Stoke
Stoke
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah
kebagian otak (Bruner dan Suddarth, 2000 : 2123). Stroke menduduki urutan ketiga penyebab
kematian setelah penyakit jantung dan kanker, stroke juga masih merupakan penyebab utama
dari kecacatan. Data menunjukkan, setiap tahunnya stroke menyerang sekitar 15 juta orang di
seluruh dunia. Di Amerika Serikat, kurang lebih lima juta orang pernah mengalami stroke.
Sementara di Inggris, terdapat 250 ribu orang hidup dengan kecacatan karena stroke.
Di
Indonesia,
setiap
tahun
diperkirakan 500 ribu orang mengalami serangan stroke. Dari jumlah itu, sekitar 2,5 persen di
antaranya meninggal dunia. Sementara sisanya mengalami cacat ringan maupun berat. Angka
kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain
penyakit degeneratif, terbanyak karena stres ini sangat memprihatinkan mengingat Insan
Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu
ingin diperhatikan, Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan stroke dan kehilangan mata
pencaharian sangat tinggi. Dapat diartikan bahwa kecemasan yang timbul pada keluarga
pasien stroke terjadi karena ketidaktahuan terhadap apa yang akan terjadi terhadap anggota
keluarga mereka (Sarkamo, 2008: 3).
Data yang didapatkan dari Rekam medik RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi
tentang jumlah penderita penyakit stroke yang dirawat inap dari tahun 2008-2011 dapat
dilihat pada table 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1
Jumlah penderita stroke yang dirawat inap tahun 2008-2011
No
Tahun
Jumlah
Presentasi (%)
2008
701
24,1 %
2009
771
26,5 %
2010
845
29,1 %
Januari-Juni 2011
585
20,1 %
Jumlah
2902
100
cemas
berkaitan
dengan
perasaan
yang
tidak
pasti
dan
tidak
berdaya.
(Kusumawati,2010:58). Selain pada pasien ,kecemasan juga bisa terjadi pada keluarga klien
yang mengalami stroke.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007 :22), Sehingga setiap anggota keluarga akan
merasakan cemas apabila salah seorang keluarganya masuk rumah sakit akibat penyakit
stroke. Selain itu beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan dari setiap anggota
keluarga tersebut yaitu faktor fisikologis, psikologis, dan faktor sosial. Dilihat dari faktor
tersebut maka perawat mempunyai peranan penting.
Menurut Peplau, keperawatan adalah terapetik dalam seni penyembuhan, membantu
individu yang sakit atau membutuhkan keperawatan kesehatan yang dinilai dalam proses
interpersonal sebab melibatkan interaksi antara 2 atau lebih individu dianggap unik secara
biologis, psikososial, dan spiritual, serta tidak akan bereaksi sama seperti yang lain. Setiap
orang mempunyai pengalaman belajar yang berbeda dari lingkungan , adat istiadat,
kebiasaaan , dan keyakinan dari setiap kultur ( Kusumawati, 2010 : 6).
Perawat kesehatan jiwa mempunyai peran bervariasi dan spesifik. Aspek dari peran
tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi. Adapun kesehatan jiwa menurut Weiss (1947)
yang dikutip oleh Stuart sudeen dalam Principles and practice of psiciatric nursing
care (1995), peran perawat adalah Attitude Therapy, yaitu mengobservasi perubahan, baik
peruabahan kecil, atau menetap yang terjadi pada klien. Mendemontrasikan penerimaan,
respek, mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Gambaran respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke di RSUD R Syamsudin
SH Kota Sukabumi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke di RSUD
R Syamsudin SH Kota Sukabumi.
C.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahuinya gambaran respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke di
RSUD
Syamsudin
SH
Kota
Sukabumi.
2. Tujuan khusus
a. Seberapa besar proporsi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke pada aspek
fisiologis
b. Seberapa besar proporsi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke pada aspek
psikologis
c.
Seberapa besar proporsi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke pada aspek
psikososial.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Institusi RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi
Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan program pelayanan kesehatan bukan saja
kepada pasien stroke, akan tetapi juga pelayanan kepada keluarga pasien terlebih yang
mengalami kecemasan.
