Minggu ke-3 dan ke-4 suhu mulai menurun menjadi sekitar 40-
50C.
Minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal seperti suhu tanah
PROSES PENGOMPOSAN
Di tempat pengomposan, mula-mula sejumlah besar bakteri akan
mengunyah serpihan sampah.
Kemudian jamur dan protozoa (jazad renik bersel satu) akan
menyerbu, terlihat adanya lapisan putih di permukaan kompos. Ini
adalah jamur dan ragi.
Selanjutnya kompos dapat dijadikan tempat berkembangnya
serangga dan cacing karena banyak sumber makanannya.
Mikroba
Bahan organik + Oksigen
Kompos + Gas CO2
+ Air
(H2O) + Panas
Pada pembuatan kompos satu adonan sekaligus, minggu ke-1 dan
ke-2 mikroba mulai bekerja sehingga suhu dapat mencapai 6070C. (Pada suhu sekitar 65C selama 3-4 hari, bakteri patogen
seperti tifus akan mati. Begitu pula biji gulma yang terbawa dalam
potongan rumput).
Sampah hijau
(Nitrogen tinggi)
Sayuran
Buah-buahan
Potongan rumput segar
Daun segar
Sampah dapur
Bubuk teh dan kopi
Kulit telur
Pupuk kandang (mis. ayam, itik,
sapi, kambing)
Perbandingan C dan N
Perbandingan sampah coklat dan sampah hijau dapat bervariasi
tergantung bahan yang tersedia.
Perbandingan
yang
tepat,
mempengaruhi
kecepatan
pengomposan.
Dapat digunakan perbandingan sampah coklat 1 bagian, sampah
hijau 2 bagian atau lebih.
Jika terlalu banyak bahan hijau, akan keluar banyak air, becek dan
berbau. terlalu banyak bahan coklat, pengomposan memakan
waktu lama atau terhenti.
Bahan yang sebaiknya tidak dibuat kompos
Sampah dapur berupa daging, ikan, kulit udang, tulang, susu, keju,
lemak atau minyak, karena akan bau dan mengundang serangga
seperti lalat dan pada proses pengomposan timbul belatung.
Sampah ini juga mengundang anjing dan kucing untuk
mengaisnya.
Kotoran anjing dan kucing, kemungkinan membawa penyakit.
Proses Pengomposan :
a. Pemilahan Sampah
Sampah organik (daun, rumput) dipilah dari sampah anorganik
(misalnya sampah plastik).
Jika daun-daun terlalu lebar, dicacah sehingga menjadi
potongan kecil (sekitar 3x3 cm) untuk memudahkan mikroba
memakannya. Makin kecil ukuran sampah, makin cepat menjadi
kompos.
b. Pencampuran
Campur 1 bagian sampah coklat dengan 2 bagian atau lebih
sampah hijau. Tambahkan 1 bagian kompos matang, campur.
Jika sampah hijau kurang, dapat ditambah kotoran ternak
(ayam, sapi atau kambing).
Disiram air sampai lembap.
Masukkan ke dalam wadah pengomposan.
Proses pengomposan berjalan, jika hari kedua adonan kompos
menjadi panas.
c. Pembalikan
Untuk mengendalikan ketersediaan udara segar (oksigen) dan
suhu dilakukan pembalikan setiap 7 hari sekali.
Jika adonan kompos kering perlu diperciki air.
d. Pematangan
Setelah proses pengomposan berjalan 4 minggu, suhu menurun
mendekati suhu tanah. Pembalikan tetap dilakukan selama 2
minggu.
Tanda-tanda kompos yang sudah matang a.l.:
- Tidak terlihat bahan aslinya (daun), tetapi menjadi butiran
seperti tanah.
- Tidak berbau sampah atau busuk, tetapi berbau tanah.
- Wama kehitaman atau coklat kehitaman.
- Suhu sama dengan suhu tanah.
e. Pengayakan
Kompos yang sudah matang diayak untuk memisahkan dari
bahan-bahan yang kasar misalnya ranting, potongan daun, bijibijian atau kulit buah yang belum menjadi kompos karena terlalu
besar atau keras.
Kompos kasar yang tertinggal di ayakan dapat digunakan
sebagai aktivator karena mengandung mikroba pengurai
Kebun Karinda
Djamaludin Suryohadikusumo &
Sri Murniati Djamaludin
Bumi Karang Indah Blok C-2 / 28, Lebak Bulus,
Jakarta 12440
Telp. 021-75909167; Fax. 021-75909168
E-mail : djamaludinsuryo@yahoo.com