang baik untuk memecahkan koagulasi (argon,
Nd:YAG, copper vapor) dan sebagai fototermolisis yang selektif (dye laser,
QS-ruby laser). 8,17
2.9

Prognosis
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman bagi

kesehatan individu. Lesi keratosis seboroik umumnya tidak mengecil namun akan
bertambah besar dan tebal seiring dengan waktu.13
1. Quo at vitam: at Bonam
2. Quo at Sanam: at Bonam
3. Quo at Kosmetika: at Bonam

Anda mungkin juga menyukai