Anda di halaman 1dari 34

ABSTRACT

Erythroderma is a skin disorder that is characterized by redness or erythema that is


generalized which covers 90% of the body surface. Male patient aged 64 years
complained of red scaly patches on the almost entire body since 2 years SMRs. Initially
the patient complained of red scaly patches arise in both knees, spread to both palms,
chest, back, stomach, arms, legs up sex. Skin feels thickened, hot and itchy. In the region
covered diffuse erythema generalized scaling looks fine to coarse, layered, whitish, and
dried. Accompanied by excoriations, multiple, billion, lenticular. Patients diagnosed with
erythroderma e.c. psoriasis and 1x10mg cetirizine therapy, methotrexate 3x2,5mg,
erythromycin 3x500mg and lanolin ointment 10%.
Keywords: erythroderma, psoriasis
ABSTRAK
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau eritema
yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh. Pasien laki-laki usia
64 tahun mengeluh bercak merah bersisik di hampir seluruh tubuh sejak 2 tahun SMRS.

Awalnya pasien mengeluh bercak merah bersisik timbul di kedua lutut, menyebar
ke kedua telapak tangan , dada, punggung, perut, lengan, tungkai hingga kelamin.
Kulit terasa menebal, panas dan gatal. Pada regio generalisata tampak eritema
difus ditutupi skuama halus sampai kasar, berlapis, berwarna keputihan, dan
kering.

Disertai ekskoriasi, multipel, miliar,lentikular.

Pasien didiagnosis

eritroderma e.c. psoriasis dan diberikan terapi cetirizin 1x10mg, methotrexate 3x2,5mg,
eritromisin 3x500mg dan salep lanolin 10%.
Kata kunci: eritroderma, psoriasis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eritroderma bukan merupakan kasus yang sering ditemukan, namun masalah
yang ditimbulkannya cukup parah. Beberapa penelitian menunjukkan insiden
eritroderma mencapai 71 per 100.000 pasien. Kejadian pada pria lebih sering
dibanding wanita yaitu 2:1 sampai 4:1, dengan rata-rata onset usia 41-61 tahun.
Eritroderma jarang terjadi pada anak-anak.1
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit adalah
eritroderma.1
Eritroderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah) dan
derma, dermatos (skin = kulit), merupakan keradangan kulit yang mengenai
90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai skuama. Pada
beberapa kasus, skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada eritroderma
yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai
skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena
bercampur dengan hiperpigmentasi.1
Diagnosis eritroderma ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis,
dan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan histopatologi dapat membantu
menentukan penyakit yang mendasarinya. Diagnosis yang akurat dari penyakit
ini merupakan suatu proses yang sistematis di mana dibutuhkan pengamatan
yang seksama, evaluasi serta pengetahuan tentang terminology, dermatologi,
morfologi serta diagnosis banding.1

BAB II
2

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. W

Jenis Kelamin

: Pria

Usia

: 64 tahun

Pendidikan

: SD

Suku bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Alamat

: Ratulangi, Bandar Lampung

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 26 juni 2015)


Keluhan Utama:
Bercak merah bersisik di hampir seluruh tubuh sejak 2 tahun SMRS
Keluhan Tambahan :
Kulit tubuh terasa gatal, panas, menebal dan mudah mengelupas.
Nyeri di sendi jari-jari kaki.
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Sejak 2 tahun SMRS pasien mengeluh bercak merah bersisik di hampir
seluruh tubuh.
Awalnya pasien mengeluh bercak merah bersisik timbul di kedua lutut.
Bercak merah terasa gatal dan panas. Pasien menggaruknya hingga kulit
mengelupas. Pasien berobat ke puskesmas dan diberi obat CTM dan krim
betametason. Setelah minum obat, pasien hanya merasa keluhan gatal
berkurang sementara kemudian kambuh kembali dan tidak pernah sembuh
total.
Enam bulan SMRS bercak merah bersisik menyebar ke kedua telapak
tangan dan terasa sangat gatal.

