Pendahuluan
Buerger disease adalah suatu penyakit vaskuler nonatherosclerotic yang
ditandai dengan jumlah minimal atheroma atau bahkan tidak ada, inflamasi
vaskuler segmental, vasoocclusive phenomenon, dan menyerang arteri berukuran
kecil dan sedang, serta venadi ekstrimitas. Penyakit ini juga dikenal sebagai
thromboangiitis obliterans (TAO). (Ferri, 2003)
Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis
Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia
dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan
Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur. Prevalensi penyakit
Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh dekade terakhir, hal ini
tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan juga dikarenakan kriteria
diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini di Amerika
serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru, prevalensi
pada penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6 20% kasus per 100.000 populasi.
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien
penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau
lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun
2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan
di Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin
(International Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah dilaporkan
total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam adalah
8:1. (Widodo,2012)
Gejala utama Beurger disease adalah rasa nyeri saat istirahat, ulcer iskemik,
dan gangrene pada jari tangan dan kaki, bila penyakit ini bertambah parah, terapi
utamanya adalah pembedahan amputasi. Faktor resiko utama penyakit ini adalah
pemakaian tembakau, baik itu dari rokok maupun mengunyah tembakau. (Joyce,
1990).
Tidak ada obat untuk thromboangiitis obliterans. Tujuan dari pengobatan
adalah untuk mengendalikan gejala dan mencegah penyakit dari semakin buruk.
Terapi medis penderita penyakit Buerger harus dimulai dengan usaha intensif untuk
1
meyakinkan pasien untuk berhenti merokok. Jika pasien berhasil berhenti merokok,
maka penyakit ini akan berhenti pada bagian yang terkena sewaktu terapi diberikan.
diperingatkan bahwa terapi itu adalah paliatif, tidak menyembuhkan, dan tidak
menutup kemungkinan penyakit ini akan bertambah buruk di kemudian hari.
Namun demikian, Raja George VI masih terus merokok sampai akhir hayatnya.
3. Etiologi Buerger disease
Etiologi Buerger disease sampai saat ini belum diketahui. Diduga bahwa paparan
tembakau adalah faktor paling penting dalam inisiasi dan perkembangan penyakit
ini. Gagasan bahwa kondisi ini terkait dengan paparan tembakau didukung oleh
fakta bahwa penyakit ini lebih umum di negara-negara dengan penggunaan berat
tembakau dan penyakit ini umum terdapat di antara penduduk asli Bangladesh yang
merokok jenis rokok tertentu buatan sendiri dari tembakau baku, disebut "bidi."
Beberapa kasus juga telah dilaporkan pada orang yang sering mengunyah
tembakau. (Medscape, 2012)
4. Patofisiologi Buerger disease
Mekanisme yang mendasari penyakit Buerger disease masih belum jelas, tapi
beberapa penelitian menunjukkan adanya keterlibatan faktor imunologi yang
mengarah ke disfungsi vaskuler dan inflamasi trombus. Pasien yang mengidap
Buerger disease memiliki reaksi hipersensitivitas terhadap injeksi ekstrak tembakau
intradermal, hipersensitivitas seluler pada kolagen tipe I dan III, peningkatan serum
titer antibodi sel anti-endotel, dan gangguan pembuluh darah perifer vasorelaxation
endotelium-dependen. Peningkatan prevalensi HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5
juga dilaporkan terjadi pada penyakit ini, hal ini menunjukkan bahwa komponen
genetik juga berperan pada penyakit ini. (Medscape, 2012). Reaksi inflamsi
menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga terjadi iskemi. Akibat iskemia
pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan patologis :
(a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b) tulang mengalami osteoporosis
dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang berkembang menjadi
osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi, (d) kulit menjadi atrofi, (e) fibrosis
perineural dan perivaskular, (f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari
dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada ujung
jari kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari
kemerahan sampai ke tanda selulitis.
Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit
berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang,
jari demi jari.Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak
dapat diramalkan. Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan,
mungkin keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya
terganggu oleh nyeri iskemia (Medlineplus,2013).
Tes Darah
6
Tes
darah
dilakukan
untuk
mencari
zat-zat
tertentu
sehingga
dapat
Angiogram
Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam mendiagnosis
penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran corkscrew dari
arteri yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil arteri tersebut pada
bagian pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi
(hambatan) atau stenosis (kekakuan) pada berbagai daerah dari tangan dan kaki.
Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada angiogram.
