Oleh:
@ 2015
Hak Cipta ada pada penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah berjudul Gambaran Kadar Detergen pada Air Aliran Sungai Desa
Mekar Kecamatan Martapura Timur Maret 2015 telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin
Jurusan Analis Kesehatan.
Banjarbaru,
Pembimbing I
Agustus 2015
Pembimbing II
H.Akhmad Muntaha,S.Pd.,MM
NIP. 19591106 198903 1 003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
H.Akhmad Muntaha,S.Pd.,MM
NIP. 19591106 198903 1 003
(............)
(............)
(............)
PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM
: P07134112418
Angkatan
: 2012
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah saya yang berjudul :
Gambaran Kadar Detergen pada Air Aliran Sungai Desa Mekar Kecamatan
Martapura Timur Maret 2015
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar benarnya.
Banjarbaru,
Juli 2015
Nama
NIM
: P07134112418
: Laki laki
Agama
: Islam
Alamat
Asal sekolah
: 1. Tk Pertiwi
2. SDN Nawin Hilir 1
3. MTsN 1 Haruai
4. MAN3 Haruai
ABSTRAK
Gambaran Kadar Detergen Pada Air Aliran Sungai Desa Mekar
Kecamatan Martapura Timur Maret 2015
Penulis: Ahmad Herdian Ramadhani
Pembimbing: Haitami, Akhmad Muntaha
Detergen merupakan bahan pembersih yang mengandung senyawa aktif
yang menimbulkan buih pada permukaan air, yang akan mempengaruhi persediaan
oksigen di dalam air dan mengganggu kehidupan biota air. Dengan makin luasnya
pemakaian detergen maka risiko bagi kesehatan manusia maupun kesehatan
lingkungan pun makin rentan. Limbah detergen dapat menimbulkan dampak yang
merugikan bagi lingkungan yang selanjutnya akan mengganggu dan mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar
detergen pada air aliran sunga Desa Mekar Kecamatan Martapura masih memenuhi
syarat baku mutu air sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Penelitian ini
bersifat survei deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah air aliran sungai di sekitar
Desa Mekar Kecamatan Martapura Timur. Hasil penelitian menunjukkan kadar
detergen surfaktan anionik dalam MBAS berkisar antara 2,63 - 3,03 mg/L.
Kesimpulan dari penilitian ini menunjukkan bahwa semua titik pengambilan sampel
tidak memenuhi syarat kualitas baku mutu air sungai untuk kelas 1 menurut Peraturan
Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Untuk kadar surfaktan anionik, kadar maksimal yang diperbolehkan
yaitu 200g/L (0,2 mg/L).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya serta Shalawat dan Salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW sehingga
penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Gambaran Kadar Detergen pada Air Aliran
Sungai Desa Mekar Kecamatan Martapura Timur Maret 2015 dapat diselesaikan. Karya
Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
predikat Ahli Madya Analis Kesehatan di Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan
Analis Kesehatan.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, karena
itu dengan penuh hormat dan tulus hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Oleh karena itu, dengan penuh hormat dan tulus hati, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak H. Akhmad Muntaha, S.Pd., MM. selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan
sekaligus dosen pembimbing II dengan kesungguhan hati meluangkan waktu
memberikan bimbingan kepada penulis demi selesainya proposal Karya Tulis Ilmiah
ini.
2.
Ibu Dra. Ratih Dewi Dwiyanti M.Kes selaku Ka. Prodi D III Jurusan Analis
Kesehatan.
3.
4.
Ibu Dra.Nurlailah, Apt., M.Si selaku dosen penguji proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
5.
Seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, nasehat, semangat, kasih sayang dan
bantuan baik moril maupun materil yang sampai kapanpun tak sanggup penulis balas.
6.
Seluruh teman-teman keluarga besar Analis Kesehatan 2012 yang telah berbagi suka
dan duka, serta mendorong dan memberikan semangatnya dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari keterbatasan isi tulisan ini, oleh sebab itu segala kritik dan saran
menuju perbaikan sangat diharapkan. Demikianlah Karya Tulis Ilmiah ini disusun. Semoga
bermanfaat bagi segenap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................
