JURNAL
KONSTRUKSIA
VOLUME 4 NOMER 2
JUNI 2013
JURNAL
KONSTRUKSIA
REDAKSI
Penanggung Jawab
Pemimpin Redaksi
Mitra Bestari
Staf Redaksi
Seksi Umum
: Ir. Saifullah
Imam Susandi
Disain Kreatif
Administrator Web
: Riyadi, ST
Terbit
Alamat Redaksi
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
Volume 4 Nomor 2 Juni 2013
ISSN 2086-7352
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
Volume 4 Nomor 2 Juni 2013
PENGANTAR REDAKSI
Dengan mengucap syukur yang mendalam seiring terbitnya JURNAL KONSTRUKSIA volume 4
Nomer 2 di bulan Juni 2013 ini. Pada penerbitan sebelumnya, telah menerima berbagai macam
masukan dan kritikan yang bersifat membangun, dengan harapan akan membuat Jurnal ini menjadi
semakin baik. Salah satunya, Jurnal terbitan ini, mencoba menjalin networking dengan berbagai
Institusi.
Pada edisi ini sangat variatif, baik tema maupun peminatan dalam Teknik Sipil. Tema Mekanika
Tanah, Manajemen Konstruksi, Stuktur Gedung dan Manajemen Transportasi disajikan dari dalam
konteks kekinian dan menarik untuk dikembangkan menjadi artikel-artikel ilmiah lain yang
membangun. Salah Satu Judul yang menarik pada Jurnal ini adalah: PREDIKSI NILAI KEKAKUAN
LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG yang disajikan oleh Yamin Susanto. Menariknya adalah
menyajikan metoda membuat analisis resiko terhadap prediksi lentur struktur.
Penerbitan yang telah tujuh perioda ini tentunya tidak lepas dari peran serta banyak pihak. Semoga
Jurnal ini salah satu tonggak untuk dapat terakreditasi. Aamiin
Jakarta, Juni 2013
Pemimpin Redaksi
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
Volume 4 Nomor 1 Desember 2012
DAFTAR ISI
Redaksi
Pengantar Redaksi
Daftar Isi
STUDI ANALISIS LENTUR PADA BALOK TUMPUAN YANG MENGALAMI
PENGEROPOSAN BETON ...
1 11
13 24
25 38
TEKNOLOGI REAL TIME TRAFFIC INFORMATION SYSTEM UNTUK MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN TOL DALAM KOTA JAKARTA .......
39 44
45 57
59 73
75 87
89 102
Halaman Advertising
Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
1|K o n s t r u k s i a
LATAR BELAKANG
Teknik yang diperlukan pada saat
pengecoran beton bergantung pada elemen
struktur
beton yang akan digunakan
,misalnya untuk kolom, balok, dinding, slab,
pondasi, bendung beton atau sambungan
suatu beton yang beda waktu pelaksanaan
pengecorannya. Beton harus selalu dicor
dengan lapisan-lapisan horizontal dan
setiap lapisan dipadatkan dengan vibrator
berfrekuensi tinggi.
Pada waktu pelaksanaan pekerjaan
pengecoran biasa terjadi pemadatan yang
kurang sempurna, sehingga campuran
beton akan menjadi tidak homogen. Hal
inilah yang mengakibatkan terjadinya
rongga-rongga didalam beton yang
menyebabkan beton menjadi keropos
Pada pengecoran struktur balok, keropos
sering diakibatkan oleh:
1. Pemadatan pada waktu pengecoran
yang tidak maksimal
2. Jarak waktu pencampuran dan
pencetakan / pengecoran beton
cukup lama.
Pada struktur balok, keropos ini dapat
terjadi dibeberapa tempat, salah satunya
adalah di tumpuan. Untuk itu akan diteliti,
bagaimana pengaruh keropos pada
tumpuan balok beton ini terhadap kuat
lenturnya. Dan apakah grouting dapat
menyelesaikan masalahnya (dapat kembali
kuat lenturnya seperti balok beton yang
tidak keropos)
IDENTIFIKASI
MASALAH
PERUMUSAN MASALAH
2|K o n s t r u k s i a
DAN
Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
Sifat-Sifat Beton
Sifat-sifat beton perlu diketahui untuk
mendapatkan
mutu
beton
yang
diharapkan sesuai tuntutan konstruksi dan
umur bangunan yang bersangkutan. Pada
saat segar atau sesaat setelah dicetak,
beton bersifat plastis dan mudah dibentuk.
4|K o n s t r u k s i a
Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
Dimana :
=
Kuat Lentur benda uji (MPa)
P = Beban yang menyebabkan terbelahnya
balok
L = Jarak (bentang) antara dua garis
perletakan (mm)
b = Lebar tampang lintang patah arah
horizontal (mm)
d = Lebar tampang lintang patah arah
vertikal (mm)
a=
Jarak rata-rata antara tampang
lintang patah dan tumpuan luar
yang
terdekat, diukur pada 4 tempat pada sisi
titik dari bentang (m).
5|K o n s t r u k s i a
Bonding Admixture
Umumnya emulsi air dan material organik
seperti karet, polyvinyl klorida, polyvinyl
acetat, acrylics, dan dan butadiene-styrene
copolymer. Mereka ditambahkan kedalam
campuran semen atau dikuaskan pada
permukaan beton lama untuk menambah
kekuatan lekatan antara beton lama dan
baru. Umumnya ditambahkan dalam
proporsi 5 -20 % berat semen, jumlah
tergantung kondisi dilapangan dan jenis
bahannya. Dapat menyebabkan beberapa
pertambahan kandungan udara.
1. Jenis non - reemulsifiable adalah tahan
terhadap air, lebih cocok untuk
penerapan eksterior, dan dipakai di
mana ada kelengasan. Hasil optimum
hanya sebaik permukaan yang dilapisi.
Permukaan harus bersih, kering, baik
(sound), bebas dari kotoran, debu, cat
dan oli.
2. Kegunaan dari bonding admixture adalah
untuk meningkatkan daya lekat pasta
semen, mortar dan beton.
Komposisi :
Polyvinyl acetate (PVA)
Styrene butadine (SDR) atau acrylic.
Grouting Admixture
Digunakan untuk mencegah terjadinya
susut dan menunda set. Karenanya
digunakan untuk menstabilkan fondasi,
mengisi retak dan sambungan. Menyemen
sumur minyak, megisi lubang (cores) dan
tembok bata, grout pada tendon dan bautbaut angker dan prepalaced-agregate,
menutup lubang-lubang angker pada
fondasi, memperbaiki retak-retak dan
Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
7|K o n s t r u k s i a
Tgl pembuatan
Tgl pengetesan
20/11/2012
20/11/2012
20/11/2012
20/11/2012
20/12/2012
20/12/2012
20/12/2012
20/12/2012
8|K o n s t r u k s i a
Hasil
pengetesan
7
7,5
7
7.5
Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
Tgl
pembuatan
29/11/2012
29/11/2012
29/11/2012
29/11/2012
Tgl
pengetesan
27/12/2012
27/12/2012
27/12/2012
27/12/2012
Hasil
pengetesan
6
6
6
6,5
Hasil Tes Kuat Lentur Benda Uji kondisi perbaikan dengan grouting
Benda Uji
Tgl pembuatan
Tgl Grouting
Tgl pengetesan
C1
23/11/2012
20/12/2012
27/12/2012
C2
23/11/2012
20/12/2012
27/12/2012
C3
23/11/2012
20/12/2012
27/12/2012
C4
23/11/2012
20/12/2012
27/12/2012
Sumber : Hasil Pengujian di Laboratorium Teknik Sipil UMJ
Hasil Test
7
6,5
6,5
6,5
ANALISIS DATA
Hasil Kuat Lentur Balok Beton Kondisi Normal
NO
P (KN)
1
3.5
2
3.75
3
3.5
4
3.75
Rata-rata
L (mm)
b (mm)
d (mm)
P (KN/mm2)
P (MPa)
450
450
450
450
150
150
150
150
150
150
150
150
0.00047
0.00050
0.00047
0.00050
0.466667
0.500000
0.466667
0.500000
0.483
9|K o n s t r u k s i a
P (KN/mm2)
0.00040
0.00040
0.00040
P (MPa)
0.400
0.400
0.400
0.400
P (KN)
2
3.25
3
3.25
4
3.25
Rata-rata
L (mm)
b (mm)
d (mm)
P (KN/mm2)
P (MPa)
450
450
450
150
150
150
150
150
150
0.00043
0.00043
0.00043
0.433
0.433
0.433
0.433
Kondisi keropos =
Kondisi grouting=
Kondisi normal=
10 | K o n s t r u k s i a
0,400
0,483
0,433
0,483
0,483
0,483
X 100 =
X 100
X 100 =
82,76%
= 89,66%
100 %
Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
KESIMPULAN
Dari Hasil Penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kondisi Tegangan Lentur akibat terjadi
Keropos
Beton pada tumpuan
mengalami penurunan 17,24 %
terhadap Tegangan Lentur akibat beton
kondisi Normal.
2. Kondisi Tegangan Lentur akibat beton
Kondisi perbaikan dengan grouting
mengalami penurunan 10,34 %
terhadap Tegangan Lentur akibat beton
kondisi Normal.
3. Kondisi Tegangan Lentur akibat beton
Kondisi perbaikan dengan grouting
mengalami peningkatan 6,9 % terhadap
tegangan Lentur akibat beton kondisi
Keropos.
4. Kondisi yang mengalami keropos dan
sudah mengalami perbaikan dengan
grouting tetap hasil tegangan lenturnya
lebih rendah terhadap beton kondisi
normal.
.
DAFTAR PUSTAKA
(1) ASTM C 33-03, Standart specification
for concrete agregat 2003.
(2) BADAN STANDARISASI NASIONAL,
SNI 03-4154-1996, Metode Pengujian
Kuat Lentar Beton dengan Balok Uji
Sederhana yang Dibebani Terpusat
Langsung.
(3) BADAN STANDARISASI NASIONAL,
SNI
03
6821
2002,
SPESIFIKASI
AGREGAT RINGAN
11 | K o n s t r u k s i a
Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
ABSTRACT: This study was conducted to study the behavior of secondary compression on peat soil
consolidation Jambi to conduct experiments and data analysis. Consolidation experiments conducted in
the laboratory using a digital oedometer test equipment and data analysis was performed by using the
method of Mikasa-Wilson. Stages of loading on consolidation experiments carried out with the addition of
load ratio of 1, with an initial load of 0.05 kg/cm2 and 6.4 kg/cm2 load end. Each phase of the load is
given for 24 hours, except for a two-stage load around the preconsolidation pressure of 0.4 kg/cm2 and
0.8 kg/cm2, the burden administered for 7 x 24 hours. The results showed that the peat soil compression
curves Jambi with Mikasa-Wilson method shows that the value of the parameter c enlarged with
increasing load on the preconsolidation pressure. Results of data analysis methods Mikasa-Wilson, gave
strain values obtained in the laboratory for 24 hours and the time trial 7x24 hours.
