Anda di halaman 1dari 34

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
Nama Mahasiswa
: Vinna Natalia
NIM

: 11-2012-067

Dr. Pembimbing

: dr. Y. Kusnawara, SpOG

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: Ny. E
Umur
: 38 tahun
Status perkawinan : menikah
Pekerjaan
: Ibu rumah

Nama Suami
: Tn. B
Umur
: 43 tahun
Status perkawinan : menikah
Pekerjaan
: Marketing

tangga
Pendidikan
Suku/Bangsa
Agama
Alamat

Pendidikan
Suku/bangsa
Agama
Alamat

: SMA
: Toraja
: Islam
: Jl. Tipar

: SMA
: Jawa
: Islam
: Jl. Tipar

Cakung RT 005 RW 005 No. 25 Cakung RT 005 RW 005 No. 25


Jakarta Utara
Tanggal masuk

Jakarta Utara
RS

14

Desember 2013

II.

ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 14 Desember 2013 jam 06.10


WIB
Keluhan utama :
Os mengatakan keluar air-air sejak jam 18.00 WIB
Keluhan tambahan :

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


1 | Page

Os mengatakan keluar darah bercampur lendir sejak jam 20.00 WIB


Riwayat Kehamilan Sekarang
Os datang ke RSUD Koja rujukan dari Puskesmas Cilincing dengan
diagnosis sementara TBJ besar. Pada saat dilakukan anamnesis, os
mengatakan bahwa sejak jam 18.00 WIB kemarin, os keluar air-air.
Sekitar jam 20.00 WIB os mengatakan keluar lendir bercampur darah,
tanpa disertai rasa mulas. Os sempat USG sekitar 3 hari yang lalu
didapat kesimpulan bayi besar, dan os diminta untuk datang ke
poliklinik kebidanan dan kandungan RSUD Koja pada tanggal 19
Desember 2013. Os mengatakan teratur memeriksa kehamilannya di
puskesmas 1 bulan 1 kali. Os mengatakan ini adalah kehamilan ketiga
dan tidak pernah keguguran.
Riwayat Kehamilan Dahulu
Anak

Tahu

ke

JK

Lama

BB

PB

Jenis

Penolo

Hidu

kehamil

bayi

ba

persalin

ng

p/

Nifas

2002

Laki-laki

an
Aterm

410

yi
48

an
Spontan

Bidan

mati
Hidu

Baik

2003

Perempu

Aterm

0 gr
360

50

Spontan

Bidan

p
Hidu

baik

an

0 gr

Riwayat Penyakit Dahulu


Diabetes Mellitus (-)
Hipertensi (-)
Asma (-)
Jantung (-)
TBC (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Diabetes Mellitus (+)
Hipertensi (+)
Asma (-)
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
2 | Page

Jantung (-)
TBC (-)
Riwayat Haid
Menarche
Siklus haid
kali/28 hari
Lama haid
Banyaknya
HPHT
TP

: 13 tahun
: teratur, tanpa disertai dismenore, 1 bulan 1
: 5 hari
: 2 kali ganti pembalut/hari
: 28-02-2013
: 5-12-2013

Riwayat Kontrasepsi
Os mengaku menggunakan KB Suntik sejak 5 bulan yang lalu.
Riwayat Antenatal Care
Os mengaku rutin memeriksa kehamilannya ke Puskesmas Cilincing 1
kali dalam 1 bulan.
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali tahun 2000 dengan suami sekarang sudah 12 tahun.

III.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital sign
: TD : 150/100 mmHg
N
: 82 x/menit
RR : 22 x/menit
T
: 36,2oC
BB : 95 kg
TB : 160 cm
Keadaan gizi
: Baik
Kepala
: Normocephal
Mata
: CA -/-, SI -/Leher
: Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
3 | Page

Paru
Jantung
Buah dada
Abdomen
(+)
Genitalis
Anus
Ekstremitas

:
:
:
:

SN Vesikuler, Rh -/-, Wh -/BJ I dan II Reguler, murmur (-), Gallop (-)


bersih, putting susu menonjol, colostrums (-)
membuncit, terdapat striae gravidarum, BU

: terdapat sisa pengeluaran darah, varices (-)


: haemoroid (-)
: Atas
: edema : -/Bawah
: varices : -/-, edema : -/-

Status Obstetricus
Pemeriksaan Luar
Leopold I : teraba

bagian

melenting, TFU: 2jbpx


Leopold II : bagian kanan

membulat,
teraba

keras

lunak,

tidak

memanjang,

bagian kiri teraba bagian-bagian kecil


Leopold III
: teraba bagian membulat, keras, melenting
Leopold IV : divergen
TFU : 32 cm

TBJ : (32-11) x 155 = 3255 gram


DJJ : 147 x/menit
HIS
: jarang

Pemeriksaan Dalam
Inspeksi
: vulva dan vagina tidak ada kelainan
VT
: portio tebal, lunal, pembukaan 2 cm
Ketuban (-), penurunan Hodge I

IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


4 | Page

Janin : presentasi kepala,


tunggal, intra uterin, DJA (+),
JK : Laki-laki
Biometri : DBP 92,7 FL 75
Taksiran berat 3452 gr
Sesuai kehamilan 38 minggu
Plasenta : fundus
Air ketuban : cukup
Kesimpulan : bayi besar

V.RESUME
Os datang dengan keluhan keluar air-air sejak jam 18.00
WIB. Keluar lendir campur darah sejak jam 20.00 WIB, mules masih
jarang. 3 hari SMRS OS periksa di puskesmas kecamatan Cilincing,
tekanan darahnya 120/80, BB 95 kg, TFU 33 cm, DJJ 144x/menit, hasil
USG TBJ besar. Tidak terdapat bengkak pada kedua tangan, dan kaki,
maupun pada wajah. Os mengatakan ayahnya mempunyai riwayat
darah tinggi dan diabetes. Os mengatakan ini kehamilan ketiga dan
belum pernah keguguran. Anak pertamanya sekarang berusia 12
tahun, lahir spontan, ditolong oleh bidan dengan BBL 4100 gr. Pada
pemeriksaan di ruang bersalin, keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 150/100 mmHg, nadi
82x/menit, suhu 36,2oC, pernafasan 22x/menit, perut membuncit
sesuai dengan usia kehamilan, DJJ 144x/menit, proteinuria (+).

I.DIAGNOSIS KERJA DAN DASAR DIAGNOSIS


1.Diagnosis Kerja

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


5 | Page

Ibu

: G3P2A0 umur 38 tahun hamil 38 minggu belum inpartu

dengan KPD + PER


Janin : tunggal hidup intrauterine letak memanjang presentasi
kepala
2.Dasar diagnosis
Dari anamnesis os mengatakan sudah keluar air-air sejak jam
18.00, os datang ke RS jam 00.45 (sudah 7 jam)
TD 150/100 mmHg
Proteinuria +

II.PENATALAKSANAAN

Rencana diagnosis :
1)Analisa proteinuria ulang setelah 6 jam
2)Cek fungsi ginjal (ureum dan creatinin)
3)Cek H2TL, dan fungsi hati (SGOT-SGPT)
Rencana terapi :
1)Pasang infuse RL 500 cc 15 tpm
2)Beri nifedipin 3 x 10 mg per oral
3)Lakukan skin test Amoxan bila hasil (-) berikan inj Amoxan 1 gr
IV bolus
4)Lakukan pemeriksaan CTG

Rencana edukasi :
Menerangkan kepada pasien dan keluarga pasien tentang keadaan
pasien, serta tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

III.PROGNOSIS

Ibu : dubia ad bonam


Janin : dubia ad bonam

FOLLOW UP
Waktu
Subject
Object
Assessment Planning
14/12/201 os
mengeluh TD : 140/90 G3P2A0 umur Obs KU, Kes,
3

mules

mmHg

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


6 | Page

38

tahun TTV

06.00

N : 82x/menit

hamil

RR : 22x/menit

minggu

Kemajuan

T : 36,5oC

belum

persalinan

DJJ

: inpartu

140x/menit

dengan

His : (-)

+PER

41 Obs

DJJ,

His,

Nifedipin

KPD 10 mg
Lakukan CTG

VT : 2 cm

Cek

Protein : +

fungsi

14/12/201

Hb : 10,1

fungsi ginjal
Dilakukan CTG

Ureum : 0,5

06.30
14/12/201 Os

Creatinin : 13
mengeluh TD : 140/90 G3P2A0 umur Obs

mules

dan mmHg

09.00

sedikit pusing

38

H2TL,
hati,

KU,

Kes,

DJJ,

His,

tahun TTV

N : 80x/menit

hamil

RR : 20x/menit

minggu

kemajuan

T : 36oC

belum

persalinan

DJJ

: inpartu

140x/menit
His

dengan

41 Obs

Nifedipin

KPD 10 mg

x +PER

10/10
VT : 2 cm
14/12/201

Konsul

Iaman, SpOG

12.45

partus

14/12/201 Os

mengeluh TD

mules

15.00

pusing

dr

pervaginam
120/80 G3P2A0 umur Obs KU, kes,

dan mmHg

38

tahun TTV

N : 84x/menit

hamil

RR : 22x/menit

minggu

kemajuan

T : 36oC

belum

persalinan

DJJ
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
7 | Page

: inpartu

41 Obs

DJJ,

Konsul

His,

dr.