2. Manfaat bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian, dan sebagai
referensi untuk peneliti selanjutnya
3. Manfaat bagi keluarga klien
Sebagai bahan masukan pengetahuan tentang bagaimana cara menghadapi penyakit stroke.
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas, kepribadian masah utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal
(Hawari, 2006: 18).
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan yang dialami oleh setiap mahluk hidup dalam kehidupan sehari hari, juga
merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung
serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Pada individu dapat
memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha
memelihara keseimbangan hidup. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap
harga diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Cemas dapat dikomunikasikan
secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan sehari hari, menghasilkan
peringatan yang berharga dan penting untuk memelihara keseimbangan diri dan melindungi
diri (Suliswati, 2005:108).
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek /
sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut
terbentuk dari proses kognitip yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang
mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik, psikologis, dan psikososial
ketika individu dapat mengidentifikasi dan menggambarkannya.
a.
Cemas fisiologis
Cemas fisiologis adalah cemas yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh,
stuktur, fungsi jaringan, organ dll, ditandai dengan pupil melebar untuk meningkatkan
persepsi visual pada waktu terjadi ancaman tubuh, keringat meningkat, denyut nadi
meningkat, akral dingin, tekanan darah meningkat, sekresi urine meningkat, retensi air dan
garam, curah jantung meningkat, frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, ketegangan
otot, mulut kering, dan gula darah meningkat.
b. Cemas Psikologis
Cemas Psikologis adalah cemas yang disebabkan karena ketidakmampuan kondisi
psikologis untuk menyesuaikan diri, ditandai dengan perilaku yang menyebabkan terjadinya
aktifitas yang berlebihan dari sistem hormone, seperti mudah tersinggung, marah-marah,
sangat sensitife, defresi.
c.
Cemas psikososial
Cemas psikososial adalah cemas yang diakibatkan karena keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan pada kehidupan, ditandai dengan denial (menyangkal), projeksi
(menyalahkan orang lain), Displacement (mengisar), isolasi dan supresi.
2. Tingkat Kecemasan
Stuart dan Sundeen (1998:175) mengidentifikasi tingkat kecemasan menjadi 4 tingkat yaitu:
a. Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
b. Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih tinggi.
c. Kecemasan berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi kekurangan. Orang tersebut banyak
memerlukan pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Kecemasan tingkat panik berhubungan dengan terperangah, kekuatan dan teror, rincian
terpecah dari profesinya karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik
tidak mampu melakukan walaupun dengan pengarahan.
3. Penyebab Kecemasan
Beberapa teori penyebab kecemasan pada individu antara lain (Stuart dan Sundeen,
1998:177):
a. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud dalam Stuart dan Sudeen (1998:177) adalah konflik emosional yang terjadi
antara
dua
elemen
ego-Id mewakili
doronganinsting dan
impuls primitive seseorang sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikembangkan oleh norma-norma budaya seseorang.
b. Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap adanya
penerimaan
dan
juga
berhubungan
dengan
4. Pencetus Cemas
Pencetus cemas mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal, dapat dikelompokkan
dalam dua kategori (Stuart dan Sundeen, 1998:181) yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang
atau mempunyai kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri dan fungsi
social seseorang.
5. Rentang Respon Ansietas
Ansietas tidak dapat dielakan dalam kehidupan manusia. Secara umum ada dua ancaman
besar yang dapat menimbulkan ansietas yaitu:
a. Ancaman integritas diri yang meliputi ketidakmampuan fisiologis.
b. Ancaman sistem diri meliputi identitas diri, harga diri, hubungan interpersonal, kehilangan serta
perubahan status/peran.
