Anda di halaman 1dari 10

BAB III

PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING)

Penentuan sampel merupakan langkah penting dalam penelitian


kuantitatif, konsep dasar dari penentuan sampel adalah bahwa agregasi dari
orang, rumah tangga atau organisasi yang sangat besar dapat dikaji secara
efektif dan efisien serta akurat melalui pengkajian yang terinci dan hati-hati
pada sebagian agregasi yang terpilih. Agregasi (Keseluruhan) disebut
populasi atau universe yang terdiri dari unit total informasi yang ingin
diketahui. Dari populasi yang ingin dikaji kemudian ditentukan sampelnya,
melalui prosedur sampling yang sesuai dengan karakteristik populasinya.
Penelitian bidang sosial dan Pendidikan banyak dilakukan dengan
menggunakan sampel (Sampling Methods), hal ini tidak hanya karena alasan
biaya

dan

waktu,

tapi

juga

untuk

menghindari

pengumpulan, pemrosesan dan penganalisaan

kekeliruan

akibat

data dari agregasi yang

sangat besar. Dengan penarikan sampel maka estimasi dapat dilakukan serta
hipotesis dapat diuji yang hasilnya dapat berlaku terhadap populasi darimana
sampel itu diambil. Pengkajian terhadap sampel pada dasarnya dimaksudkan
untuk

menemukan generalisasi atas populasi atau karakteristik populasi

(Parameter), sehingga dapat dilakukan penyimpulan (inferensi) tentang


universe, oleh karena itu penarikan sampel jangan sampai bias dan harus
menggambarkan seluruh unsur dalam populasi secara proporsional, hal ini
bisa dilakukan dengan cara memberikan kesempatan yang sama pada
seluruh elmen dalam populasi.
Adapun langkah-langkah dalam penentuan sampel adalah :
a. Mendefinisikan populasi yang akan dijadikan obyek penelitian
b. Menentukan prosedur sampling
c. Menentukan besarnya sampel
stkip Kuningan / Lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002

38

pendefinisian populasi merupakan langkah pertama yang sangat penting,


dari sini dapat tergambar bagaimana keadaan populasi, sub-sub unit
populasi, karakteristik umum populasi serta keluasan dari populasi tersebut.
Dalam hubungan ini perlu dibedakan antara populasi target (Target/actual
population) dan populasi terjangkau (Accessible population), populasi target
adalah populasi yang ingin digeneralisasi oleh peneliti, sedangkan populasi
terjangkau adalah populasi yang dapat digeneralisasi oleh peneliti, target
populasi merupakan pilihan ideal dan populasi terjangkau merupakan pilihan
yang realistis. Sesudah diperoleh gambaran tersebut kemudian ditentukan
prosedur apa yang akan diambil dalam penentuan sampel, sesudah langkah
ini baru kemudian ditentukan besarnya sampel yang akan dijadikan obyek
penelitian. Sebagai Contoh akan dikemukakan berikut ini:
Masalah penelitian yang akan dikaji : Akibat pemanfaatan media
elektronik terhadap prestasi belajar Siswa Sekolah Dasar di
Kabupaten Kuningan.
Populasi Target : Seluruh Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten
Kuningan
Populasi Terjangkau : Seluruh Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan
Kuningan Kabupaten Kuningan
Kerangka Sampel : Daftar Nama siswa yang tercatat pada Dinas
Pendidikan Kecamatan Kuningan
Sampel : Lima belas persen Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan
Kuningan Kabupaten Kuningan
Masalah penelitian yang akan dikaji : Hubungan antara Motivasi
Berprestasi dengan Kinerja Guru di Kabupaten Kuningan.
Populasi Target : Seluruh Guru di Kabupaten Kuningan
Populasi Terjangkau : Seluruh Guru SMU di Kabupaten Kuningan
Kerangka Sampel : Daftar Guru SMU yang tercatat pada Dinas
Pendidikan Kabupaten Kuningan
Sampel : Dua puluh persen Guru SMU di Kabupaten Kuningan
Penentuan

prosedur

sampling

(Sampling

Method)

yang

akan

dipergunakan pada dasarnya sebagian besar tergantung pada ada tidaknya


kerangka sampel (Sampling Frame : daftar unit-unit analisis dari populasi
yang akan diambil sampelnya)) yang lengkap dan akurat, jika tidak demikian