Menurut pasien, sedikit saja kulitnya


3

digaruk langsung mengelupas. Pasien masih melanjutkan minum obat


CTM dan krim betametason namun tidak ada perbaikan.
Dua minggu SMRS bercak merah bersisik menyebar ke dada, punggung,
perut, lengan, tungkai hingga kelamin. Kulit terasa menebal, panas dan
gatal.
Keluhan disertai nyeri pada sendi jari-jari kaki terutama saat gatal. Pasien
tidak mengeluh demam dan menggigil. Keluhan kuku menjadi kuning dan
keruh disangkal oleh pasien.
Keluhan bercak merah bersisik pada kepala, alis, telinga, lipatan ketiak
dan paha tidak ada. Keluhan ketombe dan rambut rontok disangkal oleh
pasien.
Keluhan bercak merah bersisik yang gatal terutama saat berkeringat pada
lipat lengan, lipat kaki, leher dan pergelangan tangan disangkal oleh
pasien.
Pasien tidak memiliki riwayat keluhan yang sama dan eksem sebelumnya
tidak ada. Keluarga pasien juga tidak ada yang memiliki keluhan sama
dan eksem.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat dan penggunaan obat jangka
lama sebelumnya.
Riwayat bercak merah sebelumnya terutama pada telapak tangan yang
disertai benjolan pada leher dan ketiak tidak ada.
Sejak 40 tahun, pasien bekerja sebagai tukang besi dan tidak pernah
menggunakan sarung tangan selama bekerja.

Pasien mandi 2x sehari

dengan menggunakan sabun kamay atau lifebouy dan air berasal dari
pegunungan.
Pasien memiliki riwayat alergi makanan berupa ikan laut, telur dan ayam
ras
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
Riwayat asma dan rhinitis alergi tidak ada.
Riwayat alergi makanan berupa ikan laut, telur dan ayam ras.
4

Riwayat alergi obat tidak ada.


Riwayat Penyakit dalam Keluarga:
Riwayat keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat eksema, rhinitis alergi, asma tidak ada.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Keadaan gizi

: Cukup

Vital sign
Tekanan darah

: 130/80 mmhg

Nadi

: 80 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 37,4 0C

Kepala

: Normochepal, alopesia (-), plak (-)

Mata

: Konjunctiva tidak anemis, tidak ikterik

Leher

: KGB tidak teraba membesar, JVP dbn

Thorax

: dalam batas normal, lihat pada status


dermatologis

Abdomen

: dalam batas normal, lihat pada status


dermatologis

Genitalia

: dalam batas normal, lihat pada status


dermatologis

Ekstremitas

: dalam batas normal, edema (-/-), kuku dbn


lihat pada status dermatologis

2. Status Dermatologikus

Pada regio generalisata tampak eritema difus ditutupi skuama halus


sampai kasar, berlapis, berwarna keputihan, dan kering. Disertai
ekskoriasi, multipel, miliar,lentikular.

IV. Resume
Pasien laki-laki usia 64 tahun datang dengan keluhan bercak merah
bersisik di hampir seluruh tubuh.
Awalnya pasien mengeluh bercak merah bersisik timbul di kedua lutut.
Bercak merah terasa gatal dan panas. Pasien menggaruknya hingga kulit
10

mengelupas. Pasien berobat ke puskesmas dan diberi obat CTM dan krim
betametason. Setelah minum obat, pasien hanya merasa keluhan gatal
berkurang sementara kemudian kambuh kembali dan tidak pernah sembuh
total.
Enam bulan SMRS bercak merah bersisik menyebar ke kedua telapak
tangan dan terasa sangat gatal.

Menurut pasien, sedikit saja kulitnya

digaruk langsung mengelupas. Pasien masih melanjutkan minum obat


CTM dan krim betametason namun tidak ada perbaikan.
Dua minggu SMRS bercak merah bersisik menyebar ke dada, punggung,
perut, lengan, tungkai hingga kelamin. Kulit terasa menebal, panas dan
gatal.
Keluhan disertai nyeri pada sendi jari-jari kaki terutama saat gatal. Pasien
tidak mengeluh demam dan menggigil. Keluhan kuku menjadi kuning dan
keruh disangkal oleh pasien.
V. Diagnosis Banding
1. Eritroderma e.c psoriasis vulgaris
2. Eritroderma e.c dermatitis kontak alergi
3. Eritroderma idiopatik
VI.

