Anda di halaman 1dari 12

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Paprika (Capsicum annum var. Grossum) merupakan tanaman famili
Solanaceae yang buahnya berbentuk menyerupai lonceng sehingga sering disebut
bell pepper. Tanaman paprika mulai banyak dibudidayakan di Indonesia sejak
tahun 1990-an. Paprika pada awalnya ditanam di lahan terbuka, namun kini telah
banyak dikembangkan secara hidroponik di rumah kasa beratap plastik. Produksi
buah paprika di Indonesia selain untuk memenuhi pasar domestik, juga untuk
memenuhi pasar internasional atau untuk diekspor.
Keberhasilan produksi paprika ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). OPT yang banyak mengganggu
tanaman paprika adalah hama trips, ulat grayak, tungau, kutu daun, dan lalat
pengorok daun, penyakit embun tepung, serkospora, dan penyakit layu bakteri dan
fusarium. Petani paprika umumnya menitikberatkan pada penggunaan bahan
kimia untuk mengendalikan OPT pada tanaman paprika. Penggunaan bahan kimia
tersebut tidak selamanya menguntungkan dan memberikan hasil yang tidak
memuaskan, bahkan lebih cenderung menimbulkan dampak negatif yang
mengganggu tanaman. OPT tanaman paprika dapat diatasi dengan menerapkan
konsepsi dan teknologi PHT atau Pengendalian Hama Terpadu yang sekaligus
sebagai salah satu upaya perlindungan tanaman.
Pengendalian Hama Terpadu merupakan pendekatan ekologi yang bersifat
multidisiplin untuk mengelola populasi OPT dengan memanfaatkan berbagai cara
pengendalian yang sesuai dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. PHT
adalah sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi sehingga
pemahaman tentang biologi dan ekologi OPT menjadi sangat penting. PHT juga
memiliki pengertian bebas yaitu Pestisida Harus Terakhir, yang berarti petani
harus menggunakan cara pengendalian non kimiawi terlebih dahulu, dan apabila
cara tersebut tidak efektif, maka pestisida bisa digunakan. Penggunaan pestisida
yang efektif dan selektif harus diupayakan sedemikian rupa sehingga kecil
pengaruhnya terhadap manusia dan lingkungan.

Latar belakang penerapan PHT pada dasarnya dipengaruhi oleh 3 hal.


Pertama, kegagalan pengendalian OPT secara kimiawi dimana penggunaan
pestisida secara intensif justru membuat serangan OPT makin tinggi dan
menimbulkan dampak negatif. Kedua, kesadaran akan keamanan pangan oleh
konsumen. Ketiga, adanya kebijakan pemerintah tentang perlindungan tanaman
menggunakan sistem PHT yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat. Penerapan PHT pada tanaman budidaya, termasuk
paprika, tidak hanya berfokus pada pengendalian hama dan penyakit saja, tetapi
juga mencakup rangkaian kegiatan budidaya mulai dari persiapan tanam hingga
pascapanen. Penerapan PHT pada tanaman paprika diharapkan dapat menjadi satu
upaya dalam mendapatkan produksi paprika yang optimal dengan tetap
memperhatikan kondisi ekologi sesuai dengan etika lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1.

Apa saja jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman paprika?

2.

Bagaimana penerapan PHT pada budidaya tanaman paprika?

1.3 Tujuan
1.

Mengetahui jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman paprika.

2.

Mengetahui penerapan PHT pada budidaya tanaman paprika.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Paprika


Organisme tanaman yang paling merugikan dalam budidaya tanaman
paprika adalah hama trips dan penyakit embun tepung (Prabaningrum dan
Moekasan, 2011). Hama dan penyakit yang banyak ditemukan pada tanaman
paprika menurut Prabaningrum dan Moekasan (2006) adalah sebagai berikut:
1.