HALAMAN HAK CIPTA...........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS..............................................................
HALAMAN RIWAYAT HIDUP................................................................
ABSTRAK....................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................
DAFRTAR GAMBAR..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
BAB I
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x
xi
xii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 3
C. Batasan Masalah ..................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian.................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kualiats air.............................................................................. 5
B. Detergen.................................................................................. 8
C. Surfaktan................................................................................. 10
D.Metode MBAS ...................................................................... 13
E. Landasan Teori........................................................................ 15
F. Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................. 17
B. Populasi dan Sampel............................................................... 17
C. Waktu dan Tempat Penelitian................................................. 17
D. Instrumen Penilitian................................................................ 18
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................... 18
F. Cara Pengumpulan Data dan Pemeriksaan ............................. 19
G. Pengolahan dan Analisi Data ................................................. 24
H. Kesulitan dan Kelemahan penelitian. ..................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Tempat Penelitian................................................. 25
B. Hasil penelitian....................................................................... 26
C. Pembahasan ............................................................................ 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 33
B. Saran ....................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil pembacaan variasi konsentrasi larutan standar LAS ............ 27
Tabel 4.2 Kadar surfaktan anionik tiap titik pengambilan sampel .................. 28
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang dinamik (dynamic resources), dan
memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
Indonesia dalam segala bidang, sehingga memberikan implikasi
rakyat
dimanfaatkan
untuk
PLTA, perikanan,
pertanian,
hampir
seluruh
dan
rekreasi
(Poedjioetami, 2008).
Pencemaran air sungai disebabkan oleh banyaknya air limbah yang masuk ke
dalam sungai yang berasal dari berbagai sumber pencemaran yaitu dari limbah
industri, domestik, peternakan, pertanian dan sebagainya. Limbah domestik bisa
berasal dari air cucian seperti sabun, detergen, minyak dan pestisida. Detergen
merupakan bahan pembersih yang mengandung senyawa aktif yang menimbulkan
buih pada permukaan air, yang akan memengaruhi persediaan oksigen di dalam air
dan mengganggu kehidupan biota air, sehingga menimbulkan masalah lingkungan
karena dalam suasana anaerob, zat organik terurai menjadi nitrit, ammonia, asam
sulfida yang menimbulkan bau (Suripin, 2002).
Air limbah detergen termasuk polutan atau zat yang mencemari lingkungan
karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS (Alkyl Benzene Sulphonate) yang
merupakan detergen tergolong keras. Detergen tersebut sukar dirusak oleh
Rumusan Masalah
Berapa kadar detergen dalam air aliran sungai di sekitar Desa Mekar Kecamatan
Martapura Timur ?
C.
Batasan Masalah
Penilitian ini dibatasi hanya untuk mengukur kadar surfaktan anionik yang ada
didalam detergen pada air aliran sungai di sekitar Desa Mekar Kecamatan Martapura
Timur.
D.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui apakah kadar detergen pada air aliran sungai di sekitar desa Mekar
Kecamatan Martapura Timur masih memenuhi syarat baku mutu air Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
2. Tujuan khusus
a.
b.
E.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk
lebih menambah pengetahuan dan wawasan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber pustaka dan membantu proses pembelajaran serta
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kualitas Air
Kualitas air adalah kondisi yang diukur dan diuji berdasarkan parameterparameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115
tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter
ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Masduqi, 2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia,
fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah
upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan.
Tubuh manusia 70% terdiri atas air. Sebaliknya di dalam badan air terdapat bendabenda hidup yang sangat menentukan karakteristik air tersebut, baik secara fisis
maupun secara biologis.
Air mempunyai sifat melarutkan bahan kimia. Abel Wolman menyatakan
bahwa air mempunyai rumus H2O + X dimana X merupakan zat-zat yang
dihasilkan air buangan oleh aktivitas manusia selama beberapa tahun. Dengan
bertambahnya aktivitas manusia, maka faktor X dalam air akan bertambah dan
menimbulkan masalah.
