Anda di halaman 1dari 12

HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA REPONIBLE

CASE REPORT

Diajukan Oleh:
Fardhika
J510155015

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel

BAB I
PRESENTASI KASUS

I.1. IDENTITAS
Nama

: Bp. Cipto Wiyono

Umur

: 53 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

:Sidoriarjo 2/8 Ngadirajo, Mojogedang, Karanganyar.

Tanggal Masuk

: 7 Mei 2015

No. CM

: 33 55 70

I.2. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama

: Terdapat benjolan di lipat paha kiri

B. Keluhan Tambahan

: kadang terasa sesak di perut,

C. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli Bedah RSUD. Karanganyar dengan keluhan terdapat
benjolan di lipat paha kiri. Benjolan ini menurut pasien ada sejak 9 bulan
yang lalu. Benjolan terlihat jelas saat pasien batuk, bersin, mengedan dan
berdiri. Tapi saat pasien berbaring benjolan tersebut hilang atau tidak nampak.
Benjolan semakin membesar jika pasien beraktivitas sehari-hari.
Pasien tidak merasakan sakit ketika di tekan benjolannya. Pasien mengaku
tidak ada keluhan mual, muntah, pusing dan sesak. Pasien mengaku terganggu
aktivitas sehari-harinya karena benjolan di perut sebelah kiri bawah.
Sejak 1 bulan yang lalu pasien pernah berobat ke mantri tetapi tidak
dikasih obat dan dirujuk ke puskesmas. 7 hari yang lalu pasien pergi ke
puskesmas diberi obat namun pasien lupa nama obantnya dan pasien dirujuk
ke RSUD Karanganyar. 1 hari sebelum masuk rumah sakit, benjolan di perut
sebelah kiri pasien terasa besar.

Pasien bekerja sebagai buruh sehingga sering mengangkat barang-barang


dan setelah pulang bekerja benjolan menjadi besar. Benjolan mengecil ketika
pasien menjelang tidur malam.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit Jantung disangkal
- Riwayat penyakit Paru disangkal
- Riwayat penyakit Saluran Pencernaan disangkal
- Riwayat penyakit Genitalia disangkal
- Riwayat Pembedahan disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
I.3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum

: Baik

B. Kesadaran

: Compos mentis

C. Vital Sign

: Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit,regular

Respirasi

: 18 x/menit

Suhu

: 36,4 C

D. Status Generalis
1. Kepala

: Simetris, normochepal

2. Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,

refleks cahaya (+/+)


3.Hidung

: Discharge (-/-), deviasi septum (-/-)

4. Telinga

: Simetris, tidak ada kelainan

5. Mulut

:Mukosa tidak hiperemis, bibir tidak kering, lidah tidak kotor

6. Leher

:Trakea di tengah, limfonodi tidak membesar, tidak ada tumor

7. Thorax
- Paru-paru
Inspeksi

: Simetris, retraksi tidak ada, ketinggalan gerak tidak ada

Palpasi

: Vokal fremitus paru kanan sama dengan kiri

Perkusi

: Sonor seluruh lapangan paru, batas paru hepar di SIC VI dekstra

Auskultasi

: Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-), ronkhi (-), Wheezing

(-/-)
- Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tak kuat angkat

Perkusi

: Batas atas kiri SIC II LSB

Batas atas kanan SIC II RSB


Batas bawah kiri SIC IV LMC sinistra1 cm lateral
Batas bawah kanan SIC IV RSB
Auskultasi

: S1 > S2 reguler, bising (-), gallop (-)

8. Abdomen
Inspeksi

: Permukaan datar, tidak membesar, tidak cembung

Palpasi

: Nyeri tekan (-), kembung (-), defans muskular (-), Hepar/Lien tak

teraba
Perkusi

: Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) Normal


9. Costovertebrae
Inspeksi : Tidak ada deformitas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tidak ada nyeri ketok
10. Ekstremitas Superior dan Inferior
Oedem : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada

Ikterik : Tidak ada


Deformitas : Tidak ada
B. Status Lokalis
Regio Inguinalis Sinistra
Inspeksi : - Terlihat benjolan di daerah Inguinalis Sinistra, diameter 2 cm.
- Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
Palpasi : - Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (-)
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari dalam posisi pasien berbaring
- Thumb Test : tidak keluar benjolan (hernia inguinalis lateralis)
C. Pemeriksaan Penunjang
Hemogoblin

: 15.0

Hematokrit

: 42.3

Leukosit

: 9.02

Trombosit

: 206

Eritrosit

: 4.52

Granulosit

: 74.8

Limfosit

: 20.6

GDS

: 107

Creatinin

: 1.06

Ureum

: 27.5

I.4. Resume
A. Anamnesis
Pasien laki-laki umur 53 tahun datang dengan keluhan :
- Terdapat benjolan pada lipat paha kiri sebesar telur puyuh
- Benjolan ada sejak 1 tahun yang lalu

- Benjolan jelas nampak saat pasien menangis, batuk, bersin, mengedan dan
bila diberdirikan
- Saat berbaring, benjolan hilang atau tidak nampak
- Tidak bertambah gelisah dan kesakitan bila benjolan ditekan
- Perut pasien tidak kembung
- Tidak disertai mual ataupun muntah

B. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata : Dalam batas normal
Regio Inguinalis Sinistra
Inspeksi : - Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah Inguinalis Sinistra,
diameter 2 cm.
- Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
- Tidak terdapat fistel
Palpasi : - Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (-)
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien
berbaring
- Thumb test : Benjolan diraba dengan ujung jari
- Bila anulus inguinalis ditekan tidak keluar benjolan
I.5. DIAGNOSA KERJA
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel
I.6. DIAGNOSIS BANDING
Soft Tissue
Hernia Skrotalis
Hernia Medialis