Trips (Thrips parvispinus)


Trips adalah hama utama tanaman paprika. Trips dapat menyerang

sepanjang tahun dan serangan paling berat adalah saat musim kemarau. Kerusakan
tanaman akibat serangan hama ini bisa mencapai 55%. Trips muda (nimfa)
berwarna kuning, sedangkan imago berwarna coklat kehitaman. Nimfa dan imago
menggaruk epidermis dan mengisap cairan daun. Serangga aktif makan pada senja
dan malam hari. Gejala serangan pada daun diantaranya daun menjadi berwarna
keperakan pada bagian bawahnya, keritng, keriput, dan gejala pada buah yaitu
timbul bercak-bercak kecoklatan sehingga kualitas buah menurun.
2.

Ulat Grayak (Spodoptera litura)


Ulat grayak memiliki warna bervariasi tergantung jenis makanannya. Ulat

memiliki garis kuning pada punggung sisi samping. Ulat grayak aktif makan pada
malam hari dan umumnya menyerang bagian daun tanaman paprika. Daun yang
terserang menjadi berlubang-lubang. Serangan yang berat menyebabkan tanaman
menjadi gundul.
3.

Tungau
Ada dua jenis tungau yang menyarang tanaman paprika, yaitu tungau teh

kuning (Polyphagotarsenemus latus) dan tungau merah (Tetranychus sp.). Tungau


teh kuning betina berukuran sekitar 0,25 mm sedangkan tungau merah betina
berukuran sekitar 0,45 mm. Nimfa dan imago menusuk dan mengisap cairan daun.
Tungau aktif sepanjang hari. Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu bagian
bawah daun berwarna tembaga, tepi daun mengeriting, kaku, dan melengkung ke
bawah.

4.

Kutu daun persik (Myzus persicae)


Kutu daun persik memiliki ukuran sekitar 1 2 mm. Nimfa dan imago

menusuk dan mengisap cairan daun. Serangga hama ini aktif sepanjang hari.
Gejala serangan yang ditimbulkan kutu daun persik adalah berubahnya daun
menjadi keriput, terpuntir, berwarna kuning, dan pertumbuhan tanaman menjadi
kerdil.
5.

Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.)


Serangga dewasa berupa lalat berukuran sekitar 2 mm. Larva dari hama ini

menyerang tanaman dengan cara mengorok daun, sedangkan lalat dewasa


mengisap cairan daun. Gejala serangannya antara lain timbulnya bercak-bercak
putih dan alur korokan pada daun.
6.

Penyakit tepung (embun tepung)


Penyebab penyakit tepung adalah jamur Oidiopsis capsici. Gejala serangan

ditandai dengan adanya lapisan tepung berwarna putih terutama pada bagian
bawah daun. Daun-daun yang terserang jamur menjadi berwarna pucat dan cepat
rontok. Miselium jamur bersekat dan bercabang-cabang berkembang di dalam
jaringan daun.
7.

Penyakit layu fusarium


Penyebab penyakit ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Gejala serangan

yaitu layu dari bagian bawah tanaman menjalar hingga ke bagian atas, ke rantingranting muda, kemudian akan membuat tanaman mati. Warna jaringan akar dan
batang adalah coklat.
8.

Penyakit layu bakteri


Penyebabnya adalah bakteri Ralstonia solonacearum. Pada tanaman muda,

gejala layu mulai tampak pada daun bagian ats tanaman. Setelah beberapa hari
diikuti oleh layu serentak dan permanen. Daun yang berpenyakit tetap berwarna
hijau atau sedikit kekuningan. Bakteri ini menginfeksi tanaman melalui akar,
kemudian masuk ke dalam jaringan pembuluh, memperbanyak diri dan masuk ke
jaringan tanaman. Jika batang dipotong, terlihat pembuluh berwarna coklat dan
dari berkas pembuluh keluar lendir berwarna abu-abu.

9.