Faktor X merupakan zat-zat kimia yang larut dalam air dan dapat
menimbulkan masalah seperti, toksisitas dan reaksi-reaksi
yang menyebabkan,
pengendapan yang berlebihan, timbulnya busa yang menetap dan sulit untuk
dihilangkan, timbulnya respon fisiologis yang tidak diharapkan terhadap rasa,
perubahan dari perwujudan fisik air (Dwi, 2006).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 mengenai
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air bahwa Pemerintah
Provinsi mengkoordinasikan pengelolaan kualitas air dan melakukan pengendalian
pencemaran air pada sumber air yang merupakan lintas Kabupaten/Kota.
Oleh karena itu dalam pengelolaan dan pengendalian pencemaran air pada
sumber air yang lintas kabupaten/kota diperlukan adanya koordinasi dengan
kabupaten/kota serta kerjasama dengan berbagai sektor terkait lainnya.
Koordinasi
dan
Fasilitasi
Pengendalian
Pencemaran
Air
dengan
oleh
Pemerintah
Provinsi
maupun
oleh
Detergen
Detergen merupakan produk teknologi yang strategis, karena telah menjadi
bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat modern mulai rumah tangga sampai
industri. Di sisi lain, detergen harus memenuhi sejumlah persyaratan seperti fungsi
jangka pendek (short therm function) atau daya kerja cepat, mampu bereaksi pada
suhu rendah, dampak lingkungan yang rendah dan harga yang terjangkau (Jurado, E
et all, 2006).
Dibandingkan dengan produk terdahulu, sabun, detergen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh
oleh kesadahan air. Pada umumnya detergen bersifat surfaktan anionik yang berasal
dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (Chantraine, F et all, 2009).
Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai dikembangkan dengan gugus
utama surfaktan adalah ABS (Alkyl Benzene Sulfonate) yang sulit di biodegradabel,
maka pada tahun 1965 industri mengubahnya dengan yang biodegradabel yaitu
dengan gugus utama surfaktant LAS (Linier Alkyl Benzene Sulfonate). Menurut
Asosiasi Pengusaha Detergen Indonesia (APEDI), surfaktan anionik yang digunakan
di Indonesia saat ini adalah alkyl benzene sulfonate rantai bercabang (ABS) sebesar
40% dan linier alkyl benzene sulfonate rantai lurus (LAS) sebesar 60%. Alasan
penggunaan ABS antara lain karena harganya murah, stabil dalam bentuk krim pasta
dan busanya melimpah. Dibandingkan dengan LAS, ABS lebih sukar diuraikan
secara alami sehingga pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang
dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan
penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam
produk detergen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk
krim pasta dan busanya melimpah (Anonim, 2009).
Bahan bahan yang umum terkandung pada detergen adalah :
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hidropilik (suka air) dan hidrophobik (suka
lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Salah satu surfaktan jenis anionik adalah LAS (Linier Alkyl Benzene
Sulfonate).
2.
Surfaktan
Sejak tahun 1945 terdapat bermacam-macam detergen sintetis sebagai
pengganti sabun. Sebagian besar detergen mengandung 20-30 persen surfaktan dan
70-80 persen bahan pengisi. Bahan pengisi yang biasa digunakan dalam pembuatan
detergen diantaranya surfaktan, natrium sulfat, natrium tripolifosfat, natrium silikat
dan bahan lain yang dapat meningkatkan kemampuan mencuci (Dwi, 2006).
Surfaktan sebagai komponen utama dalam detergen dan memiliki rantai kimia
yang sulit didegradasi (diuraikan) alam. Pada mulanya surfaktan hanya digunakan
sebagai bahan utama pembuat detergen. Namun karena terbukti ampuh
membersihkan kotoran, maka banyak digunakan sebagai bahan pencuci lain.