142x/menit
His

dengan

KPD obgyn

1x +PER

10/10
VT : 2 cm,
ket (-)
15/12/201 Os

mengeluh TD

140/90 G3P2A0 umur Obs

KU,

kes,

DJJ,

His,

mules semakin mmHg

38

06.00

sering

N : 80x/menit

hamil

RR: 24x/menit

minggu

kemajuan

T : 36oC

inpartu

persalinan

DJJ

: dengan

130x/menit

+PER

tahun TTV
41 Obs

KPD Konsul

dr

obgyn

His : 2x10/10
15/12/201 Os
3

VT : 4 cm, HI
mengeluh TD : 140/90 G3P2A0 umur Obs

mules

09.00

15.00

His,

N : 80x/menit

hamil

RR : 20x/menit

minggu

kemajuan

T : 36oC

inpartu

persalinan

: dengan
+PER

His : 2x10/10

tahun TTV
41 Obs

KPD Konsul
cek H2TL
KU,

kes,

DJJ,

His,

mmHg

38

N : 82x/menit

hamil

RR : 22x/menit

minggu

kemajuan

T : 36,2oC

inpartu

persalinan

DJJ
134x/menit
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
8 | Page

dr

obgyn

VT : 8cm, HII
mengeluh TD : 140/90 G3P2A0 umur Obs

mules

DJJ,

38

136x/menit

kes,

mmHg

DJJ

15/12/201 Os

KU,

: dengan
+PER

tahun TTV
41 Obs

KPD Konsul

dr

Iaman Pro SC

His : 2x10/10
VT : 8 cm, HII
Hb : 11,3
Leukosit

21300
Post SC
16/12/201 Os

mengeluh TD
di

110/70 P3A0 post SC Obs

nyeri

06.00

bekas operasi, N : 90x/menit


BAB

(-),

luka mmHg

KPD + PER

BAK RR : 18x/menit

nafas,

TFU : 2jbp

perdarahan

Kontraksi : (+)

(+)

kes,

hari ke 1 a/I TTV


Obs

TFU,

kontraksi,

sesak T : 36,4oC

(+),

KU,

perdarahan

softex,

ASI (-)
16/12/201 Os mengeluh TD

130/60 P3A0 post SC Obs

pusing

dan mmHg

08.00

nyeri di bagian N : 100x/menit

KU,

kes,

hari ke 1 a/I TTV


KPD + PER

Obs

TFU,

perut, BAK (+), RR : 20x/menit

kontraksi,

BAB (-), flatus T : 36oC

perdarahan

(-)

TFU : 2jbp

Asam

Kontraksi : (+)

traneksamat
inj 3 x1
Fetik supp 3 x
1
Cefepime inj 2
x1
Alinamin F inj 2
x1

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


9 | Page

RPKK
17/12/201 os

mengeluh TD

130/60 P3A0 post SC Obs

luka

masih mmHg

06.00

nyeri, BAK (+), N : 82x/menit

KPD + PER

Obs

T : 36oC

perdarahan

TFU : 2jbp

Fetik supp 3 x

Kontraksi (+)

mengeluh TD

10 mg
120/80 P3A0 post SC Obs KU,

luka

11.30

nyeri, BAK (+), N : 80x/menit

masih mmHg

kes,

hari ke 2 a/I TTV


KPD + PER

BAB (-), flatus RR : 22x/menit


(+)

TFU,

kontraksi,

Nifedipin
17/12/201 os

kes,

hari ke 2 a/I TTV

BAB (-), flatus RR : 20x/menit


(-)

KU,

Obs

TFU,

kontraksi,

T : 36oC

perdarahan

TFU : 2jbp

Fetik supp 3 x

Kontraksi (+)

1
Nifedipin

10 mg

Analisa Kasus
Pasien bernama Ny. E berusia 38 tahun dengan G3P2A0 hamil 41
minggu belum inpartu dengan Ketuban Pecah Dini dan Pre-Eklampsia Ringan,
dengan janin tunggal, hidup, intrauterine, letak memanjang, presentasi
kepala. Tidak riwayat penyakit sebelumnya. Terdapat riwayat penyakit
hipertensi dan diabetes mellitus pada keluarga. Kehamilan ini merupakan
kehamilan ketiga dan riwayat melahirkan 2 kali. Pada riwayat kehamilan
dahulu persalinan normal dan semua ditolong oleh bidan. Pada pemeriksaan
fisik, tekanan darah 150/100 mmHgm Nadi 84x/menit, RR 22x/menit, suhu
36,2oC. Pada pemeriksaan luar bagian atas teraba bulat, tidak keras, tidak
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
10 | P a g e

melenting TFU 2jbpx. Pada sisi sebelah kanan teraba bagian memanjang,
keras, dan pada sisi sebelah kiri teraba bagian kecil-kecil. Pada bagian bawah
teraba bagian bulat, keras, dan melenting. Pada VT didapatkan portio tebal,
lunak,

pembukaan

cm.

Pada

pemeriksaan

penunjang

dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah H2TL dengan hasil Hb : 10,1, leukosit =


8600, Ht = 30%, Trombosit 220.000/uL.
Saat di Ruang Bersalin, pasien disarankan untuk beristirahat, sambil
dilakukan observasi terhadap keadaan umum, tanda-tanda vital, serta
kesadaran. Diberikan nifedipin 10 mg. Pada tanggal 15/12/2013 jam 09.00
pasien merasa mules. Pada pemeriksaan dalam, terdapat pembukaan 8 cm.
Pada jam 15.00, dilakukan pemeriksaan dalam ulang, dan pembukaan masih
8

cm.

Setelah

konsul

dengan

dokter

spesialis,

disarankan

untuk

direncanakan Sectio Cesarea.


