Anda di halaman 1dari 6

Perhitungan Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak

oleh :
Achmad Subiyanto*)

Menjelang akhir bulan Maret masyarakat disibukkan untuk menyerahkan SPT Pajak
kepada Direktorat Jendral Pajak melalui Kantor-kantor Pelayanannya. Ada 2 jenis
pajak yaitu Pajak Penghasilan Perorangan dan Pajak Badan.

Sejak kehadiran BAZNAS yang didirikan dengan Keputusan Presiden No 8 Tahun


2001 sebagai tindak lanjut dari UU No 38 Tahun 1999, telah diusulkan agar setiap
zakat yang dibayarkan umat Islam dapat menjadi pengurang pajak. Hal ini terjadi
juga dinegara-negara lain seperti di Malaysia. Di negara-negara maju seperti di
seperti Amerika, Jerman dan lain-lainnya pengurangan berjumlah 10 % hal ini sesuai
dengan ketentuan yang ada di kitab suci mayoritas penduduk negara bersangkutan
yaitu kitab Injil.

laporan zakatMeskipun belum sesuai dengan usulan namun Pemerintah telah


menyetujui dan menetapkan Zakat sebagai pengurang dari Penghasilan Kena
Pajak. Selanjutnya kebijakan ini tidak hanya mencakup zakat saja tetapi juga
sumbangan keagamaaan yang bersifat wajib artinya perjuangan BAZNAS untuk
pengurangan pajak, juga dinikmati oleh para pemeluk agama yang lain. Besarnya
zakat dan donasi yang bisa diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan adalah
sebesar 2,5%. Namun selama ini belum pernah diberikan contoh bagaimana
dampak dari perhitungan pajak penghasilan jika membayar zakat dan jika tidak
membayar zakat.

Perhitungan berikut ini meskipun dengan contoh Pajak Penghasilan Perorangan


dapat juga di pakai untuk Perhitungan Pajak Badan Usaha.

Semoga Penduduk Indonesia dapat melakukan perhitungan Pajak dan Zakat dengan
benar. Dengan membayar zakat banyak kemanfaatan yang diperoleh baik di dunia
maupun akherat. Apalagi jika membayar infaq meskipun mengenai persoalan infaq
belum mendapatkan perhatian yang serius dari Pemerintah khususnya Kementerian
Agama dan dan Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Achmad Subiyanto di atas, Zakat dapat
berfungsi sebagai pengurang penghasilan kena pajak (PKP) pada saat SPT tahunan.
Namun, hanya pada Badan Amil Zakat Atau lembaga Amil Zakat resmi yang
disahkan pemerintah, yang diakui Bukti Setor Zakat (BSZ) nya dapat digunakan
sebagai pengurang PKP. BSZ yang diterbitkan setelah pembayaran zakat,
direkapitulasi jumlah zakat selama 12 bulan, selanjutnya jumlah tersebut
dimasukkan perhitungan penghasilan tidak kena pajak. Berikut ini contoh simulasi
perhitungan zakat sebagai pengurang PKP, dibandingkan dengan Pajak tanpa zakat.

Berzakat

(Bukti Setor Zakat)

Tanpa Berzakat

(Tanpa Bukti Setor Zakat)

Pendapatan Bruto
Rp. 300.000.000,00

Rp. 300.000.000,00

Potongan
Rp.

Rp.

5.000.000,00

5.000.000,00

Zakat
Rp. 10.000.000,00

Pendapatan Netto
Rp. 285.000.000,00

Rp. 295.000.000,00

Pengeluaran Lainnya
Rp.

5.000.000,00

Rp.

5.000.000,00

PTKP
Rp. 21.000.000,00

Rp. 21.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak


Rp. 259.000.000,00

Rp. 269.000.000,00

Pajak telah dibayar

Rp. 25.000.000,00

Rp. 25.000.000,00

Pajak terhutang *)
Rp . 41.250.000,00

Rp. 43.750.000,00

Sisa Pajak belum dibayar


Rp.

16.250.000,00

Rp. 18.750.000,00

Dampak dari membayar zakat Tidak termasuk orang kikir dan orang kafir (Q.S. AnNisa: 36-37) Tidak berzakat adalah termasuk orang kikir dan digolongkan sebagai
orang yang kafir (Q.S. An-Nisa: 36-37)
Tidak digolongkan sebagai orang fasik. (Q.S. At-Taubah: 24)
digolongkan sebagai orang fasik (Q.S. At-Taubah: 24)

Tidak berzakat

Tidak dikategorikan sebagai orang musyrik (Q.S. Fushshilat: 6-7) Tidak berzakat
dikategorikan sebagai orang yang musyrik (Q.S. Fushshilat: 6-7)
Terhindar dari neraka saqar (Q.S. Al-Mudasir: 42-44) Tidak memberikan makan orang
miskin (termasuk dalam kategori 8 asnaf, salah satunya miskin sebagai orang
penerima zakat atau mustahik), maka orang tersebut dimasukkan dalam neraka
saqar (Q.S. Al-Mudasir: 42-44)
Membantu dalam mengurangi angka kemiskinan (sebagai ibadah)
berpartisipasi dalam mengurangi kemiskinan
Pajak yang dibayar rendah yaitu Rp. 41,25 juta
sebesar Rp. 43,75 juta
*) Perhitungan Pajak Terhutang

Belum

Pajak yang dibayar tinggi

Berzakat
5% X Rp 50 jt

Rp.

2.500.000,00

15%X Rp 200 jt

Rp. 30.000.000,00

25%X Rp 35 jt

Rp.

8.750.000,00

Rp 41.250.000,00

Tanpa Berzakat
5%X Rp 50 jt

Rp.

2.500.000,00

15%X Rp 200 jt

Rp. 30.000.000,00

25%X Rp 45 jt

Rp. 11.250.000,00

Rp. 43.750.000,00

Wajib Zakat/ Muzakki yang membayarkan zakatnya melalui BAZNAS, akan


mendapatkan Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) dan Bukti Setor Zakat (BSZ).
Bentuk dan contoh nya seperti dokumentasi berikut ini :

Nomor Pokok Wajib ZakatBukti Setor Zakat

Pengelolaan zakat yang terintegrasi secara nasional, menjadikannya harus siap


siaga melayani ummat dengan optimal, transparan, akuntabel, dan bersinergi
dalam upaya memberantas kemiskinan, meingkatkan kesejahteraan masyarakat
dan martabat bangsa. Sebagaimana dicontohkan sejak zaman Rasulullh SAW dan
para sahabat, dimana zakat selalu dibayarkan melalui baitul mal/ Amil resmi yang
ditunjuk negara. Dengan demikian, tidak alasan untuk tidak membayar zakat,
karena berharta namun tidak berzakat adalah KORUPSI.

*) Achmad Subiyanto adalah Ketua Gerakan Memakmurkan Masjid, Ketua Komisi


Pengawas BAZNAS 2005-2011, Penasehat ISEI Cabang Jakarta 2001-2011, Ketua
Umum Fokkus, Babinrohis Pusat, Mantan bendahara DPN KORPRI 2004-2009,
Mantan Ketua IV PWRI 2003-2009, Ketua Umum Federasi Perasuransian Indonesia
2003, Ketua Umum Asosiasi Jaminan Sosial dan Jaminan Sosial 2000-2008, Direktur
Utama PT Taspen 2000-2008

Anda mungkin juga menyukai