Surfaktan merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang dapat
diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi. Sifat aktif permukaan yang
dimiliki surfaktan diantaranya mampu menurunkan tegangan permukaan, tegangan
antar muka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi. Hal ini membuat surfaktan
banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti industri sabun, detergen, produk
kosmetika dan produk perawatan diri, farmasi, pangan, cat dan pelapis, kertas, tekstil,
pertambangan dan industri perminyakan, dan lain sebagainya (Scheibel.J, 2004).
Surfaktan dalam air akan membentuk dispersi koloid. Dalam larutan itu
mengandung agregat dari molekul-molekul surfaktan yang disebut misel. Di bagian
tengah misel terdapat gugus polar, sedangkan gugus nonpolar membentuk
permukaan misel yang berhubungan dengan air. Pada waktu melepaskan kotoran,
molekul surfaktan mengemulsikan butiran minyak atau lemak. Ujung hidrophilik
akan tertarik pada kotoran dan akan mengelilinginya sehingga ujung hidrophobik
akan mengangkat kotoran dari serat pakaian (Dwi, 2006).
Menurut Irsyad dalam Dwi (2006) Surfaktan dibagi menjadi tiga jenis :
1. Surfaktan anionik
Surfaktan anionik adalah garam natrium surfaktan yang terurai
menjadi ion, menghasilkan Na+ dan muatan negatif sebagai ion permukaan
yang aktif dalam bentuk sulfat dan sulfonat.
a. Surfaktan Bentuk Sulfat
Alkohol rantai panjang yang diolah dengan asam sulfat
memproduksi sulfat dengan permukaan aktif. Alkohol rantai
panjang yang digunakan biasanya alkohol dodesil dan lauril.
Misalnya natrium lauril sulfat.
C12H25OH + H2SO4
Lauryl Alkohol
Alkohol sulfat menetralisir natrium hidroksida untuk
memproduksi surfaktan.
C12H25 O SO3H + NaOH
yang
merupakan
ikatan
primer
ke
cincin
atom karbon
sekunder.
Surfaktan yang paling umum digunakan adalah LAS
(Linear Alkyl Benzene Sulfonate) yang salah satu contohnya adalah
dodesil benzene sulfonat.
2. Surfaktan kationik
Adalah garam ammonium kuarterner. Hidrogen dari ion ammonium
telah ditempatkan dengan kelompok alkil. Permukaan aktifnya telah terkandung
dalam kationik. Surfaktan kationik menggunakannya sebagai alat perantara
sanitasi untuk membersihkan, jika air panas tidak tersedia. Misalnya, senyawa
ammonium klorida kuarterner, (RCH3N)+ Cl-.
3.
D.
ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak
berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Elektron pada kulit terluar ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif (Dachriyanus, 2004).
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya.
Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas
sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies
penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan
jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik (Rohman, 2007).
Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada
mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak
energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam
daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah
dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih
pendek (Masriyanti, 2012).
Methylene Blue digunakan untuk uji coba bahan pewarna organik. Bahan
pewarna organik yang berwarna biru tua ini, akan menjadi tidak berwarna apabila
oksigen pada sampel (air yang tercemar yang sedang dianalisis) telah habis
dipergunakan (Mahida, 1981).
Surfaktan anionik bereaksi dengan warna biru metilen membentuk pasangan
ion baru yang terlarut dalam pelarut organik, intensitas warna biru yang terbentuk
diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan
yang diukur setara dengan kadar surfaktan anionik (Anonim, 2009)
E.
Landasan Teori
Umumnya detergen yang digunakan sebagai pencuci pakaian merupakan
detergen anionik karena memiliki daya bersih yang tinggi. Pada detergen anionik
sering ditambahkan zat aditif lain seperti golongan ammonium kuartener alkyl
dimethyl benzyl-ammonium cloride, diethanolamine (DEA), chlorinated trisodium
phospate (chlorinated TSP), (builder) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium
lauryl sulfate (SLS), linear alkyl benzene sulfonate (LAS). Golongan ammonium
kuartener ini dapat membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui
bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.