stkip Kuningan / Lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002

39

maka diperlukan pembaruan daftar tersebut agar sampel dapat benar-benar


menjadi representasi dari populasi
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah bahwa
semakin sempit (sedikit) peneliti mendefinisikan (membatasi) populasi
semakin efisien dalam waktu dan dana, namun semakin terbatas
kemampuan melakukan generalisasi, untuk itu peneliti harus mencari jalan
yang efisien dalam waktu dan dana serta kemampuan generalisasi yang lebih
luas, dan untuk menghindari kekeliruan pembaca, maka peneliti perlu
menggambarkan populasi dan sampel secara rinci, sehingga orang yang
membaca hasil penelitian dapat menentukan daya terap (Aplicability)
penemuan hasil penelitian terhadap situasi yang berbeda.
Sebagaimana diketahui bahwa terdapat banyak metode pengambilan
sampel yang dapat dilakukan dengan caranya sendiri-sendiri, namun dalam
prakteknya cara pengambilan sampel campuran (Multistage sampling)
banyak juga dipergunakan dalam penelitian, karena masing-masing cara
terkadang diperlukan dalam tahap-tahap tertentu. Untuk tujuan-tujuan
penyimpulan (inference) persyaratan yang paling penting adalah perlunya
sampel diambil secara random (Probability samples), dimana setiap elemen
populasi punya kesempatan yang sama (Fair Chance) untuk terpilih menjadi
sampel

(Nonzero

probability

of

selection),

sifat

random

bermakna

penggunaan metode probabilitas yang tidak bias dalam memilih sampel.


1.1. Simple Random Sampling
Pengambilan sampel acak sederhana adalah cara pengambilan
sampel dimana setiap unsur yang membentuk populasi diberi kesempatan
yang sama untuk terpilih menjadi sampel, cara ini akan sangat mudah
apabila telah terdapat daptar lengkap unsur-unsur populasi. Prosedur yang
cukup akurat untuk pengambilan sampel secara acak adalah dengan
menggunakan tabel angka acak (Table of random numbers), disamping itu
dapat pula dilakukan dengan cara mengundi.
stkip Kuningan / Lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002

40

Pengambilan sampel acak yang dilakukan sesuai prosedur sama


sekali bukan jaminan bahwa suatu sampel akan menjadi representasi
sempurna dari populasi, karena bisa saja terjadi pengambilan sampel secara
random dalam kenyataannya menghasilkan suatu sampel yang unik, akan
tetapi perlunya pengambilan sampel secara acak harus dipahami dalam
konteks proses kemungkinan, apabila sampel acak diambil dari suatu
populasi secara berulang-ulang, maka secara umum seluruh sampel tersebut
akan mampu memberikan estimasi yang lebih akurat terhadap populasi,
demikian juga variabilitas atau kekeliruan dapat diestimasi dan uji signifikansi
statistik

juga menunjukan probabilitas hasil dengan mempertimbangkan

kekeliruan pengambilan sampel (Sampling Error).


3.2. Pengambilan Sampel secara Sistimatis
Systematic Sampling merupakan Alternatif lain pengambilan sampel
yang sangat bermanfaat untuk pengambilan sampel dari populasi yang
sangat besar. Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode
dimana hanya unsur pertama dari sampel yang dipilih secara acak, sedang
unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu.
Sebagai contoh Kepala Dinas Pendidikan ingin mengetahui bagaimana
Motivasi Kerja Kepala Sekolah di Kabupaten Kuningan yang berjumlah 1000
orang dan akan mengambil sempel 100 orang Kepala sekolah, kemudian
Nama-nama Kepala Sekolah disusun secara alpabetis, lalu dipilih sampel per
sepuluh Kepala Sekolah, untuk itu disusun nomor dari 1 sampai 10, lalu
diundi untuk memilih satu angka, jika angka lima yang keluar, maka
sampelnya adalah nomor 5, 15, 25, 35, dan seterusnya sampai diperoleh
jumlah sampel yang dikehendaki.
Dalam pengambilan sampel secara sistematis dikenal dua istilah yaitu
interval pengambilan sampel (Sampling intervals), yaitu perbandingan antara
populasi dengan sampel yang diinginkan, dan proporsi pengambilan sampel
(sampling Fraction/Sampling Ratio) yaitu perbandingan antara ukuran sampel
stkip Kuningan / Lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002

