Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

Panduan Nasional Penanganan Kanker

Kanker
Nasofaring
Komite Nasional
Penanggulangan Kanker
(KPKN)
2015

Versi 1.0 2015

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI

Daftar isi.ii

PANDUAN NASIONAL

Pendahuluan.........1

PENANGANAN KANKER NASOFARING

Diagnostik...............................1
Klasifikasi Stadium.......................................3
Penatalaksanaan.................4
Referensi.......................................................................................5

Disetujui oleh:
Perhimpunan Ahli Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala-Leher Indonesia
(PERHATI)

Algoritma.......................................................................................6

Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik


Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN)
Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)
Ikatan Ahli Patologi Anatomi Indonesia (IAPI)
Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia (PDSRI)

ii

PENDAHULUAN

Manifestasi Klinis

Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang muncul

Pada stadium dini tumor ini sulit dikenali. Penderita biasanya

pada daerah nasofaring (area di atas tenggorok dan di belakang

datang pada stadium lanjut saat sudah muncul benjolan pada

hidung). Karsinoma ini terbanyak merupakan keganasan tipe sel

leher, terjadi gangguan saraf, atau metastasis jauh.

skuamosa. KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif

Gejala yang muncul dapat berupa hidung tersumbat, epistaksis

(perbandingan pasien pria dan wanita adalah 2,18:1) dan 60%

ringan, tinitus, telinga terasa penuh, otalgia, diplopia dan

pasien berusia antara 25 hingga 60 tahun.

neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V, VI), dan muncul benjolan pada

Pada daerah Asia Timur dan Tenggara didapatkan angka kejadian


yang tinggi. Angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di propinsi
Cina Tenggara yakni sebesar 40 50 kasus KNF diantara 100.000
penduduk. KNF sangat jarang ditemukan di daerah Eropa dan
Amerika Utara dengan angka kejadian sekitar <1/100.000
penduduk.

leher.
DIAGNOSTIK
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis

Di Indonesia, karsinoma nasofaring merupakan salah satu jenis

Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga, gejala mata dan saraf,

keganasan yang sering ditemukan, berada pada urutan ke - 4

serta gejala metastasis/leher. Gejala tersebut mencakup hidung

kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker leher rahim, kanker

tersumbat, epistaksis ringan, tinitus, telinga terasa penuh,

payudara dan kanker paru.

otalgia, diplopia dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V, VI), dan

Skrining
Serologi IgA VCA/IgA EA + Brushing Nasofaring (DNA Load Viral)

muncul benjolan pada leher.


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan status generalis dan status lokalis.
Pemeriksaan nasofaring:

Rinoskopi posterior

Nasofaringoskopi fiber/rigid
1

Pemeriksaan Laboratorium
Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.
Alkali fosfatase
SGPT SGOT
Serologi IgA VCA, IgA EA; sebagai tumor marker (penanda
tumor) pada tempat yang dicurigai KNF tidak berperan dalam
menegakkan diagnosis tetapi dilakukan sebagai data dasar
untuk evaluasi pengobatan.
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA
Pemeriksaan CT-Scan atau Magnetic Resonance Imaging
nasofaring potongan koronal, aksial, dan sagital, tanpa dan
dengan kontras
Pemeriksaan Bone Scan
Pemeriksaan scintigraphy MIBI pada kasus follow up yang
meragukan pada kasus-kasus residif atau residu tumor.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdomen
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Karsinoma nasofaring dibuktikan melalui pemeriksaan patologi
anatomi dengan spesimen berasal dari biopsi nasofaring. Hasil
biopsi menunjukkan jenis keganasan dan derajat diferensiasi.
Diagnosis Banding
Limfoma
Proses non keganasan (TB kelenjar)
Metastasis (tumor sekunder)

Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium,


radiologik, dan biopsi.
Pemeriksaan radiologik berupa CT scan/MRI nasofaring berguna
untuk melihat tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitar dan
penyebaran KGB. Untuk metastasis jauh dilakukan pemeriksaan
foto toraks, bone scan, dan USG abdomen. Pemeriksaan
scintigrafi MIBI merupakan pemeriksaan radiologik yang sangat
baik digunakan untuk follow up terapi pada kasus-kasus dengan
dugaan residu dan residif.
Pengambilan spesimen biopsi dari nasofaring dapat dikerjakan
dengan bantuan anestesi lokal ataupun dengan anestesi umum.
Biopsi Nasofaring Dengan Anestesi Lokal:
Biopsi dilakukan dengan menggunakan tang biopsi yang
dimasukkan melalui hidung atau mulut dengan tuntunan rinoskopi
posterior atau tuntunan nasofaringoskopi rigid/fiber.
Eksplorasi Nasofaring dengan Anestesi Umum:
Prosedur ini dilakukan jika:
1.

Dari biopsi dengan anestesi lokal tidak didapatkan hasil


yang positif sedangkan gejala dan tanda yang ditemukan
menunjukkan ciri karsinoma nasofaring.
2

2.

Unknown Primary Cancer

T1

Tumor terbatas pada nasofaring

Prosedur ini dapat langsung dikerjakan pada :

T2

Tumor meluas ke jaringan lunak nasofaring dan/atau nasal

Penderita anak

fossa

Penderita dengan keadaan umum kurang baik

T2a Tanpa perluasan ke parafaringeal

Keadaan trismus sehingga nasofaring tidak dapat

T2b Dengan perpanjangan parafaringeal

diperiksa.

