PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Mikosis sistemik merupakan infeksi yang menyerang seluruh sistem tubuh
atau menyerang lebih dari satu jenis jaringan atau organ, beberapa
jenis
termasuk Kolombia,
2,3,4
sampai 2%
juga ditemukan di benua Asia seperti di negara Jepang, India, Thailand, Cina
Selatan, dan Hong Kong.5 Insiden Penisiliosis marneffei, misalnya, telah
meningkat tajam karena perluasan epidemi AIDS di Asia Tenggara. dengan
kejadian infeksi P. marneffei di Thailand pada pasien AIDS adalah 2,4%-4,2%. 5,6
Masing-masing benua memiliki endemik infeksi jamur yang berbeda dengan
lainnya. Penduduk yang tinggal di daerah yang tidak endemis jamur dimorfik juga
tetap memiliki risiko terinfeksi apabila tinggal lama di daerah endemis mengingat
penularan infeksi jamur dimorfik melalui inhalasi udara atau serbuk tanah,
terkadang dapat pula melalui inokulasi langsung pada kulit.
Frekuensi mikosis invasif oportunistik telah meningkat secara signifikan
selama 2 dekade terakhir [1-5]. Peningkatan prevalensi infeksi tersebut
berbanding lurus dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas dan berhubungan
dengan meningkatnya jumlah pasien yang berisiko terinfeksi jamur yang parah,
diantaranya pasien yang menjalani transplantasi darah dan sumsum (BMT) ,
transplantasi organ, dan operasi besar (operasi terutama gastrointestinal) penyakit
neoplastik, dan usia lanjut; pasien yang menerima terapi imunosupresif; dan bayi
premature. Peningkatan jumlah HIV/AIDS juga secara langsung berkaitan erat
dengan peningkatan jumlah infeksi jamur dimorfik.Secara umum jutaan orang
mengidap HIV (35,3 juta di tahun 2012) dan terdapat sekitar 2,3 juta orang
penderita baru terinfeksi HIV. Meskipun pasien AIDS memiliki insiden tinggi,
infeksi pada pasien non HIV juga sporadic.5
Semua jamur dimorfik dapat menyebabkan berbagai macam infeksi
dengan tingkat keparahan tertentu. Infeksi primer jamur dimorfik tidak hanya
terjadi pada paru maupun kulit tetapi dapat terjadi pada hampir semua organ tubuh
seperti kelenjar getah bening, musculoskeletal, urogenital, dan sistem saraf pusat,
serta berkembang menjadi infeksi kronis dan menyebar luas. Seringkali pasien
yang terinfeksi jamur dimorfik tidak merasakan gejala tertentu atau datang dengan
keluhan yang tidak khas sehingga salah didiagnosis dengan penyakit lain. Padahal
bila dibiarkan lebih lanjut ditambah dengan adanya penurunan kekebalan tubuh
maupun infeksi atau penyakit sistemik yang mendasari, infeksi jamur dimorfik
dapat meningkatkan morbiditas pasien, bahkan dapat menyebabkan syok sepsis
hingga berujung pada kematian.9 Anamnesis pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang untuk mengidentifikasi jamur dimorfik secara tepat waktu sangat
penting untuk mendiagnosis infeksi jamur dimorfik sehingga dapat diterapi
sebelum terlambat.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik, jenis, pathogenesis, epidemiologi, gambaran
klinis, macam-macam penyakit yang disebabkan beserta pemeriksaan
penunjang, diagnosis banding, pengobatan penyakit, dan pencegahan
infeksi jamur dimorfik?
1.3.
Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengkaji pengeloaan komprehensif jamur dimorfik
1.3.2
Tujuan Khusus
yaitu
Blastomycosis,
Histoplasmosis,
Coccidiomycosis,