6. Respon Fisiologis Ansietas Terhadap Sistem Tubuh (Stuart & Sundeen, 1998:177)
a. Kardiovaskuler :
1) Jantung berdebar
2) Tekanan darah meninggi
3) Rasa mau pingsan
4) Tekanan darah menurun
5) Denyut nadi menurun
b. Pernafasan :
1) Nafas cepat
2) Nafas pendek
3) Tekanan pada dada
4) Nafas dangkal
5) Pembengkakan pada tenggorokan
6) Sensasi tercekik
7) Terengah-engah
c. Neuromuskular :
1) Refleks meningkat
2) Reaksi kejutan
3) Mata berkedip-kedip
4) Gelisah
5) Wajah tegang
6) Kelemahan umum
7) Kaki goyang
8) Tremor
d. Gastrointestinal :
1) Kehilangan nafsu makan
2) Menolak makan
3) Rasa tidak nyaman pada abdomen
4) Mual
5) Diare
e. Traktus Urinariu:
1) Tidak dapat menahan kencing
2) Sering berkemih
f. Kulit:
1) Wajah kemerahan
2) Berkeringat setempat (telapak tangan)
3) Gatal
4) Rasa panas dan dingin pada kulit
5) Wajah pucat
6) Berkeringat seluruh tubuh
7. Manifestasi psikomotor berupa respon kognitif. Afektif juga diobservasi dalam efek
kecemasan (Stuart dan Sudeen, 1998:80) sebagai berikut:
a. Perilaku:
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup
5) Bicara cepat
6) Kurang koordinasi
diatas
menjelaskan
bahwa
kecemasan
yang
tinggi
mempengaruhi
gerakan involunter dan kelemahan yang dapat mengganggu hubungan interpersonal. Dalam
hubungan interpersonal, kecemasan dapat memberikan peningkatan untuk mencari diri, rasa
tidak nyaman atau intelektual. Selain respon perilaku dan afektif, kecemasan juga
mempengaruhi respon kognitif pada personal maupun interpersonal dan kehidupan yang
dialami individu.
8. Sumber koping
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut
sebagai modal ekonomik. Kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan
B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga (Sudiharto, 2007 :21).
a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Sudiharto, 2007 :22).
b. Keluarga merupakan suatu sistem tempat individu anggota keluarga berinteraksi di dalam
keluarga (teori sistem).
2. Tipe/Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007 :23)
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan nenek, kakek, dan saudara saudara.
c. Keluarga Berantai (Serial Family)
Adalah perempuan dan laki-laki yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga
inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
b. Ibu : berperan sebagai istri dan ibu pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung, anggota
masyarakat, dan kelompok sosial.
c. Anak : menjalankan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan fisik, mental, sosial,
dan spiritual.
5. Tugas-tugas Keluarga (Effendy, 1998: 34)
Terdiri dari 8 tugas pokok, yaitu:
a.
f.
C. Stroke
1. Pengertian
a. Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu (Sarkamo, 2008: 3)
b. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah kebagian
otak (Bruner dan Suddarth, 2000 : 2123).
c. Stroke adalah gangguan yang mempengaruhi aliran darah keotak dan mengakibatkan deficit
neurologic (lewis, 2000 : 1645).
d. Stroke non hemorogik adalah bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara,
beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10 - 20 menit) tapi kurang dari 24 jam
(Mansjoer, 2000 : 17).
e. Stroke non hemorogik adalah penyakit atau kelainan dan penyakit pembuluh darah otak, yang
mendasari terjadinya stoke misalnya ateriosclerosis otak, aneurisma, angioma pembuluh
darah otak. (Harsono, 1996 : 25).
f. Stroke non hemorogik adalah penyakit yang mendominasi kelompok usia menengah dan
dewasa tua yang kebanyakan berkaitan erat dengan kejadian aterosklerosis(trombosis) dan
penyakit jantung (emboli) yang dicetus oleh adanya faktor predisposisi hipertensi
(Satyanegara, 1998 : 179)
gerak sehingga tak mampu untuk mengambil gelas, menggosok gigi, atau memasang kacing
dengan sempurna. Dalam tingkat yang lebih parah, terjadi lumpuh total yang bisa menimpa
tiap organ gerak, termasuk bibir, wajah, dan mata.