41

dengan populasi. Dari contoh di atas Sampling intervalnya adalah 1000 :


100 = 10, dan sampling rationya adalah 100 : 1000 = 0,1. Contoh tersebut
juga dapat disebut sebagai Systematic Sampling with random start, dimana
awal penentuan sampel dilakukan secara acak, baru sesudah itu dilakukan
langkah-langkah sistematis sesuai dengan prosedurnya. Cara pengambilan
sampel seperti ini menurut Jack R. Fraenkel dan Norman E Wallen bisa
dikategorikan sebagai random sampling jika daftar populasi disusun secara
random dan sampel diambil dari daftar tersebut.
3.3 . Pengambilan Sampel berstrata (Stratified Sampling)
Pengambilan sampel berstrata

merupakan teknik pengambilan

sampel dimana populasi dikelompokan dalam strata tertentu, kemudian


diambil sampel secara random dengan proporsi yang seimbang sesuai
dengan posisinya dalam populasi. Sebagai contoh : seorang Kepala Sekolah
ingin

mengetahui

tanggapan

Siswa

tentang

pelaksanaan

program

Keterampilan. Jumlah Siswa sebanyak 2000 orang dengan komposisi kelas 3


sebanyak 600 siswa, kelas 2 sebanyak 400 siswa dan kelas 1 sebanyak
1000 siswa, besarnya sampel yang akan diambil adalah 200 orang, jika
stratanya berdasarkan Kelas maka langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Tetapkan proporsi strata dari populasi hasilnya kelas 3 sebesar 30%,
Kelas 2 sebesar 20% dan kelas 1 sebesar 50%.
b. Hitung besarnya sampel untuk masing-masing strata, hasilnya kelas
3 sebanyak 60 siswa, kelas 2 sebanyak 40 siswa dan kelas 1
sebanyak 100 siswa
c. Kemudian pilih anggota sampel untuk masing-masing strata secara
acak (random sample).
Cara lain penentuan sampel berstrata adalah menentukan dulu proporsi
sampel atas populasi, dalam kasus di atas proporsinya adalah 10 %
kemudian proporsi ini dikalikan jumlah siswa pada tiap strata dan hasilnya
akan sama dengan cara diatas. Sesudah langkah tersebut dilakukan baru
stkip Kuningan / Lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002

42

instrumen penelitian disebarkan kepada anggota sampel yang sudah terpilih.


Apabila jumlah sampel disamakan untuk tiap strata, cara itu disebut
penarikan sampel strata tidak proporsional (Disproportional Stratified
Sampling), sedangkan jika disesuaikan dengan proporsi strata dalam
populasi disebut pengambilan sampel strata proporsional (Proportional
Stratified Sampling)
3.4. Pengambilan sampel Kelompok (Cluster Sampling)
Cluster

Sampling

adalah

teknik

pengambilan

sampel

dimana

pemilihannya mengacu pada kelompok bukan pada individu. Cara seperti ini
baik

sekali

untuk

dilakukan

menentukan/menemukan

apabila

tidak

terdapat

atau

sulit

kerangka sampel, meski dapat juga dilakukan

pada populasi yang kerangka sampelnya sudah ada.


Sebagai contoh : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan ingin
mengetahui bagaimana Sikap Guru SLTP terhadap Kebijakan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS), besarnya sampel adalah 300 orang, kemudian
ditentukan Clusternya, misalnya sekolah, Jumlah SLTP sebanyak 66 Sekolah
dengan rata-rata jumlah Guru 50 orang, maka jumlah cluster yang diambil
adalah 300 : 50 = 6, kemudian dipilih secara acak enam Sekolah dan dari
enam sekolah ini dipilih secara acak 50 orang Guru sebagai anggota sampel.
Pengambilan sampel dengan cara yang sudah disebutkan di atas
umumnya dilakukan pada populasi yang bersifat terbatas (Finit), sementara
itu untuk Populasi yang jumlah dan identitas anggota populasinya tidak
diketahui (Infinit) pengambilan sampel biasanya dilakukan secara tidak acak
(Non random Sampling). Adapun yang termasuk pada cara ini adalah :
1. Quota Sampling : yaitu penarikan sampel yang hanya menekankan
pada jumlah sampel yang harus dipenuhi.
2. Purposive Sampling : pengambilan sampel hanya pada individu
yang didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu.

stkip Kuningan / Lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002

43

3. Accidental

Sampling

pengambilan

sampel

dengan

jalan

mengambil individu siapa saja yang dapat dijangkau atau ditemui.