Pada jam 18.50 lahir bayi jenis kelamin laki-laki A/S : 8/9; BB : 4170; PB
: 52 cm. Setelah itu bayi dibawa ke perinatologi untuk perawatan. Keadaan
ibu baik, TFU : 2jbp, kontraksi uterus baik. Satu hari setelah SC, keadaan ibu
tampak sakit ringan, TD : 110/60 mmHg, N : 82x/menit, RR : 22x/menit, T :
36oC, TFU 2 jbp.
Menurut saya, kasus ini adalah kasus ketuban pecah dini dan preeklampsia ringan yang sudah ditangani cukup baik.

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


11 | P a g e

TINJAUAN PUSTAKA
BAB 1 : PENDAHULUAN
Ketuban

pecah

dini

merupakan

penyebab

terbesar

persalinan

premature dengan berbagai akibat. Dalam keadaan normal, selaput ketuban


pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan premature.
Dalam

keadaan

normal

8-10%

perempuan

hamil

aterm

akan

mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua
kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus
KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur sebanyak 30%.
Pecahnya

selaput

ketuban

berkaitan

dengan

perubahan

proses

biokimia yang terjadi dalam kolagenmatriks eksta seluler amnion, korion,


dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan desidua bereaksi
terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan
memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone.

BAB 2 : ISI
2.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan
di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba,2009). Menurut
Yulaikhah, 2009 Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam, belum ada tanda
persalinan. Ketuban pecah dini adlah pecahnya ketuban sebelum inpartu,
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
12 | P a g e

yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm (Mochtar, 1998).

Arti klinis ketuban pecah ini adalah :


1) Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul
maka kemungkinan terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali
pusat menjadi besar.
2) Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan
bagian terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul
seringkali merupakan tanda adanya gangguan keseimbangan feto
pelvic.
3) KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga
dapat memicu terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.
4) Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture
of membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan
segala akibatnya.
5) Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka
panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi
amnion bagi pertumbuhan dan perkembangan janin (Widjanarko,
2009).

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


13 | P a g e

2.2 Insidensi
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, preterm, dan
pada midtrimester kehamilan. Frekuensi terjadinya yaitu 8%, 1%-3% dan
kurang dari 1%. Secara umum, insiden KPD terjadi sekitar 7-12% (Chan,
2006). Menurut EASTMAN, insidensi ketuban pecah dini ini kira-kira 12% dari
semua kehamilan (Mochtar, 1998), sedangkan menurut Rahmawati 2011
insiden KPD adalah sekitar 6-9% dari kehamilan.

2.3 Etiologi
Penyebab KPD menurut Manuaba, 2009 dan Morgan 2009, meliputi :
1) Serviks inkompeten menyebabkan dinding ketuban paling bawah
mendapatkan tekanan yang semakin tinggi
2) Factor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetic)
3) Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia
dan meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban
pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase
laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda kehamilan,

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


14 | P a g e

makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin


dan komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat.
4) Multipara, grandemultipara. Pada kehamilan yang terlalu sering akan
mempengaruhi proses embryogenesis sehingga selaput ketuban yang
terbentuk akan lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban
pecah sebelum tanda-tanda inpartu.
5) Overdistensi

uterus

pada

hidramnion,

kehamilan

ganda

dan

sefalopelvik disproporsi. Hidramnion atau kadang-kadang disebut


polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban
melebihi 2000 cc (Prawirohardjo, 2007). Hidramnion dapat terjadi pada
kasus anensefalus, atresia esophagus, gemeli dan ibu yang mengalami
diabetes mellitus gestasional (DMG). Ibu dengan DMG akan melahirkan
bayi dengan berat badan berlebihan pada semua usia kehamilan
sehingga kadar cairan amnion juga akan berlebih (Saifuddin, 2002).
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih
sehingga kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih
besar (Mochtar, 1998).
6) Kelainan letak yaitu letak lintang sungsang
7) Pendular abdomen (perut gantung).
8) Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat
daripada ibu muda.
9) Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
10)

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


15 | P a g e

Merokok selama kehamilan

Inkompetensi Leher Rahim

2.4 Patogenesis
Pada penelitian terbaru mengatakan KPD terjadi karena meningkatnya
apoptosis dari komponen sel dari membrane fetal dan juga peningkatan dari
enzim protease tertentu. Kekuatan membrane fetal adalah dari matriks
ekstraseluler amnion. Kolagen amnion interstitial terutama tipe I dan III yang
dihasilkan oleh sel mesenkim juga penting dalam mempertahankan kekuatan
membrane fetal.
Matriks metalloproteinase (MMP) adalah kumpulan proteinase yang
terlihat dalam remodeling tissue dan degradasi dari kolagen. MMP-2, MMP-3
dan MMP-9 ditemukan dengan konsentrasi yang tinggi pada kehamilan
dengan ketuban pecah dini. Aktivitas MMP ini diregulasi oleh tissue inhibitor
of matrix metalloproteinase (TIMPs). TIMPs ini pula ditemukan rendah dalam
cairan amnion pada wanita dengan ketuban pecah dini. Peningkatan enzim
protease dan penurunan dari inhibitor mendukung teori bahwa enzim ini
mempengaruhi kekuatan dari membrane fetal.
Selain itu terdapat teori yang mengatakan meningkatnya markermarker apoptosis di membrane fetal pada ketuban pecah dini berbanding
dengan membrane pada kehamilan yang normal. Banyak penelitian yang
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
16 | P a g e

mengatakan bahwa ketuban pecah dini terjadi karena gabungan aktivasi


aktivitas degradasi kolagen dan kematian sel yang membawa pada
kelemahan dinding mebran fetal (Parry, 1998).

