: 11-2012-067
Dr. Pembimbing
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: Ny. E
Umur
: 38 tahun
Status perkawinan : menikah
Pekerjaan
: Ibu rumah
Nama Suami
: Tn. B
Umur
: 43 tahun
Status perkawinan : menikah
Pekerjaan
: Marketing
tangga
Pendidikan
Suku/Bangsa
Agama
Alamat
Pendidikan
Suku/bangsa
Agama
Alamat
: SMA
: Toraja
: Islam
: Jl. Tipar
: SMA
: Jawa
: Islam
: Jl. Tipar
Jakarta Utara
RS
14
Desember 2013
II.
ANAMNESIS
Tahu
ke
JK
Lama
BB
PB
Jenis
Penolo
Hidu
kehamil
bayi
ba
persalin
ng
p/
Nifas
2002
Laki-laki
an
Aterm
410
yi
48
an
Spontan
Bidan
mati
Hidu
Baik
2003
Perempu
Aterm
0 gr
360
50
Spontan
Bidan
p
Hidu
baik
an
0 gr
Jantung (-)
TBC (-)
Riwayat Haid
Menarche
Siklus haid
kali/28 hari
Lama haid
Banyaknya
HPHT
TP
: 13 tahun
: teratur, tanpa disertai dismenore, 1 bulan 1
: 5 hari
: 2 kali ganti pembalut/hari
: 28-02-2013
: 5-12-2013
Riwayat Kontrasepsi
Os mengaku menggunakan KB Suntik sejak 5 bulan yang lalu.
Riwayat Antenatal Care
Os mengaku rutin memeriksa kehamilannya ke Puskesmas Cilincing 1
kali dalam 1 bulan.
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali tahun 2000 dengan suami sekarang sudah 12 tahun.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital sign
: TD : 150/100 mmHg
N
: 82 x/menit
RR : 22 x/menit
T
: 36,2oC
BB : 95 kg
TB : 160 cm
Keadaan gizi
: Baik
Kepala
: Normocephal
Mata
: CA -/-, SI -/Leher
: Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
3 | Page
Paru
Jantung
Buah dada
Abdomen
(+)
Genitalis
Anus
Ekstremitas
:
:
:
:
Status Obstetricus
Pemeriksaan Luar
Leopold I : teraba
bagian
membulat,
teraba
keras
lunak,
tidak
memanjang,
Pemeriksaan Dalam
Inspeksi
: vulva dan vagina tidak ada kelainan
VT
: portio tebal, lunal, pembukaan 2 cm
Ketuban (-), penurunan Hodge I
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
V.RESUME
Os datang dengan keluhan keluar air-air sejak jam 18.00
WIB. Keluar lendir campur darah sejak jam 20.00 WIB, mules masih
jarang. 3 hari SMRS OS periksa di puskesmas kecamatan Cilincing,
tekanan darahnya 120/80, BB 95 kg, TFU 33 cm, DJJ 144x/menit, hasil
USG TBJ besar. Tidak terdapat bengkak pada kedua tangan, dan kaki,
maupun pada wajah. Os mengatakan ayahnya mempunyai riwayat
darah tinggi dan diabetes. Os mengatakan ini kehamilan ketiga dan
belum pernah keguguran. Anak pertamanya sekarang berusia 12
tahun, lahir spontan, ditolong oleh bidan dengan BBL 4100 gr. Pada
pemeriksaan di ruang bersalin, keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 150/100 mmHg, nadi
82x/menit, suhu 36,2oC, pernafasan 22x/menit, perut membuncit
sesuai dengan usia kehamilan, DJJ 144x/menit, proteinuria (+).