Penyakit bercak daun serkospora (mata katak)


Penyebabnya adalah jamur Cercospora capsici. Gejala serangannya adalah

pada daun terdapat bercak bulat, berwarna putih atau pucat dengan tepian yang
berwarna lebih tua seperti mata katak. Gejala pada tangkai buah adalah
terdapatnya bercak melingkar berwarna putih kecoklatan.
10. Penyakit mozaik (virus kompleks)
Penyakit mozaik yang dapat menyerang tanaman paprika diantaranya
adalah Cucumber Mozaic Virus, Chili Veina Mottle Virus, Potato Virus Y, dan
Tobacco Mozaic Virus. Gejala yang ditimbulkan adalah daun yang terserang
menjadi belang berwarna hijau muda dan hijau tua. Ukuran daun mengecil dan
pertumbuhan tanaman terhambat sehingga tanaman menjadi kerdil.

2.2 Penerapan PHT pada Budidaya Tanaman Paprika


Menurut Prabaningrum dan Moekasan (2006) dan Moekasan dkk (2011),
penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada tanaman paprika dimulai dari
persiapan tanam hingga pascapanen. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
1.

Persiapan tanam
Persiapan tanam paprika dimulai dari persiapan rumah kasa dan media

tanam. Persiapan rumah kasa meliputi pembersihan/pencucian dinding-dinding


dengan air bersih, penyemprotan dinding dengan desinfektan atau insektisida dan
fungisida, pencabutan gulma yang tumbuh di dalam maupun sekitar rumah kaca,
dan pembersihan selang-selang irigasi. Media tanam yang digunakan adalah arang
sekam dengan kantung plastik atau polybag.
2.

Penyemaian benih
Penyemaian benih paprika sebaiknya dilakukan di dalam rumah

persemaian yang terpisah dengan rumah kasa produksi. Sebelum disemaikan,


benih direndam air hangat selama 24 jam atau larutan fungsida atau bakterisida
selama 30 menit untuk mencegah penyakit tular benih seperti layu fusarium dan
layu bakteri. Media penyemaian berupa rockwool atau arang sekam yang
dimasukkan ke dalam baki persemaian. Pada hari ke 12 -15 hari setelah semai,
benih yang telah menjadi bibit dapat dipindahkan ke dalam polybag kecil.

3.

Penanaman
Dua atau tiga hari sebelum tanam, arang sekam di dalam polybag dicuci

dengan air bersih dan sehari sebelum tanam dilakukan penjenuhan media tanam
dengan bakterisida untuk mencegah serangan penyakit layu bakteri. Polybag yang
berisi arang sekam ditanami 1 2 tanaman dengan jarak tanam pada umumnya
adalah 50 cm x 120 cm. Pemasangan mulsa plastik di guludan dan lantai rumah
kaca bertujuan mengurangi serangan hama trips dan mencegah tumbuhnya gulma.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari sekitar pukul 17.00, karena suhu
di dalam rumah kasa relatif rendah sehingga tanaman tidak layu.
4.

Pemeliharaan tanaman dan fertigasi


Tanaman paprika yang banyak dibudidayakan di rumah plastik pada saat

ini merupakan tanaman paprika tipe indeterminate sehingga tanaman tersebut


akan tumbuh terus membentuk batang dan daun baru. Tanaman paprika perlu
dipangkas untuk mendapatkan hasil optimal. Pemangkasan juga dimaksudkan
untuk memperbaiki sirkulasi udara sekitar tanaman dan membantu mengurangi
serangan penyakit. Tanaman paprika berumur 1 3 minggu biasanya membentuk
2 sampai 3 cabang, sehingga salah satu cabang perlu dipangkas untuk
memperoleh pertumbuhan yang optimal. Pemangkasan daun juga perlu dilakukan
untuk menghasilkan buah yang optimal, yaitu dengan menyisakan 2 atau 3 helai
daun pada setiap ruas cabang utama.
Fertigasi adalah pemberian air dan pupuk secara bersamaan. Fertigasi
harus difokuskan pada pemberian air dan pupuk yang dibutuhkan sesuai dengan
tahap pertumbuhan tanaman agar diperoleh hasil pertumbuhan yang optimal.
Sistem fertigasi yang banyak digunakan petani paprika adalah sistem fertigasi
manual dan sistem fertigasi tetes. Sistem fertigasi manual dilakukan dengan
menyalurkan larutan pupuk ke dalam polybag secara manual menggunakan selang
atau gayung, sedangkan sistem fertigasi tetes dilakukan dengan menyalurkan
larutan secara otomatis melalui pipa-pipa atau selang dengan bantuan pompa air.
Banyaknya volume fertigasi pada tanaman paprika tergantung umur
tanaman. Pada vase vegetatif (1 sampai < 6 minggu setelah tanam) rata-rata
adalah sebanyak 600 ml/tanaman/hari, pada fase berbunga dan mulai berbuah

