biokimia darah.

Secara kasar dapat dibedakan

Atresia Biliaris

gambaran laboratorium kolestasis ekstrahepatis dan

Atresia bilier merupakan penyakit yang ditandai oleh

kolestasis intrahepatis

obliterasi fibrotik sebagian atau seluruh lumen

extrahepatic biliary tree yang terjadi pada 3 bulan
pertama dari kehidupan1. Proses obliterasi fibrotik

Atresia Ani

yang terjadi ekstrahepatik dapat meluas mengenai

duktus biliaris intrahepatik sehingga penggunaan
istilah atresia bilier ekstrahepatik sudah mulai
ditinggalkan. Penyakit ini digolongkan kedalam
kelompok

kelainan

kolestatik

neonatus,

yaitu

kelainan yang diakibatkan oleh hambatan aliran

empedu

sehingga

dijumpai

peningkatan

Atresia Ani, atau anus imperforata disebut juga

sebagai malformasi anorektal adalah suatu kelainan
kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak
sempurna, termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti,
Atresia rekti.

kadar

Klasifikasi. MELBOURNE membagi berdasarkan

bilirubin direk, feses akholik dan hepatomegali.

garis pubocoxygeus dan garis yang melewati ischii

Dijumpai banyak penyakit yang dimasukan dalam

kelainan disebut:

kelompok kelainan kolestatik neonatus (lampiran 1)

sehingga

dapat

dimengerti

kesulitan

dalam

menentukan diagnosa atresia bilier , yang pada

akhirnya mengakibatkan keterlambatan tindakan
operatif .

Letak tinggi, jika rektum berakhir di atas m.

levator anii (m. pubo coxigeus).

Letak intermediet, akhiran rektum terletak

dibawah m. levator ani.

Letak rendah, jika akhiran rektum berakhir
dibawah m. levator ani.

Diagnosis. Anamnesa, selain mendapatkan tanda

klasik seperti riwayat kuning, feses akholik, urin
berwarna gelap, perlu diperhatikan pula untuk
mencari kemungkinan etiologi dengan menanyakan

Diagnosis.

Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah

lahir.
Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada

fistula.
Bila ada fistula pada perineum (mekoneum

riwayat infeksi ibu pada saat hamil/melahirkan, berat

badan lahir rendah dan resiko hepatitis virus
(transfusi darah, operasi) , serta paparan terhadap
obat-obatan/toksin.

[+]), kemungkinan letak rendah.

Pemeriksaan fisik, pertumbuhan bayi dinilai dengan

mengukur berat badan dan lingkar kepala , sedangkan
ikterus dicari pada kulit dan sklera. Jika pada
pemeriksaan

fisik

abdomen

didapatkan

hepatosplenomegali ataupun asites maka keadaan ini

akan memperburuk prognosa.
Pemeriksaan penunjang rutin, darah tepi lengkap,
gambaran darah tepi, urin rutin, tinja 3 porsi dan

Untuk menegakkan diagnosis atresia ani, adalah

dengan anamnesis dan pemeriksaan anus yang teliti..
PENA menggunakan cara sebagai berikut:
1.

Bayi

laki-laki

dilakukan

pemeriksaan

perineum dan urin bila:

Fistel perianal (+), bucket handle,
anal stenosis, atau membran berarti

letak

rendah,

Posterosagital

Minimal

atau knee-chest position, bertujuan agar udara

Anorectoplasty

berkumpul di daerah paling distal. Bila ada fistula,

(PSARP) minimal tanpa kolostomi.

Mekoneum (+), atresia letak

lakukan fistulografi.

tinggi, dilakukan kolostomi terlebih

Sumber:

dahulu,

http://www.bedahugm.net/atresia-ani/

minggu

kemudian

dikukan PSARP.
Apabila

pemeriksaan

meragukan,

dilakukan

di

atas

invertogram.

Hasilnya, bila:

2.

Akhiran rektum <1 cm dari kulit,

disebut letak rendah.

Akhiran rektum >1 cm dari kulit,

disebut letak tinggi.

Pada bayi perempuan, 90% atresia ani
disertai dengan fistel, bila ditemukan:
Fistel perineal (+), minimal

PSARP tanpa kolostomi.

Fistel
rektovaginal

atau

rektovestibuler, kolostomi terlebih

dahulu.
Fistel (-), lakukan invertogram:
o Akhiran rektum <1 cm
dari kulit, disebut letak
o

rendah.
Akhiran rektum >1 cm
dari kulit, disebut letak
tinggi.

LEAPE

(1987)

menyatakan

bila

mekoneum

didapatkan pada perineum, vestibulum, atau fistel

perianal, maka atresianya letak rendah. Bila pada
pemeriksaan ditemukan fistel (-), maka bisa letak
tinggi atau rendah.
Pemeriksaan foto rontgen dilakukan 18-24 jam
setelah lahir agar usus terisi udara, dengan cara
Wangenstein Paris (kedua kaki dipegang dan posis
badan vertikal dengan kepala menghadap kebawah)