Ibu
II.PENATALAKSANAAN
Rencana diagnosis :
1)Analisa proteinuria ulang setelah 6 jam
2)Cek fungsi ginjal (ureum dan creatinin)
3)Cek H2TL, dan fungsi hati (SGOT-SGPT)
Rencana terapi :
1)Pasang infuse RL 500 cc 15 tpm
2)Beri nifedipin 3 x 10 mg per oral
3)Lakukan skin test Amoxan bila hasil (-) berikan inj Amoxan 1 gr
IV bolus
4)Lakukan pemeriksaan CTG
Rencana edukasi :
Menerangkan kepada pasien dan keluarga pasien tentang keadaan
pasien, serta tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
III.PROGNOSIS
FOLLOW UP
Waktu
Subject
Object
Assessment Planning
14/12/201 os
mengeluh TD : 140/90 G3P2A0 umur Obs KU, Kes,
3
mules
mmHg
38
tahun TTV
06.00
N : 82x/menit
hamil
RR : 22x/menit
minggu
Kemajuan
T : 36,5oC
belum
persalinan
DJJ
: inpartu
140x/menit
dengan
His : (-)
+PER
41 Obs
DJJ,
His,
Nifedipin
KPD 10 mg
Lakukan CTG
VT : 2 cm
Cek
Protein : +
fungsi
14/12/201
Hb : 10,1
fungsi ginjal
Dilakukan CTG
Ureum : 0,5
06.30
14/12/201 Os
Creatinin : 13
mengeluh TD : 140/90 G3P2A0 umur Obs
mules
dan mmHg
09.00
sedikit pusing
38
H2TL,
hati,
KU,
Kes,
DJJ,
His,
tahun TTV
N : 80x/menit
hamil
RR : 20x/menit
minggu
kemajuan
T : 36oC
belum
persalinan
DJJ
: inpartu
140x/menit
His
dengan
41 Obs
Nifedipin
KPD 10 mg
x +PER
10/10
VT : 2 cm
14/12/201
Konsul
Iaman, SpOG
12.45
partus
14/12/201 Os
mengeluh TD
mules
15.00
pusing
dr
pervaginam
120/80 G3P2A0 umur Obs KU, kes,
dan mmHg
38
tahun TTV
N : 84x/menit
hamil
RR : 22x/menit
minggu
kemajuan
T : 36oC
belum
persalinan
DJJ
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
7 | Page
: inpartu
41 Obs
DJJ,
Konsul
His,
dr.
142x/menit
His
dengan
KPD obgyn
1x +PER
10/10
VT : 2 cm,
ket (-)
15/12/201 Os
mengeluh TD
KU,
kes,
DJJ,
His,
38
06.00
sering
N : 80x/menit
hamil
RR: 24x/menit
minggu
kemajuan
T : 36oC
inpartu
persalinan
DJJ
: dengan
130x/menit
+PER
tahun TTV
41 Obs
KPD Konsul
dr
obgyn
His : 2x10/10
15/12/201 Os
3
VT : 4 cm, HI
mengeluh TD : 140/90 G3P2A0 umur Obs
mules
09.00
15.00
His,
N : 80x/menit
hamil
RR : 20x/menit
minggu
kemajuan
T : 36oC
inpartu
persalinan
: dengan
+PER
His : 2x10/10
tahun TTV
41 Obs
KPD Konsul
cek H2TL
KU,
kes,
DJJ,
His,
mmHg
38
N : 82x/menit
hamil
RR : 22x/menit
minggu
kemajuan
T : 36,2oC
inpartu
persalinan
DJJ
134x/menit
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
8 | Page
dr
obgyn
VT : 8cm, HII
mengeluh TD : 140/90 G3P2A0 umur Obs
mules
DJJ,
38
136x/menit
kes,
mmHg
DJJ
15/12/201 Os
KU,
: dengan
+PER
tahun TTV
41 Obs
KPD Konsul
dr
Iaman Pro SC
His : 2x10/10
VT : 8 cm, HII
Hb : 11,3
Leukosit
21300
Post SC
16/12/201 Os
mengeluh TD
di
nyeri
06.00
(-),
luka mmHg
KPD + PER
BAK RR : 18x/menit
nafas,
TFU : 2jbp
perdarahan
Kontraksi : (+)
(+)
kes,
TFU,
kontraksi,
sesak T : 36,4oC
(+),
KU,
perdarahan
softex,
ASI (-)
16/12/201 Os mengeluh TD
pusing
dan mmHg
08.00
KU,
kes,
Obs
TFU,
kontraksi,
perdarahan
(-)
TFU : 2jbp
Asam
Kontraksi : (+)
traneksamat
inj 3 x1
Fetik supp 3 x
1
Cefepime inj 2
x1
Alinamin F inj 2
x1
RPKK
17/12/201 os
mengeluh TD
luka
masih mmHg
06.00
KPD + PER
Obs
T : 36oC
perdarahan
TFU : 2jbp
Fetik supp 3 x
Kontraksi (+)
mengeluh TD
10 mg
120/80 P3A0 post SC Obs KU,
luka
11.30
masih mmHg
kes,
TFU,
kontraksi,
Nifedipin
17/12/201 os
kes,
KU,
Obs
TFU,
kontraksi,
T : 36oC
perdarahan
TFU : 2jbp
Fetik supp 3 x
Kontraksi (+)
1
Nifedipin
10 mg
Analisa Kasus
Pasien bernama Ny. E berusia 38 tahun dengan G3P2A0 hamil 41
minggu belum inpartu dengan Ketuban Pecah Dini dan Pre-Eklampsia Ringan,
dengan janin tunggal, hidup, intrauterine, letak memanjang, presentasi
kepala. Tidak riwayat penyakit sebelumnya. Terdapat riwayat penyakit