3.5. Menentukan Besarnya Sampel (Sample Size)
Besarnya sampel sebaiknya sebanyak mungkin; semakin besar
sampel yang diambil umumnya akan semakin representatif dari populasinya
dan hasil penelitian lebih dapat digeneralisasikan. Masalah besarnya sampel
merupakan hal yang sulit untuk dijawab sebab terkadang dipengaruhi oleh
dana yang tersedia untuk melakukan penelitian. Namun demikian hal yang
penting untuk diperhatikan adalah terdapatnya alasan yang logis untuk
pemilihan teknik sampling serta besarnya sampel dilihat dari sudut
metodologi Penelitian.
Dilihat

dari

substansi

tujuan

penarikan

sampel

yakni

untuk

memperoleh representasi populasi yang tepat, maka besarnya sampel yang


akan

diambil

perlu

mempertimbangkan

karakteristik

populasi

serta

kemampuan estimasi. Pertimbangan karakteristik populasi akan menentukan


teknik pengambilan sampel, ini dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghilangkan bias, sementara kemampuan estimasi berkaitan dengan
presisi dalam mengestimasi populasi dari sampel serta bagaimana sampel
dapat digeneralisasikan atas populasinya, upaya untuk mencapai presisi
yang lebih baik memerlukan penambahan sampel, seberapa besar sampel
serta penambahannya akan tergantung pada variasi dalam kelompok, tingkat
kesalahan yang ditoleransi serta tingkat kepercayaan.
Menurut Pamela L. Alreck dan Robert B. Seetle dalam bukunya The
Survey Research Handbook untuk Populasi yang besar, sampel minimum
kira-kira 100 responden dan sampel maksimumnya adalah 1000 responden
atau 10% dengan kisaran angka minimum dan maksimum, secara lebih rinci
Jack E. Fraenkel dan Norman E. Wallen menyatakan

(meskipun bukan

ketentuan mutlak) bahwa minimum sampel adalah 100 untuk studi deskriptif,
50 untuk studi korelasional, 30 per kelompok untuk studi kausal komparatif.
stkip Kuningan / Lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002

44

L.R Gay dalam bukunya Educational Research menyatakan bahwa untuk


riset deskriptif besarnya sampel 10% dari populasi, riset korelasi 30 subjek,
riset kausal komparatif 30 subjek per kelompok, dan riset eksperimental 50
subjek per kelompok. Sementara itu Krejcie dan Morgan menyusun ukuran
besarnya sampel dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1
Besarnya Sampel menurut besarnya Populasi
Populasi
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210

Sampel
5
10
14
19
24
28
32
36
40
44
48
52
56
59
63
66
70
73
76
80
86
92
97
103
108
113
118
123
127
132
136

Populasi
220
230
240
250
260
270
280
290
300
320
340
360
380
400
420
440
460
480
484
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
1100

Sampel
140
144
148
152
155
159
162
165
169
175
181
186
191
192
196
201
205
210
214
217
226
234
242
248
254
260
265
269
274
278
285

Populasi
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3500
4000
4500
5000
6000
7000
8000
9000
10000
15000
20000
30000
40000
50000
75000
100000
1000000

Sampel
291
297
302
306
310
313
317
320
322
327
331
335
338
341
346
351
354
357
361
364
367
368
370
375
377
379
380
381
382
382
384

