Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Mikosis sistemik merupakan infeksi yang menyerang seluruh sistem tubuh

atau menyerang lebih dari satu jenis jaringan atau organ, beberapa

jenis

merupakan flora normal manusia dan membutuhkan kondisi tertentu untuk


menginvasi host (infeksi opportunistic) sedangkan beberapa jenis lainnya disebut
sebagai true pathogen (pathogen sebenarnya) karena dapat langsung
menyebabkan penyakit (agent infeksi) dan bukan bagian dari flora normal
manusia. Salah satu jenis pathogen tersebut adalah jamur dimorfik. Jamur
dimorfik termal termasuk dalam hampir seluruh jamur true pathogen sistemik
yang menginfeksi manusia. Semua patogen sistemik dapat beradaptasi dengan
lingkungan oksidasi-reduksi rendah dalam host dan tetap bertahan dari litik seluler
pertahanan normal tubuh.1
Infeksi jamur dimorfik terjadi pada hampir seluruh benua di dunia,
terutama di benua Amerika, Afrika, Eropa (Amerika Barat Daya termasuk
Arizona, Mexico, Texas, Amerika Tengah dan Selatan

termasuk Kolombia,

Guatemala, Honduras, Venezuela, dan Brasil, Amerika Latin, Amerika Utara,


Meksiko, Argentina,

Amerika Selatan, Venezuela, Kanada, Argentina, Peru,

Ekuador, Uruguay, dan Paraguay, Afrika, Mesir). Diperkirakan 10 juta orang


Amerika Latin terinfeksi dengan Paracoccidiodomycosis dan
berkembang menimbulkan manifestasi klinis.

2,3,4

sampai 2%

Beberapa jenis jamur dimorfik

juga ditemukan di benua Asia seperti di negara Jepang, India, Thailand, Cina
Selatan, dan Hong Kong.5 Insiden Penisiliosis marneffei, misalnya, telah
meningkat tajam karena perluasan epidemi AIDS di Asia Tenggara. dengan
kejadian infeksi P. marneffei di Thailand pada pasien AIDS adalah 2,4%-4,2%. 5,6
Masing-masing benua memiliki endemik infeksi jamur yang berbeda dengan
lainnya. Penduduk yang tinggal di daerah yang tidak endemis jamur dimorfik juga
tetap memiliki risiko terinfeksi apabila tinggal lama di daerah endemis mengingat

penularan infeksi jamur dimorfik melalui inhalasi udara atau serbuk tanah,
terkadang dapat pula melalui inokulasi langsung pada kulit.
Frekuensi mikosis invasif oportunistik telah meningkat secara signifikan
selama 2 dekade terakhir [1-5]. Peningkatan prevalensi infeksi tersebut
berbanding lurus dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas dan berhubungan
dengan meningkatnya jumlah pasien yang berisiko terinfeksi jamur yang parah,
diantaranya pasien yang menjalani transplantasi darah dan sumsum (BMT) ,
transplantasi organ, dan operasi besar (operasi terutama gastrointestinal) penyakit
neoplastik, dan usia lanjut; pasien yang menerima terapi imunosupresif; dan bayi
premature. Peningkatan jumlah HIV/AIDS juga secara langsung berkaitan erat
dengan peningkatan jumlah infeksi jamur dimorfik.Secara umum jutaan orang
mengidap HIV (35,3 juta di tahun 2012) dan terdapat sekitar 2,3 juta orang
penderita baru terinfeksi HIV. Meskipun pasien AIDS memiliki insiden tinggi,
infeksi pada pasien non HIV juga sporadic.5
Semua jamur dimorfik dapat menyebabkan berbagai macam infeksi
dengan tingkat keparahan tertentu. Infeksi primer jamur dimorfik tidak hanya
terjadi pada paru maupun kulit tetapi dapat terjadi pada hampir semua organ tubuh
seperti kelenjar getah bening, musculoskeletal, urogenital, dan sistem saraf pusat,
serta berkembang menjadi infeksi kronis dan menyebar luas. Seringkali pasien
yang terinfeksi jamur dimorfik tidak merasakan gejala tertentu atau datang dengan
keluhan yang tidak khas sehingga salah didiagnosis dengan penyakit lain. Padahal
bila dibiarkan lebih lanjut ditambah dengan adanya penurunan kekebalan tubuh
maupun infeksi atau penyakit sistemik yang mendasari, infeksi jamur dimorfik
dapat meningkatkan morbiditas pasien, bahkan dapat menyebabkan syok sepsis
hingga berujung pada kematian.9 Anamnesis pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang untuk mengidentifikasi jamur dimorfik secara tepat waktu sangat
penting untuk mendiagnosis infeksi jamur dimorfik sehingga dapat diterapi
sebelum terlambat.

1.2.

Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik, jenis, pathogenesis, epidemiologi, gambaran
klinis, macam-macam penyakit yang disebabkan beserta pemeriksaan
penunjang, diagnosis banding, pengobatan penyakit, dan pencegahan
infeksi jamur dimorfik?

1.3.

Tujuan Penulisan

1.3.1

Tujuan Umum
Mengkaji pengeloaan komprehensif jamur dimorfik

1.3.2

Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi, karakteristik, dan jenis-jenis jamur dimorfik


b. Mengetahui pathogenesis jamur dimorfik meliputi pertahanan infeksi
primer dan faktor virulensi jamur
c. Mengetahui epidemiologi, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang,
diagnosis banding, dan pengobatan penyakit yang disebabkan jamur
dimorfik,

yaitu

Blastomycosis,

Histoplasmosis,

Coccidiomycosis,

Paracoccidiomycosis, Penicilliosis, Sporotrichosis


d. Mengetahui pencegahan infeksi jamur dimorfik
1.4. Manfaat Penulisan
a. Memahami penatalaksanaan pasien dengan penyakit akibat infeksi jamur
dimorfik secara komprehensif
b. Sebagai bahan referensi ilmiah pengkajian mengenai infeksi jamur
dimorfik

Anda mungkin juga menyukai