Keadaan ini akan mengawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri. Meskipun
iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit Buerger terus terjadi pada
ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak menyebar ke organ lainnya , tidak
seperti penyakit vaskulitis lainnya. Saat terjadi ulkus dan gangren pada jari, organ
lain sperti paru-paru, ginjal, otak, dan traktus gastrointestinal tidak terpengaruh.
Penyebab hal ini terjadi belum diketahui.
USG
Khusus
ekstremitas
(plethysmography)
berfungsi
menunjukkan
darah oleh trombus yang mengandung PMN dan mikroabses; penebalan dinding
pembuluh darah secara difus. LCsi yang lanjut biasanya memperlihatkan
infiltrasi limfosit dengan rekanalisasi.
Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan
Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis dan diagnosis banding dari
penyakit Buerger masih belum dapat menjadi acuan utama.
Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi penyakit
ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan kriteria diagnosis
walaupun kriteria tersebut kadang-kadang berbeda antara penulis yang satu dengan
yang lainnya.
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit
Buerger :
1. Adanya tanda insufisiensi arteri
2. Umumnya pria dewasa muda
3. Perokok berat
4. Adanya gangren yang sukar sembuh
5. Riwayat tromboflebitis yang berpindah
6. Tidak ada tanda arterosklerosis di tempat lain
8
beberapa tempat pada ekstremitas tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu.
Setelah itu tampak bekas yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit
arteri oklusif, maka ini hampir patognomonik untuk tromboangitis obliterans.
8. Terapi Buerger
Tidak ada obat untuk thromboangiitis obliterans. Tujuan dari pengobatan adalah
untuk mengendalikan gejala dan mencegah penyakit dari semakin buruk. Cara yang
paling
efektif
untuk
menghentikan
kemajuan
penyakit
adalah
berhenti
menggunakan semua produk tembakau. Karena beberapa batang rokok sehari dapat
memperburuk penyakit.
Untuk pembuluh darahnya dapat dilakukan dilatasi (pelebaran) dengan obat
vasodilator, misalnya Ronitol yang diberikan seumur hidup. Perawatan luka lokal,
meliputi mengompres jari yang terkena dan menggunakan enzim proteolitik bisa
bermanfaat. Antibiotic diindikasikan untuk infeksi sekunder.
Terapi bedah untuk penderita buerger meliputi debridement konservatif jaringan
nekrotik atau gangrenosa , amputasi konservatif dengan perlindungan panjang
maksimum bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang simpatektomi lumbalis
bagi telapak tangan atau simpatetomi jari walaupun kadang jarang bermanfat.
Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai terjadi
penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung (bypass)
pada arteri distal juga msih menjadi hal yang kontroversial karena angka kegagalan
pencangkokan tinggi. Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki bebrapa iskemik
pada pembuluh darah distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog
sebaiknya dipertimbangkan.
Simpatektomi dapat dilakukan untuk menurunkan spasma arteri pada pasien
penyakit Buerger. Melalui simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah
tertentu dan penyembuhan luka ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi
untuk jangka waktu yang lama keuntungannya belum dapat dipastikan.
Simpatektomi lumbal dilakukan dengan cara mengangkat paling sedikit 3 buah
ganglion simpatik, yaitu Th12, L1 dan L2. Dengan ini efek vasokonstriksi akan
dihilangkan dan pembuluh darah yang masih elastis akan melebar sehingga kaki
atau tangan dirasakan lebih hangat.
10
Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada pasien yang terus
mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai tanpa penyembuhan ulcers,
gangrene yang progresif, atau nyeri yang terus-menerus serta simpatektomi dan
penanganan lainnya gagal. Hidarilah amputasi jika memungkinkan, tetapi, jika
dibutuhkan, lakukanlah operasi dengan cara menyelamatkan tungkai kaki sebanyak
mungkin.
Beberapa usaha berikut sangat penting untuk mencegah komplikasi dari penyakit
buerger:
- Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari trauma kaki dan
panas atau juga luka karena kimia lainnya.
- Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis untuk
menghindari infeksi
- Menghindar dari lingkungan yang dingin
- Menghindari obat yang dapat memicu vasokontriksi
DAFTAR PUSTAKA
Buerger L (1908). "Thrombo-angiitis obliterans: a study of the vascular lesions leading to
presenile spontaneous gangrene" Am J Med Sci 136. page: 56780.
Ferri, Fred F. (2003). Ferri's Clinical Advisor 2004: Instant Diagnosis and Treatment. 6th
edition. Page: 840.
Joyce JW (1990). "Buerger's disease (thromboangiitis obliterans). Rheum Dis Clin North
Am 16 (2. page: 46370.
11
2012.
Buerger
disease
(thromboangiitis
obliterans)
Diunduh
dari
12