T3

Tumor masuk ke struktur tulang dan atau sinus paranasal/

Penderita yang tidak kooperatif

orofaring

Penderita yang laringnya terlampau sensitif

T4

Tumor dengan perluasan intrakranial dan atau keterlibatan

saraf kranial, infratemporal fossa, hipofaring atau orbita

Biopsi Kelenjar Leher


Pembesaran kelenjar leher yang diduga keras sebagai

KGB regional (N)

metastasis tumor ganas nasofaring yaitu, internal jugular chain

NX

KGB regional tidak dapat dinilai

superior, posterior cervical triangle node, dan supraclavicular

N0

Tidak terdapat metastasis ke KGB regional

node jangan di biopsi dulu sebelum ditemukan tumor induknya.

N1

Metastasis bilateral di KGB, 6cm atau kurang di atas fosa

Yang mungkin dilakukan adalah biopsi aspirasi jarum halus

suprakavikula

(FNAB).

N2

Metastasis bilateral di KGB, 6cm atau kurang dalam dimensi

terbesar di atas fosa suprakalvikula

KLASIFIKASI STADIUM

N3

Metastasis di KGB, ukuran >6cm

Klasifikasi TNM (AJCC/UICC 2002)

N3a Ukuran >6cm

Tumor Primer(T)

N3b Perluasan ke fosa supraklavikula

Tx

Tumor primer tidak dapat dinilai

T0

Tidak terdapat tumor primer

Tis

Karsinoma in situ

PENATALAKSANAAN

Metastasis Jauh (M)


MX

Metastasis jauh tidak dapat dinilai

M0

Tidak terdapat metastasis jauh

Terapi dapat mencakup radiasi, kemoterapi, kombinasi keduanya,

M1

Terdapat metastasis jauh

dan didukung dengan terapi simptomatik sesuai dengan gejala.

Pengelompokkan Stadium (Stage Grouping)

Radioterapi

Stadium 0 Tis

N0

M0

Radioterapi sebagai pengobatan terpilih yang berdiri sendiri pada

Stadium I

N0

M0

karsinoma nasofaring telah diakui sejak lama dan banyak dilakukan

Stadium IIA T2a N0

M0

di berbagai sentra dunia.

Stadium IIB T1

N1

M0

T1

T2a N1

M0

Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I, II, III, IV lokal) tanpa

T2b N0

M0

metastasis jauh (M1) degan sasaran radiasi tumor primer dan KGB

T2b N1

M0

leher dan supraklavikula.

N2

M0

Radiasi dapat diberikan dalam bentuk:

Stadium III T1

T2a N2

M0

Radiasi eksterna yang mencakup tumor bed (nasofaring)

T2b N2

M0

beserta kelenjar getah bening leher, dengan dosis 66 Gy pada

T3

N0

M0

T1-2 atau 70 Gy pada T3-4; disertai penyinaran kelenjar

T3

N1

M0

supraklavikula dengan dosis 50 Gy.

T3

N2

M0

Stadium IVA T4

N0

M0

T4

N1

M0

T4

N2

M0

Radiasi intrakaviter sebagai radiasi booster pada tumor primer

diberikan dengan dosis (4x3 Gy), sehari 2 x


Bila diperlukan booster pada kelenjar getah bening diberikan

penyinaran dengan elektron.

Stadium IVB Semua T N3 M0


Stadium IVC Semua T Semua N M0

Radiasi bertujuan paliatif diberikan pada stadium IV dengan


metastasis tulang atau otak.
4

Kemoterapi

REFERENSI

Kombinasi radiokemoterapi sebagai radiosensitizer terutama


diberikan pada pasien dengan T3-T4 dan N2-N3. Kemoterapi

1.

Protokol Kanker Nasofaing. PP. POI. Depkes.

sebagai radiosensitizer diberikan preparat platinum based 30-40

2.

Nasopharingeal Cancer Treatment. National Cancer Institute (NCI).

mg/m2 sebanyak 6 kali, setiap minggu sekali 2,5 sampai 3 jam


sebelum dilakukan radiasi.

2008.
3.

UICC TNM System. 2002.

Obat-obatan Simptomatik
Keluhan yang biasa timbul saat sedang diradiasi terutama adalah
akibat reaksi akut pada mukosa mulut, berupa nyeri untuk
mengunyah dan menelan.
Keluhan ini dapat dikurangi dengan obat kumur yang mengandung
antiseptik dan adstringent, (diberikan 3 4 sehari). Bila ada tandatanda moniliasis, dapat diberikan antimikotik.
Pemberian obat-obat yang mengandung anestesi lokal dapat
mengurangi keluhan nyeri menelan.
Sedangkan untuk keluhan umum, misalnya nausea, anoreksia dan
sebagainya dapat diberikan terapi simptomatik.
Radioterapi juga diberikan pada kasus metastasis untuk tulang,
paru, hati, dan otak.

Panduan Nasional Penanganan Kanker

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Karsinoma Nasofaring

Versi 1.0 2015

Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN)

Panduan Nasional Penanganan Kanker

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Karsinoma Nasofaring

Versi 1.0 2015

Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN)

Anda mungkin juga menyukai