Detergen keras berbahaya bagi ikan walaupun konsentrasinya kecil, misalnya
natrium dodesil benzene sulfonat dapat merusak insang ikan, biarpun hanya 5 ppm.
Tanaman air juga dapat terganggu jika kadar detergen tinggi yakni fotosintetis dapat
terhenti (Sastrawijaya, 2000).
Permasalahan juga ditimbulkan oleh detergen yang mengandung banyak
polifosfat yang merupakan penyusun detergen yang masuk ke badan air. Poliposfat
dari detergen ini diperkirakan memberikan kontribusi sekitar 50% dari seluruh fosfat
yang terdapat di perairan. Keberadaan fosfat yang berlebihan menstimulir terjadinya
eutrofikasi (pengayaan) perairan (Effendi, 2003).
F.
Sumber surfaktan :
Air limbah
rumah tangga
Air limbah
laundry
Industri
Reagen
Penetapan
konsentrasi
surfaktan
Perairan
Alat
metode
Menimbulkan
pencermaran air
Mengganggu
kehidupan biota air
Mengganggu
kesehatan manusia
Konsentrasi
surfaktan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survei deskriptif yaitu suatu
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu
keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2012).
B.
C.
D.
Instrumen Penelitian
1. Alat
b. Hulu sungai
Hulu sungai adalah bagian badan air yang berada 50 meter sebelum Desa
Mekar Kecamatan Martapura Timur.
c. Badan air
Badan air adalah daerah aliran sungai di sekitar Desa Mekar yang berjarak
300 meter.
d. Hilir sungai
Hilir sungai adalah bagian badan air yang berada 50 meter setelah Desa
Mekar Kecamatan Martapura Timur.
e. Metode
Metode
MBAS
p) tepatkan isi labu ukur pada langkah j) hingga tanda tera dengan
kloroform.
q) ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm dan catat
serapannya, pengukuran dilakukan tidak lebih dari 3 jam setelah
ekstraksi.
r) buat kurva kalibrasi dari butir q) di atas atau tentukan persamaan garis
lurusnya. (SNI 06-6989.51-2005)
e. Prosedur uji
a) ukur contoh uji sebanyak 100 mL secara duplo dan masukkan
ke
G.
H.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada saat ini penduduk desa masih menggunakan air sungai untuk keperluan seharihari.
B. Hasil Penelitian
Cara uji yang digunakan untuk penentuan kadar surfaktan anionik dalam air
dan air limbah adalah menggunakan biru metilen dan diukur menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm.
Berikut adalah hasil permbuatan kurva baku dan tabel kadar surfaktan anion
tiap titik pengambilan sampel:
1. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Untuk
pengukuran
konsentrasi
surfaktan
dalam
air
secara
NO
Konsentrasi
(x)
Absorbansi
(y)
0,0
0,000
0,4
0,080
0,8
0,133
1,2
0,144
2,0
0,188
0,250
y = 0,0877x + 0,0319
R = 0,8765
0,200
0,150
Absorbansi
0,100
0,050
0,000
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
Kode Sampel
AbsorbansiSampel
Konsentrasi
Sampel (ppm)
Hulu
0,287
2,94
Badan A
0,295
3,03
Badan B
0,271
2,76
Badan C
0,260
2,63
Badan D
0,278
2,84
Hilir
0,288
2,95
3,1
3
2,9
2,8
2,7 2,94mg/L 3,03mg/L
2,6
2,76mg/L
2,5
2,84mg/L
2,95mg/L
2,63mg/L
2,4
Hulu
Badan A
Badan B
Badan C
Badan D
Hilir
Jawa dimana Sungai di Pulau Jawa alirannya deras, sungainya pendek, dan tidak
berfungsi untuk lalu lintas air. Sedangkan di Pulau Kalimantan alirannya tenang,
sungainya panjang, muara digunakan untuk lalu lintas air dan juga masyrakatnya
sangat tergantung dengan keberadaan sungai yang digunakan untuk kebutuhan
sehari hari seperti MCK.