Diagnosis Kerja
Eritroderma e.c psoriasis vulgaris

VII. Pemeriksaan Anjuran


Patch test
Femeriksaan histopatologi
VIII. Penatalaksanaan
Umum:
Konfirmasi

: Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini


disebabkan perluasan penyakit kulit.

Informasi

: Prinsip pengobatan penyakit ini bertujuan untuk


11

mengurangi gejala dan mencegah perluasan lanjut.


Edukasi

: menghentikan obat steroid topikal


Menghindari faktor pencetus (ikan laut, telur,
ayam ras)
Menggunakan sarung tangan saat bekerja.
Hindari sinar matahari.
Menjaga kelembababan kulit.
Mandi dengan sabun pH netral.
Diet tinggi protein.

Khusus:
Sistemik :
Antihistamin oral

: cetirizine 1x10mg/hari (bila gatal)

Sitostatik

: methotrexate 3x2,5mg selang 12 jam, istirahat 1


minggu. Dosis dikurangi 1 tablet setiap minggu
sampai tidak minum lagi

Antibiotik

: eritromisin 3x500mg/hari selama 7-10 hari


(untuk mencegah infeksi sekunder)

Topikal :
Pelembab
IX.

: salep lanolin 10%

Prognosis
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia

12

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan
atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh
yang berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Dermatitis
eksfoliativa dianggap sinonim dengan eritroderma. Bagaimanapun, itu tidak
dapat mendefinisikan, karena pada gambaran klinik dapat menghasilkan
penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus, eritroderma umumnya kelainan
kulit yang ada sebelumnya misalnya psoriasis atau dermatitis atopik.
Meskipun peningkatan 50% pasien mempunyai riwayat lesi pada kulit
sebelumnya untuk onset eritroderma, identifikasi penyakit yang menyertai
menggambarkan satu dari sekian banyak kelainan kulit.2
Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena bercampur
dengan hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum korneum
yang terlepas dari kulit. Skuama mulai dari halus sampai kasar. Pada
eritroderma, skuama tidak selalu terdapat, misalnya eritroderma karena alergi
obat sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama. Skuama kemudian timbul
pada stadium penyembuhan timbul. Bila eritemanya antara 50%-90%
dinamakan pre-eritroderma.1
B. Epidemiologi
Insidens eritroderma sangat bervariasi. Penyakit ini dapat mengenai pria
ataupun wanita, namun paling sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 :
1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi
pada semua usia. Insiden eritroderma makin bertambah. Penyebab utamanya
adalah psoriasis. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insiden psoriasis.3

13

Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan lebih dari setengah
kasus dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit lebih
dari seperempat kasus. Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus
adalah psoriasis berat.4
Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap obat.
Alergi terhadap obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun
penggunaan obat secara tradisional.2
C. Etiologi
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik,
perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan. Penyakit
kulit yang dapat menimbulkan eritroderma di antaranya adalah psoriasis,
dermatitis seboroik, alergi obat, CTCL atau Sindrom Sezary.1
a. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat
menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang),
penisilin, barbiturate. Pada beberapa masyarakat, eritroderma mungkin lebih
tinggi karena pengobatan sendiri dan pengobatan secara tradisional. Waktu
mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi, dapat segera
sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat
yang masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh, diduga sebagai
penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.1
b. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak
ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat
pengobatan psoriasis yang terlalu kuat. Dermatitis seboroik pada baik juga
dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal sebagai penyakit Leiner.
Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20 minggu.
14

Ptiriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula
menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah
pemfigus foliaseus, dermatitis atopic dan liken planus.1
c. Eritroderma akibat penyakit sistemik
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat
member kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang
tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus
dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan menyeluruh (termasuk
pemeriksaan laboratorium dan foto toraks), untuk melihat adanya infeksi
penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat leukositosis
namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bacterial yang
tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati.1
Harus lebih diperhatikan komplikasi sistemik akibat eritroderma seperti
hipotermia, edema perifer, dan kehilangan cairan dan albumin, dengan
takikardia dan kelainan jantung harus mendapatkan perawatan yang serius.
Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan kakesia, alopesia, palmoplantar
keratoderma, kelainan pada kuku dan ektropion.
Tabel 1. Proses yang Berkaitan dengan Timbulnya Eritroderma
Penyakit Kulit
Dermatitis atopik
Dermatitis kontak
Dermatofitosis
Penyakit Leiner
Liken planus
Mikosis fungoides
Pemfigus foliaceus
Pitiriasis rubra
Psoriasis
Sindrom Reiter
Dermatitis seboroik
Dermatitis statis

