JATUH
KELOMPOK 7
Tutor : dr. Nevi Sulvita
110 210 0001
110 212 0022
110 212 0023
110 212 0047
110 212 0048
110 212 0115
110 212 0128
110 212 0129
110 212 0134
110 212 0150
110 212 0151
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
MODUL 3
JATUH
A. SKENARIO 1
Seorang perempuan umur 65 tahun dibawa ke Puskesmas dengan
keluhan nyeri pada pangkal paha kanan sehingga tidak dapat berjalan.
Keadaan ini dialami sejak 5 hari yang lalu setelah jatuh terduduk di
kamar mandi pada saat penderita berjalan tertatih-tatih. Sejak 1 minggu
penderita terdengar batuk-batuk, banyak lendir kental kehijauan tetapi
tidak demam. Penderita juga beberapa hari ini terlihat makan sangat
kurang. Sejak 7 tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat
kencing manis, tekanan darah tinggi, jantung, dan rematik. Penderita
pernah mengalami serangan stroke 3 tahun lalu. Pemeriksaan Fisis : TD
160/90 mmHg, Nadi 92x/menit, suhu 37,50 C, Pernapasan 24 x/menit,
TB: 160 cm, BB:41 kg. Dari pemeriksaan fisis didapatkan ronki basah
kasar di kedua lapangan paru.
B. KATA SULIT
- Tidak terdapat kata sulit pada skenario
C. KATA/KALIMAT KUNCI
- Perempuan, 65 tahun
- Keluhan nyeri pangkal paha kanan
- Tidak dapat berjalan sejak 5 hari lalu
- Jatuh terduduk di kamar mandi
- Berjalan tertatih-tatih
- 1 minggu batuk-batuk
- Lendir banyak, kental dan kehijauahan
- Demam (-)
- Makan sangat kurang
- Riwayat konsumsi obat kencing manis, TD tinggi, jantung dan
-
lapangan paru
D. PERTANYAAN
1. Sebutkan Faktor resiko yang bisa menyebabkan jatuh !
2. Apakah penyebab pasien berjalan tertatih-tatih ?
3. Bagaimana hubungan riwayat penyakit yang ada pada skenario
dengan jatuh pada pasien ?
penanganan
awal
yang
dilakukan
pada
pasien
berdasarkan skenario?
E. JAWABAN
1. Sebutkan Faktor resiko yang bisa menyebabkan jatuh 1
Untuk dapat memahami faktor resiko jatuh, maka harus dimengerti
bahwa stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh :
A. SISTEM SENSORIK
Yang berperan di dalamnya adalah : visus ( penglihatan ), pendengaran,
fungsi vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan
pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Semua penyakit
telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer
sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi
Kerusakan proprioseptif
Yang kesemuanya menyebabkan:
bawah
2. Rematik
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada
semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
timbulnya beberapa golongan rematik. Rematik dapat mengakibatkan
perubahan otot hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang
menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot.
Rematik
->
Penumpukan
Kristal
asam
urat
di
persendian
->
Cairan synovial berkurang & mengental -> Nyeri ketika berjalan ->
Pasien berjalan tertatih-tatih.
Ada tiga keluhan utama rematik pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri,
kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta ada tiga tanda utama yaitu:
pembengkakan sendi, kelemahan otot dan gangguan gerak
3. Bagaimana hubungan riwayat penyakit yang ada pada skenario dengan
jatuh pada pasien ?3
6
mikroaneurisma
(pelebaran
vaskular
kecil)
dari
arteriole
hiperglikemi pada DM
menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan yang dapat
mentranspor glukosa tanpa memerlukan insulin. Glukosa yang berlebihan ini
tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi
sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi
sorbitol yang akan tertumpuk dalam sel/jaringan dan menyebabkan
kerusakan dan perubahan fungsi jaringan tersebut. Penumpukan sorbitol
pada lensa ini mengakibatkan katarak dan kebutaan.
Kedua penyakit tersebut merupakan faktor resiko intrinsik sebagai
komplikasi DM. Oleh karena tidak diobati, maka mata pasien tersebut
menjadi kabur dan dapat menyebabkan pasien terjatuh, apalagi jika
didukung oleh kelemahan otot akibat proses penuaan dan faktor lingkungan,
seperti lantai yang licin, dan sebagainya.
Neuropati Diabetik
Diabetes melitus seringkali juga menimbulkan komplikasi di susunan saraf
pusat dan perifer.Baik di pusat maupun perifer, kerusakan akibat diabetes
melitus bersifat sekunder yaitu melalui vaskulitis.Karena itu, endotelium
arteri-arteri
menjadi
trombus.Permeabilitasnya
rusak
yang
menjadi
lebih
mempermudah
besar
yang
pembentukan
memperbesar
10
11
12
Obat AINS
Obat AINS merupakan analgesic efektif dengan daya antiinflamasi, obat
ini sering digunakan pada arthritis dan nyeri musculoskeletal serta
keluhan nyeri lain yang berdasarkan atas peradangan. Berbagai obat
AINS mengadakan interaksi dengan obat-obat lain yang sering banyak
digunakan pada usia lanjut. Efek samping lain yang dapat terjadi antara
lain konfusio, tinnitus, agitasi dan retensi cairan (hati-hati pada penderita
hipertensi, gagal jantung dan penyakit jantung kongestif). Seperti juga
pengobatan pada usia lanjut umumnya, harus diperhatikan bahwa terapi
AINS tidak harus diberikan selamanya, dan secara periodik harus
diadakan reviu. Apabila inflamasi sudah terkontrol, fisioterapi mungkin
dapat mempertahankan fungsi tubuh dan pemberian analgesic sederhana
mungkin dapat mempertahankan fungsi tubuh dan pemberian analgesic
sederhana mungkin sudah cukup untuk mengobati nyeri ringan yang
timbul
Alopurinol
Alopurinol adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat menurunkan
kadar asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat
xantin oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi
xantin, selanjutnya mengubah xantin menjadi asam urat. Dalam tubuh
Alopurinol mengalami metabolisme menjadi oksipurinol (alozantin)
yangjuga
bekerja
sebagai
penghambat
enzim
xantin
oksidase.
kegagalan hati dan ginjal, mual, muntah, diare, rasa mengantuk, sakit
kepala dan rasa logam. Pemberian Alopurinol bersama dengan
azatioprin, merkaptopurin atau siklotosfamid, dapat meningkatkan efek
toksik dari obat tersebut. Jangan diberikan bersama-sama dengan garam
best dan obat diuretik golongan tiazida. Dengan warfarin dapat
menghambat metabolisme obat di hati
d.
Obat Jantung
5. Apakah ada hubungan riwayat batuk, ronki basah kasar pada kedua
lapangan paru dengan jatuh pada skenario?5
Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya
penurunan anatomik dan fungsional atas organnya masih besar. Batuk dapat
disebabkan karena perubahan anatomi dan penurunan fungsi fisiologis dari
14
15
8.
8
A. ANAMNESIS
dilakukan baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau keluarganya.
Anamnesis meliputi:
1. Seputar jatuh : mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset, tersandung,
berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dan jongkok,
16
sedang makan, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau
bersin, sedang menoleh tiba-tiba atau ada aktivitas lain
2. Gejala yang menyertai : nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tibatiba, vertigo,pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak napas.
3. Riwayat penyakit dahulu : pernah stroke, parkinsonism, osteoporosis,
sering kejang, penyakit jantung, rematik, depresi, deficit sensorik.
4. Review obat-obatan yang di minum : anti hipertensi, diuretic, autonomic
bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik.
5. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh, rumah maupun tempattempat kegiatannya.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : nadi, tensi, respirasi, suhu badan (panas/ hipotermi)
2. Kepala dan leher : penurunan visus, penurunan pendengaran,
nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidak seimbangan, bising.
Jantung : aritmia, kelainan katub.
4. Neurologi : perubahan status mental, deficit fokal, neuropati periver,
3.
5.
kontinens.
Bagaimana penanganan awal yang dilakukan pada pasien berdasarkan
skenario?9
Nyeri
: Analgetik
17
Fraktur
Batuk
: Mukolitik
Antibiotik
Osteoatritis
DM
: NSAID/ Analgetik
: Atur pola makan > olahraga ringan >
Hipertensi
Jantung
Stroke
medikamentosa
faktor resiko jatuh, seperti faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak kondusif
harus dihindari agar pasien aman. Segala aktivitas yang dilakukan pasien harus
diawasi. Hal ini dilakukan agar mencegah terjadinya kemungkinan terburuk
seperti kasus di atas. Penggunaan obat sehubungan dengan riwayat penyakit
pasien harus kita kontrol dengan memperhatikan waktu pemberian dan besar
dosisnya. Apabila pada pemeriksaan didapatkan fraktur, maka dilakukan
imobilisasi, terapi operatif. Setelah tindakan bedah dilakukan, apabila diperlukan
rehabilitasi medis maka hal tersebut dapat dilakukan. Dapat pula diberikan
kalsium dan vitamin D secara oral apabila terdapat tanda-tanda osteoporosis.
Operasi.
Jika pada pemeriksaan radiologis ditemukan adanya fraktur yang disebabkan
karena pasien terjatuh ( terpeleset ) khususnya fraktur tulang belakang yang
mengakibatkan kompresi pada saraf sehingga kedua tungkai tidak dapat
digerakkan,merupakan indikasi untuk dilakukan operasi mis: fiksasi internal
nerve root,spinal cord. Hospitalisasi (perawatan di rumah sakit).
Hal ini
efek
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Martono, H.Hadi, Pranarka Kris. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut
Edisi 5, Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2014. Hal 180-181
2. Martono, H.Hadi, Pranarka Kris. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut
Edisi 5, Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2014. Hal.279
3. Martono, H.Hadi, Pranarka Kris. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut
Edisi 5, Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2014. Hal 399,438,462,537.
4. Martono, H.Hadi, Pranarka Kris. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut
Edisi 5, Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2014
5. Boedhi, Darmojo,R.2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut) edisi ke-4, Jakarta : Balai Penerbit FK UI
6. http://health.kompas.com/read/2012/07/10/07150427/Pen
yebab.Berubahnya.Nafsu.Makan.pada.Lansia)
7. Darmojo, Boedhi. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Balai
Penerbit FK UI, 2011.
8. Martono, H.Hadi, Pranarka Kris. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut
Edisi 5, Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2014. Hal 118
9. Santoso, 2010. Pemeriksaan pada Geriatri. Hal 13-17
20