hipertensi dan diabetes mellitus pada keluarga. Kehamilan ini merupakan
kehamilan ketiga dan riwayat melahirkan 2 kali. Pada riwayat kehamilan
dahulu persalinan normal dan semua ditolong oleh bidan. Pada pemeriksaan
fisik, tekanan darah 150/100 mmHgm Nadi 84x/menit, RR 22x/menit, suhu
36,2oC. Pada pemeriksaan luar bagian atas teraba bulat, tidak keras, tidak
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
10 | P a g e
melenting TFU 2jbpx. Pada sisi sebelah kanan teraba bagian memanjang,
keras, dan pada sisi sebelah kiri teraba bagian kecil-kecil. Pada bagian bawah
teraba bagian bulat, keras, dan melenting. Pada VT didapatkan portio tebal,
lunak,
pembukaan
cm.
Pada
pemeriksaan
penunjang
dilakukan
cm.
Setelah
konsul
dengan
dokter
spesialis,
disarankan
untuk
TINJAUAN PUSTAKA
BAB 1 : PENDAHULUAN
Ketuban
pecah
dini
merupakan
penyebab
terbesar
persalinan
keadaan
normal
8-10%
perempuan
hamil
aterm
akan
mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua
kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus
KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur sebanyak 30%.
Pecahnya
selaput
ketuban
berkaitan
dengan
perubahan
proses
BAB 2 : ISI
2.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan
di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba,2009). Menurut
Yulaikhah, 2009 Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam, belum ada tanda
persalinan. Ketuban pecah dini adlah pecahnya ketuban sebelum inpartu,
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
12 | P a g e
yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm (Mochtar, 1998).
2.2 Insidensi
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, preterm, dan
pada midtrimester kehamilan. Frekuensi terjadinya yaitu 8%, 1%-3% dan
kurang dari 1%. Secara umum, insiden KPD terjadi sekitar 7-12% (Chan,
2006). Menurut EASTMAN, insidensi ketuban pecah dini ini kira-kira 12% dari
semua kehamilan (Mochtar, 1998), sedangkan menurut Rahmawati 2011
insiden KPD adalah sekitar 6-9% dari kehamilan.
2.3 Etiologi
Penyebab KPD menurut Manuaba, 2009 dan Morgan 2009, meliputi :
1) Serviks inkompeten menyebabkan dinding ketuban paling bawah
mendapatkan tekanan yang semakin tinggi
2) Factor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetic)
3) Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia
dan meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban
pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase
laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda kehamilan,
uterus
pada
hidramnion,
kehamilan
ganda
dan
2.4 Patogenesis
Pada penelitian terbaru mengatakan KPD terjadi karena meningkatnya
apoptosis dari komponen sel dari membrane fetal dan juga peningkatan dari
enzim protease tertentu. Kekuatan membrane fetal adalah dari matriks
ekstraseluler amnion. Kolagen amnion interstitial terutama tipe I dan III yang
dihasilkan oleh sel mesenkim juga penting dalam mempertahankan kekuatan
membrane fetal.
Matriks metalloproteinase (MMP) adalah kumpulan proteinase yang
terlihat dalam remodeling tissue dan degradasi dari kolagen. MMP-2, MMP-3
dan MMP-9 ditemukan dengan konsentrasi yang tinggi pada kehamilan
dengan ketuban pecah dini. Aktivitas MMP ini diregulasi oleh tissue inhibitor
of matrix metalloproteinase (TIMPs). TIMPs ini pula ditemukan rendah dalam
cairan amnion pada wanita dengan ketuban pecah dini. Peningkatan enzim
protease dan penurunan dari inhibitor mendukung teori bahwa enzim ini
mempengaruhi kekuatan dari membrane fetal.
