TINJAUAN PUSTAKA
CH3N-(CH2-CH2OH)2
Keadaan Fisik
Cair
Warna
Tidak Bewarna
Bau
Seperti ammonia
Titik Nyala
138 oC (280 F)
Tekanan Uap
< 0.01mmHg
Titik Didih
247.3 oC (477.1 F)
4.1
Titik Beku
-21 oC (-6 F)
13
terdegradasi,
seperti
asam
organik
dan
polimerisasi
karbamat
Gambar
3.1
kimia
Struktur
senyawa
MDEA
dan
piperazine
14
15
Aluminium atau besi) ke dalam larutan, sedangkan pada katoda terjadi reaksi
elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen (Holt et al., 2005). Sedangkan menurut
Mollah (2004), elektrokoagulasi adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan
fenomena kimia dan fisik dengan menggunakan elektroda untuk menghasilkan ion
yang digunakan untuk mengolah air limbah.
Proses elektrokoagulasi terbentuk melalui pelarutan logam dari anoda
yang kemudian berinteraksi secara simultan dengan ion hidroksi dan gas hidrogen
yang dihasilkan dari katoda. Elektrokoagulasi telah ada sejak tahun 1889 yang
dikenalkan oleh Vik et.al dengan membuat suatu instalasi pengolahan untuk
limbah rumah tangga (sewage). Tahun 1909 di United Stated, J.T. Harries telah
mematenkan pengolahan air limbah dengan sistem elektrolisis menggunakan
anoda alumunium dan besi. Matteson (1995) memperkenalkan Electronic
Coagulator dimana arus listrik yang diberikan ke anoda akan melarutkan
Alumunium ke dalam larutan yang kemudian bereaksi dengan ion hidroksi (dari
katoda)
membentuk
aluminium
hidroksi.
Hidroksi
mengflokulasi
dan
16
menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar yang disebut flok. Proses
kontak ini disebut flokulasi.
Dilakukan setelah proses koagulasi. Setelah proses koagulasi, partikelpartikel terdestabilisasi dapat saling bertumbukan membentuk agregat sehingga
terbentuk flok, tahap ini disebut Flokulasi. Flokulasi adalah suatu proses
aglomerasi ( penggumpalan ) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan
ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh proses sedimentasi dan filtrasi.
Dengan kata lain proses flokulasi adalah adalah proses pertumbuhan flok (partikel
terdestablisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar
(makroflok).
Berikut ini adalah gambar yang dapat menunjukkan interaksi/mekanisme
yang terjadi di dalam reaktor elektrokoagulasi.
17
M
2H O
M(s)
(i)
n+
(aq)
+ ne-
(1)
(2)
2. Katoda
M
+ 2e 2OH + H
(s)
(3)
2(g)
(4)
18
3.4 Koloid
Keadaan koloid adalah suatu keadaan antara larutan dan suspensi. Suatu
kumpulan dari beberapa ratus atau beberapa ribu partikel yang membentuk
partikel lebih besar dengan ukuran sekitar 10 sampai 2 000 dikatakan berada
dalam keadaan koloid. Dalam suatu sistem koloid, partikel-partikel koloid
terdispersi (tersebar) dalam medium pendispersinya.
Koloid gas dan kebanyakan koloid cairan tidak mengendap dalam
waktu yang sangat lama (berarti koloid ini stabil). Kestabilan koloid ini
disebabkan karena adanya gerak Brown. Meskipun telah sampai ke dasar
tempatnya, partikel koloid dapat naik kembali dan terus bergerak dalam
mediumnya. Penyebab lainnya karena umumnya partikel koloid mengadsorpsi
ion. Partikel koloid yang sama akan mengadsorpsi ion-ion yang sejenis, sehingga
partikel-partikel koloid itu saling tolak-menolak karena pengaruh ion sejenis yang
telah diadsorpsi. Partikel koloid sebenarnya tidak bermuatan listrik (netral). Jika
partikel-partikel koloid saling bergabung dan terkumpul menjadi partikel yang
semakin besar, maka koloid akan terkoagulasi (menggumpal) dan akhirnya akan
mengendap. Secara kimia koagulasi partikel koloid dapat terjadi karena ion-ion
yang telah diadsorpsi partikel koloid dilucuti atau dinetralkan.
3.5 Potensial Zeta
Potensial zeta adalah parameter muatan listrik antara partikel koloid.
Makin tinggi nilai potensial zeta maka semakin mencegah terjadinya flokulasi/
(peristiwa penggabungan koloid dari yang kecil menjadi besar). Dengan
mengurangi nilai potensial zeta maka memungkinkan partikel untuk saling tarik
menarik dan terjadi flokulasi. Yang disebut sebagai potensial zeta adalah area
19
yang menunjukkan adanya beda potensial antara Stern Layer dan Difuse Layer
dari koloid. Yang disebut Stern Layer adalah lapisan kuat ion positif yang
berdekatan dengan lapisan negatif dari koloid. Sedang Difus Layer adalah
keseimbangan dinamik antara ion positif dan ion negatif tersebut. Kedua lapisan
tersebut digunakan untuk menerangkan distribusi dari ion-ion di sekeliling
partikel koloid.
Pada sistem koloid, nilai potensial zeta yang tinggi akan memberikan
stabilitas larutan untuk menolak agregasi. Sebaliknya, ketika nilai potensial zeta
rendah makan daya tarik menarik muatan antar partikel dispersi melebihi daya
tolak menolaknya hingga terjadi flokulasi. Jadi koloid dengan nilai potensial zeta
tinggi adalah elektrik stabil. Sedangkan koloid dengan nilai potensial rendah
cenderung akan mengental/flokulasi.
Kegunaan potensial zeta antara lain :
Untuk mengetahui kestabilan suatu larutan
Untuk memprediksi morfologi permukaan suatu partikel
Untuk mengetahui muatan permukaan (surface charge)
3.6 Spektrofotometer Serapan Atom (ASS)
Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) adalah suatu metode analisis
yang didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang
berada pada tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut
menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, elektron akan kembali ke tingkat energi
dasar sambil mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom
bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas, energi
elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan
proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi
(pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena
mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom bebas
(Basset, 1994).
20
Menurut (Hendayana dkk, 1994), prinsip kerja metode ini didasarkan pada
Hukum Lambert-Beer yaitu penyerapan energi atau sinar oleh atom. Sumber
energinya berupa lampu katoda berongga (hallow cathode lamp), sedang nyala
pembakar berguna mengaktifkan atom-atom logam sebelum menyerap energi.
Setiap pengukuran dengan SSA harus menggunakan katoda berongga khusus,
misalnya untuk menentukan konsentrasi tembaga dalam suatu cuplikan, maka kita
harus menggunakan katoda berongga tembaga. Katoda berongga akan
memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk
tramsisi elektron atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dalam ASS dapat diperoleh
atom-atom bebas dengan cara memanaskan unsur atau senyawa unsur pada suhu
tinggi, antara 2000-3000 K atau lebih.
21