Hal tersebut menimbulkan dampak pencemaran air yang diakibatkan oleh
detergen. Detergen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif
untuk jangka waktu yang lama di dalam air, mencemari air dan meracuni berbagai
organisme air.
Penggunaan detergen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa
fosfat pada air sungai atau danau yang merangsang pertumbuhan ganggang dan
eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali
menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi
masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis.
Tumbuhan air (eceng gondok dan ganggang) yang mati membawa akibat proses
pembusukan tumbuhan ini akan menghabiskan persediaan oksigen. Material
pembusukan tumbuhan air akan mengendapkan dan menyebabkan pendangkalan.
Pengambilan sampel yang dilakukan di musim hujan dapat mempengaruhi
konsentrasi surfaktan anionik karena terencerkan oleh volume air yang turun dari
hujan akan tetapi tidak mempengaruhi terhadap konsentrasi surfaktan anionik,
dikarenakan kebiasaan masyrakat yang tetap melakukan aktivitas mencuci
dibantaran sungai hal ini dapat terus meningkatkan kadar surfaktan anionik yang
kemudian menimbulkan konsenstrasi surfaktan anionik dengan jumlah yang besar
ditambah lagi dengan sifat detergen memiliki tingkat biodegradable sangat rendah,
seperti LAS terdegradasi sampai 50 persen. Akan tetapi prorsesnya sangat lambat,
karena dalam memecah bagian ujung rantai kimianya khususnya ikatan o-mega
harus diputus dan butuh proses beta oksidasi, karena itu perlu waktu. Penelitian
Heryani dan Puji (2008) mendapatkan hasil bahwa alam membutuhkan waktu 9
hari untuk menguraikan 50% LAS.
Detergen ABS sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh
adanya rantai bercabang pada spektrumya. Dengan tidak terurainya secara biologis
detergen ABS, perairan yang terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi oleh busa,
menurunkan tegangan permukaan dari air dan memusnahkan bakteri yang berguna.
Surfaktan adalah bahan yang paling penting pada produk detergen (hingga
15-40% dari total formulasi detergen). Zat ini dapat mengaktifkan permukaan,
karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang
dapat menaikkan dan menurunkan tegangan permukaan.
Efek negatif dari surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar,
hilangnya kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan
permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit
manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia dengan
kandungan 1% linear alkyl benzene sulfonate (LAS) dan Alpha Olefin Sulfonate
(AOS) dengan akibat iritasi sedang pada kulit. Sisa bahan surfaktan yang terdapat
dalam detergen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan
air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun
dan berbahaya bagi kesehatan.
Limbah domestik baik rumah tangga atau limbah usaha skala kecil seperti
air sisa detergen dan air sisa sabun mandi harus diolah dan tidak boleh
membuangnya melalui septic-tank, guna mengindari pencemaran air tanah
disekitarnya.
Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD) Jakarta, mengisyaratkan
warga agar menyediakan alat pengolahan limbah, yaitu Biofilter. Alat ini mampu
menghasilkan air olahan sesuai dengan baku mutu, dan aman bagi lingkungan.
Dengan menggunakan sistem biofilter, dan umumnya terbuat dari fiberglass. maka
limbah cucian dan limbah septic-tank sudah terolah hingga mencapai baku mutu.
Dan menggantikan septic tank yang cara kerjanya merembeskan limbah ke tanah
sehingga tidak ada lagi rembesan. Namun masih diperlukan sosialisasi kepada
pemilik rumah yang sudah memiliki septic-tank, subsidi alat bagi perumahan
kumuh dan harga alat yang mahal (Anonimous, 2009).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium Kimia Dasar Analis
Kesehatan Poltekkes Banjarmasin serta pembahasan-pembahasan yang dilakukan,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengukuran konsentrasi surfaktan anionik yang didapat pada air
Sungai Martapura Desa Mekar pada bagian hulu sebesar 2,94 mg/L., bagian
badan air A sebesar 3,03 mg/L., bagian badan air B sebesar 2,76 mg/L., bagian
badan air C sebesar 2,63 mg/L., bagian badan air D sebesar 2,84 mg/L., dan pada
bagian hilir sebesar 2,95 mg/L.