Selain itu terdapat teori yang mengatakan meningkatnya markermarker apoptosis di membrane fetal pada ketuban pecah dini berbanding
dengan membrane pada kehamilan yang normal. Banyak penelitian yang
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
16 | P a g e
2.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
1) Anamnesis
Dari anamnesis bisa menegakkan 90% dari diagnosis. Kadangkala
cairan seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion.
Penderita merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir (Chan, 2006).
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban
masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
Inspekulo
pada
cairan
amnion
dari
forniks
posterior
amnion
dikonfirmasikan
dengan
menggunakan
juga
kultur
dari
swab
untuk
Chlamydia,
o Pemeriksaan
Alpha-Feto
Protein
(AFP).
Konsentrasinya
b. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam cavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah
cairan
ketuban
yang
sedikit
(oligohidramnion
atau
Ultrasonografi
dapat
mengidentifikasikan
kehamilan
pada
mengevaluasi
amniosentesis
janin.
dan
Pemeriksaan
sering
USG
digunakan
dalam
berguna
untuk
2.7 Komplikasi
Ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi pada ibu maupun
pada janin yang dikandungnya. Komplikasi tersebut antara lain :
Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih
dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu
dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas
Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagi bila terlalu sering periksa dalam. Selain itu dapat juga
dijumpai infeksi puerperalis (nifas), peritonitis dan septicemia
serta dry-labour. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik,
nadi cepat dan tampaklah gejala infeksi. Hal tersebut akan
meninggikan angka kematian dan morbiditas pada ibu (Mochtar
1998). Menurut Chan, 2006 pasien yang mengalami ketuban
pecah dini akan mengalami peningkatan kejadian infeksi baik
chorioamnionitis, endometritis, sepsis.
2.8 Penatalaksanaan
Konservatif
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
20 | P a g e
antibiotic
pemeriksaan
dan
dalam),
amnioinfusiepitelisasi
cegah
infeksi
tokolisis,
(vit
dan
(tidak
melakukan
pematangan
trace
element,
paru
masih
perawatan
perawatan,
intensif,
kondisi,
fasilitas/kemampuan
waktu,
monitoring,
dan
tempat
kondisi/status
Untuk
usia
kehamilan
<
37
minggu
dilakukan
penangan
tindakan
konservatif,
pemberian
profilaksis
persalinan.
Streptococcus grup B
Tidak
direkomendasikan
profilaksis
pemberian
maternal,
kortikosteroid,
pemberian
antibiotic
kortikosterois
setelah
dan
34
(nifedipine),
prostaglandin
sintase
inhibitor
membrane
korioamniotik,
namun
tidak
terbukti
Tindakan
terminasi
korioamniotis,
dilakukan
terdapat
jika
tanda-tanda
terdapat
tali
tanda-tanda
pusat/janin
(fetal
Persalinan spontan
o Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotic bila ada
demam.
o Anjurkan pemantauan janin internal
o Beritahu dokter spesialis obstetric dan spesialis anak atau
praktisi perawat neonates
o Lakukan kultur sesuai panduan
Induksi persalinan
o Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
o Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
0
0
0-30%
-3
KERAS
POSTERIOR
1
1-2
40-50%
-2
SEDANG
TENGAH
2
3-4
60-70%
-1
LUNAK
ANTERIOR
3
5-6
80%
+1, +2
AMAT LUNAK
ANTERIOR
OSTIUM
KETERANGAN :
(+1) = PREEKLAMPSIA, SETIAP PARTUS NORMAL
(-1) = POST DATE, NULLIPARA, KETUBAN NEGATIF/LAMA
BILA TOTAL SKOR
04
59
10 13
BERHASIL
50-60%
90%
100%
GAGAL
40-50%
10%
0%
> 37 MINGGU
INFEKSI
TIDAK ADA
INFEKSI
Beri penisilin,
Amoksisilin +
Beri penisilin,
gentamisin, dan
eritromisin untuk
gentamisin, dan
metronidazol
Lahirkan bayi
7 hari
Steroid untuk
metronidazol
Lahirkan bayi
pematangan paru
Lahirkan bayi
Berikan penisilin
atau ampisilin
2.9 Pencegahan
Jelaskan pengaruh merokok selama kehamilan dan beri dukungan
untuk mengurangi atau berhenti, motivasi untuk menambah berat badan
yang cukup selama masa kehamilan, anjurkan pasangan agar menghentikan
koitus pada trimester akhir bila ada predisposisi (Morgan, 2009).