Dikutif dari Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Sumanto 1995)


stkip Kuningan / Lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002

45

3.6. Kesalahan Pengambilan Sampel (Sampling Error)


Secara umum peneliti harus dapat memperoleh besarnya sampel
minimum yang diperlukan agar dapat merepresentasikan populasi secara
akurat, namun disadari bahwa sampel bukanlah populasi sehingga
kemungkinan melakukan kesalahan dapat saja terjadi. Oleh karena itu
peneliti harus memandang hasil dari sampel bukanlah hasil yang pasti, tapi
sebatas estimasi. Kesalahan pengambilan sampel terjadi apabila sampel
yang diproleh tidak/kurang akurat dalam merepresentasikan populasi,
masalahnya berapa besar kesalahan sampling yang ditoleransi agar
generalisasi dari suatu penelitian sampel dapat diandalkan
Sebagaimana telah diketahui bahwa besarnya sampel yang diperlukan
agar dapat merepresentasikan populasi tidak hanya tergantung pada ukuran
besarnya populasi tapi juga pada heterogenitas variansi variabel dalam
populasi. Semakin besar populasi, semakin besar sampel yang diperlukan,
demikian juga semakin heterogen variabel dalam populasi semakin besar
sampel yang diperlukan dalam penelitian.
Teori pengambilan sampel (Sampling Theory) menyatakan bahwa jika
banyak sampel (dengan jumlah tertentu) diambil dari suatu populasi, maka
sebagian besar Mean sampel akan berada dekat dengan Mean populasi ,
dan hanya sedikit saja yang berada jauh dari mean populasi , hal ini berarti
bahwa jika sampel diambil secara tepat, maka penyimpulan atas sampel
akan mendekati (akibat sampling error) penyimpulan atas populasi.
Dari suatu populasi dapat digambarkan suatu distribusi sampel Mean
(Sampling distribution), dan menurut Teorema batas pusat (Central limit
Theorem) mean-mean dari sampel akan berdistribusi normal diseputar mean
populasi serta mean dari mean semua sampel akan sama dengan nilai mean
populasi. Namun demikian kemungkinan melakukan kekeliruan tetap saja
ada, dan untuk menghitung/mengetahui kekeliruan tersebut pertama-tama
perlu dilihat dulu bagaimana variasi dalam suatu populasi, akan tetapi karena
variasi populasi secara empirik tidak diketahui, maka yang dapat digunakan
stkip Kuningan / Lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002

46

adalah nilai variasi sampel, adapun ukuran-ukuran untuk mengetahui variasi


suatu data penelitian yang biasa dipergunakan adalah Mean Deviasi (X X ),
Varians (X X )2/N), dan Standar Deviasi yaitu akar pangkat dua dari
Variance (

(X X )2 / N

).

Sebelum mengetahui nilai kesalahan pengambilan sampel terlebih


dahulu perlu diketahui Standard Error, dan ukuran variasi Standard Deviasi
merupakan ukuran yang baik untuk mengetahui rata-rata penyimpangan,
adapun rumus perhitungan Standard Error adalah Standar Deviasi dibagi
akar pangkat dua jumlah sampel ( SD :

N (jumlah sampel) ),standar deviasi

(SD) yang digunakan dalam rumus tersebut mestinya SD populasi, tapi


karena yang diteliti adalah sampel, maka SD sampel yang dipergunakan
dengan asumsi SD sampel sama dengan SD populasi. Standar Error
merupakan estimasi terbaik bagi Sampling Error; semakin kecil Standar
deviasi,dan semakin besar jumlah sampel maka semakin kecil Standard
Error, yang berarti semakin kecil Sampling error, karena Kesalahan penarikan
sampel merupakan perkalian antara Standard error

dengan nilai z pada

tingkat kepercayaan tertentu ( 95% = 1,96; 99% = 2,58).


UNTUK DIDISKUSIKAN
1. Berikan penjelasan alasan-alasan kenapa dalam suatu penelitian
diperlukan pengambilan sampel yang representatif ?
2. dilihat dari segi keterwakilan Simple random sample merupakan cara
yang baik, jelaskan kenapa ?
3. berikan penjelasan pertimbangan-pertimbangan apa yang harus
diperhatikan dalam penentuan besarnya sampel ?
4. jelaskan apa yang dimaksud dengan Sampling error, serta cara untuk
mengetahuinya ?
5. berikan contoh-contoh penarikan sampel secara berstrata, cluster,
Quota, Purposive, dan insidental ?
stkip Kuningan / Lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002

47

Anda mungkin juga menyukai