LATAR BELAKANG
Gambut yang lebih dikenal dengan nama
peat, adalah campuran dari fragmenfragmen material organik yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk
dan menjadi fosil. Tanah gambut
mempunyai
sifat
yang
tidak
menguntungkan bagi konstruksi bangunan
sipil, sebab mempunyai kadar air yang
tinggi, daya dukung rendah, dan
Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
e.
f.
g.
h.
dimana :
= waktu
dari
awal
pembebanan sampai berakhirnya
konsolidasi primer
= waktu sampai konsolidasi
sekunder berhenti
= koefisien perubahan volume
akibat konsolidasi sekunder
sampai suatu waktu t
dimana :
= koefisien permeabilitas pada
konsolidasi primer
= koefisien permeabilitas dalam
proses penurunan keseluruhan
Karena
sulit
untuk
memahami
perubahan koefisien permeabilitas
sejalan waktu secara numerik, diambil
Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
metoda
Wilson,dkk.
Besarnya
perubahan angka pori di waktu
tertentu
pada tahap konsolidasi
sekunder adalah :
(27)
sehingga
(28)
(34)
Dianggap
adalah
koefisien
dimana :
c = nilai
saat t = 1 menit
akan
(30)
(31)
Jika nilai
dapat ditentukan, maka
titik akhir konsolidasi sekunder dapat
diketahui. Nilai
dapat ditentukan
tanpa menunggu sampai konsolidasi
sekunder selesai pada percobaan
konsolidasi dengan menggunakan
17 | K o n s t r u k s i a
dimana :
= pertambahan tegangan aksial
efektif
dan pada persamaan (39), diasumsikan
METODE PENELITIAN
Benda Uji
Benda uji untuk percobaan konsolidasi ini
diambil dari Jambi. Contoh gambut yang
digunakan adalah contoh tanah tidak
terganggu (undisturb sample). Contoh
tanah diambil pada kedalaman 1 m dengan
tabung berdiameter 7 cm dan panjang 60
cm. Tanah gambut yang telah masuk ke
dalam tabung dilapisi oleh aluminium foil
dan lilin agar tidak merubah kondisi asli.
Benda uji yang masih berada di dalam
tabung dikeluarkan dengan alat pendorong
vertikal secara perlahan-lahan dan
langsung dimasukkan ke dalam cincin
percobaan. Benda uji yang digunakan
dalam percobaan berdiameter 6 cm dan
tinggi 2 cm.
Prosedur penelitian di laboratorium
Kegiatan percobaan dilakukan di Balai
Geoteknik,
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Jalan,
Ujungberung,
Bandung. Jenis kegiatan yang dilaksanakan
adalah :
1. Percobaan berat jenis berdasarkan
ASTM D 854
2. Percobaan kadar air berdasarkan
ASTM D 2974
3. Percobaan
konsolidasi
dengan
oedometer berdasarkan ASTM D 2435 :
a) Test 1
Memberikan
beban
secara
bertahap
dengan
waktu
pembebanan 24 jam untuk beban :
18 | K o n s t r u k s i a
Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
Amplifier
konsolidasi
Pengukur
linier
Counter
komput
er
interface
display
Pengukuran Data
Data Input
Manual untuk
Dokumen
File Pengukuran
Data
File Dokumen
untuk Laporan
Hasil
Output
Layar
monitor
komputer
Komputer
Pengukur
linier
plotte
r
amplifier
oedomete
r
1.15
CH 2
0.23
CH 3
0.55
CH 4
0.05
Perangkat lunak
a) pengukuran
b) pemrosesan data
c) perekaman dalam disket
19 | K o n s t r u k s i a
Gambar 5. Kurva
untuk tekanan 0,8
2
kg/cm (test 1)
Gambar 7. Kurva
untuk tekanan 0,4
2
kg/cm - 1 hari (test 2)
Gambar 7. Kurva
untuk tekanan 0,4
2
kg/cm - 1 minggu (test 2)
Gambar 9. Kurva
untuk tekanan 0,8
2
kg/cm - 1 hari (test 2)
Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
0,05
0,0192
1,2859
0,1
0,01422
1,1867
0,2
0,0237
1,2001
0,4
0,03555
1,2148
0,8
0,06635
1,2892
1,6
0,0746
1,2789
21 | K o n s t r u k s i a
0,05
0,04836
1,2937
0,1
0,00920
0,954
0,2
0,02648
1,1186
0,4
0,00691
0,8005
0,8
0,03109
1,0322
1,6
0,04260
1,0966
3,2
0,05757
1,1409
7,4
0,07139
1,1718
Parameter
Waktu
Mikasa-Wilson
1 hari
3 hari
7 hari
0,00691
0,00691
0,00691
0,03109
0,4
0,8
22 | K o n s t r u k s i a
0,8005
1,0322
0,8181
0,03109
-
1,0322
0,8368
0,03109
-1,0322
Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
24 | K o n s t r u k s i a
15.
16.
17.
18.
19.
Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
PENDAHULUAN
Bangunan gedung bertingkat memiliki
karakteristik yang spesifik khususnya
dalam teknologi pelaksanaan seperti urutan
pekerjaan, jenis pekerjaan, kegiatan
pengangkutan vertikal, keselamatan kerja,
keterbatasan lokasi dan air tanah. Metode
pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari
pekerjaan persiapan, dewatering, struktur
bawah, struktur atas dan finishing perlu
direncanakan
sebelum
pelaksanaan
pekerjaan.
Pelaksanaan struktur atas beton pada
dasarnya dapat dilaksanakan dengan
berbagai metode :
Cast inplace/cast insitu, komponen struktur
dicor ditempatnya. Termasuk metode
konvensional ; Campuran precast dan Cast
inplace, digunakan dengan berbagai macam
kombinasi antara balok, plat dan kolom ;
Precast, komponen struktur dicor dipabrik
25 | K o n s t r u k s i a
Analisa
Koefisien
Harga
Satuan
Pekerjaan
Daftar
Upah
Tenaga
Volume
Pekerjaan
Harga Satuan
Pekerjaan
Harga
Pekerjaan
Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
27 | K o n s t r u k s i a
Peralatan
Bekesting
NO Bekisting
metode Bekisting
metode
semis sistem
semi sistem
sistem
& sistem
Plywood phenolic 15
1
Kaso 5/7
Excavator
mm
2
Plywood 9 mm
Kaso 5/7
Theodolite
3
Plywood 12 mm
Hollow 50.50
Waterpass
4
Kawat baja/bendrat
Balok 6/12
Tower Crane
Air
5
Minyak Bekisting
Double siku
compressor
6
Paku 5 cm - 12 cm
Tie rod T
7
Scaffolding standart
Suri Hollow
8
Balok 6/12
Double wing
9
Sekur horizontal
Batang horizontal
10 Sekur vertikal
Batang vertikal
11 Jack base
Jack base
12 U-head
13 Sekur joint
PEMBAHASAN
Perhitungan kuantitas pekerjaan bekisting
balok metode semi sistem dan metode
system yang ditinjau pada bangunan
gedung lt.2 dan lt.3.
Perhitungan kuantitas bekisting balok
metode sistem, lantai satu dan lantai dua
sama atau tipikal. Metode perhitugan
kuantitas bekisting balok :
28 | K o n s t r u k s i a
Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
Beam
Type
1
..
G-1
...
30
B-10
Measuremen
t (mm)
350
150
600
600
Widt
h
(m)
0.35
High (m)
(t1) (t2)
0.4 0.4
8
8
0.15
0.4
8
0.4
8
Lengt
h
(m)
Tota
l
Wide
7.6
29.87
1.441
3.20
716.3
5
B-32
350 600
0.35
0.48
0.4
8
19.874
(m2)
Wide
(m2)
29.87
Informatio
n
Main Beam
Inform
ation
Main
Beam
26.03
988.5
0
Wide
(m2)
130.36
Information
7.97
1,015.25
Perhitungan kuantitas pekerjaan bekisting pelat lantai metode semi sistem dan metode sistem
lt.2 dan lt.3.
Luas dalam meter persegi (m) :
29 | K o n s t r u k s i a
No
1
..
Tipe
plat
S1
..
S4
Dimensi
Luas
Jumlah
(mm)
pekerjaan
(buah)
(m)
p
l
5850 2625
5
76.78
800 3172
JUMLAH
2.54
373.82
No
1
..
Tipe
plat
S1
....
S4
Dimensi (mm)
p
Jumlah
(buah)
2625
5850
1434
700
JUMLAH
Luas
pekerjaan
(m)
76.78
1
617.6
Jadi jumlah kuantitas bekisting pelat lantai, lt.2 atau lt.3 metode sistem adalah 991,4 m.
Analisa harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai metode semi sistem
dan metode sistem lt.2 dan lt.3.
30 | K o n s t r u k s i a
Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
Analisa harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting balok metode semi sistem lt.2.
Pekerjaan Balok
Lantai 2
Kuantita Satua
Harga / Upah
Jumlah
1 m Pekerjaan
s
n
Bekisting Balok
Pemasangan Bekisting
Balok
a.
Bahan
1
Kaso 5/7
1.000
btg
Rp 40,000.00 Rp 40,000.00
Paku, baut-baut, dan
2
0.400
kg
Rp 10,000.00 Rp 4,000.00
kawat
3
Minyak Bekisting
0.200
ltr
Rp 28,000.00 Rp 5,600.00
4
Balok 6/12
1.000
btg
Rp 70,000.00 Rp 70,000.00
180,000.0
5
Plywood tebal 9 mm
0.350
Lbr
Rp
Rp 63,000.00
0
Scaffolding standart 1
150,000.0
150,000.0
6
1.000
unit
Rp
Rp
set
0
0
b.
Tenaga Kerja
1
Mandor
0.033
Oh
Rp 80,000.00 Rp 2,640.00
2
Kepala Tukang
0.033
Oh
Rp 70,000.00 Rp 2,310.00
3
Tukang
0.330
Oh
Rp 65,000.00 Rp 21,450.00
4
Pekerja
0.660
Oh
Rp 47,000.00 Rp 31,020.00
Pembongkaran Bekisting
Balok
a.
Tenaga Kerja
1
Mandor
0.0133
Oh
Rp 80,000.00 Rp 1,064.00
2
Kepala Tukang
0.0399
Oh
Rp 70,000.00 Rp 2,793.00
3
Tukang
0.1997
Oh
Rp 65,000.00 Rp 12,980.50
4
Pekerja
0.3993
Oh
Rp 47,000.00 Rp 18,767.10
Alat
200,000.0
1
Tower Crane
4
Hr
Rp
Rp 1,572.65
0
=
Rp 427,197.2
Harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting balok lt.3 metode semi sistem adalah :
426.977,9,- (beda di tower crane )
Ket
Rp.
31 | K o n s t r u k s i a
Analisa harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting balok metode sistem lt.2.
Pekerjaan Balok
Lantai 2
Kuantita Satua
1 m Pekerjaan
s
n
Bekisting Balok
Pemasangan Bekisting
Balok
a.
Bahan
Plywood phenolic 15
1
0.35
m
mm
2
Kaso 5/7
1
btg
3
Hollow 50.50
1
btg
4
Balok 6/12
1
btg
5
Double siku
1
set
6
Tie rod T
1
set
7
Suri Hollow
1
set
8
Double wing
1
set
9
Sekur horizontal
1
set
1
Sekur vertikal
1
set
0
1
Jack base
1
set
1
b.
Tenaga Kerja
1
Mandor
0.033
Oh
2
Kepala Tukang
0.033
Oh
3
Tukang
0.330
Oh
4
Pekerja
0.660
Oh
Pembongkaran Bekisting Balok
a.
Tenaga Kerja
1
Mandor
0.0133
Oh
2
Kepala Tukang
0.0399
Oh
3
Tukang
0.1997
Oh
4
Pekerja
0.3993
Oh
Alat
Harga / Upah
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
370,000.0
0
40,000.00
84,000.00
70,000.00
26,000.00
25,000.00
30,000.00
30,000.00
54,500.00
Rp
Jumlah
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
129,500.0
0
40,000.00
84,000.00
70,000.00
26,000.00
25,000.00
30,000.00
30,000.00
54,500.00
25,000.00
Rp
25,000.00
Rp
25,000.00
Rp
25,000.00
Rp
Rp
Rp
Rp
80,000.00
70,000.00
65,000.00
47,000.00
Rp
Rp
Rp
Rp
2,640.00
2,310.00
21,450.00
31,020.00
Rp
Rp
Rp
Rp
80,000.00
70,000.00
65,000.00
47,000.00
Rp
Rp
Rp
Rp
1,064.00
2,793.00
12,980.50
18,767.10
Rp
Rp
Ket
200,000.0
Rp 21,999.04
0
Rp 654,023.6
=
Harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting balok lt.3 metode sistem adalah : Rp. 683.523,6,(beda di sekur vertikal)
1
Tower Crane
Hr
Rp
Analisa harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting pelat lantai metode semi sistem lt.2.
32 | K o n s t r u k s i a
Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
a.
1
2
3
4
1
Kuantita
s
Satua
n
1.000
btg
Rp
40,000.00
Rp
40,000.00
0.400
kg
Rp
10,000.00
Rp
4,000.00
0.200
1.000
0.350
ltr
btg
Lbr
Rp
Rp
Rp
28,000.00
70,000.00
180,000.00
Rp
Rp
Rp
1.000
unit
Rp
150,000.00
Rp
5,600.00
70,000.00
63,000.00
150,000.0
0
0.033
0.033
0.330
0.660
Oh
Oh
Oh
Oh
Rp
Rp
Rp
Rp
80,000.00
70,000.00
65,000.00
47,000.00
Rp
Rp
Rp
Rp
2,640.00
2,310.00
21,450.00
31,020.00
Oh
Oh
Oh
Oh
Rp
Rp
Rp
Rp
80,000.00
70,000.00
65,000.00
47,000.00
Rp
Rp
Rp
Rp
1,064.00
2,793.00
12,980.50
18,767.10
Hr
Rp
Rp
1,711.63
Harga / Upah
200,000,000.0
0
=
Jumlah
Ket
Rp 427,336.2
Harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting lantai, lt.3 metode semi sistem adalah :
425.270,6,- (beda di tower crane)
Rp.
33 | K o n s t r u k s i a
Analisa harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting pelat lantai metode sistem lt.2.
Pekerjaan Pelat Lantai
Lantai 2
Sat
Kuantit
ua
Harga / Upah
Jumlah
1 m Pekerjaan
as
n
Bekisting Pelat Lantai
Pemasangan Bekisting
Plat
a.
Bahan
Plywood phenolic 15
1
0.040
m Rp 370,000.00
Rp
14,800.00
mm
2
Hollow 50.50
1
btg Rp
84,000.00
Rp
84,000.00
3
U-head
1
set Rp
25,000.00
Rp
25,000.00
4
Sekur horizontal
1
set Rp
54,500.00
Rp
54,500.00
5
Sekur vertikal
1
set Rp
54,500.00
Rp
54,500.00
6
Sekur joint
1
set Rp
25,000.00
Rp
25,000.00
7
Jack base
1
set Rp
25,000.00
25,000.00
b.
Tenaga Kerja
1
Mandor
0.033
Oh Rp
80,000.00
Rp
2,640.00
2
Kepala Tukang
0.033
Oh Rp
70,000.00
Rp
2,310.00
3
Tukang
0.330
Oh Rp
65,000.00
Rp
21,450.00
4
Pekerja
0.660
Oh Rp
47,000.00
Rp
31,020.00
Pembongkaran Bekisting
Plat
a
Tenaga Kerja
.
1
Mandor
0.0122 Oh Rp
75,000.00
Rp
915.00
2
Kepala Tukang
0.0366 Oh Rp
65,000.00
Rp
2,379.00
3
Tukang
0.1831 Oh Rp
60,000.00
Rp
10,986.00
4
Pekerja
0.3661 Oh Rp
45,000.00
Rp
16,474.50
Alat
200,000,00
1
Tower Crane
2
Hr Rp
Rp
21,999.04
0.00
=
Rp
392,973.5
Ket
Jadi harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting pelat lantai, lt.3 metode sistem adalah : Rp.
392.973,5,Rencana anggaran biaya per-m2 pekerjaan bekisting metode semi sistem & sistem pada lt.2
dan lt.3.
34 | K o n s t r u k s i a
Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
Work
Description
Balok Lantai 2
No
Unit
Unit Price
Unit Price
Rp
427,197.25
Rp
654,023.638
Balok Lantai 3
Rp
426,977.95
Rp
683,523.638
Plat Lantai 2
Rp
427,336.23
Rp
392,973.538
Plat Lantai 3
Rp
425,270.64
Rp
392,973.538
Rp
1,706,782.06
Rp
2,123,494.353
Analisa waktu pelaksanaan pekerjaan bekisting balok metode semi sistem (SS) dan metode
sistem (s) lt.2 dan lt.3.
SS lt.2
S lt. 2 SS lt.3
S lt. 3
Time
Time
Time
Time
NO.
Description
(menit) (menit) (menit) (menit)
1 Loading time
Siapkan material dan peralatan.
285.3
238.3
305.3
245.4
2 Installing time
Pemasangan landasan jack base
264.2
217.2
304.2
224.4
Pemasangan jack base
267.3
246.3
307.3
228.5
Pemasangan scaffolding
384.2
337.2
414.2
345.3
Pemasangan cross brace
271.3
224.3
301.3
232.5
Pengaturan scaffolding sesuai marking
298.7
258.7
338.7
258.9
Penguat/ di paku posisi kaki jack base
242.2
231.5
282.2
213.4
pada landasan
Pasang pipe support
274.0
226.0
304.0
235.0
Pemasangan U-head
263.2
211.7
303.2
222.5
Pemasangan skur horizontal
266.4
255.8
306.4
266.7
Pemasangan skur diagonal
268.7
247.6
308.7
238.8
Pemasangan landasan untuk bekisting
264.0
223.0
304.0
225.0
balok
Pemasangan cetakan / form work balok
440.3
390.1
480.3
400.3
Pengecekan elevasi dengan alat theodolite
277.4
216.3
317.4
237.5
3 Opening time
Pelepasan cetakan / form work balok
256.2
201.1
306.2
212.3
Pelepasan landasan untuk bekisting balok
252.4
201.3
302.4
213.4
Pelepasan skur diagonal
262.4
211.3
212.4
224.5
Pelepasan skur horizontal
274.6
253.3
224.6
265.5
Pelepasan U-head
259.2
208.1
219.2
219.2
Pelepasan pipe support
262.6
251.1
282.6
262.5
Pelepasan cross brace
282.6
231.5
272.6
242.7
Pelepasan jack base
263.2
212.1
313.2
245.6
Pelepasan landasan jack base
259.4
208.3
309.4
259.5
35 | K o n s t r u k s i a
4
-
255.2
241.7
6936.7
205.1
201.6
5908.8
305.2
291.7
7616.7
217.2
213.7
6150.3
8.1
5.8
8.9
6.1
Analisa waktu pelaksanaan pekerjaan bekisting pelat lantai metode semi sistem dan metode
sistem lt.2 dan lt.3.
SS lt.2
S lt. 2 SS lt.3
S lt. 3
Time
Time
Time
Time
NO.
Description
(menit) (menit) (menit) (menit)
1 Loading time
Siapkan material dan peralatan.
175.3
223.1
225.3
231.1
2 Installing time
Pemasangan landasan jack base
154.2
203.6
204.2
205.7
Pemasangan jack base
167.3
205.2
217.3
221.6
Pemasangan scaffolding
274.2
326.4
364.2
314.0
Pemasangan cross brace
161.3
214.6
251.3
227.4
Pengaturan scaffolding sesuai marking
188.7
235.8
238.7
235.1
Penguat/ di paku posisi kaki jack base
132.2
197.3
182.2
214.3
pada landasan
Pasang pipe support
164.0
215.0
214.0
212.8
Pemasangan U-head
153.2
204.8
203.2
204.1
Pemasangan skur horizontal
156.4
246.7
206.4
273.8
Pemasangan skur diagonal
158.7
206.5
208.7
236.1
Pemasangan landasan untuk bekisting
154.0
208.0
204.0
208.2
balok
Pemasangan cetakan / form work balok
330.3
386.4
280.3
381.5
Pengecekan elevasi dengan alat theodolite
167.4
203.5
117.4
204.1
3 Opening time
Pelepasan cetakan / form work balok
146.2
196.5
196.2
251.6
Pelepasan landasan untuk bekisting balok
142.4
196.9
192.4
191.5
Pelepasan skur diagonal
152.4
205.4
102.4
201.6
Pelepasan skur horizontal
164.6
245.1
114.6
242.9
Pelepasan U-head
149.2
195.2
199.2
188.1
Pelepasan pipe support
152.6
247.8
9.6
231.7
Pelepasan cross brace
172.6
220.6
122.6
232.4
Pelepasan jack base
153.2
209.3
103.2
202.3
Pelepasan landasan jack base
149.4
196.2
99.4
198.2
4 Repairing and clearing Time
Perbaikan
145.2
187.4
135.2
194.2
36 | K o n s t r u k s i a
Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
Pembersihan
Total (menit)
Waktu yang dibutuhkan per-m2
(menit)
131.7
4196.7
181.4
5558.7
101.7
4493.7
183.5
5687.8
7.4
5.6
7.9
5.7
37 | K o n s t r u k s i a
38 | K o n s t r u k s i a
KESIMPULAN
Biaya antara pekerjaan bekisting metode
sistem lebih mahal dibandingkan dengan
bekisting metode semi sistem.
Waktu pekerjaan bekisting metode sistem
lebih cepat penyelesaiannya dibandingkan
metode semi sistem. Jadi bekisting metode
sistem dipakai atau dipilih apabila proyek
konstruksi dituntut untuk lebih cepat dan
perusahaan mendapatkan proyek yang
sama / berulang-ulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Husen, A. 2009. Manajemen Proyek
Perencanaan,
Penjadwalan,
&
Pengendalian Proyek, Yogyakarta :
ANDI.
2. Ibrahim, B. 2007. Rencana dan Estimate
Real of Cost, Jakarta : Bumi Aksara.
3. M. Novian, suryoreso. 1997. Efesiensi
pekerjaan Acuan dan perancah pada
Industri Konstruksi. Politeknik ITB:
Bandung.
4. SNI. 2008. Analisa Biaya Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan
Pekerjaan Beton, Bandung : BSN.
5. Soedrajat, A. 1984. Analisa Anggaran
Biaya Pelaksanaan, Bandung : Nova.
6. Wigbout, F.Ing, 1992. Pedoman Tentang
Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga.
Jakarta.
Teknologi Real Time Traffic Information System Untuk Mengatasi Kemacetan (Rusmadi)
ABSTRACT: Traffic congestion is now a major problem that occurred in Jakarta including the Urban Toll
Road segment Jakarta. One effort to reduce the level of traffic congestion is through the application of
technology Real Time Traffic Information System (RTTIS.) This paper provides a potential application of
the technology in the segment RTTIS In Jakarta Toll Road pendek.Tujuan term technology implementation
RTTIS is to optimize the traffic volume on a road segment. By knowing the origin-destination trip, then the
offender perjelanan can obtain the best information that can be passed. RTTIS technology requires input in
the form of traffic volume and average vehicle speed in real time which can be obtained from the smart
camera system. Furthermore, the data is processed and disseminated back to road users through a variety
of devices, such as variable massage sign (VMS), cellular phone, sms, call centers, in-car tv, internet. RTTIS
approach in addressing traffic congestion is expected to be utilized by the Service Margadalam improve
transportation services in Jakarta Urban Toll Road and also to reduce the level of congestion
lintas.Disamping it benefits society is the increased travel time tempuhuntuk achieve RTTIStersebut
implementation must also be accompanied by another attempt to address traffic congestion as the
application of mass transportation systems, increased network capacity highways and other supporting
policies.
Keywords: intelligent transport system, transport modeling, origin-destination matrix, estimation
methods
39 | K o n s t r u k s i a
Teknologi Real Time Traffic Information System Untuk Mengatasi Kemacetan (Rusmadi)
PENDAHULUAN
Kemacetan lalu lintas saat ini merupakan
problem utama yang terjadi di kota-kota
besar di Indonesia termasuk di DKI
Jakarta. Berdasarkan data dari Dinas
Perhubungan DKI Jakarta pada tahun 2010
besaran kerugian akibat kemacetan lalu
lintas di DKI Jakarta telah mencapai Rp.
45,2 trilyun per tahun.
3.
4.
Sumber: www.jasamarga.com
Gambar 1. Volume Lalu Lintas Harian
5.
7.
Teknologi Real Time Traffic Information System Untuk Mengatasi Kemacetan (Rusmadi)
Sumber: www.jasamarga.com
Gambar 2.e-Toll card system di Jalan Tol
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Teknologi Real Time Traffic Information System Untuk Mengatasi Kemacetan (Rusmadi)
4.
5.
43 | K o n s t r u k s i a
Proceeding, Taipei 15 17
September 1999, hosted by Chinese
Institute of Transportation, Taipei.
6. Tamin, O.Z. (2000) Perencanaan dan
Pemodelan Transportasi, Edisi 2,
Penerbit ITB, Bandung.
7. Tamin, O.Z. etal (2001) Dynamic
Origin-Destination (OD) Matrices
Estimation From Real Time Traffic
Count Information, Laporan Akhir,
Graduate Team Research Grant,
Batch IV, University Research for
Graduate Education (URGE) project.
8. Tamin, O.Z. (2005) Pengembangan
Sistem Informasi Arus Lalu Lintas
Sebagai Upaya Pemecahan Masalah
Transportasi di Kota Bandung,
Laporan Akhir Program Riset ITB.
9. Willumsen, L.G. (1981) An Entropy
Maximising Model for Estimating
Trip Matrices From Traffic Counts,
PhD Thesis, Department of Civil
Engineering, University of Leeds.
10. www.jasamarga.com
Prediksi Nilai Kekakuan Lentur Pada Balok Beton Bertulang (Yamin Susanto)
ABSTRAK: Makalah ini menyajikan sebuah metode sederhana untuk prediksi sifat kekakuan lentur
dukungan sederhana balok dengan tulangan beton di bawah anggota pendek waktu pembukaan. The
lentur kekakuan anggota struktural biasanya dianggap sebagai produk dari modulus elastisitas E, yang
merupakan properti dari bahan dibuat, dan momen inersia I yang merupakan tergantung pada anggota
bentuk fisik properti. Dalam banyak penelitian menunjukkan bahwa kekakuan lentur dari anggota beton
bertulang dapat mendapatkan bentuk dua komponen di atas yang dihitung secara terpisah, dan metode
ini telah diadopsi oleh ACI 318 dan SNI 03-2847 kode. Dalam metode ini telah dikembangkan dan
disempurnakan untuk mencapai kedua kesederhanaan dalam penggunaan dan representasi perilaku
aktual yang serealistis mungkin. Hasil dari metode ini adalah lebih konservatif daripada ACI 318 dan SNI
03-2847.
Kata kunci: kekakuan lenturnya, pembebanan seketika, modulus elastisitas Dan momen inersia.
ABSTRACT: This paper present a simple method to prediction of the flexural rigidity properties of simple
support reinforced concrete member beams under short-time loading. The flexural rigidity of structural
member is normally thought of as the product of the modulus of elasticity E, which is a property of a
fabricated material, and the moment of inertia I which is a property dependent upon the physical shape
member. In many research is shown that flexural rigidity of reinforced concrete member can be get form
two components above which is calculated separately, and the method has been adopted by the ACI 318
and SNI 03-2847 code. In this method has been developed and refined to achieve both simplicity in use and
a representations of actual behavior that is as realistic as possible. The result of this method is more
conservative than the ACI 318 and SNI 03-2847.
Keywords: bending stiffness, instantaneous loading, the modulus of elasticity and moment of inertia.
PENDAHULUAN
Dalam perancangan setiap komponen
struktur risiko keruntuhan/kegagalan yang
disebabkan
oleh
ketidakpastian
(uncertainties) dalam proses perancangan
itu sendiri tidak dapat dihindari, betapapun
kecilnya risiko tersebut. Hal ini disebabkan
hamper semua perancangan struktur harus
dilakukan tanpa informasi yang lengkap
(sempurna), sehingga faktor risiko selalu
terkait didalamnya. Model atau metoda
yang
digunakan
dlam
perancangan
komponen struktur biasanya berupa
penyederhanaan dari keadaan yang
sebenarnya. Terutama pada perencanaan
komponen struktur beton bertulang yang
sifat mekanika bahannya heterogen,
anisotropic serta berprilaku nonlinear. Oleh
sebab itu, diperlukan suatu modifikasi
(pendekatan) dari prinsip-prinsip dasar
mekanika bahan dalam melakukan analisis
strutur tersebut.
45 | K o n s t r u k s i a
Prediksi Nilai Kekakuan Lentur Pada Balok Beton Bertulang (Yamin Susanto)
3.
4.
5.
6.
Balok
memiliki
panjang
yang
proposional
terhadap
tingginya,
misalnya: untuk balok metal potongan
kompak nilai perbandingan antara
bentang dengan tinggi adalah 8 atau
lebih,
untuk
balok-balok
yang
badannya
relatif
tebal
nilai
perbandingannya 15
7.
8.
9.
2.
dimana,
48 | K o n s t r u k s i a
mengalami
My
Prediksi Nilai Kekakuan Lentur Pada Balok Beton Bertulang (Yamin Susanto)
0.75 0.5
M max
Mn
(3)
lentur
nominal,
dapat
Mn
(6)
(7b)
sehingga,
( As As' ) f y
0.85 f c' bd
0.68
(8a)
atau,
a
0.68
(8b)
d
Dengan demikian momen lentur nominal
penampang balok beton bertulang persegi
dapat diperoleh berdasarkan persamaan
dibawah ini,
a
M n C c (d ) C s (d d ' )
(9a)
2
(4)
(5)
dimana,
f c' adalah kuat tekan beton rencana,
49 | K o n s t r u k s i a
50 | K o n s t r u k s i a
Mn
ACI
318,
maka
diperoleh
nilai
1.25TJ 10 . Bila kurvatur leleh initial
Prediksi Nilai Kekakuan Lentur Pada Balok Beton Bertulang (Yamin Susanto)
Mn
(11)
dimana,
(bi b)h f
(12)
bd
bi adalah lebar sayap tarik dan h f adalah
tebal sayap tarik.
Pers. (11) dapat memperkirakan
secara memadai nilai kekakuan lentur
( E c I e ) pada penampang-T, T-terbalik, I dan
persegi untuk tulangan tunggal maupun
tulangan ganda pada pembebanan sesaat.
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Untuk menguji teori di atas maka
pada bagian berikut ini disajikan sebuah
perbandingan hitungan defleksi balok
beton bertulang antara formulasi ACI 318
dengan formulasi Pers. (11).
Kasus 1. Defleksi Balok Persegi.
Hitung defleksi seketika (immediate
deflection) akibat beban mati dan hidup
pada balok seperti diperlihatkan pada
Gambar 5a hingga c. Pembebanannya
merata seluruh balok, balok tertumpuh
sederhana dengan bentang 22 m harus
mendukung
momen
beban
layan
maksimum sebesar 407 kN-m akibat beban
mati dan 680 kN-m akibat beban hidup.
f c' =
1100 mm
20
20
1000mm
perhitungan defleksi disyaratkan.
(b). Langkah kedua, hitung momen
inersia brutto dan momen inersia
penampang retak,
1
1
4
I g bh 3 (460)(1000) 3 38333333333.33 mm
12
12
Dengan
menggunakan
nilai
perbandingan elastisitas n = 8, maka
posisi garis netral untuk penampang
retak tertransformasinya adalah
460 x 2
96000(901 x)
2
x 2 417.4 x 376077.4 0
x 439 mm
1
I cr (460)(439) 3 96000(901 439) 2 33463316913.33
3
mm4
(c). Langkah ketiga, hitung momen
inersia efektif, I e yang tergantung
pada momen lentur
M cr
yang
3.396(38333333333.33)
1
yt
(1000)
2
M cr 260.36 kN m
M cr
balok.
M cr
260.36
M cr
0.640
M max
3
52 | K o n s t r u k s i a
M cr
0.262
M
max
Dari Pers (9-8) ketentuan ACI atau SNI 032847 Pers.(12), momen inersia efektifnya
adalah,
3
M 3
M cr
I g 1 cr I cr
I e
M max
M max
Prediksi Nilai Kekakuan Lentur Pada Balok Beton Bertulang (Yamin Susanto)
I e 0.262(38333333333.33) (1 0.262)(33463316913.33)
I e 34739261215.37 mm
2.
wc
i D
5ML2
5(407)(10 6 )(22 1000) 2
48Ec I e 48(27691.47)(34739261215.37)
( i ) D 21.33 mm
M cr
M max
0.014
I e 0.014(38333333333.33) (1 0.014)(33463316913.33)
I e 33531497143.21 mm 4
i D L
i D L
defleksi
L
22000
61.11 mm
360
360
i D 59.02 21.33
i Lijin
i D L
( i ) D L 37.69 mm
12000(300)
0.341
0.85(30)(460)(901)
M n 0.85(30)(460)(0.341)(901) 2 (1
0.341
)
2
M n 2693.51 kN m
y d [0.7 2.8(0.341)](10 3 )
300
200000
y d 0.0031548
dan hitung faktor modifikasi nilai kekakuan
balok beton bertulang akibat beban mati
berdasarkan Pers. (3),
0.75 0.5
407
0.826
2693.51
Ec I c
2693.51 10 6 (901)
0.826(0.0031548)
E c I c 9.313041 1014 mm 2 N
dan hitung defleksi seketika akibat beban
mati.
i D
5ML2
48E c I e
i D
48(9.313041 1014 )
22.03 mm
i D
( i ) Lijin
53 | K o n s t r u k s i a
0.75 0.5
1087
0.952
2693.51
dan,
Ec I c
2693.51 10 6 (901)
0.952(0.0031548)
E c I c 8.08043 1014 mm 2 N
i D L
5ML2
48E c I e
i D L
48(8.08043 1014 )
67.82 mm
i D L
i L i D L i D
i L 67.82 22.03
i L 45.79 mm
defleksi
( i ) L ijin
54 | K o n s t r u k s i a
700
200
800(200)(
700)
2
2
ya
400(700) 800(200)
y a 513.64 mm
400(700)
I g 32584848490.667 mm 4
Dengan
menggunakan
nilai
perbandingan elastisitas n = 8, maka
posisi garis netral untuk penampang
retak tertransformasinya adalah
400 x 2
(8 1)(4000)( x 50) 8(8000)(850 x)
2
x 2 460 x 279000 0
x 346.10 mm
1
I cr (400)(346.1) 3 64000(850 346.1) 2 (8 1)(4000)(346.1 50) 2
3
I cr 24233167477467 mm 4
Prediksi Nilai Kekakuan Lentur Pada Balok Beton Bertulang (Yamin Susanto)
M cr
fr I g
M cr
286.4
yt
3.396(32584848490.667)
386.36
286.40 kN m
M cr
M max
M cr
M cr
M cr
286.4
0.018
I e 0.018(32584848490.667) (1 0.018)(24233167477.467)
I e 24385096639.979 mm 4
M cr
0.347
M
max
Dari Pers (9-8) ketentuan ACI atau SNI 032847 Pers.(12), momen inersia efektifnya
adalah,
i D L
5ML2
48Ec I e
i D L
i D L
M
(g). Langkah ketujuh. hitung defleksi
I g 1 cr I cr
seketika akibat beban hidup,
M max
22000
i L7.ijin467) L 2713478305
61.11 mm4
I e 0.347(32584848490.667) (1 0.262)(2423316747
360
360 0.529 mm
3
M
I e cr
M max
Ec 0.043w
1.5
c
f 0.043(2400)
'
c
1.5
i D L i D
30 27691
MPa
.47
i D L i D
yang
besarannya
i D
i D
i D
5ML2
48Ec I e
3.
81.15 27.30
53.85 mm
( i ) L ijin
0.138
0.85(30)(400)(850)
M n 0.85(30)(400)(0.138)(850) 2 (1
0.138
) 4000(300)(850 50)
2
M n 1909.41 kN m
55 | K o n s t r u k s i a
0.235
400(850)
Ec I c [1 0.3(0.235)]
1909.41 10 6 (850)
0.857(0.002588)
Ec I c 7.839 1014 mm 2 N
(e). Langkah kelima, hitung defleksi
seketika akibat beban mati.
i D
i D
i D
5ML2
48Ec I e
Ec I c [1 0.3(0.235)]
1909.41 10 6 (850)
1.035(0.002588)
Ec I c 6.490 1014 mm 2 N
i D L
i D L
i D L
5ML2
48E c I e
i L i D L i D
i L 88.44 26.17
i L 58.27 mm
( i ) L ijin
Prediksi Nilai Kekakuan Lentur Pada Balok Beton Bertulang (Yamin Susanto)
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
57 | K o n s t r u k s i a
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf Ismeth - Achirwan)
ABSTRAK : Pengendalian kinerja biaya proyek agar tetap berjalan sesuai dengan rencana adalah penting.
Penelitian ini membahas mengenai pola hubungan antara kinerja biaya proyek dengan dampak
penyimpangan biaya proyek dengan pendekatan indikator cost overrun, terutama pada pengelolaan sub
kontraktor, studi dikhususkan pada proyek gedung bertingkat terutama dikota Jakarta, Bogor,
Tanggerang dan Bekasi. Berdasar dari bahan hasil penelitian yang sebelumnya, didapat 4 indikator cost
overrun pada pengelolaan sub kontraktor, yang masing masing atau kombinasi diantaranya sebagai
ukuran dari dampak yang menyebabkan turunnya kinerja proyek, dari indikator tersebut akan dikaji
dengan menggunakan perangkat pengolah data SPSS, pada bagian mana penyebab paling significant
mempengaruhi penurunan kinerja biaya. Dari dampak yang significant selanjutnya diindentifikasi
penyebabnya, untuk kemudian dilakukan corrective action (langkah perbaikan).
KATA KUNCI : kinerja biaya proyek, gedung bertingkat, subkontraktor, indicator cost overrun, dampak,
penyebab, tindakan koreksi.
ABSTRACT : Managing project cost performance in order to run the schedule on time is very
important.This research paper conducts relationship between project cost performance and the impact of
project cost overrun with cost overrun as an approach indicator mainly for sub contractor management.
This study is focused on high rise buildings for the area of Jakarta, Bogor, Tangerang and Bekasi. Referring
to the previous research there are four cost overrun indicators on sub contractor management where all of
them or combination among them can be classified as measured impact which will cause the decrease of
project performance. Using SPSS software to find most significant impact that affects the decrease of
Project Performance will further assess those indicators. From those significant impacts the cause can then
be identified and be given some corrective actions
Keywords: project cost performance, high rise building, sub contractor, indicator cost overrun, impact,
corrective action
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah Salah satu indikator
keberhasilan suatu proyek adalah memberikan
keuntungan finansial yang memadai bagi
pemilihan subkontraktor
tahap negosiasi
tahap pengesahan
persiapan kontraktor
dapat
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf Ismeth - Achirwan)
1.
Tidak efisiennya
teknis.
personil
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian deskriptif.,(10)
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara dan menyebarkan questioner.
Kemudian tabulasi serta analisa statistik ,
(dengan alat program SPSS) yang dilakukan
terhadap data yang telah dikumpulkan.
Penelitian ini untuk membangun suatu struktur
yang dapat memberikan rekomendasi tindakan
koreksi terhadap penyimpangan biaya proyek
pada pengelolaan subkontrak. Berdasarkan
pendekatan utama dari penelitian ini adalah
pengendalian
biaya
proyek
dan
penyimpangannya, sub-nya adalah masalah
pengelolaan subkontrak. Sedangkan knowledge
acquisition berdasarkan kepada penyebab,
dampak, serta rekomendasi tindakan koreksi.
Penyebab serta dampak tersebut merupakan
variabel. Variabel adalah objek penelitian atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 1998).(11)
61 | K o n s t r u k s i a
Berdasarkan
beberapa
literatur
yang
mendukung
tentang
tahap-tahap
pada
pengelolaan subkontrak, penyebab terjadinya
penyimpangan
tersebut
dikelompokkan
menjadi 9 (sembilan) hal utama dalam
pengelolaan subkontrak yaitu :
1. Perencanaan,
2.
Kontraktual,
3.
Pengorganisasian
4. Kinerja subkontraktor,
5.
Jadwal pelaksanaan,.
6. Tuntutan pembayaran
7. Pekerjaan tambah kurang
8. Faktor eksternal,
9. pengawasan dan pengendalian,
Untuk mendapatkan data tersebut, digunakan
jenis pertanyaan yang sesuai dengan metode
penelitian Yin (1994),(12) yaitu pertanyaanpertanyaan sebagai berikut:
Apa saja dampak-dampak yang mempunyai
tingkat resiko signifikan/tinggi yang dapat
menurunkan kinerja biaya pengelolaan subkon.
Berapa besar probabilitas terjadinya cost
overrun pada biaya pengelolaan subkon bila
dampak-dampak tersebut terjadi dalam suatu
proyek gedung bertingkat.
Penetapan teknik analisa dan pengolahan data.
Dalam penelitian ini teknik analisa data
ditetapkan dengan menggunakan 2 (dua)
metode yaitu metode tingkat resiko (risk level)
untuk menentukan tingkat resiko dari masingmasing dampak dan dilanjutkan dengan metode
matematik statistik yaitu analisa korelasi untuk
menentukan dampak negatif, dan analisa
regresi untuk pembentukan model matematis,
yang dalam prosesnya menggunakan alat bantu
yaitu software SPSS 11.0.
Dari analisa tingkat resiko (risk level) akan
diketahui tingkat resiko dari masing masing
dampak berdasarkan indikator cost overrun dan
kombinasinya. Kriteria dampak yang akan
62 | K o n s t r u k s i a
KLARIFIKASI / VALIDASI
Setelah proses penentuan tingkat resiko dengan
metode risk level dan keluar dampak-dampak
yang mempunyai resiko tinggi dan signifikan,
maka diadakan klarifikasi / validasi yang
dilakukan dengan cara pembuatan kuisioner
untuk kemudian dilakukan wawancara dengan
pokok pertanyaan berdasarkan variabel
dampak yang mempunyai tingkat resiko tinggi
dan signifikan untuk mendapat tanggapan dan
penjelasan dari pakar, sebelum dilanjutkan ke
proses berikutnya yaitu :
PEMBENTUKAN MODEL DAN PENENTUAN
PROBABILITAS.
Penelitian ini adalah pengembangan dari
metode analisa yang digunakan yaitu dengan
analisa tingkat resiko (risk level) untuk mencari
dampak-dampak yang mempunyai resiko yang
signifikan/tinggi dengan pendekatan indikator
cost
overrun,
untuk kemudian
dicari
pemodelannya dengan analisa statistik, dengan
tujuan agar apabila dampak-dampak tersebut
terjadi dalam suatu proyek maka dapat
diperkirakan berapa besar penurunan kinerja
biaya yang akan terjadi, khususnya biaya
subkon.
Cara pengumpulan data dilakukan dengan 3
cara. Pertama dengan melakukan studi
lapangan yaitu dengan melakukan survei
kepada perusahan-perusahaan konstruksi.
Kedua dengan cara melakukan studi literatur
yang termuat didalam buku-buku, jurnal dan
berbagai media. Ketiga dengan cara melakukan
wawancara kepada para pakar. Pengumpulan
data dilakukan dalam 2 tahap.
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf Ismeth - Achirwan)
2.
3.
4.
5.
Proyek berhenti.
Tidak pernah
2.
Jarang
3.
Kadang kadang
4.
Sering
5.
Selalu.
penyimpangan
biaya
pengelolaan
subkon yang diperoleh dari wawancara
yang ditujukan kepada para pakar
manajemen pengelolaan subkon.
b) Data tentang tingkat pengaruh masingmasing
dampak
dan
frekuensi
terjadinya dampak pada suatu proyek
yang diperoleh dari penyebaran
kuisioner yang ditujukan kepada
pimpinan proyek.
2.
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf Ismeth - Achirwan)
(%) Validasi
(%)
Penggabungan
60.07%
26.317%
43.19 %
21.91 %
23.48%
22.695 %
9.89 %
24.79%
17.34 %
8.13 %
25.41%
16.77%
NO.
Indikator Biaya
Jenis Perusahaan :
Pemerintah
Swasta
Kerjasama
8
20
-
Kualifikasi Perusahaan :
Kualifikasi A
Kualifikasi B
16
11
10
13
65 | K o n s t r u k s i a
Lokasi
a) Jabotabek
16
b) Lampung
c) Riau
3
Waktu Pelaksanaan
a) kurang dari enam bulan
16
Nilai Proyek
a) 1 - 3 milyar
19
66 | K o n s t r u k s i a
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf Ismeth - Achirwan)
(3)
(4)
(5)
Jarang
Kadang
-kadang
Sering
Selalu
Tidak
perna
h
(2)
Tingkat Pengaruh
1. Proyek berjalan
sesuai
rencana
2. Proyek berjalan
sesuai rencana,
ada perubahan
spesifikasi
3. Proyek tidak
berjalan sesuai
rencana, ada
perubahan desain
dan metode
4. Proyek tidak
berjalan sesuai
rencana, ada
perubahan desain
dan metode yang
mempengaruhi
kinerja
5. Proyek berhenti
H
H
H
H
Sumber : Hasil modifikasi dari Soemardi, Tresna, P. (2002), Bahan Kuliah Biaya dan Manajemen
Resiko, Magister Teknik, Kekhususan Manajemen Konstruksi, Universitas Indonesia, Jakarta
67 | K o n s t r u k s i a
Tabel 4.6 Penentuan Tingkat Resiko Pada Indikator 3 ( Arsitektur), Level M dan S
no
no Coding
Modus
Tingkat
Tingkat
Tingkat
A. PERENCANAAN
1. Kesalahan dalam menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan disubkontrakkan
1
1 A,1,1
2 A,1,2
3 A,2,1
4 A,2,2
3. Kesalahan dalam memprediksi kondisi lapangan dan kejadian yang akan datang
5
5 A,3,1
6 A,3,2
7 A,3,3
8 A,4,1
68 | K o n s t r u k s i a
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf Ismeth - Achirwan)
9 12 A,6,2
11 18 A,9,1
12 19 A,9,2
14 21 A,10,2
B. KONTRAKTUAL
1. Kurang lengkapnya klausul-klausul subkontrak
15 22 B,1,1
berlarut
no
no Coding
Modus
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Pengelolaan Subkon
17 28 B,3,2
18 29 B,3,3
C. PENGORGANISASIAN
1. Komunikasi dan koordinasi yang kurang
69 | K o n s t r u k s i a
baikantara
kontraktor utama dan subkontraktor
21 34 C,1,1
efektif
7. Kurang tegasnya kontraktor utama dalam pemberian sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan oleh subkontraktor
22 46 C,7,1
D. KINERJA SUBKONTRAKTOR
1. Kurangnya pengetahuan subkontraktor mengenai karakteristik proyek
23 48 D,1,1
25 52 D,2,2
4. Kurangnya produktivitas
lapangandarisubkontraktor
26 55 D,4,1
E. JADWAL PELAKSANAAN
1. Kegiatan yang sebelumnya (predecessor) terjadi keterlambatan
28 58 E,1,1
3. Terjadinya rework/ kerja ulang akibat hasil kerja yang tidak sesuai standar
29 62 E,3,1
30 63 E,3,2
G. CHANGE ORDERS
(PEKERJAAN TAMBAH KURANG)
1. Tidak adanya klausul dalam subkontrak yang menjelaskan
tentang pekerjaan tambah kurang (change orders)
70 | K o n s t r u k s i a
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf Ismeth - Achirwan)
31 70 G,1,1
han
32 75 G,3,2
33 76 G,3,3
34 79 H,1,1
35 80 H,1,2
36 81 H,1,3
H. FAKTOR EKSTERNAL
1. Terjadi force majeur : bencana alam,
krisisekonomi,
politik, hankam, dll (bila tidak terdapat dalam
kontrak)
2. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak baik (bila tidak terdapat dalam kontrak)
37 83 H,2,2
38 85 H,3,1
39 86 H,3,2
pelaksanaankegiatankontruksi
3. Perubahan peraturan pemerintah dan perundangundangan
(bila tidak terdapat dalam kontrak)
40 87 H,3,3
no
Modus
Tingkat
Tingkat
Tingkat
71 | K o n s t r u k s i a
KESIMPULAN
1. Dari 4 indikator cost overrun pada
pengelolaan Subkontrak yaitu biaya
pengelolaan subkon untuk, sub struktur,
upper structure,arsitektur, dan mekanikal
elektrikal, didapati variabel dampak resiko
cost overrun paling besar terdapat pada
indikator biaya pengelolaan subkon
arsitektur
2. Dari hasil analisa tingkat resiko yang telah
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan, diperoleh dampakdampak
yang mempunyai tingkat resiko pada
indikator 3 (arsitektur) yaitu Significant
(S), 3 buah, dan Medium (M), 41 buah, dari
101 variabel, ini dapat juga disimpulkan 50
% dampak berkelas medium, tidak ada
satupun dampak yang mempunyai tingkat
resiko High (H).
3. Hasil analisa tingkat resiko berdasarkan
kombinasi indikator cost overrun pada
pengelolaan subkon menunjukkan bahwa
indikator 3 (biaya pengelolaan subkon
arsitek) mempunyai dampak-dampak
signifikan terbanyak yaitu 44 variabel
dampak dan seiring dengan jumlah
indikator yang dikombinasi maka jumlah
dampak yang signifikan semakin kecil, dan
yang paling kecil ada pada indikator 2 dan
72 | K o n s t r u k s i a
4.
5.
6.
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf Ismeth - Achirwan)
Daftar Pustaka
[1] Ariany Frederika, Journal Ilmiah Teknik
Sipil, Denpasar 2010
[2] Budi Santoso , Manajemen Proyek ,
Surabaya, 2003
[3] Bachtiar Ibrahim, Rencana dan Estimate
Real Of Cost, Jakarta, 1993
[4] Harold Kerzner, Project Management : A
System Approach to Planning ,
Scheduling,
and
Controlling
(8th
Ed.ed),Wiley, 2003
[5] Iman Soeharto , Manajemen Proyek ,
Jakarta, 1995
[6] Iman Soeharto, Manajemen Proyek Dari
Konseptual Sampai
Operasiona,
Jakarta, 1999
73 | K o n s t r u k s i a
Analisis Konstruksi Gable dengan Rafter menggunakan Profil Baja Honeycob dan Truss (Ihsanudin - Haryo)
ABSTRACT : With the increasing proliferation of warehousing business, encouraging investors or owner to
be able to expand its business. One of them is the construction of the warehouse, which of these businesses
can make a profit or profit is quite promising. For the investor or owner throng - throng to build
warehouses in the area of warehouse area. The point is to evaluate the construction work horses and steel
with honeycomb truss system with span 40 m 'are implemented in PT Multisarana Ark, which is located in
Marunda Center and the person in charge of the design by Glitterindo Pratama PT. Its objective was to
design structural steel horses with long spans of effective, efficient and economical, so that it can be used
as reference material industry. Gable Frame is usually used as industrial structure. A gable frame have
various components that play a role in supporting the overall strength of the structure, among other
things: rafter, column, base plate, haunch and stiffener. Truss structure is a structure consisting of rod
elements which are connected with each other, which of these elements in the analysis can be modeled as
1D, which combined - combined 1D elements can form 2D elements and 3D elements (Space). Construction
horses Honeycomb system 25.84% heavier than Truss system. Effect or reaction torque of a larger system
Truss 20.18% compared to Honeycomb.
Keywords: gable, honeycomb, truss, rafter, 2D, 3D
75 | K o n s t r u k s i a
PENDAHULUAN
Dengan
makin
maraknya
bisnis
pergudangan, mendorong para investor
atau owner untuk dapat mengembangkan
usahanya. Salah satu diantaranya adalah
pembangunan gudang, yang mana dari
usaha tersebut dapat menghasilkan
keuntungan atau profit yang cukup
menjanjikan. Untuk itu para investor atau
owner berbondong bondong membangun
gudang di area kawasan pergudangan.
Para investor atau owner mengharapkan
suatu gudang yang tidak memiliki banyak
kolom
di
dalam
gudang,
guna
memaksimalkan luas dari gudang tersebut
untuk dimanfaatkan sebagai tempat
penyimpanan. Oleh karena itu dibangunlah
suatu gudang dengan bentang kuda-kuda
yang panjang, dengan sistem kuda kuda
truss atau honeycomb. Dengan sistem kuda
kuda tersebut, yang cukup mampu
mengcover dari berbagai beban yang
timbul, antara lain berat sendiri, beban
angin dan lain lain.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksudnya adalah mengevaluasi pekerjaan
konstruksi kuda-kuda baja dengan system
truss dan honeycomb dengan bentang 40
m yang dilaksanakan di PT Multisarana
Bahtera, yang beralamat di Marunda Center
dan penanggung jawab desain oleh PT
Glitterindo Pratama. Tujuannya adalah
mendapatkan desain struktur kuda-kuda
baja dengan bentang panjang yang efektif,
efesien dan ekonomis, agar dapat
digunakan sebagai bahan rujukan dunia
industri.
76 | K o n s t r u k s i a
PEMODELAN KONSTRUKSI
Analisis Konstruksi Gable dengan Rafter menggunakan Profil Baja Honeycob dan Truss (Ihsanudin - Haryo)
2.
3.
4.
Beban Mati
termasuk
segala
unsur
tambahan,
penyelesaian
penyelesaian
yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari konstruksi.
Untuk menentukan beban mati dalam
perencanaan kuda-kuda baja ini, ada
beberapa beban mati yang harus
diperhitungkan antara lain :
-
berat gording
berat trekstang
Beban Hidup
Beban Angin
Beban Khusus
Analisis Konstruksi Gable dengan Rafter menggunakan Profil Baja Honeycob dan Truss (Ihsanudin - Haryo)
79 | K o n s t r u k s i a
N crbx
2 .E
x Ag
x 2
2 . 2,0 . 10 6
x 100,12 = 379344,48 kg
72,14 2
Lky 0,8.690
y
108,24 cm
iy
5,1
N crby
2 .E
x Ag
y 2
2 . 2,0 . 10 6
x 100,24 = 168512,97 kg
108,24 2
x<yy menentukan 108,24 cm
fy
E
108,24
2400
3,776
2,0.10 6
c> 1,2
= 1,25 c2 = 1,25 x 3,7762 =
4,72
Pn = 0,85 Ag fy/ = 0,85 . 100,12 .