(umur 6 8 minggu) sebanyak 900 mil/tanaman/hari, dan pada fase pematangan


buah (umur > 8 minuu) sebanyak 1.500 ml/tanaman/hari. Fertigasi dapat
dilakukan sebanyak 5 kali/hari untuk sistem manual atau sebanyak 10 12
kali/hari untuk sistem tetes. Pupuk yang digunakan untuk tanaman paprika terdiri
dari dua macam campuran yaitu pupuk A (mengandung Kalsium) dan pupuk B
(mengandung Sulfat dan Fosfat) atau disebut dengan pupuk AB Mix.
5.

Pencegahan OPT (pengendalian non kimiawi)


Tindakan pencegahan organisme pengganggu tamanan paprika dapat

disesuaikan dengan jenis hama atau penyakit yang menyerang. Tindakan


pencegahan yang dapat diterapkan menurut Moekasan dalam Gunadi dkk (2006)
antara lain:
a.

Hama trips
-

Penggunaan mulsa plastik perak pada lantai rumah kasa yang bertujuan
menghalau trips, sehingga diharapkan tidak menyerang tanaman paprika.

Pemasangan perangkap lekat warna biru sejak penanaman di atas kanopi


sebanyak 1 buah per 2 m2.

Pemanfaatan

musuh

alami

yaitu

kumbang

predator

Menochilus

sexmaculatus sebanyak 1 ekor per tanaman dan jamur patogen Verticillium


lecanii (konsentrasi 3 x 108 spora/ ml).
-

Pembuangan mahkota bunga yang telah layu dan melakukan penjarangan


buah-buah yang berdempetan, karena tempat-tempat tersebut merupakan
tempat persembunyian hama trips.

b.

Hama ulat grayak


-

Pengumpulan kelompok telur dan larva ulat grayak yang terdapat pada
tanaman paprika untuk lalu dimusnahkan.

Pemasangan perangkap lampu mulai penanaman sebanyak 4 buah per 500


m2 dengan tujuan menangkap imago atau ngengat.

Pemanfaatan musuh alami virus patogen SlNPV (Spodoptera litura


Nuclear Polyhedrosisvirus) dengan menyemprotkan virus patogen mulai
umur tanaman 1 minggu dengan interval 1 minggu.

c.

Hama tungau
-

Pemanfaatan musuh alami yaitu tungau predator Amblyseius sp. dan


Phytoseiulus persimilis.

d.

Hama kutu daun persik


-

Pemasangan perangkap lekat warna kuning sejak penanaman di atas


kanopi sebanyak 1 buah per 2 m2.

Pemanfaatan musuh alami yaitu parasitoid Aphidius sp., kumbang macan


M. sexmaculatus, dan larva lalat Syrphidae. Pelepasan kumbang macan
dilakukan sejak tanaman paprika berumur 1 minggu setelah tanam dan
diulang setiap minggu.

e.

Hama lalat pengorok daun


-

Pemasangan perangkap lekat warna kuning sejak penanaman di atas


kanopi sebanyak 1 buah per 2 m2.

f.

Penyakit tepung
-

Pemanfaatan serbuk belerang yang di daerah sekitar tanaman dan


melakukan pengasapan seminggu sekali menggunakan belerang yang
dibakar.

g.