2.5 Tanda dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat
dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau
"menyumbat" kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi.

2.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
1) Anamnesis
Dari anamnesis bisa menegakkan 90% dari diagnosis. Kadangkala
cairan seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion.
Penderita merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir (Chan, 2006).
2) Pemeriksaan fisik

Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban
masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.

Inspekulo

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


17 | P a g e

Merupakan langkah pertama dalam mendiagnosis KPD karena


pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher dapat meningkatkan
risiko infeksi. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa :
warna, konsentrasi, baud an pH-nya. Yang dinilai adalah :
o Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan
pendataran dari serviks. Dilihat juga dari prolaps dari tali
pusat atau ekstremitas bayi. Bau dari amnion yang khas
juga diperhatikan.
o Pooling

pada

cairan

amnion

dari

forniks

posterior

mendukung diagnosis KPD. Melakukan perasat valsava


atau menyuruh pasien batuk untuk mempermudah melihat
pooling.
o Cairan

amnion

dikonfirmasikan

dengan

menggunakan

nitrazine test . kertas nitrazin akan berubah menjadi biru


jika pH cairan di atas 6.0 6.5. Sekret vagina ibu hamil
memiliki pH 4 -5, dengan kerta nitrazin tidak memberikan
perubahan warna. Tes nitrazin ini memberikan hasil positif
palsu bila tersamarkan dengan cairan seperti darah,
semen, atau vaginitis seperti trichomoniasis.
o Mikroskopis (tes pakis). Jika dengan pooling dan tes nitrazin
masih samar dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis
dari cairan yang diambil dari forniks posterior. Cairan di
swab kemudian dikeringkan di atas gelas objek dan dilihat
di bawah mikroskop. Gambaran ferning menandakan
cairan amnion.
o Dilakukan

juga

kultur

dari

swab

Gonnorhea dan Group B Streptococcus.


3) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
18 | P a g e

untuk

Chlamydia,

o Pemeriksaan

Alpha-Feto

Protein

(AFP).

Konsentrasinya

tinggi di dalam cairan amnion tetapi tidak di semen dan


urin.
o Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisis.
o Tes pakis
o Tes lakmus (Nitrazine Test)

b. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam cavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah
cairan

ketuban

yang

sedikit

(oligohidramnion

atau

anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan anamnesis


dari pasien bisa membantu diagnosis tetapi bukan menegakkan
diagnosis rupturnya membrane fetal. Selain itu dinilai dari
Amniotic Fluid Index (AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia
janin.

Ultrasonografi

dapat

mengidentifikasikan

kehamilan

ganda, janin yang tidak normal atau melokalisasi kantong cairan


amnion

pada

mengevaluasi

amniosentesis
janin.

dan

Pemeriksaan

sering
USG

digunakan

dalam

berguna

untuk

menegakkan diagnosis ketuban pecah dini (Chan, 2006).

2.7 Komplikasi
Ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi pada ibu maupun
pada janin yang dikandungnya. Komplikasi tersebut antara lain :

Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih
dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu
dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


19 | P a g e

perinatal (Mochtar, 1998). Pada janin dapat terjadi infeksi bahkan


sepsis. Sepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah yang
bersifat invasive dan ditandai dengan ditemukannya bakteri
dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau air
keruh (sholeh Kasim, 2010). Komplikasi paling sering terjadi pada
KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress
pernafasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Selain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal pada KPD
preterm bila terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagi bila terlalu sering periksa dalam. Selain itu dapat juga
dijumpai infeksi puerperalis (nifas), peritonitis dan septicemia
serta dry-labour. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik,
nadi cepat dan tampaklah gejala infeksi. Hal tersebut akan
meninggikan angka kematian dan morbiditas pada ibu (Mochtar
1998). Menurut Chan, 2006 pasien yang mengalami ketuban
pecah dini akan mengalami peningkatan kejadian infeksi baik
chorioamnionitis, endometritis, sepsis.

2.8 Penatalaksanaan
Konservatif
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
20 | P a g e

Rawat di rumah sakit, berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau


eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500
mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32 34 minggu, dirawat
selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi
keluar. Jika usia kehamilan 32 37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negative, beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam. Jika usia kehamilan 32 37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksa metason IM 5 mg setiap 6 jam selama 4
kali.
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal section
sesarea. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan
persalinan diakhiri. Bila skor perlvik <5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan. (Prawirohardjo, 2008).
Penatalaksanaan KPD menurut Rahmawati, 2011, yaitu :

Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan dan


tanda infeksi intrauterine

Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien


dengan KPD ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang berumur
> 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk
memperkecil risiko infeksi intra uterin.