verbal, baik karena organ bicara yang rusak maupun daya ingat yang turun, misalnya dalam
bentuk tidak bisa mengeluarkan kata dan menangkap arti. Setelah serangan yang pertama,
stroke terkadang bisa terjadi lagi dengan kondisi yang lebih parah. Ini umumnya terjadi pada
penderita yang kurang kontrol diri, atau bisa jadi sudah merasa puas setelah mengalami
penyembuhan (pasca stroke yang pertama) sehingga tidak lagi memeriksakan diri. Padahal,
jika stroke sampai berulang, artinya terjadi perdarahan yang lebih luas di otak sehingga
kondisinya bisa lebih parah dari serangan pertama. Riset menunjukkan, di antara orang-orang
yang pernah mengalami stroke, sekitar 40 persen di antaranya akan mengalami stroke
berulang dalam waktu lima tahun (Hariyono, 2008: 4).
exercise
therapay (Bobath
method,
gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Akan tetapi peran serta keluarga yang merawat
dan mendampingi pasien juga sangat menentukan keberhasilan program terapi yang
diberikan. Penanganan fisioterapi pasca stroke pada prinsipnya adalah proses pembelajaran
sensomotorik pada pasien dengan metode-metode tersebut diatas. Akan tetapi interaksi antara
pasien dan fisioterapis amat sangat terbatas, lain halnya dengan keluarga pasien yang
memiliki waktu relatif lebih banyak. Untuk itu dengan program edukasi bagi keluarga pasien
stroke mengenai tata cara penanganan pasien stroke di rumah (home programe) akan sangat
bermanfaat dalam mengembalikan kemampuan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke.
Penanganan yang tepat sebagai wujud cinta kasih dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta, Rhineka Cipta
Effendy Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyrakat. Edisi Kedua. Jakarta, EGC
Hawari, D., 2006. Manajemen Stress,Cemas dan Depresi, EGC, Jakarta.
Hidayat Alimul , 2007. Riset Keperawatan dan Tehnik penulisan Ilmiah. Salemba
Medika. Jakarta.
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono.2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta, Salemba Medika
Mansjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3, Jilid 2, Jakarta.
M.N Bustan, 2007. Epidemiolog penyakit tidak menular, Jakarta, Rhineka Cipta
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.
Stuart, G.W dan Sundeen, S.J., 1998. Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC, Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional di
batang otak yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu
arteri sehingga jatah oksigen tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu.
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Empat juta
orang amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua pertiga dari defisit
ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke inisial
adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada orang yang
selamat adalah 35% sampai 40%.
Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami
stroke ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat dibagi menjadi
dua . Pertama stroke non hemoragic yaitu stroke yang disebabkan oleh
penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Kedua stroke hemoragik yaitu
stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak.
Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,
arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok.Berat otak manusia sekitar 1400
gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat
bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem
(batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan
menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan
dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah vena dialirkan
dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang mengumpulkan
darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak
di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis,
dicurahkan menuju ke jantung.
Kenaikan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang secara
mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi
hari dan sore hari yang menjadi penyebab terjadinya stroke. Kematian dapat
disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang
otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,
talamus dan pons.
1.2. Tujuan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan mahasiswa
mampu :
a.
b.
c.
Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
paripurna kepada pasien stroke.
1.3. Manfaat.
1.
Bagi Mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40% dari semua
kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan erat
dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.
2.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit
jantung.
3.
4.
Hemoragi
1.
Hipertensi
Kolesterol tinggi
4.
Obesitas
5.
6.
9.
5.
2.5. Patofisiologi
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis
pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah
ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi
kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui
arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang
tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan
otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi
atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen
intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial
yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang
bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid
dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada
daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga
terjadi nekrosis jaringan otak
2.6. Woc
2.7. Klasifikasi
Klasifikasi dari stroke ada dua macam, menurut Lanny Sustiani, Syamsir Alam
dan Iwan Hadibroto (2003), adalah :
1.
Stroke Haemorragic
Stroke ini disebabkan karena salah satu pembuluh darah di otak bocor
atau pecah sehingga darah mengisi ruang sel-sel otak.
a.
Stroke Hemoragik
a.
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan Subaracnoid
c.
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya.
d.
Defisit neurologis mendadak, didahulu gejala prodromal yang terjadi pada
saat istirahat atau bangun pagi.
Pemeriksaan radiologi
1.
CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993).
2.
MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E.
Doenges, 2000).
3.
Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998).
4.
Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis pada penderita stroke. (Jusuf Misbach, 1999)
b.
