UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
A. LATAR BELAKANG
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya
bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Bangkitan
dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal
dari sekelompok besar sel-sel otak, bersifat singkron dan berirama. Bangkitnya epilepsi terjadi
apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi. Perubahanperubahan di dalam eksitasi aferen, disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion ekstraselular, voltagegated ion-channel opening, dan menguatkan sinkroni neuron sangat penting artinya dalam hal
inisiasi dan perambatan aktivitas bangkitan epileptik. Aktivitas neuron diatur oleh konsentrasi ion
didalam ruang ekstraselular dan intraselular, dan oleh gerakan keluar masuk ion-ion menerobos
membran neuron. (3)
Epilepsi yang sukar untuk mengendalikan secara medis atau pharmacoresistant , sebab
mayoritas pasien dengan epilepsi adalah bersifat menentang, kebanyakan yang sering terserang
terlebih dahulu yaitu bagian kepala. Obat yang bias menenangkan antiepileptik yang standar.
Berkaitan dengan biomolekular basis kompleksnya. Sakit kepala yang menyerang sukar sekali
untuk diperlakukan secara pharmakologis, walaupun obat antiepileptic sudah secara optimal
diberikan,sekitar 30-40% tentang penderita epilepsi yang terjangkit, biasanya pasien melakukan
operasi pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit sementara. Akan tetapi gejala epilepsi akan
timbul sesekali, karena epilepsi sukar untuk dihilangkan rasa sakit kepala yang menyerang. (3)
Hal.01.
(3)
epilepsi. Setiap orang memiliki otak dengan ambang bangkitan masing-masing apakah lebih
tahan atau kurang tahan terhadap munculnya bangkitan. Selain itu penyebab epilepsi cukup
beragam: cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, infestasi parasit, tumor otak. Epilepsi dapat
terjadi pada laki-laki maupun perempuan, umur berapa saja, dan ras apa saja. Jumlah penderita
epilepsi meliputi 1-2% dari populasi. Secara umum diperoleh gambaran bahwa insidensi epilepsi
menunjukan pola bimodal: puncak insidensi terdapat pada golongan anak dan usia lanjut. (3)
B. TUJUAN PENULISAN
Referat ini bertujuan menggali lebih lanjut dan membahas tentang penyakit
epilepsi pada anak, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan tentang epilepsi bagaimana
penanganan dan cara mendiagnosis.
Hal.02.
A. DEFINISI
Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk mengalami
kejang berulang.
(4),
gangguan-gangguan fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba (paroxysmal), berlebihan, tidak
teratur, berlangsung sementara dan cenderung untuk berulang.(5)
B. KLASIFIKASI
1. Kejang Parsial
Kejang Parsial merupakan kejang dengan onset lokal pada satu bagian tubuh dan
biasanya disertai dengan aura. Kejang parsial timbul akibat abnormalitas aktivitas elektrik
otak yang terjadi pada salah satu hemisfer otak atau salah satu bagian dari hemisfer otak.
2. Kejang Umum
Kejang umum timbul akibat abnormalitas aktivitas elektrik neuron yang terjadi pada
seluruh hemisfer otak secara stimulan
Absens
Ciri khas serangan absens adalah durasi singkat, onset dan terminasi mendadak,
frekuensi sangat sering, terkadang disertai gerakan klonik pada mata, dagu dan
bibir
Mioklonik
Kejang mioklonik adalah kontraksi mendadak, sebentar yang dapat umum atau
Hal.03.
gerakan klonik
Atonik
Berupa kehilangan tonus. Dapat terjadi secara fragmentasi hanya kepala jatuh ke
depan atau lengan jatuh tergantung atau menyeluruh sehingga pasien terjatuh.
C. ETIOLOGI
Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah
epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi
pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam
klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua
Hal.04.
Hal.05.
Hal.06.
Hal.07.
Hal.08.
Gejala
Lobus frontalis
Lobus oksipitalis
Lobus parietalis
Lobus temporalis
Lobus temporalis
sebelah dalam
F. DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnesis, yang pertama dilakukan adalah mengajukan pertanyaan - pertanyaan
dengan maksud mendapat gambaran yang setepat-tepatnya tentang sawan yang terjadi. Usaha
untuk mendapatkan gambaran bangkitan kejang yang diuraikan berikut ini berdasarkan
klasifikasikan jenis bangkitan epilepsy internasional 1981.
Epilepsi , Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Umum Kota Yogya
Hal.09.
Hal.010.
Hal.011.
Hal.012.
Hal.013.
Jika kejang masih berlanjut setelah 10 menit, berikan dosis kedua secara rektal atau berikan
diazepam IV 0.05 ml/kg (0.25 - 0.5 mg/kgBB, kecepatan 0.5 - 1 mg/menit atau total 3-5 menit)
bila infus terpasang dan lancar.
Jika kejang berlanjut setelah 10 menit kemudian, berikan dosis ketiga diazepam (rektal/IV),
atau berikan fenitoin IV 15 mg/kgBB (maksimal kecepatan pemberian 50 mg/menit, awas terjadi
aritmia), atau fenobarbital IV atau IM 15 mg/kgBB (terutama
untuk bayi kecil*)
Rujuk ke rumah sakit rujukan dengan kemampuan lebih tinggi yang terdekat bila dalam
10 menit kemudian masih kejang (untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut status
konvulsivus)
Jika anak mengalami demam tinggi:
Kompres dengan air biasa (suhu ruangan) dan berikan parasetamol secara rektal (10 - 15
mg/kgBB)
Jangan beri pengobatan secara oral sampai kejang bisa ditanggulangi (bahaya aspirasi)
* Gunakan Fenobarbital (larutan 200 mg/ml) dalam dosis 20 mg/kgBB untuk menanggulangi
kejang pada bayi berumur < 2 minggu:
Hal.014.
Hal.015.
Hal.016.