GEOLOGI REGIONAL
Posisi
geografi
Kota
Semarang
sebagai
ibukota
Propinsi Jawa Tengah, terletak di
pantai
Utara
Jawa
Tengah
tepatnya pada garis 6, 5' - 7,
10' Lintang Selatan dan 110, 35'
Bujur Timur. Sedang luas wilayah
mencapai 37.366.838 Ha atau
373,7 Km. Letak geografi Kota
Semarang
dalam
koridor
pembangunan
Jawa
Tengah
merupakan simpul-simpul empat
pintu gerbang, yaitu koridor utara
dimana posisi geografi Kota
Semarang
sebagai
ibukota
Propinsi Jawa Tengah terletak di
pantai Utara Jawa, koridor Selatan
ke arah kota-kota dinamis seperti
Kabupaten Magelang, Surakarta
yang dikenal dengan koridor
Merapi Merbabu, koridor Timur
ke
arah
Kabupaten
Demak/Grobogan
dan
Barat
menuju Kabupaten Kendal.
Wilayah Kotamadya Semarang
sebagaimana daerah lainnya di Indonesia
beriklim tropis, terdiri dari musim
kemarau dan musim hujan yang silih
berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata
jumlah curah hujan tahunan wilayah
Semarang utara adalah 2000 - 2500
mm/tahun dan Semarang bagian selatan
antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan
curah hujan rata-rata per bulan
berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998
berkisar antara 58 - 338 mm/bulan, curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober
sampai bulan April dengan curah hujan
antara 176-338 mm/bulan, sedangkan
curah hujan terendah terjadi pada bulan
Mei sampai bulan September dengan
curah hujan antara 58 - 131 mm/bulan.
Temperatur udara berkisar antara 240 C
sampai dengan 330 C dengan kelembaban
METODOLOGI
Dalam pembuatan paper ini,
metodologi yang digunakan oleh penulis
yaitu dengan metode lapangan dan metode
intepretasi data. Metode lapangan
dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan. Metode ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan
terhadap dominansi keterdapatan fosil
cangkang organism. Metode selanjutnya
yaitu metode intepretasi data yang telah
didapat dari pengamatan lapangan. Dari
data yang ada, kemudian di intepretasi
pola sekuen stratigrafi yang terjadi pada
masa lampau dengan menggunakan
analisis tafonomi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Paper ini disusun dengan metode
praktikal, dan studi pustaka. Metode
praktikal digunakan dalam mendapatkan
data di lapangan makropaleontologi.
Gambar 1. Biosturbasi
KESIMPULAN
Dari hasil analisis data serta
pembahasan yang telah dibuat, maka dapat
diintepretasi bahwa sungai di daerah
Rindam ini merupakan bagian dari pola
system track HST dengan pengaruh muka
air laut yang naik dan gradasi batuannya
yang cederung coarsening upward serta
LST yang didukung dengan keadaan
cangkang orgnisme yang sudah tidak utuh
lagi
dan
keterdapatan
iknofosil
berdasarkan pengaruh erosi dari arus air
laut sebagai hasil dari penurunan muka air
laut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Allah SWT,
kedua orang tua saya, para
asisten yang sudah membagi
ilmunya kepada saya dan temanteman yang sangat baik yang
selalu ada untuk saya.
REFERENSI
Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology
of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed
Office, The Hague, De Genevraye ,P. ,
Samuel , Luki . 1972. Geology of the
Kendeng Zone (Central and East Java) .
Indonesian Petroleum Association
http://theotherofmyself.wordpress.com/20
12/05/04/struktur-geologi-kekar-fractures/
http://noviantogeophysicist.blogspot.com/
2012/01/geologi-regional-zonakendeng.html
Gambar 2. Nodule
LAMPIRAN
Gambar 3. Biostrurbasi