Penyakit Sistemik
Mikosis fungoides
Penyakit Hodgkin
Limfoma
Leukemia akut dan
kronis
Multipel mieloma
Karsinoma paru
Karsinoma rektum
Karsinoma tuba falopii
Dermatitis
papuloskuamosa pada
AIDS

Obat-obatan
Sulfonamid
Antimalaria
Penisilin
Sefalosporin
Arsen
Merkuri
Barbiturat
Aspirin
Kodein
Difenilhidantoin
Yodium
Isoniazid
Kuinidin
Kaptopril
Sumber: Fitzpatrick et all. Fitzpatricks dermatology in general medicine.
D. Patofisiologi
15

Mekanisme

terjadinya

eritroderma

belum

diketahui

dengan

jelas.

Pathogenesis eritroderma berkaitan dengan pathogenesis penyakit yang


mendasarinya, dermatosis yang sudah ada sebelumnya berkembang menjadi
eritroderma, atau perkembangan eritroderma idiopatik de novo tidaklah
sepenuhnya dimengerti. Penelitian terbaru imunopatogenesis infeksi yang
dimediasi toksin menunjukkan bahwa lokus patogenesitas staphylococcus
mengkodekan superantigen. Lokus-lokus tersebut mengandung gen yang
mengkodekan toksin dari toxic shock syndrome dan staphylococcol scaldedskin syndrome. Kolonisasi S. aureus atau antigen lain merupakan teori yang
mungkin saja seperti toxic shock syndrome toxin-1, mungkin meminkan
peranan pada pathogenesis eritroderma. Pasien-pasien dengan eritroderma
biasanya mempunyai kolonisasi S. aureus sekitar 83% dan pada kulit sekitar
17%, bagaimanapun juga hanya ada satu dari 6 pasien memiliki toksin S.
aureus yang positif.4
Dapat diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-obatan,
perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik makan tubuh beraksi berupa
pelebaran pembuluh darah kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti
terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit
meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa
dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung.
Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan
cairan yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan
meningkat, kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu.
Kehilangan

panas

menyebabkan

hipermetabolisme

kompensator

dan

peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi


meningkat sebanding laju metabolisme basal.1
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih
sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein (hipoproteinemia) dengan
berkurangnya albumin dengan peningkatan relatif globulin terutama
16

gammaglobulin merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi,


kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang ekstravaskuler.(1)
Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku
berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang
telah berlangsung berbulan-bulan, dapat terjadi perburukan keadaan umum
yang progresif.1
E. Gambaran Klinis
Mula-mula timbul bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh dalam
waktu 12-48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan,
kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membrane mukosa, terutama
yang disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi
alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat terlepas. Dapat terjadi
limfadenopati dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering
mulai di daerah lipatan. Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada
keadaan kronis. Warnanya bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah
terang, panas, kering dan kalau diraba tebal. Pasien mengeluh kedinginan. (5)
Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai
kompensasi terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil
untuk dapat menimbulkan panas metabolik.1
Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat sekarang
semua eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma selalu sekunder.
Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang
teliti untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam
waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja, setelah penyembuhan
barulah timbul skuama.5
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan
dermatitis seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal
yaitu: karena penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat. (3)
17

Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda khasnya akan menghilang. Pada


eritroderma et causa psoriasi, merupakan eritroderma yang disebabkan oleh
penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid
topikal, komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit
terdahulunya misalnya infeksi.6

Gambar 1. Eritroderma psoriasis


Dermatitis seboroik pada bayi (penyakit Leiner) terjadi pada usia penderita
berkisar 4-20 minggu. Kelainan berupa skuama berminyak dan kekuningan di
kepala. Eritema dapat pada seluruh tubuh disertai skuama yang kasar.6

Gambar 2. Dermatitis seboroik

18

Ptiriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula
menjadi eritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala
diikuti perluasan ke dahi dan telinga; pada saat ini akan menyerupai
gambaran

dermatitis

seboroik.