2400/4,72 = 54090,25 kg
Pu = 3549,59 kg
(diperoleh dari SAP)
Pu < Pn 3549,59 kg <54090,25 kg ok!
Pu
3549,59
0,065 0,2
pakai
Pn 54090,25
rumus 2
Mux = bx . Mntx
80 | K o n s t r u k s i a
1859,72
Cm 0,6 0,4
0,52 1
8622,01
Cm
0,52
=
= 0,54
bx
Nu
3440,24
1
1
N
78430,77
crby
bx
dipakai 1
Mux = bx . Mntx = 1 . 8622,01 = 8622,01 kg.m
bx
dipakai 1
Mux = bx . Mntx = 1 . 8916,76 = 8916,76 kg.m
Analisis Konstruksi Gable dengan Rafter menggunakan Profil Baja Honeycob dan Truss (Ihsanudin - Haryo)
2.tf
fy
Badan :
Kontrol Sambungan
Pelat
h 1680
tw
fy
295
5,5
149
170
2.8
240
1680
240
9,31 < 10,97
53,8 < 108,44
Penampang kompak Mnx = Mpx
M uy
Pu
M ux
1
2 . . Pn
. M nx . M ny
3549,59
13623
0
2 . 54090,25 0,9 . 44546,40
0,372< 1 ..ok !!!
81 | K o n s t r u k s i a
14
max
y2
34522
Perencanaan RangkaBatang
Batang Bawah
Kontrol pada batang section no.24 dengan
menggunakan T-Beam T150x150x6,5x9
mm.
Dari hasil analisa dengan program SAP
2000 di dapat :
Pu = 7253,74 kg
L = 120 cm
Property penampang
- B = 150 mm
- H = 150 mm
T-
- t1= 6,5 mm
- t2 = 9 mm
- r = 13 mm
- tw1 = 10 mm
- Af = 23.39 cm2
- Ix = 463 cm4
- Iy = 254 cm4
- rx = 4.45 cm
- ry = 3.29 cm
- Zx = 33.7 cm3
Zy = 29.6 cm3
Fu = 370 MPa = 3700 kg/cm2
Fy = 240 MPa = 2400 kg/cm2
E = 2 x 106 kg/cm2
Kontrol Aksial
Kontrol kelangsingan penampang :
Berdasarkan SNI 03-1729-2002 bahwa
untuk penampang komponen struktur
harus memenuhi sebagai berikut :
<p
Tekuk lokal pada sayap (flens) :
250
bf
= 2.tf p =
82 | K o n s t r u k s i a
fy
Analisis Konstruksi Gable dengan Rafter menggunakan Profil Baja Honeycob dan Truss (Ihsanudin - Haryo)
fy
2400
. 23,39
Pn =
= 1
= 56136 kg
Pu < Pn
7253,74 kg < 0,85 x 56136
kg = 47715,6kg...........(ok)
Pu
7253,74
fy
bf
250
fy
Pelat sayap : 2.tf
150
250
2*9
240
8,33< 16,14.....Aman
h 335
tw
fy
Pelat Badan :
150
335
6,5
240
23,07<21,62.....Tidak Aman
Kondisi tumpuan jepit-jepit, faktor panjang
tekuk k=0,65
Kontrol Kelangsingan komponen Struktur
Tekan
Berdasarkan SNI 03-1729-2002 Pasal 7.6.4
mensyaratkan :
k.L
x
. Ag
r <200
= ry = 32,9 = 23,7
2 . E . Ag
Ncrsy =
821150,6
Ncrsx =
1502627,42
cx
17,52 2
17,52
2400
fy
.
.
2,0.10 6 = 0,193
= E =
1,43
1,2= 1,6 0,67 . cx
1,43
1,0029
= 1,6 0,67 . 0,26
2400
. 23,39
1
,
003
Pn =
=
= 55968,09 kg
Pu < Pn
7253,74 kg < 0,85 x
55968,09 kg = 47572.8kg...........(ok)
Pu
7253,74
2 . 2,0 . 10 6 . 23,39
2 . E . Ag
23,7 2
23,7
2400
fy
.
.
2,0.10 6 = 0,26
cy
= E =
Berdasarkan SNI 03-1729-2002 pasal 9.1
no 4.24b :
c
=
0,26
;
maka
0,25
<c<
Pu = 7253,74 kg
Cek kelangsingan struktur arah sumbu x :
k.Lx = k.Lx = 0,65 . 1200 = 780 mm
k.Lkx
780
x
= rx = 44,5 = 17.52
2 . 2,0 . 10 6 . 23,39
. Ag
Batas Leleh :
Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Pasal 10.1
adalah :
Pu < Pn=0,9 . Ag . fy
7253,74<0,85 . 23,39 . 2400 = 47715,6 kg
.........(ok)
83 | K o n s t r u k s i a
Batas Putus :
Ae=0,75 . A = 0,75 . 23,39 = 17,54
Pu < Pn=0,75 . Ae . Fu
7253,74<0,75 . 17,54 . 3700 = 48673,5 kg
.........(ok)
Jadi profil T-Beam T150x150x6,5x9 mm
dapat dipakai sebagai batang bawah pada
kuda-kuda Truss.
Batang Diagonal
Kontrol pada batang section no.167 dengan
menggunakan profil Equal Angle baja siku
sama kaki 50x50x5 mm (Batang Ganda)
Dari hasil analisa dengan program SAP
2000 di dapat :
Pu = 2676,80 kg = 2,67 ton
L = 192,09 cm
Ag = 480,2 mm2
ex = 19,30 mm
Ix = Iy = 11,10 x 104 mm4
rmin = 15,2 mm
r = 9,8 mm
tp = 6 mm
b = 50 mm
t = 5 mm
Kondisi Leleh
Kondisi Fraktur
; U=0,85
Cek Kelangsingan
84 | K o n s t r u k s i a
Ag = 480,2 mm2
ex = 19,30 mm
Ix = Iy = 11,10 x 104 mm4
rmin = 15,2 mm
r = 9,8 mm
Analisis Konstruksi Gable dengan Rafter menggunakan Profil Baja Honeycob dan Truss (Ihsanudin - Haryo)
tp = 6 mm
b = 50 mm
t = 5 mm
Kondisi Fraktur
Cek Kelangsingan
U=0,85
Kondisi Leleh
Berdasarkan hasil perhitungan analisis di
atas dapat disampaikan perbandingan
antara sistem Honeycomb dan Truss :
85 | K o n s t r u k s i a
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan :
1. Dalam mendesain portal gable untuk
bangunan gudang harus ditinjau
dengan model 2D dan 3D.
2. Konstruksi
kuda-kuda
system
Honeycomb lebih berat 25,84%
dibandingkan sistem Truss.
3. Luas cat kuda-kuda system Truss lebih
besar 21,52% dibandingkan system
Honeycomb.
4. Efek atau reaksi torsi dari system Truss
lebih besar 20,18% dibandingkan
Honeycomb.
86 | K o n s t r u k s i a
Analisis Konstruksi Gable dengan Rafter menggunakan Profil Baja Honeycob dan Truss (Ihsanudin - Haryo)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Departemen
Pekerjaaan
Umum,
3.
4.
Jurnal
tentang
Design
of
Steel
STRUKTUR
BAJA
87 | K o n s t r u k s i a
Analisis Produktifitas Alat Berat Pada Proyek Pembangunan Pabrik Krakatau (Dwi Novi - Andi)
ABSTRACT : Krakatau Poscos project is one of the major projects with an uneven surface, the land
clearing is dominated by the use of equipment. The Problems that appeared from using of the equipment
are wrong combining and using equipment even though the condition of the equipments. The selection
and determination of right equipment composition is needed so that, the equipment can work optimal and
it can be completed on time with economical costs.
The composing of this research is an actual calculation of production capacitys method. The analysis was
productivity of each equipment by the cycle equipments time, correction equipments factor, a cycle
calculation, an hour production, a day production, a equipment rental price per hour, cost and time that is
required for equipments work, unit price work and the exact composition of equipment.
The productivity of the equipment with the most effective and efficient cost and time used the third
alternative compositions equipment. They were eight units of excavator 609.6384 m3/hour, five units of
89 | K o n s t r u k s i a
bulldozer 571.2079 m3/hour, 5 units of vibration roller 469.665 m3/hour, 22 units of dump truck
612.1302 m3/hour, 1 unit of motor grader 987.84 m2/hour, and 5 units wheel loaders 446.135 m3/hour
with total cost Rp.37.547.895.680 and the total of construction duration was1760 hours or 220 days.
Keywords: Equipment, Productivity, Cost, Duration
LATAR BELAKANG
Pelaksanaan Proyek Pembangunan Pabrik
Krakatau Posco, khususnya pada pekerjaan
tanah yaitu pematangan lahan didominasi
oleh penggunaan alat berat. Penyelesaian
suatu pekerjaan atau bagian pekerjaan
proyek tertentu diperlukan pemilihan alat
dimana
pemilihan
alat-alat
berat
tergantung pada karakteristik masingmasing alat dan kondisi medan. Hal ini
diperlukan agar alat tersebut dapat bekerja
secara optimum sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu dengan biaya
sehemat mungkin. Selain itu pelaksanaan
suatu proyek konstruksi juga selalu
terdapat kendala-kendala, baik kendala
yang sudah diperhitungkan maupun diluar
perhitungan perencana. Mengingat bahwa
kendala-kendala tersebut dapat menjadi
penyebab terhambatnya pekerjaan proyek
dan pekerjaan proyek tidak berlangsung
dengan lancar, maka dalam pelaksanaan
suatu proyek konstruksi selalu ada
kemungkinan
bahwa
waktu
yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek
akan melebihi waktu yang telah ditentukan
dalam kontrak pekerjaan.
Begitu pula Proyek Pembangunan Pabrik
Krakatau Posco yang mengalami kendala
seperti pada pekerjaan penimbunan tanah,
alat-alat berat tidak bekerja secara optimal,
kondisi medan yang kurang baik bahkan
cuaca yang kurang mendukung, oleh karena
itu peran aktif manajemen merupakan
salah satu kunci utama keberhasilan
pengelolaan proyek yaitu dalam peninjauan
jadwal proyek untuk menentukan langkah
perubahan mendasar agar keterlambatan
90 | K o n s t r u k s i a
2.
Analisis Produktifitas Alat Berat Pada Proyek Pembangunan Pabrik Krakatau (Dwi Novi - Andi)
3.
Perhitungan
jumlah
kebutuhan
peralatan dihitung berdasarkan volume
pekerjaan.