BAB 3 : KESIMPULAN
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak
perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan
diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul
tanda
dangejala
korioamninitis.
Jika
timbul
tanda
dan
gejala
PREEKLAMPSIA
DEFINISI
Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh
darah atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme
setelah
usia
kehamilan
20
minggu,
mengakibatkan
terjadinya
Hipertensi
dengan
sistolik/diastolic
>140/90
mmHg,
o Preeclampsia berat
Tekanan
darah
sistolik/diastolic
>160/110
mmHg
Oligohidramnion,
pertumbuhan
janin
terhambat,
dan
abruption plasenta
PREEKLAMPSIA RINGAN
o Pengertian
Preeklamsia
ringan
adalah
timbulnya
hipertensi
disertai
Rawat jalan
Roborantia
Rawat inap
Pengertian
Preeclampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu
atau lebih.
Gejala klinis
Nyeri epigastrium
Gangguan penglihatan
Nyeri kepala
Gangguan kesadaran
Penatalaksanaan
Dilihat
dari
umur
kehamilan
dan
perkembangan
gejala
ditambah
pengobatan
medicinal.
Sedapat
Adanya
tanda
IUGR
(Intrauterine
Growth
Restriction)
o Laboratorium
Adanya
HELLP
Syndrome
(hemolisis
dan
konservatif
yaitu
kehamilan
tetap
tanpa
disertai
tanda-tanda
impending
Factor usia
Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nullipara umur
belasan tahun (usia muda kurang dari 20 tahun) juga masih
memungkinkan
terjadinya
hipertensi
pada
kehamilannya
adanya
organ
reproduksi
yang
sudah
mengalami
penurunan,
sehingga
rentan
terhadap
hipertensi
dalam
kehamilannya.
Paritas
Frekuensi pada primigravida (terutama pada usia muda) lebih
tinggi dibandingkan dengan multigravida. Hal ini disebabkan oleh
wanita dengan preklampsia dan eklampsia dapat mengalami
kelainan aktivasi imun dan hal ini dapat menghambat invasi
trofoblas pada pembuluh darah ibu sehingga preeclampsia dan
eklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang terpajan antigen
paternal untuk yang pertama kali seperti kehamilan pertama kali
atau kehamilan pertama dengan pasangan baru.
Riwayat hipertensi
Salah satu factor risiko terjadinya preeclampsia atau eklampsia
adalah
riwayat
hipertensi
kronis
atau
penyakit
vascular
kepala,
nyeri
epigastrium,
muntah,
gangguan
visus
Kehamilan ganda
Mempunyai risiko 3 kali lebih besar dikarenakan adanya distensia
uterus.
Factor genetic
Lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu yang
menderita
mempunyai
preeclampsia.
riwayat
Dan
pada
preeclampsia
keluarga.
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
33 | P a g e
anak
dan
wanita
eklampsia
yang
dalam
Obesitas
Kegemukan menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga
menyebabkan kerja jantung lebih berat, karena jumlah darah
yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, semakin
gemuk seseorang maka semakin banyak pula jumlah darah yang
terdapat di dalam tubuh yang berarti semakin berat juga fungsi
pemompaan jantung, sehingga dapat menimbulkan terjadinya
preeclampsia.
KESIMPULAN
Ibu hamil yang memiliki usia > 35 tahun mempunyai risiko lebih
besar terjadi preeclampsia berat daripada ibu usia < 35 tahun. Ibu
hamil dengan kehamilan pertama memiliki risiko lebih besar terjadi
preeclampsia berat daripada ibu dengan kehamilan yang lebih dari
satu kali. Ibu hamil dengan riwayat hipertensi memiliki risiko lebih
besar terjadi preeclampsia berat daripada ibu yang tidak mempunya
riwayat hipertensi.