Anda di halaman 1dari 3

Fatwa Rindu

dia yang bernama cinta


dan akulah sang rindu
sekali saja berjumpa dengan Dia
musnahlah aku
mengapa yang kuingat dari perjumpaan
hanyalah perpisahan
rinduku rindunya rindu dada pada punggung
rinduku rindunya rindu tiada tertanggung
terpujilah Dia yang kurindu
diantara galau dan cemburu
kemana gemuruh badai ini kan bersarang
jika bukan pada nafasNya yang tenang
kemana deras darah ini akan berlabuh
jika bukan pada cintaNya yang teduh

Goresan Rindu
Kau tak pernah sekedar sketsa.
Bagiku, goresan tentangmu selalu utuh.
Hanya sedikit waktu yang kuperlu untuk mengingatmu. Sisanya, sebagian besar umurku ,
habis untuk gagal melupakanmu.
Kau tak punya senggang, aku tak miliki waktu luang. Yang ada cuma hati lapang.
Aku menghabiskan sepanjang hari untuk bersiap melupakanmu sepanjang malam.
Ketika malam tiba, mengapa bukan pelita?
Mengapa pelukmu yang bikin aku menyala?
Masih hangat pelukmu, ketika mulai dingin malamku.
Bila tak bisa mengerti, cobalah tidak mengerti. Begitulah aku terhadapmu.
Kita masih akan sepasang remaja kelak di ufuk umur yang menua merah bata.
Ini bukanlah kata- kata yang kurangkai, tapi peristiwa-peristiwa yang kita bingkai.
Berkawan sunyi, kulawan sepi. Sendiri.
Siapa saja boleh mengutip kata -kata rindu. Toh mereka tetap harus mencantumkan kau dan
aku.
Yang kumau bukan peredam, bukan pula pereda.
Rindu bukanlah soal dendam, tak juga melulu cinta.
Rindu tak mengenal lelah, meski cinta tak pernah istirah.
Aku tidak sedang bermimpi, sejak kau bukanlah imaji.
Sebenarnya bukan kau yang berbahaya, tapi cintaku yang menggila.
Jika kau sudah selesai, aku hanya ingin dibelai.
Cinta selalu butuh bahan tertawaan agar buku harian tak penuh tangisan.

*) diambil dari kumpulan sajak fatwa rindu om Candra Malik

Rindu itu Air Mata


Aku masih punya stok cemburu. Banyak!
Ah, mengapa yang kuingat dari perjumpaan kita adalah perpisahannya?
Airmataku rajin mengunjungi pipi yang kau kecup
Belum pernah aku, merasa begini buntu.
Aku ingin menjadi ketika,
agar bagimu aku selalu ada
Ah, selalu ada yang tertinggal setiapkali aku pergi. Hatiku, ya, hatiku
Ke mana pun wajahku berpaling, di situ wajahmu tiada
Mengapa bukan kau yg mengingatku?
Ah, mengapa bukan aku yg melupakanmu?
Sebelum pergi, bawalah rinduku. Cukup untuk sampai membawamu kembali
Meski harus menghabiskan seumur hidup untuk tidak mengerti apa mau kamu, aku mau.
*) diambil dari kumpulan sajak om Candra Malik

Sahabat Baik
Tiada sahabat sebaik rindu.
Ia selalu datang, begitu kau pergi.
Tak pernah bosan aku bertanya: adakah kau di sana merasakan yang sama?
Denganmu, apa yang aku tak bisa?
Tanpamu, apa yang kubisa?
Bagaimana bisa kau melupakan segala yang kau ingat tentangku ?
*) Diambil dari kumpulan sajak fatwa om Candra Malik

this song was written by candra malik,


Wahai jiwa-jiwa yang tenang
wahai hati yang tak lagi terguncang
tak usah cemas dan bersedih
wahai raga-raga yang tegar
wahai akal yang selalu mendengar
jalan terhempas meski tertatih
engkau tidaklah sendiri
alam raya menemani

engkau takkan sepi


akulah kawan dikala sunyi
engkau takkan senyap
teman tak lenyap meski gelap
berkawan sepi
kulawan sunyi

Anda mungkin juga menyukai