4.
5.
6.
7.
8.
PENGETAHUAN
KONSTRUKSI
ALAT-ALAT
BERAT
Apartemen
Seminar
Nasional
2009Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Kristen Petra.
c. Yusep Depyudin
Analisis Produktivitas Alat-Alat Berat
Studi Kasus Proyek Pembangunan Jalan
Antartika II di Kawasan Industri
Krakatau Steel, Cilegon.
Penelitian ini memberikan gambaran
bahwa penentuan kombinasi alat berat
yang baik dapat mempercepat target waktu
yang diharapkan dan dapat menekan biaya
lebih efisien, yang kadang kala kurang
dimaksimalkan pengoprasian atau pun
pengelolaanya.
Alat berat yang dikenal di dalam ilmu
Teknik Sipil adalah alat yang digunakan
untuk
membantu
manusia
dalam
melakukan pekerjaan pembangunan suatu
infrastruktur dalam bidang konstruksi. Alat
berat merupakan faktor penting di dalam
proyek terutama proyek-proyek konstruksi
dengan skala yang besar. Tujuan alat-alat
berat tersebut untuk memudahkan manusia
dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga
hasil yang diharapkan dapat tercapai
dengan lebih mudah pada waktu yang
relative lebih singkat dan diharapkan
hasilnya akan lebih baik.(Susy Fatena
Rostiyanti. 1:2002).
Menurut
Djoko
Wilopo,
6:2009,
menyatakan
bahwa,
keuntungankeuntungan yang di peroleh dengan
menggunakan alat berat antara lain :
1. Waktu pengerjaan lebih cepat
Mempercepat
proses
pelaksanaan
pekerjaan, terutama pada pekerjaan ang
sedang dikejar target penelesaiannya.
2. Tenaga besar
91 | K o n s t r u k s i a
Analisis Produktifitas Alat Berat Pada Proyek Pembangunan Pabrik Krakatau (Dwi Novi - Andi)
Principles and
Construction)
Practices
of
Heavy
t2
t3
= waktu swing
= waktu buang
2. Bulldozer
Kapasitas
produksi
alat
dengan
menggunakan persamaan dibawah ini
(Rochmanhadi 41:1992 Kapasitas dan
Produksi Alat-Alat Berat):
Rumus kapasitas produksi :
KP=PMTxFK
Keterangan :
KP = kapasitas produksi (m3/jam)
PMT
=
produksi
maksimum
teoritis (efisiensi 100%) /jam
FK = Faktor koreksi
Rumus mencari produksi maksimum
teoritis:PMT=KBxT
Keterangan:
KB = kapasitas blade,
T = jumlah trip per jam
3. Vibration Roller
Untuk menghitung produksi alat dapat
digunakan persamaan sebagai berikut
(Djoko Wilopo, 44:2009 dalam Buku
Metode Konstruksi dan Alat-Alat Berat):
KP =
Keterangan :
KP = Luas permukaan lapisan yang
dipadatkan (m2/jam)
LK = Lebar efektif drum pada gilas (m)
F = Kecepatan compactor (km/jam)
H = Ketebalan material yang di
padatkan untuk setiap jalur yang di
padatkan (m)
FK = Faktor koreksi dari:
N = Jumlah lintasan (pass) yang
diperlukan
untuk
mencapai
kemampatan yang dikehendak
4. Dump Truck
Produksi per jam total dari beberapa
dump truck yang mengerjakan pekerjaan
Analisis Produktifitas Alat Berat Pada Proyek Pembangunan Pabrik Krakatau (Dwi Novi - Andi)
(menit)
dimana:
df = jarak lurus pergi per siklus (meter)
dr = jarak kembali dalam grading
berikutnya (meter)
Vf = kecepatan rata-rata pergi (m
/menit)
Vy = kecepatan rata-rata kembali (m
/menit)
N = jumlah pass
E = effisiensi
Perhitungan Luas Operasi per jam
(m/jam)
(Rochmanhadi,
46:1992
kapasitas dan produksi alat-alat berat)
Qa = V x (Le - Lo) x 1000 x E
Dimana:
Qa = Luas operasi per jam (m/jam)
V = Kecepatan kerja (km/jam)
Le = Panjang blade effektif (m)
Lo = lebar tumpang tindih/overlap (cm)
E = effisiensi
6. Wheel Loader
Produktivitas Alat Secara umum,
produktivitas suatu alat berat,dihitung
dengan
menggunakan
rumus
95 | K o n s t r u k s i a
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer merupakan
data yang diperoleh langsung dari
sumber asli baik itu melakukan
wawancara maupun observasi/survei
langsung di lapangan. Wawancara, yaitu
dengan melakukaan tanya jawab
langsung dengan narasumber yang
Analisis Produktifitas Alat Berat Pada Proyek Pembangunan Pabrik Krakatau (Dwi Novi - Andi)
97 | K o n s t r u k s i a
2.
Tabel 2
98 | K o n s t r u k s i a
Analisis Produktifitas Alat Berat Pada Proyek Pembangunan Pabrik Krakatau (Dwi Novi - Andi)
Tabel 3
m /jamdengan
koefisien
alat
99 | K o n s t r u k s i a
Tabel 6
100 | K o n s t r u k s i a
Analisis Produktifitas Alat Berat Pada Proyek Pembangunan Pabrik Krakatau (Dwi Novi - Andi)
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
perhitungan
produktivitas alat berat dapat disimpulkan :
1. Exavator
produksi
perjam76,204
m3/jam, Bulldozer produksi perjam
114,207 m3/jam, Vibration Roller
produksi perjam 93,928 m3/jam,Dump
Truck produksi perjam 27,284 m3/jam,
Motor Grader produksi perjam 987,84
m2/jam , Wheel Loader produksi perjam
89,227 m3/jam.
2. Harga satuan pekerjaannya Exavator Rp.
30.837/m3, Bulldozer Rp. 31.296/m3,
Vibration Roller Rp. 27.882/m3, Dump
Truck Rp. 55.026/m3, Motor Grader Rp.
22.981/m3,
Wheel
Loader
Rp.
3
29.054/m , dan jumlah keseluruhan
harga satuan per m3 adalah Rp.197.016.
3. Alternatif III yang paling efektif dan
efisien, dengan waktu pelaksanaan 1760
jam atau 220 hari dan biaya
Rp.37.852.116.440.Kombinasi adalah 8
unit excavator, 5 unit bulldozer, 5 unit
vibration roller, 22 unit dump truck, 1
unit motor grader dan 5 unit wheel
loader.
DAFTAR PUSTAKA
1. Caterpillar performance Handbook.
Edition 35.. Caterpillar Inc, Peoria
Illinois, USA. Oktober 2004
2. Derektorat Jendral Bina Marga., ,
Panduan Analisis harga Satuan No.
028/T/BM/1995, Derektorat Jendral
Bina Marga Departemen Pekerjaan
Umum. Jakarta. 1995
3. Derektorat Jendral Bina Marga., ,
Panduan Analisis harga Satuan
No028/T/BM/1995, Derektorat Jendral
Bina Marga Departemen Pekerjaan
Umum. Jakarta. 1995
4. Komatsu specification and application
performance Handbook. Edisi 27.
Agustus 2006
5. Limanto,
santoso..
Analisis
Produktivitas Pemancangan Tiang
Pancang pada Bangunan Tinggi
Apartement. Seminar Nasional 2009
Jurusan Teknik Sipil. Surabaya :
Universitas Kristen Petra. 2009
6. Peurefoy-Scheknayder-Shapira,
Construction Planning, Equipment,
and Methods, seventh Edition. Mc
Graw-Hill. 2006
7. Robert L. Peurifoy and Garold D.
Oberlender. Estimating Construction
Costs, Fifth edition,Penerbit Mc. Graw
Hill, tahun 2004
8. Rochmanhadi, Alat-Alat Berat dan
Penggunaannya:
Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta, 1982.
9. Rochmanhadi, Kapasitas dan Produksi
alat-Alat Berat.: Departemen Pekerjaan
Umum Jakarta,1983
10. Rochmanhadi, Pemindahan Tanah
Mekanis.
: Departemen Pekerjaan
Umum .Jakarta. 1983
11. Rochmanhadi, Pemindahan Tanah
Mekanis.
Jakarta
:
Departemen
Pekerjaan Umum, 2000
12. Rostiayanti, Susy Fatena. Alat Berat
Untuk Proyek Konstruksi, Rineka
Cipta,Jakarta
13. Rusli Rasyid Muhammad Analisis
Produktifitas Alat-Alat Berat Proyek
Studi Kasus Proyek Pengembangan
Bandar Udara Hasanuddin, Maros,
Makassar, Tugas Akhir Strata 1
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.,2008
14. Smith Ronald.C, Principles and Practies
Of
Heavy Construction Third
Edition.,1986. Englewood, New Jersey
Wedhanto, Sony. 2009.
15. Wigroho, H.Y dan Suryadharma, H..
Pemindahan
Tanah
Mekanis.
101 | K o n s t r u k s i a
102 | K o n s t r u k s i a
ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
Kriteria Penulisan
1. Jurnal KONSTRUKSIA. Menerima naskah ilmiah dari ilmuwan/akademisi dan praktisi bidang
teknik atau yang terkait, bias berupa hasil penelitian,studi kasus, pembahasan teori dan resensi
buku, serta inovasi-inovasi baru yang belumpernah dipublikasikan.
2. Jurnal KONSTRUKSIA terbit berkala tiap semester, pada bulan April dan Desember.
3. Naskah ilmiah hendaknya ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang baik dan
benar. Penulis setuju mengalihkan hak ciptanya ke Redaksi Jurnal KONSTRUKSIA Teknik Sipil
UMJ, jika dan pada saat naskah diterima dan diterbitkan.
4. Naskah tidak akan dimuat, jika mengandung unsur SARA, politik, komersial, Subyektifitas yang
berlebihan, penonjolan seseorang yang bersifat memuji ataupun merendahkan.
5. Naskah/tulisan hendaknya lengkap memuat :
a. Judul
b. Nama Penulis (tanpa gelar) dan alamat email
c. Nama Lembaga atau institusi tempat penulis beraktifitas
d. Abstrak dan kata kunci dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, panjang abstrak tidak
lebih dari 200 kata
e. Isi Naskah (pembahasan), penutup (kesimpulan), daftar pustaka dan lampiran (jika
ada)
6. Naskah /artikel diketik pada kertas HVS ukuran A4 dan dengan format margin kiri, kanan, atas
dan bawah 30 mm, serta harus diketik dengan jenis huruf Arial dengan font 10 pt (kecuali
judul), satu spasi. Judul ditulis miring (italic), jumlah halaman 7-10.
7. Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk print out dan soft copy (CD).
Alamat redaksi :
Jurnal KONSTRUKSIA
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. Cempaka Putih tengah 27 Jakarta Pusat.
Telp. 42882505, Fax. 42882505
Website: www.konstruksia.org
ISSN 2086-7352
HALAMAN ADVERTISING
WWW.KONSTRUKSIA.ORG