Penyakit layu fusarium


-

Melakukan tindakan eradikasi selektif, yaitu dengan cara mencabut dan


memusnahkan bagian yang terserang penyakit.

h.

Penyakit layu bakteri


-

Penyiraman air yang ditambahkan kaporit sebanyak 1 ppm untuk


mencegah serangan.

Penggunaan musuh alami yaitu bakteri Pseudomonas fluorescens. Larutan

bakteri P. fluorescens sebanyak 50 ml/polybag disiramkan ke dalam


media tanam mulai umur 1 minggu setelah tanam dan diulang seminggu
sekali.

Melakukan tindakan eradikasi selektif, yaitu dengan cara mencabut dan


memusnahkan bagian yang terserang penyakit.

i.

Penyakit bercak serkospora


-

j.

Penggunaan mulsa plastik untuk menghabat penyevaran infeksi cendawan.

Penyakit mozaik
-

Melakukan tindakan eradikasi selektif, yaitu dengan cara mencabut dan


memusnahkan bagian yang terserang penyakit.

Menjaga kebersihan tangan pekerja dan peralatan yang digunakan untuk


pemeliharaan tanaman.

6.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk menghitung jumlah populasi hama dan

menaksir persentase intensitas serangannya per tanaman contoh, serta untuk


menaksir persentae intensitas serangan penyakit dan menghitung jumlah populasi
tanaman yang terserang penyakit. Kegiatan yang dilakukan antara lain
menghitung jumlah populasi trips di daun pucuk, daun atas, dan bunga per
tanaman contoh, menghitung populasi kutu daun per daun pucuk per tanaman
contoh, menaksir dan mencatat persentase serangan ulat grayak, lalat pengorok
daun, dan penyakit per tanaman contoh. Pengamatan dilakukan mulai tanaman
berumur 1 minggu dengan interval 1 minggu.
7.

Ambang pengendalian OPT dan tindakan pengendaliannya


Ambang pengendalian OPT pada tanaman paprika adalah sebagai berikut:

a.

Hama trips pada fase vegetatif (0 5 minggu setelah tanam) adalah 2,7 ekor
per daun atas, pada fase berbunga (6 10 minggu setelah tanam) adalah 0,3
trips per daun pucuk dan 0,8 trips per bunga, dan pada fase berbuah (> 11
minggu setelah tanam) adalah 0,3 trips per daun atas.

b.

Kutu daun persik sebanyak 0,7 ekor per daun pucuk.

c.

Lalat pengorok daun, ulat grayak, penyakit embun tepung, dan serkospora
dengan intensitas serangan 5%.

d.

Tungau dengan intensitas serangan 15%.


Tindakan pengendalian kimiawi dilakukan apabila populasi atau intensitas

serangan OPT telah mencapai ambang pengendalian. Pengendalian dilakukan


dengan menyemprotkan pestisida yang efektif dan dianjurkan pada tanaman yang
terserang hama. Tanaman yang terserang penyakit bercak daun serkospora dan

penyakit tepung disemprot dengan fungisida, sedangkan tanaman yang terserang


penyakit virus, layu fusarium, dan layu bakteri dapat dicabut dan dimusnahkan.
Penggunaan pestisida berdasarkan konsepsi PHT pada tanaman paprika dilakukan
sesuai prinsip enam tepat, yaitu:
a.

Tepat sasaran, artinya pemilihan pestisida harus disesuaikan dengan jenis


OPT yang menyerang.

b.

Tepat mutu, artinya pestisida yang dipilih adalah pestisida yang bermutu dan
terdaftar serta diijinkan oleh Komisi Pestisida.

c.

Tepat jenis, artinya pestisida yang digunakan harus diketahui efektif terhadap
OPT sasaran, tetapi tidak mengganggu perkembangan atau peranan musuh
alami.

d.

Tepat waktu, artinya penggunaan pestisida berdasarkan ambang pengendalian


dan pengaplikasiannya sebaiknya dilakukan pada sore hari saat suhu udara
tidak terlalu rendah ataupun tidak terlalu tinggi.

e.

Tepat dosis atau konsentrasi, artinya pestisida yang digunakan harus


mengikuti anjuran yang tertera pada label kemasan pestisida, tidak terlalu
rendah ataupun tidak terlalu tinggi.

f.

Tepat cara, artinya aplikasi pestisida harus disesuaikan dengan rekomendasi


dalam kemasan, dan pencampuran pestisida harus sesuai dengan hasil
penelitian atau yang direkomendasikan.

8.

Penanganan panen dan pascapanen


Pemanenan dilakukan pada pagi hari dengan tingkat kematangan buah

yang tepat. Tangkai buah tidak boleh cacat dan bekas tangkai yang dipotong
diolesi larutan fungisida. Buah yang telah dipanen diletakkan di tempat teduh,
dicuci, dikeringkan, kemudian dikemas dalam kotak karton berventilasi.

BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1.

Organisme pengganggu yang menyerang tanaman paprika diantaranya hama


trips, ulat grayak, tungau teh kuning dan tungau merah, kutu daun persik, lalat
pengorok daun, penyakit tepung, penyakit layu fusarium, penyakit layu
bakteri, penyakit bercak daun serkospora, dan penyakit mozaik. Di antara
oraganisme pengganggu tersebut yang paling banyak menimbulkan kerugian
dalam budidaya paprika adalah hama trips dan penyakit tepung.

2.

Penerapan PHT pada tanaman paprika dimulai dari persiapan tanam hingga
pascapanen. Sistem PHT lebih mengutamakan pencegahan dan pengendalian
non kimiawi untuk mengendalikan populasi OPT. Tindakan pengendalian non
kimiawi dapat disesuaikan dengan jenis OPT, misalnya dengan memasang
mulsa, memasang perangkap, pembuangan dan penjarangan bagian tanaman
yang terserang, serta pemanfaatan musuh alami. Tindakan pengendalian
kimiawi dilakukan apabila populasi dan intensitas serangan OPT telah
melebihi ambang pengendalian, yaitu dengan mengaplikasikan bahan kimia
(pestisida dan fungisida) pada tanaman yang terserang hama dan penyakit
dengan memerhatikan prinsip 6 Tepat, yaitu tepat sasaran, tepat mutu, tepat
jenis, tepat dosis atau konsentrasi, tepat waktu, dan tepat cara.

3.2 Saran
Petani paprika sebaiknya dapat menerapkan PHT dalam kegiatan
budidayanya. Petani harus dapat menekan penggunaan bahan kimia dalam
mengendalikan populasi OPT dan lebih mengutamakan penggunaan teknologi
ramah lingkungan atau upaya non kimiawi lainnya. Penerapan PHT pada
budidaya paprika juga masih memerlukan dukungan dari pihak-pihak terkait
untuk mendukung ketersediaan komponen teknologi pengenalian OPT, dengan
begitu penerapan PHT pada budidaya paprika dapat lebih ditingkatkan dalam
rangka memperoleh hasil produksi optimal, serta sebagai suatu upaya dalam
perlindungan tanaman yang berwawasan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Gunadi, N., T. K. Moekasan., L. Prabaningrum., H. de Putter., dan A. Everaarts.


2006. Budidaya Tanaman Paprika (Capsicum annuum var. grossum) di
dalam Rumah Plastik. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Moekasan, T. K., L. Prabaningrum., N. Gunadi., W. Adiyoga., A. Everaarts., H.
de Putter., M. van der Staaij., W. van Dijk., H. Schepers., dan F. van
Koesveld. 2011. Pengendalian Hama Terpadu pada Budidaya Paprika.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
Prabaningrum, L., dan T. K. Moekasan. 2006. Panduan Lapangan: Pengendalian
Orgaisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Paprika
Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Bandung:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Prabaningrum, L., dan T. K. Moekasan. 2011. Penerapan Teknologi Pengendalian
Hama Terpadu untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Utama pada Budidaya Paprika. Hortikultura, 21(3): 245 253.

Anda mungkin juga menyukai