Pemeriksaan laboratorium
2.10.
Komplikasi
1.
Hipoksia Serebral.
2.
3. Embolisme serebral. Dapat terjadi setelah infark miokard akut atau fibrilasi
atrium atau dapat berasal dari katup jantung postetik.
4.
Herniasi otak
5.
Koma
6.
Kematian
2.11.
Penatalaksanaan
Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan infark
yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia
kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut memerlukan penanganan
medis dan perawatan yang didasari beberapa prinsip:
a.
Penatalaksanaan Medis
2.
Intervensi bedah
Anti koagulan
3.
2.
3.
4.
b.
Penatalaksanaan Keperawatan
Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
-
Bed rest
Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap
anggota gerak secara pasif seluas geraknya.
c.
Fisioterapi mutlak dilakukan secara rutin baik oleh fisoterapis maupun keluarga
dirumah sesering mungkin yang masih bisa ditoleransi oleh penderita dengan
penuh kesabaran dan jangan lupa kasih sayang, memang waktu yang diperlukan
cukup panjang dengan hasil yang sangat lambat namun banyak keluarga pasien
yang sabar dengan prosedur ini mendapatkan level fungsional yang cukup baik
(Pambudi, 2010).
Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan keluarga
menganggap pasien tidak mau makan dan membiarkannya sehingga pasien
jatuh dalam kondisi gizi buruk bahkan dehiderasi yang dapat mengganggu
pemulihan, pasien-pasien ini dapat dibantu dengan sonde di rumah sambil dilatih
untuk dapat menelan dan seringkali hal ini berhasil.
Penderita stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam depresi, pendampingan
dan dukungan keluarga serta semangat dari keluarga akan sangat menolong
pemulihan.
BAB III
Asuhan Keperawatan Teoritis
3.1 Pengkajian
3.1.1.
Indensitas
Nama, TTL, agama, status perkawinan, alamat, jenis kelamin, pendidikan, no.
MR, diagnosa medis.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendididkan,
pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
3.1.2.
Keluhan utama.
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999).
3.1.3.
3.1.5.
3.1.6.
Data psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga
faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.
3.1.7.
Data ekonomi
Pola aktivitas
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum
1.
Pemeriksaan integumen
1. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit biasanya akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jele.
2.
3.
c.
1.
2.
3.
d. Pemeriksaan dada
Biasanya pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
e.
Pemeriksaan abdomen
Biasanya didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f.
Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan neurologi
1.
Pemeriksaan motorik.
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks
patologis.(Jusuf Misbach, 1999).
Intervensi
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafas
Intervensi
1.
I/ Mobilisasi klen
R/ Mempertahankan sirkulasi
4.
R/ Mempertahankan oksigen
2.
Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan
perdarahan intra cerebral.
Tujuan :
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil :
-
GCS 15
Tanda-tanda vital
R/ Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk
penetapan tindakan yang tepat.
4.
I/ Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal
tipis).
R/ Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan
memperbaiki sirkulasi serebral.
5.
3.
Tujuan :
-
Kriteria hasil
a.
b.
4.
Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan
sensori penurunan penglihatan
Tujuan :
Kriteria hasil :
-
I/ Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama
Kriteria hasil
-
R/ Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar
6.
Tujuan
-
Kriteria hasil
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan klien
-
Kriteria hasil
-
terapi
Implementasi
3.5
Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke adalah
manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun menyeluruh
(global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakhir dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain daripada
gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat mengakibatkan
fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat
mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi
tergantung pada daerah otak yang di pengaruhi.
Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,
arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400
gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat
bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem
(batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan
menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya.
4.2 Saran
Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan pada klien
dengan STROKE
Daftar Pustaka
Doengoes, M.E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Breda G, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Bruner & Suddhart. vol 2. Edisi 8. Jakarta. EGC. 2002
http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-cvastroke.html
http://id.scribd.com/doc/122546908/askep-stroke
http://id.scribd.com/doc/52590982/ASKEP-STROKE
http://id.scribd.com/doc/124134593/Askep-Stroke
http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2012/06/laporan-pendahuluanstroke.html
http://mantrinews.blogspot.com/2011/10/laporan-pendahuluan-stroke.html