I.8. TERAPI
Konservatif :
Cefoperazone

2x1

Ranitidin

2x1

Dexetoprofen

3x1

Operatif : Herniotomy (open repair hernia surgery)


I.9. Prognosis :
Dubia ad bonam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendahuluan
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan / Locus Minoris
Resistentiae (LMR). Bagian-bagian hernia meliputi pintu hernia, kantong hernia,
leher hernia dan isi hernia.
Sedangkan dikatakan hernia inguinalis lateral apabila hernia tersebut
melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti jalannya
spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis
subcutan (externus) sampai scrotum. Hernia inguinalis disebut juga hernia
scrotalis bila isi hernia sampai ke scrotum.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital
dan hernia didapat atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya seperti
diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia
dapat keluar masuk. Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga disebut hernia ireponibel. Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol ke
luar melalui dinding perut, pinggang atau perineum. Hernia interna adalah
tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lobang dalam rongga perut
seperti Foramen Winslow, resesus rektosekalis atau defek dapatan pada
mesentrium umpamanya setelah anastomosis usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara
klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia
strangulata.

HERNIA INGUINALIS
2. Definisi
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateral/internus)
dan mengikuti jalannya spermatic cord di canalis inguinalis serta dapat melalui
anulus inguinalis subcutan (externus), sampai scrotum
3. Etiologi
Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya menjadi
penyebab timbulnya hernia inguinalis. Ada 3 faktor yang mempengaruhi
terjadinya hernia inguinalis yaitu meliputi:

a. Processus vaginalis persistent


Hernia mungkin sudah tampak sejak bayi tapi kebanyakan baru
terdiagnosis sebelum pasien mencapai usia 50 tahun. Sebuah analisis dari statistik
menunjukkan bahwa 20% laki-laki yang masih mempunyai processus vaginalis
hingga saat dewasanya merupakan predisposisi hernia inguinalis
b. Naiknya tekanan intra abdominal secara berulang
Naiknya tekanan intra abdominal biasa disebabkan karena batuk atau
tertawa terbahak-bahak, partus, prostat hipertrofi, vesiculolitiasis, carcinoma
kolon, sirosis dengan asites, splenomegali massif merupakan factor resiko
terjadinya hernia inguinalis.
Pada asites, keganasan hepar, kegagalan fungsi jantung, penderita yang
menjalani peritoneal dialisa menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
sehingga membuka kembali processus vaginalis sehingga terjadi hernia indirect.
c. Lemahnya otot-otot dinding abdomen
4. Anatomi Regio Inguinalis
Anatomi Hernia
Kulit, subkutaneus fat & fascia superfisialis
Aponeurosis MOE

MOI dan transverses abdominis serta conjoint tendon


Fascia dan musculus cremaster
Funiculus spermaticus
- Arteri spermatica
- Vena spermatica
- Vas deferens
Processus vaginalis
Ligamentum inguinale
Arteri epigastrica inferior
Trigonum Hasselbach
Fascia m. transverses abdominis, annulus inguinalis internus, pre-peritoneal fat,
peritoneum
5. Penatalaksanaan
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Tujuan dari operasi adalah reposisi isi hernia, menutup pintu hernia
untuk menghilangkan LMR, dan mencegah residif dengan memperkuat dinding
perut. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomy, hernioraphy, dan
hernioplasty.
Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi ke cavum abdomen seperti semula. Kantong hernia dijahitikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioraphy leher hernia diikat dan digantungkan pada conjoint
tendon (pertemuan m. transverses internus abdominis dan m. obliqus intenus
abdominis).
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada operasi hernia
inguinalis, ada 3 prinsip yang harus diperhatikan, yaitu eksisi kantong hernia,
ligasi tinggi kantong hernia, dan repair dinding kanalis inguinalis.

10

7. Komplikasi
1. Perlekatan / hernia akreta
2. Hernia irreponibel
3. Jepitan vaskularisasi tergangguiskhemigangrennekrosis
4. Infeksi
5. Obstipasiobstruksi / konstipasi
6. Hernia incarserata Illeus

11

Daftar Pustaka

Anders Rosemar., 2011. Obesity and Common Surgical Disorders, Effects


on Incidence and Complications. Department of Surgery Institute of Clinical
Sciences The Sahlgrenska Academy at University of Gothenburg, Sweden. Pp
1:57
Dante, 2014. Hernia Emergencies. Department of Surgery, Massachusetts
General Hospital, Harvard Medical School. Pp 97:130
Indranil et al., 2013. Retrospective Study on Prevalence of Primary and
Recurrent Inguinal Hernia and its Repairs in Patients Admitted to a Tertiary Care
Hospital. Indian Medical Gazette. Pp 203:213
Jakob, 2013. The epidemiology and risk factors for recurrence after
inguinal hernia surgery. Danish Medical Journal. Pp1-17
Madhusoodhaan et al., 2014. Prevalence and Risk Factors of Inguinal
Hernia A Hospital Based Observational Study. International Journal of Medical
and Applied Sciences E-ISSN:2320-3137.
Omon et al., 2014. Inguinal hernias: analysis of incidence, diagnosis and
management of 172 consecutive adult cases at Igbinedion university teaching
hospital Okada. Global Advanced Research Journal of Medicine and Medical
Science (ISSN: 2315-5159) Vol. 3(7) pp. 168:172
Robert et al., 2013. Open Hernia Repair. Acs Surgery: Principles and
Pratice. Pp 1:22
Sjamsuhidajat., Buku Ajar Ilmu Bedah. De Jong Ed 3 pp- 611:624

12

Anda mungkin juga menyukai