Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Epinefrin

Tujuan Percobaan :
Mengetahui pengaruh epinefrin dalam kontraksi dari otot pada usus kelinci
Cara Kerja:
1. Catat 10 kerutan usus sebagai kontrol pada tromol yang berputar lambat, tetapi setiap
kerutan masih tercatat terpisah
2. Catat waktunya dengan interval 5 detik.
3. Tanpa menghentikan tromol, teteskan larutan epinefrin 1 : 10.000 ke dalam cairan
perfusi. Beri tanda penetesan
4. Teruskan pencatatan, sampai pengaruh epinefrin terlihat jelas
Apa pengaruh epinefrin dalam percobaan ini?
5. Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh epinefrin
sebagai berikut :
a) Pindahkan pembakar bunsen, kaki tiga dan kawat kasa dan beker gelas pirex
dari tabung perfusi
b) Letakkan sebuah waskom di bawah tabung perfusi
c) Bukalah sumbat tabung perfusi sehingga cairan perfusi keluar sampai habis
d) Bukalah sumbat tabung perfusi dan isilah dengan larutan locke yang baru
( tidak perlu suhu 350C) dan besarkan aliran udara sehinggga usus bergoyangoyang
e) Buka lagi sumbat untuk mengeluarkan larutan lockenya
f) Ulangi hal di atas 2 kali lagi, sehingga dapat dianggap sediaan usus telah
bebas dari pengaruh epinefrin
g) Sesudah selesai hal-hal di atas, tutup kembali tabung perfusi, dan isilah
dengan larutan locke yang baru yang bersuhu 35 0C serta atur kembali aliran
udaranya
h) Pasang kembali gelas beker pireks, kaki tiga + kawat kasa dan pembakar
Bunsen
Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan digunakan larutan locke yang berfungsi agar situasi
tempat usus tersebut berkontraksi hampir sama dengan keadaan pada tubuh kelinci.
Penggunaan gelembung udara adalah mengalirkan oksigen ke sekitar usus tersebut. Oksigen
ini diperlukan karena kontraksi otot polos memerlukan ATP, sedangkan ATP sendiri dibentuk
dengan menggunakan bantuan dari oksigen sebagai penerima hidrogen hasil metabolisme.
Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa pada keadaan normal yaitu hanya dengan

penambahan larutan Locke, kontraksi otot yang ditimbulkan bekerja dengan kekuatan yang
tidak terlalu besar ataupun kecil. Hal ini dapat dilihat pada grafik hasil percobaan yaitu
dengan amplitudo sekitar nol koma tiga sampai dengan satu centi meter, selain itu juga irama
atau frekuensi yang muncul hampir konstan. Pada keadaan statis ini juga tidak terjadi
penurunan atau penanjakan dari grafik.
Pada awalnya penambahan larutan epinefrin akan membuat grafik menurun.
Penurunan dari grafik ini dikarenakan tonus dari otot pada dinding otot akan berkurang.
Dengan susunan pencatat sedemikian rupa, apabila terjadi penurunan kekuatan tonus otot
akan menyebabkan penururnan grafik. Dalam masa penurunan grafik ini, masih dapat terlihat
kontraksi dari otot tersebut. hal ini ditandai dengan masih terlihatnya gelombang-gelombang
dalam grafik yang menurun tersebut. Pada awal penurunan tersebut, amplitudo grafik masih
sama dengan amplitudo sebelum penambahan larutan epinefrin dan makin lama amplitudo
tersebut makin kecil. Penurunan dari grafik ini tidak terus berlanjut, tetapi akan sampai pada
titik terrendah dan akan berjalan datar. Penurunan tidak terjadi walaupun kekuatan tomus otot
terus berkuran dikarenakan dalam usus tersebut terdapat jaringan ikat yang tidak terpengaruh
oleh larutan epinefrin dan menjaga ukuran dari usus tersebut. pada bagian yang mendatar dari
grafik tersebut, atau bagian akhir dari hasilnya sudah tidak ditemukan lagi kontraksi otot.
Kontraksi tetsebut sudah tidak dapat tercatat mungkin karena sangat kecil ataupun memang
sudah tidak terdapat kontraksi lagi.
Pada manusia, efekk dari penambahan epinefrin hampir sama dengan pada usus
kelinci pada keadaan in vivo. Pada manusia, efienfrin yang memiliki struktur dan fungsi
hampir sama dengan norepinefrin dihasilkan oleh rangsangan dari sistem saraf simpatis. Zat
tersebut dihasilkan oleh ujung sistem saraf tersebut. sistem saraf simpatis pada dasarnya
menginvervasi selulur traktus gastrointesinal.

Pada umumnya, perangsangan simpatis

menghambat aktifitas trakuts gastro intestinal, menumbulkan banyak efek yang berlawanan
dengan yang ditimmbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan
pengarunya melalui dua cara yaitu pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung sekresi
noreepinefrin untuk mukosa yang tereksistasi dan pada tahap yang lebih besar melalui
pengaruh inhibisi

dari norepinefrin pada neuron-neuron selurus sistem saraf enterik.

Perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat meninhibisi pergerakan motot usus
begitu hebat sehingga benar-benar dapat mengehntikan pergerakan makanan. Mungkin hal
inilah yang terjadi pada percobaan diatas.

Kesimpulan :
Epinefrin dapat menghambat kontraksi dari otot pada traktus gastrointestinal dan
menyebabkan berkurangnya tonus otot dan fekruensi dari kontraksi ritmik dasar pada traktus
gastrointestinal

Anda mungkin juga menyukai