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


21 | P a g e

Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya


pemberian

antibiotic

pemeriksaan

dan

dalam),

amnioinfusiepitelisasi

cegah

infeksi

tokolisis,

(vit

dan

(tidak

melakukan

pematangan
trace

element,

paru
masih

kontroversi), fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif


(terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan section sesarea
ataupun partus pervaginam.

Dalam penetapan langkah pelaksanaan tindakan yang dilakukan


apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu
mempertimbangkan usia kehamilam, kondisi ibu dan janin,
fasilitas

perawatan

perawatan,

intensif,

kondisi,

fasilitas/kemampuan

waktu,

monitoring,

dan

tempat

kondisi/status

imunologik ibu dan kemampuan financial keluarga.

Untuk

usia

kehamilan

<

37

minggu

dilakukan

penangan

konservatif dengan mempertahankan kehamilan sampai usia


kehamilan matur.

Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih, lakukan terminasi


dan pemberian profilaksis Streptococcus grup B

Untuk usia kehamilan 34 36 minggu lakukan penatalaksanaan


sama halnya dengan aterm.

Untuk kehamilan 32 -33 minggu lengkap lakukan tindakan


konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah
matur (maka perlu dilakukan tes pematangan paru), profilaksis
Streptococcus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada
consensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian
antibiotic selama fase laten.

Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap)


lakukan

tindakan

konservatif,

pemberian

profilaksis

Streptococcus group B, single course kortikosterois, tokolisis

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


22 | P a g e

(belum ada consensus), dan pemberian antibiotic selama fase


laten (jika tidak ada kontraindikasi).

Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu) lakukan


konseling pasien dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau
induksi

persalinan.

Streptococcus grup B

Tidak

direkomendasikan

profilaksis

dan kortikosteroid. Pemberian antibiotic

tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang


lama.

Rekomendasi klinik untuk KPD yaitu pemberian antibiotic karena


pada periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus
diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya
risiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome,
dan

necrotizing examination). Tidak boleh dilakukan digital

cervical examinations jadi pilihannya adalah denga speculum,


tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan
sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk
memungkinkan
transportasi

pemberian

maternal,

kortikosteroid,

pemberian

antibiotic

kortikosterois

setelah

dan
34

minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan.

Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid


yaitu deksametason 2 x 6 mg selama 2 hari atau betametason 1
x 12 mg selama 2 hari.

Agen tokolisis yaitu 2 agonis (terbutalin, ritodrine), kalsium


antagonis

(nifedipine),

prostaglandin

sintase

inhibitor

(indometasin), magnesium sulfat, oksitosin antagonis (atosiban).

Tindakan epitelisasi masih controversial, walaupun vitamin C dan


trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban
pecah terutama dalam metabolism kolagen untuk maintenance
integritas

membrane

korioamniotik,

namun

menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi KPD.


Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
23 | P a g e

tidak

terbukti

Tindakan

terminasi

korioamniotis,

dilakukan

terdapat

jika

tanda-tanda

terdapat
tali

tanda-tanda

pusat/janin

(fetal

distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya


ketuban pecah dan lamanya menunda persalinan.

KPD dengan usia kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan


antibiotic eritromisin 3 x 250 mg, amosisilin 3 500 mg dan
kortikosteroid.

KPD dengan usia kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban


pecah >6 jam) berikan ampisilin 2 x 1 gr IV dan penisilin G 4 x 2
juta IU, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin. Jika serviks tidak matang lakukan section sesarea.

KPD dengan infeksi (kehamilan < 37 minggu ataupun > 37


minggu) berikan antibiotic ampisilin 4 x 2 gr IV, gentamisin
5mg.kgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan
dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan section
sesarea.

Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah

Persalinan spontan
o Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotic bila ada
demam.
o Anjurkan pemantauan janin internal
o Beritahu dokter spesialis obstetric dan spesialis anak atau
praktisi perawat neonates
o Lakukan kultur sesuai panduan

Induksi persalinan
o Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
o Ukur suhu tubuh setiap 2 jam

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


24 | P a g e

o Antibiotic : pemberian antibiotic memiliki beragam panduan,


banyak yang memberikan 1-2 gr ampisilin per IV atau 1-2 gr
Mefoxin per IV setiap 6 jam sebagai profilaksis. Beberapan
panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu
dan DJJ untuk menentukan kapan antibiotic mungkin diperlukan.
Indikasi melakukan induksi pada KPD adalah sebagai berikut :
Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu
apakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
Terdapat tanda infeksi intrauterine. Suhu meningkat lebih dari 38 oC
dengan pengukuran per rectal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.
TABEL SKOR BISHOP
SKOR
PEMBUKAAN
PENDATARAN
STATION
KONSISTENSI
POSISI

