Anda di halaman 1dari 6

Project Ara (Anda Bisa Merakit Ponsel Layaknya

Merakit PC)
Project Ara adalah sebutan untuk proyek pembuatan telepon seluler pintar modular atau ponsel
rakitan yang pertama kali dicetuskan Motorola beberapa waktu lalu. Ketika Google menjual
Motorola ke Lenovo, banyak yang bertanya, bagaimana nasib Project Ara?

Jawabannya kita tahu, Project Ara tetap dilanjutkan karena divisi yang bertanggung jawab atas
proyek itu, Advanced Technology and Projects (ATAP) tetap dipertahankan Google. Proyek ini
terbilang ambisius karena belum ada sejarahnya produsen membuat ponsel rakitan layaknya PC.

Dipimpin oleh Regina Dugan, mantan Direktur Defense Advanced Projects Agency (DARPA)
Departemen Pertahanan AS, ATAP kini berada langsung di bawah kendali Google. Purwarupa
ponsel pertama dari Ara diharapkan sudah akan tersedia beberapa minggu lagi dan
peluncurannya secara komersial pada awal tahun depan.
Ide utama Project Ara adalah membantu konsumen yang gemar "ngoprek" untuk mengutak-atik
ponsel mereka tak sekadar dengan mengganti ringtone, wallpaper, warna bodi atau custom ROM,
tetapi juga bentuk dan fungsinya. Di sisi lain, sama seperti OS Android saat ini, yang terlibat
dalam pengembangan peranti keras ponsel tak cuma perusahaan raksasa, tetapi ratusan bahkan
ribuan perusahaan kecil lainnya. Karenanya, proyek ini akan bersifat terbuka, yang artinya setiap
produsen boleh memproduksi peranti keras khusus buat produk Ara.

Pro
yek ambisius Google, Project Ara, dipastikan bakal rilis pada Januari 2015 mendatang. Inilah
smartphone yang (benar-benar) diprediksi akan disrupt atau mengganggu dominasi Samsung
dan Apple.
Percaya atau tidak, Project Ara akan ditawarkan dengan harga mulai USD50 atau Rp600 ribuan.
Bagaimana mungkin ponsel dengan harga Rp600 ribu akan mengoyak kedigdayaan Samsung dan
Apple? Jawabannya, karena Project Ara bukan ponsel biasa.
Inilah ponsel pertama yang dapat dibongkar pasang (modular). Dengan banderol Rp600 ribu itu
pengguna hanya mendapatkan perangkat dasar yang terdiri dari frame (rangka), prosesor, dan
koneksi Wi-fi.
Selanjutnya, menurut Kepala pengembangan Project Ara Paul Eremenko, pengguna tinggal
melakukan kustomisasi sesuai seleranya. Ada banyak sekali pilihan modul yang bisa dibeli.
Prosesor yang lebih baik, layar lebih besar, belum lagi ragam warna dan aksesoris. Kami sebut
Grey Phone karena warnanya abu-abu sebelum dikustomisasi oleh pengguna, katanya.
Kustomisasi Project Ara ini dinilai akan menjadi solusi terhadap bagaimana smartphone masa
depan dipasarkan. Bayangkan seperti Anda membeli PC rakitan. Anda bisa memilih sendiri
seberapa besar ukuran monitor, keluaran LG atau Samsung. Begitupun prosesornya, bisa dipilih
seberapa cepat, menggunakan AMD atau Intel. Hal itulah yang jadi inti utama Project Ara.
Kamera, speaker, GPS, dan fitur-fitur utama pada smartphone bisa digonta-ganti, dipadu dengan
berbagai modul yang lain. Pengguna bisa memilih ponsel yang sangat murah, atau bahkan sangat

mahal. Ada yang memilih kamera yang canggih tapi layar standar agar ringkas untuk memotret,
ada pula yang suka prosesor cepat dan layar besar untuk bermain game.

Saat ini, tim Ara sedang dalam tahap untuk mengajak para developerbaik hardware maupun
softwareuntuk ikut berkontribusi pada proyek ini. Sebagai gambaran, Eremenko mengatakan
bahwa frame atau rangka dari Project Ara dapat bertahan antara 5-6 tahun.
Team manager David Fishman bahkan menilai apa yang dilakukan oleh Project Ara adalah
scratching the surface. Kemungkinannya tidak terbatas. Ini adalah teknologi terbaik di
smartphone, katanya. Kami ingin agar ekosistemnya benar-benar siap. Supaya developer
hardware bisa langsung membuat produk begitu Project Ara siap, ia menambahkan.
Project Ara adalah buntut dari pembelian Google terhadap Motorola beserta paten-patennya. Saat
ini Motorola dijual ke Lenovo, namun hak-hak paten masih dimiliki Google. Google memilih
untuk berfokus pada Project Ara.
JIka proyek ini selesai, maka Project Ara akan merevolusi bagaimana sebuah smartphone akan
dibuat dan dijual. Dimana pengguna tidak perlu mengganti ponsel mereka setiap setahun sekali
begitu ada model baru, tapi cukup mengganti salah satu modulnya saja agar tetap update.
Begitupun jika ada sebuah modul yang rusak, tidak perlu mengganti keseluruhan smartphone,

tapi hanya bagian yang rusak saja.

Anda mungkin juga menyukai