Kemudian

timbul

hiperkeratosis

palmoplantaris yang jelas. Berangsur-angsur menjadi papul folikularis di


sekeliling tangan dan menyebar ke kulit berambut.6

Gambar 3. Ptiriasis rubra pilaris


Pemfigus foliaseus bermula dengan vesikel atau bula berukuran kecil,
berdinding kendur yang kemudian pecah menjadi erosi dan eksudatif. Yang
khas adalah eritema menyeluruh yang disertai banyak skuama kasar,
sedangkan bula kendur hanya sedikit. Penderita mengeluh gatal dan badan
menjadi bau busuk.6

Gambar 4. Pemfigus foilaseus


19

Dermatitis atopi dimulai dengan eritema, papul-papul, vesikel sampai erosi


dan likenifikasi. Penderita tampak gelisah, gatal dan sakit berat.5

Gambar 5. Dermatitis atopi


Permukaan timbulnya liken planus dapat mendadak atau perlahan-lahan;
dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan mungkin
kambuh lagi. Kadang-kadang menjadi kronik. Papul dengan diameter 2-4
mm, keunguan, puncak mengkilat, polygonal. Papula mungkin terjadi pada
bekas garukan (fenomena Koebner). Bila dilihat dengan kaca pembesar, papul
mempunyai pola garis-garis berwarna putih (Wickhams striae). Lesi
simetrik, biasanya pada permukaan fleksor pergelanagna tangan, menyebar ke
punggung dan tungkai. Mukosa mulut terkena pada 50% penderita. Mungkin
pula mengenai glans penis dan mukosa vagina. Kuku kadang-kadang terkena,
kuku menipis dan berlubang-lubang. Anak-anak jarang terkena tetapi bila
terdapat bercak kemerahan mungkin tidak khas dan dapat keliru dengan
psoriasis. Sering sangat gatal. Cenderung menyembuh dengan sendirinya. 4

Gambar 6. Liken planus


20

Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan, yang tidak


termasuk golongan akibat alergi dan akibat perluasan penyakit kulit, harus
dicari penyebabnya dan diperiksa secara menyeluruh, termasuk dengan
pemeriksaan laboratorium dan foto toraks. Termasuk dalam golongan ini
adalah sindrom Sezary.1
Sindrom Sezary
Penyakit ini termasuk limfoma. Penyebabnya belum diketahui, diduga
berhubungan dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan ke dalam CTCL
(Cutaneus T-Cell Lymphoma). Yang diserang adalah orang dewasa, mulanya
penyakit pada pria rata-rata berusia 64 tahun, sedangkan pada wanita berusia
53 tahun.1
Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang
universal disertai skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat infiltrat
pada kulit dan edema. Pada sepertiga hingga setengah pada pasien didapati
splenomegali,

limfadenopati

superfisial,

alopesia,

hiperpigmentasi,

hiperkeratosis palmaris et plantaris, serta kuku yang distrofik.1

Gambar 7. Sindrom Sezary


21

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan
peningkatan gammaglobulin, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut
meningkat, leukositosis, maupun anemia ringan.2
Histopatologi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu
mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus,
biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat
dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis
menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis dan perpanjangan
rete ridge lebih dominan.2
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik,
dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlike
limfoid infiltrate di dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuclear
atipikal dan Pautriers microabscesses. Pada pasien dengan Sindrom Sezary
ditemukan limfosit atipik yang disebut sel Sezary. Biopsi pada kulit juga
memberi kelainan yang agak khas, yakni terdapat infiltrat pada dermis bagian
atas dan terdapatnya sel Sezary. Disebut sindrom Sezary, jika jumlah sel
Sezary yang beredar 1000/mm3 atau lebih atau melebihi 10% sel-sel yang
beredar. Bila jumlah sel tersebut di bawah 1000/mm3 dinamai sindrom preSezary.1
Pemeriksaan
menyelesaikan

immunofenotipe

infiltrate

permasalahan

karena

limfoid

juga

pemeriksaan

mungkin
ini

sulit

umumnya

memperlihatkan gambaran sel T matang pada eritroderma jinak maupun


ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papiler
dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superfisial juga
ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi
22

diulang dari tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan


gambaran khasnya.1
G. Diagnosis
Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang
sudah ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis dan
kuning-kemerahan di pilaris rubra pitiriasis; perubahan kuku khas psoriasis;
likenifikasi, erosi dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema; menyebar,
relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan pitiriasis rubra; ditandai bercak kulit
dalam eritroderma di pilaris rubra pitiriasis; hiperkeratotik skala besar kulit
kepala, biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok
di CTCL dan pitiriasis rubra, ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa
biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.3
H. Diagnosis Banding
Ada beberapa diagnosis banding pada eritroderma:
1.

Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di lapisan
epidermis dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik pada
keluarga asma bronkial, rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi di
antara 15-25% populasi, berkembang dari satu menjadi banyak kelainan
dan memproduksi sirkulasi antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak karena
alergi inhalasi.(8) Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang mungkin
terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya timbul sebelum usia 5 tahun.
Biasanya ada tiga tahap: balita, anak-anak, dan dewasa. Dermatitis atopik
merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang dewasa di mana
didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus yang
parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sendangkan pada gambaran
histologi terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel, derma eosinofil
dan parakeratosis.4

23

Gambar 8. Dermatitis atopik


2.

Psoriasis
Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan topikal
yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika
psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasi tidak
tampak lagi karena dapat menghilang, plak-plak psoriasis menyatu,
eritema dan skuama tebal universal.(2) Psoriasis mungkin menjadi
eritroderma dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak dapat
dihambat atau sangat cepat. Faktor genetic berperan. Bila orangtuanya
tidak menderita psoriasi, resiko mendapat psoriasi 12%, sedangkan jika
salah seorang orang tuanya menderita psoriasis, resikonya mencapai 3439%.4
Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena
tetesan lilin, Auspitz, dan Koebner.1

3.

Gambar 9. Psoriasis
Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai dengan
plak eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak
24

mengandung kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial,


belakang telinga, cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis
seboroik dapat terjadi pada semua umur, dan meningkat pada usia 40
tahun. Biasanya lebih berat apabila terjadi pada laki-laki dariapda wanita
dan lebih sering pada orang-orang yang banyak memakan lemak dan
minum alkohol.1
Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman pityrosporum
ovale yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur. Pada kepala
tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit tampak
berminyak dan menghasilkan skuama putih yang berminyak pula.
Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.1
Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang
meningkat seperti pada psoriasi. Hal ini dapat menerangkan mengapa
terapi dengan sitostisk dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah
mempunyai faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat
disebabkan oleh faktor kelelahan, stress emosional, infeksi, atau defisiensi
imun.1

Gambar 10. Dermatitis seboroik


I. Penatalaksanaan
Pada eritroderma golongan I, obat tersangka sebagai kausanya segera
dihentikan. Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada
golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dodsis

25

prednisone 4 x 10 mg. penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa


hari sampai beberapa minggu.1
Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan
kortikosteroid. Dosis mula prednisone 4 x 10 mg sampai 15 mg sehari. Jika
setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Setelah
tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi
akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis, makan obat tersebut harus
dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan asetretin.
Lama penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga
beberapa bulan, jadi tidak secepat seperti golongan I.1
Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama (long term), yakni jika
melebihi 1 bulan lebih baik digunakan metilprednisolon darpiada prednison
dengan dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit.1
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil yang baik.
Dosis prednisone 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrom Sezary pengobatan terdiri
atas kortikosteroid (prednisone 30 mg sehari) atau metilprednisolon ekuivalen
dengan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg
sehari.1
Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya
skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi
emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema misalnya
dengan salep lanolin 10% atau krim urea 10%.1
J. Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Abses
Furunkulosis
Konjungtivitis
Stomatitis
Bronkitis
Limfadenopati
26

7.
8.
9.