0
0
0-30%
-3
KERAS
POSTERIOR

1
1-2
40-50%
-2
SEDANG
TENGAH

2
3-4
60-70%
-1
LUNAK
ANTERIOR

3
5-6
80%
+1, +2
AMAT LUNAK
ANTERIOR

OSTIUM
KETERANGAN :
(+1) = PREEKLAMPSIA, SETIAP PARTUS NORMAL
(-1) = POST DATE, NULLIPARA, KETUBAN NEGATIF/LAMA
BILA TOTAL SKOR
04
59
10 13

BERHASIL
50-60%
90%
100%

GAGAL
40-50%
10%
0%

TATALAKSANA KETUBAN PECAH DINI (Saifuddin, 1998)


KETUBAN PECAH
< 37 MINGGU
INFEKSI
TIDAK ADA
INFEKSI
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
25 | P a g e

> 37 MINGGU
INFEKSI
TIDAK ADA
INFEKSI

Beri penisilin,

Amoksisilin +

Beri penisilin,

gentamisin, dan

eritromisin untuk

gentamisin, dan

metronidazol
Lahirkan bayi

7 hari
Steroid untuk

metronidazol
Lahirkan bayi

pematangan paru

Lahirkan bayi

Berikan penisilin
atau ampisilin

ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN


Profilaksis
Infeksi
Tidak ada infeksi
Stop antibiotic
Lanjutkan untuk 24-48
Tidak perlu antibiotik
jam setelah bebas
panas.

2.9 Pencegahan
Jelaskan pengaruh merokok selama kehamilan dan beri dukungan
untuk mengurangi atau berhenti, motivasi untuk menambah berat badan
yang cukup selama masa kehamilan, anjurkan pasangan agar menghentikan
koitus pada trimester akhir bila ada predisposisi (Morgan, 2009).

BAB 3 : KESIMPULAN
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak
perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan
diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul
tanda

dangejala

korioamninitis.

Jika

timbul

tanda

dan

gejala

korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang


menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan
metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi,
presentasi dan beratkorioamnionitis.
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan
periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
26 | P a g e

dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga


merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

PREEKLAMPSIA
DEFINISI
Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh
darah atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme
setelah

usia

kehamilan

20

minggu,

mengakibatkan

terjadinya

penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan


terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria
300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai
sangat fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011)
KLASIFIKASI PREEKLAMPSIA
o Preeclampsia ringan

Hipertensi

dengan

sistolik/diastolic

>140/90

mmHg,

sedikitnya 6 jam pada 2 kali pemeriksaan tanpa kerusakan


organ

Proteinuria >300 mg/24 jam atau >1+ dipstick

Edema generalisata yaitu pada lengan, muka dan perut

o Preeclampsia berat

Tekanan

darah

sistolik/diastolic

>160/110

mmHg

sedikitnya 6 jam pada 2 kali pemeriksaan. Tekanan darah


ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di
rumah sakit dan telah menjalani tirah baring.
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
27 | P a g e

Proteinuria >5 gr/24 jam atau >3+ dipstick pada sampel


urin sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit 4 jam sekali.

Oligouria <400 ml24 jam

Kenaikan kadar kreatinin plasma >1,2 mg/dl

Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri


kepala persisten, skotoma, dan pandangan kabur.

Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen


akibat teregangnya kapsula glisson

Edema paru dan sianosis

Hemolisis mikroangiopatik karena meningkatnya enzim


laktat dehidrogenase

Trombositopenia (trombosit <100.000 mm3)

Oligohidramnion,

pertumbuhan

janin

terhambat,

dan

abruption plasenta

Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim


ALT dan AST

PREEKLAMPSIA RINGAN
o Pengertian
Preeklamsia

ringan

adalah

timbulnya

hipertensi

disertai

proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu


atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum
umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
o Patofisiologi
Penyebab preeclampsia ringan belum diketahui secara jelas.
Penyakit ini dianggap sebagai maladaption syndrome akibat
vasospasme general dengan segala akibatnya.
o Gejala Klinis
Gejala klinis preeclampsia ringan meliputi :
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
28 | P a g e

Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih,


diastole 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum
hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140
mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg
sampai kurang 110 mmHg.
Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/L dalam 24 jam
atau secara kualitatif positif +1
Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral,
wajah atau tangan
Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu
selama 2 kali berturut-turut.
Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda
preeclampsia berat.
o Pemeriksaan dan diagnosis
Kehamilan lebih 20 minggu
Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan
2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk
pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10
menit)
Edema tekanan pada tungkai (pretibial), dinding perut,
lumbosakral, wajah.
Proteinuria lebih 0,3 gr/L/24 jam, kualitatif +1
o Penatalaksanaan

Rawat jalan

Banyak istirahat (berbaring tidur/miring)

Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan


garam

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


29 | P a g e

Sedative ringan : tablet fenobarbital 3 x 30 mg atau


diazepam 3 x 2 mg per oral selama 7 hari

Roborantia

Kunjungan ulang setiap 1 minggu

Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit,


trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati,
fungsi ginjal.

Rawat inap

Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak


menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala
preeclampsia.

Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu


selama 2 kali berturut-turut (2 minggu).

Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda


preeclampsia berat

Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan


maka preeclampsia ringan dianggap sebagai preeclampsia berat.
Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan
sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita
tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan
disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.
PREEKLAMPSIA BERAT

Pengertian
Preeclampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu
atau lebih.

Gejala klinis

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


30 | P a g e

o Tekanan darah 160/110 mmHg


o Oligouria, urin kurang dari 400 cc/24 jam
o Proteinuria lebih dari 3 gr/L
o Keluhan subjektif :

Nyeri epigastrium

Gangguan penglihatan

Nyeri kepala

Edema paru dan sianosis

Gangguan kesadaran

Pemeriksaan dan diagnosis


o Kadar enzim meningkat disertai ikterus
o Perdarahan pada retina
o Trombosit kurang dari 100.000/mm3

Penatalaksanaan
Dilihat

dari

umur

kehamilan

dan

perkembangan

gejala

preeclampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi


menjadi :
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhir atau
diterminasi

ditambah

pengobatan

medicinal.

Sedapat

mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita


dilakukan pemeriksaan fetal assessment yaitu NST (Non
Stress Test) dan USG.
Indikasi :
o Ibu

Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

Adanya tanda-tanda atau gejala impending


eklampsia kegagalan terapi konservatif yaitu

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


31 | P a g e

setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi


kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan medicinal, ada gejala-gejala status
quo (tidak ada perbaikan)
o Janin

Hasil fetal assessment jelek (NST dan USG)

Adanya

tanda

IUGR

(Intrauterine

Growth

Restriction)
o Laboratorium

Adanya

HELLP

Syndrome

(hemolisis

dan

peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)


Perawatan

konservatif

yaitu

kehamilan

tetap

dipertahankan ditambah pengobatan medicinal


o Indikasi : bila kehamilan preterm kurang dari 37
minggu

tanpa

disertai

tanda-tanda

impending

eklampsia dengan keadaan janin baik.


o Pengobatan medicinal : sama dengan perawatan
medicinal pada pengelolaan aktif. Hanya loading
dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup IM saja dimana
4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong
kanan.
FAKTOR RISIKO

Factor usia
Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nullipara umur
belasan tahun (usia muda kurang dari 20 tahun) juga masih
memungkinkan

terjadinya

hipertensi

pada

kehamilannya

dikarenakan organ reproduksi di dalam tubuhnya masih belum


matang secara sempurna.
Usia wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun berhubungan
dengan

adanya

organ

reproduksi

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


32 | P a g e

yang

sudah

mengalami

penurunan,

sehingga

rentan

terhadap

hipertensi

dalam

kehamilannya.

Paritas
Frekuensi pada primigravida (terutama pada usia muda) lebih
tinggi dibandingkan dengan multigravida. Hal ini disebabkan oleh
wanita dengan preklampsia dan eklampsia dapat mengalami
kelainan aktivasi imun dan hal ini dapat menghambat invasi
trofoblas pada pembuluh darah ibu sehingga preeclampsia dan
eklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang terpajan antigen
paternal untuk yang pertama kali seperti kehamilan pertama kali
atau kehamilan pertama dengan pasangan baru.

Riwayat hipertensi
Salah satu factor risiko terjadinya preeclampsia atau eklampsia
adalah

riwayat

hipertensi

kronis

atau

penyakit

vascular

hipertensi sebelumnya atau hipertensi esensial. Kira-kira 20%


menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai
satu gejala preeclampsia atau lebih seperti edema, proteinuria,
nyeri

kepala,

nyeri

epigastrium,

muntah,

gangguan

visus

(Supperimposed preeclampsia), bahkan dapat timbul eklampsia


dan perdarahan otak.

Kehamilan ganda
Mempunyai risiko 3 kali lebih besar dikarenakan adanya distensia
uterus.

Factor genetic
Lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu yang
menderita
mempunyai

preeclampsia.
riwayat

Dan

pada

preeclampsia

keluarga.
Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067
33 | P a g e

anak

dan

wanita

eklampsia

yang
dalam

Obesitas
Kegemukan menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga
menyebabkan kerja jantung lebih berat, karena jumlah darah
yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, semakin
gemuk seseorang maka semakin banyak pula jumlah darah yang
terdapat di dalam tubuh yang berarti semakin berat juga fungsi
pemompaan jantung, sehingga dapat menimbulkan terjadinya
preeclampsia.

KESIMPULAN
Ibu hamil yang memiliki usia > 35 tahun mempunyai risiko lebih
besar terjadi preeclampsia berat daripada ibu usia < 35 tahun. Ibu
hamil dengan kehamilan pertama memiliki risiko lebih besar terjadi
preeclampsia berat daripada ibu dengan kehamilan yang lebih dari
satu kali. Ibu hamil dengan riwayat hipertensi memiliki risiko lebih
besar terjadi preeclampsia berat daripada ibu yang tidak mempunya
riwayat hipertensi.

Status Obgyn - Vinna Natalia 11-2012-067


34 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai