REPUBLIK INDONESIA
Kanker
Nasofaring
Komite Nasional
Penanggulangan Kanker
(KPKN)
2015
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
DAFTAR ISI
Daftar isi.ii
PANDUAN NASIONAL
Pendahuluan.........1
Diagnostik...............................1
Klasifikasi Stadium.......................................3
Penatalaksanaan.................4
Referensi.......................................................................................5
Disetujui oleh:
Perhimpunan Ahli Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala-Leher Indonesia
(PERHATI)
Algoritma.......................................................................................6
ii
PENDAHULUAN
Manifestasi Klinis
neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V, VI), dan muncul benjolan pada
leher.
DIAGNOSTIK
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga, gejala mata dan saraf,
otalgia, diplopia dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V, VI), dan
Skrining
Serologi IgA VCA/IgA EA + Brushing Nasofaring (DNA Load Viral)
Rinoskopi posterior
Nasofaringoskopi fiber/rigid
1
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.
Alkali fosfatase
SGPT SGOT
Serologi IgA VCA, IgA EA; sebagai tumor marker (penanda
tumor) pada tempat yang dicurigai KNF tidak berperan dalam
menegakkan diagnosis tetapi dilakukan sebagai data dasar
untuk evaluasi pengobatan.
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA
Pemeriksaan CT-Scan atau Magnetic Resonance Imaging
nasofaring potongan koronal, aksial, dan sagital, tanpa dan
dengan kontras
Pemeriksaan Bone Scan
Pemeriksaan scintigraphy MIBI pada kasus follow up yang
meragukan pada kasus-kasus residif atau residu tumor.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdomen
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Karsinoma nasofaring dibuktikan melalui pemeriksaan patologi
anatomi dengan spesimen berasal dari biopsi nasofaring. Hasil
biopsi menunjukkan jenis keganasan dan derajat diferensiasi.
Diagnosis Banding
Limfoma
Proses non keganasan (TB kelenjar)
Metastasis (tumor sekunder)
2.
T1
T2
Penderita anak
fossa
diperiksa.
T3
orofaring
T4
NX
N0
N1
suprakavikula
(FNAB).
N2
KLASIFIKASI STADIUM
N3
Tumor Primer(T)
Tx
T0
Tis
Karsinoma in situ
PENATALAKSANAAN
M0
M1
Radioterapi
Stadium 0 Tis
N0
M0
Stadium I
N0
M0
M0
Stadium IIB T1
N1
M0
T1
T2a N1
M0
Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I, II, III, IV lokal) tanpa
T2b N0
M0
metastasis jauh (M1) degan sasaran radiasi tumor primer dan KGB
T2b N1
M0
N2
M0
Stadium III T1
T2a N2
M0
T2b N2
M0
T3
N0
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
Stadium IVA T4
N0
M0
T4
N1
M0
T4
N2
M0
Kemoterapi
REFERENSI
1.
2.
2008.
3.
Obat-obatan Simptomatik
Keluhan yang biasa timbul saat sedang diradiasi terutama adalah
akibat reaksi akut pada mukosa mulut, berupa nyeri untuk
mengunyah dan menelan.
Keluhan ini dapat dikurangi dengan obat kumur yang mengandung
antiseptik dan adstringent, (diberikan 3 4 sehari). Bila ada tandatanda moniliasis, dapat diberikan antimikotik.
Pemberian obat-obat yang mengandung anestesi lokal dapat
mengurangi keluhan nyeri menelan.
Sedangkan untuk keluhan umum, misalnya nausea, anoreksia dan
sebagainya dapat diberikan terapi simptomatik.
Radioterapi juga diberikan pada kasus metastasis untuk tulang,
paru, hati, dan otak.
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Karsinoma Nasofaring
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Karsinoma Nasofaring