Hepatomegali
Rhinitis
Kolitis3

K. Prognosis
Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya.
Kasus karena penyebab obat dapat membaik setelah penggunaan obat
dihentikan dan diberi terapi yang sesuai. Penyembuhan golongan ini ialah yang
tercepat dibandingkan dengan golongan yang lain.1
Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan
kortikosteroid

hanya

mengurangi

gejalanya,

pasien

akan

mengalami

ketergantungan kortikosteroid (corticosteroid dependence).1


Eritroderma disebabkan oleh dermatosa dapat diatasi dengan pengobatan,
tetapi mungkin akan timbul kekambuhan. Kasus idiopatik adalah kasus yang
tidak terduga, dapat bertahan dalam waktu yang lama, seringkali disertai
dengan kondisi yang lemah.1
Sindrom Sezary prognosisnya buruk, pasien pria umumnya akan meninggal
setelah 5 tahun, sedangkan pasien wanita setelah 10 tahun. Kematian
disebabkan oleh infeksi atau penyakit berkembang menjadi mikosis fungoides.1

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Apakah diagnosa pada kasus sudah tepat?
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang
berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Mula-mula timbul
bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 12-48 jam.
Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat
juga mengenai membrane mukosa, terutama yang disebabkan oleh obat. Bila kulit
kepala sudah terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat

27

terlepas. Dapat terjadi limfadenopati dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 26 hari, sering mulai di daerah lipatan. Skuamanya besar pada keadaan akut, dan
kecil pada keadaan kronis. Warnanya bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit
merah terang, panas, kering dan kalau diraba tebal. Pasien mengeluh kedinginan.1
Pada anamnesis, pasien laki-laki usia 64 tahun datang dengan keluhan bercak
merah bersisik di hampir seluruh tubuh. Awalnya pasien mengeluh bercak merah
bersisik timbul di kedua lutut,

menyebar ke kedua telapak tangan , dada,

punggung, perut, lengan, tungkai hingga kelamin. Kulit terasa menebal, panas
dan gatal.
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan
penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.

Diagnosa banding

eritroderma paling banyak adalah dermatitis spongiosa (20-24%), psoriasis (23%),


reaksi hipersensitivitas obat (15%), cutaneus T-cell lymphoma (5%), dan idiopatik
(20%).

28

Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik timbul dalam waktu
yang bervariasi, dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah
eritema universal.1
Pada kasus ini, pasien tidak memiliki riwayat alergi obat dan penggunaan obat
dalam jangka waktu lama. Sehingga diagnosis eritroderma yang disebabkan oleh
alergi obat dapat disingkirkan.
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak
ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat
pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.

Faktor genetic berperan.

Psoriasis

ditandai dengan adanya bercak-bercak disertai gatal ringan, eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena
tetesan lilin, Auspitz, dan Koebner.

Pada psoriasis lesi yang khas lebih

eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.1


Keluhan penderita psoriasis biasanya sedikit gatal dan panas di samping keluhan
kosmetik. Lesi kulit biasanya muncul pertama kali pada tempat yang mudah
29

terkena trauma antara lain : siku, lutut, sakrum , kepala, genitalia.

Psoriasis juga

dapat menyerang permukaan kuku, mukosa, dan sendi-sendi kecil.7


Pada kasus ini, awalnya pasien mengeluh bercak merah bersisik timbul di kedua
lutut.

Setelah minum obat, pasien hanya merasa keluhan gatal berkurang

sementara kemudian kambuh kembali dan tidak pernah sembuh total. Enam bulan
SMRS bercak merah bersisik menyebar ke kedua telapak tangan dan terasa sangat
gatal. Pasien masih melanjutkan minum obat CTM dan krim betametason namun
tidak ada perbaikan. Dua minggu SMRS bercak merah bersisik menyebar ke
dada, punggung, perut, lengan, tungkai hingga kelamin. Kulit terasa menebal,
panas dan gatal. Keluhan disertai nyeri pada sendi jari-jari kaki terutama saat
gatal. Pasien tidak mengeluh demam dan menggigil. Keluhan kuku menjadi
kuning dan keruh disangkal oleh pasien.
Pada status dermatologis, regio generalisata tampak eritema difus ditutupi skuama
halus sampai kasar, berlapis, berwarna keputihan, dan kering. Disertai ekskoriasi,
multipel, miliar,lentikular.
Pada kasus ini Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan
topikal yang terlalu kuat yaitu penggunaan krim betametason.

Betametason

merupakan kortikosteroid potensi tinggi dan sudah digunakan selama 2 tahun


oleh pasien. . Ketika psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk
psoriasi tidak tampak lagi karena dapat menghilang, plak-plak psoriasis menyatu,
eritema dan skuama tebal universal.
Dermatitis kontak alergi diasanya disebabkan oleh paparan berulang terhadap
bahan alergen dan hanya terjadi pada orang yang alergi.
mengeluh gatal .

Pasien umumnya

Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang

berbatas tidak jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula yang
dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi. Pada yang kronis terlihat kulit
kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak
jelas.1

30

Pada kasus ini, sejak 40 tahun, pasien bekerja sebagai tukang besi dan tidak
pernah menggunakan sarung tangan selama bekerja.

Perlu dilakukan patch test

untuk memastikan pasien alergi terhadap besi..


Eritroderma idiopatik terjadi pada 20% kasus eritroderma. Penyakit ini disebut
juga dengan istilah red man syndrome. Pasien biasanya laki-laki usia lanjut
mengeluh gatal dan penyakit bersifat kronis dan relaps. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan keratoderma palmoplantar dan dermatophatic limfadenopati.

Pada

kasus ini, pasien laki-laki 64 tahun mengeluh bercak merak bersisik disertai gatal
di hampir seluruh tubuh sejak 2 tahun SMRS. Keluhan tidak pernah sembuh total
meskipun mengkonsumsi obat.

Pada pasien tidak ditemukan keratoderma

palmoplantar dan dermatophatic limfadenopati. Sehingga diagnosis eritroderma


idiopatik dapat disingkirkan.
B. Apakah diagnosa pada kasus sudah tepat?
Terapi pada psoriasis lesi terbatas digunakan folic acid tablet dengan dosis sehari
3 kali 1 tablet. Pada kasus ini, pasien diberikan terapi psoriasis untuk lesi yang
luas digunakan methotrexate (MTX) dengan dosis sebagai berikut: MTX 2 tablet
diberikan 2-3kali selang 12 jam, istirahat 1 minggu. Setelah itu diberikan dengan
dosis yang dikurangi 1 tablet setiap minggu sampai tidak minum lagi. Selama
tidak minum MTX, maka penderita minum tablet asam folic acid sehari 3 kali 1
tablet. Sewaktu minum MTX, tidak dibolehkan minum folic acid.7
Pada pasien juga diberikan antagonis reseptor H 1 generasi kedua yaitu cetirizine
1x10mg/hari untuk mengatasi reaksi alergi dan memiliki sedikit efek samping
sedatif. Untuk mencegah infeksi sekunder, pasien diberikan antibiotik eritromisin
3x500mg/hari. Salep lanolin 10% diberikan untuk mengurangi radiasi akibat
vasodilatasi oleh eritema. Eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein,
karena terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein.1

31

BAB V
KESIMPULAN
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di seluruh atau
hampir seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini lebih banyak
didapatkan pada pria, terutama pada usia rata-rata 40-60 tahun. Penyebab
32

tersering eritroderma adalah akibat perluasan penyakit kulit sebelumnya, reaksi


obat, alergi obat dan akibat penyakit sistemik termasuk keganasan.
Gambaran klinik eritroderma berupa eritema dan skuama yang bersifat
generalisata. Penatalaksanaan eritroderma yaitu pemberian kortikosteroid dan
pengobatan topikal dengan pemberian emolien serta pemberian cairan dan
perawatan di ruangan yang hangat.
Prognosis eritroderma yang disebabkan obat-obatan relative lebih lama,
sedangkan eritroderma yang disebabkan oleh penyakit idiopatik, dermatitis dapat
berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan cenderung untuk kambuh.

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
2. Harahap, M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2008.
3. Daili SSE, Menaldi LS, Wisnu MI, editors. Penyakit Kulit yang Umum Di
Indonesia. Jakarta Pusat: PT. Medical Multimedia Indonesia; 2005.

33

4. Wolff K, Lowell AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP and David JL. 2008.
Fitspatrickss Dermatology In General Medicine Edisi ke-7. Mc Graw Hill
Medical. New York.
5. Siregar, RS. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC, 2004.
6. Fitzpatrick TB, Richard AJ, Klaus W, Polano MK and Suurmond D. 1997.
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology (Common and Serious
Diseases). Mc Graw Hill Medical. New York.
7. Komite Farmasi dan Terapi RSUD Dr. Soetomo. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi III. Surabaya: RSUD
Dr. Soetomo, 2005.

34

Anda mungkin juga menyukai