2. Berdasarkan pengukuran konsentrasi surfaktan anionik didapatkan konsentrasi
surfaktan anionik air sungai di Desa Mekar tidak memenuhi syarat kualitas baku
mutu air sungai untuk kelas I menurut Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Untuk
kadar surfaktan anionik, kadar maksimal yang diperbolehkan yaitu 200 g/L (0,2
mg/L).
B. Saran
1. Bagi industri sebaiknya lebih banyak membuat produk detergen ramah
lingkungan. Seperti detergen dengan kandungan fosfat yang rendah serta
mengelola limbah detergen dengan menggunakan sistem biofilter.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebaiknya melakukan tindakan untuk
menjaga kelestarian sungai. Karena dalam jangka panjang jumlah penduduk
akan semakin padat sehingga dapat mempengaruhi peningkatan limbah
domestik dan pencemaran sungai.
3. Bagi masyarakat untuk tidak membuang limbah rumah tangga atau bahanbahan berbahaya ke sungai dan menjaga kelestarian Sungai Martapura.
4. Untuk peneliti selanjutnya penulis menyarankan untuk meneliti tentang metode
pengukuran konsentrasi surfaktan selain surfaktan anionic.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 82 TAHUN 2001
TANGGAL 14 DESEMBER 2001
TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS
AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
KELAS
PARAMETER
KETERANGAN
SATUAN
I
II
III
IV
FISIKA
Tempelatur
Residu Terlarut
mg/ L
deviasi
deviasi
deviasi
1000
1000
1000
deviasi 5
2000
Deviasi temperatur
dari keadaan
almiahnya
Residu Tersuspensi
mg/L
50
50
400
400
Apabila secara
alamiah di luar
rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan kondisi
alamiah
KIMIA ANORGANIK
pH
6-9
6-9
6-9
5-9
BOD
mg/L
12
COD
mg/L
10
25
50
100
DO
mg/L
mg/L
0,2
0,2
NO 3 sebagai N
mg/L
10
10
20
20
NH3-N
mg/L
0,5
(-)
(-)
(-)
Arsen
mg/L
0,05
Kobalt
mg/L
0,2
0,2
0,2
0,2
Barium
mg/L
(-)
(-)
(-)
Boron
mg/L
Selenium
mg/L
0,01
0,05
0,05
0,05
Kadmium
mg/L
0,01
0,01
0,01
0,01
Khrom (VI)
mg/L
0,05
0,05
0,05
0,01
Tembaga
mg/L
0,02
0,02
0,02
0,2
Bagi perikanan,
kandungan amonia
bebas untuk ikan
yang peka d 0,02
mg/L sebagai NH3
Besi
mg/L
0,3
(-)
(-)
(-)
Timbal
Mangan
mg/L
mg/L
0,03
0,1
0,03
(-)
0,03
(-)
1
(-)
Air Raksa
mg/L
0,001
0,002
0,002
0,005
Seng
Khlorida
mg/L
mg/l
0,05
600
0,05
(-)
0,05
(-)
2
(-)
Sianida
mg/L
0,02
0,02
0,02
(-)
Fluorida
mg/L
0,5
1,5
1,5
(-)
Nitrit sebagai N
Sulfat
Khlorin bebas
mg/L
mg/L
0,06
400
0,06
(-)
0,06
(-)
(-)
(-)
mg/L
0,03
0,03
0,03
(-)
mg/L
0,002
0,002
0,002
(-)
Fecal coliform
jml/100 ml
100
1000
2000
2000
-Total coliform
jml/100 ml
1000
5000
10000
10000
Belereng sebagai
0,1 mg/L
H2S
MIKROBIOLOGI
-RADIOAKTIVITAS
- Gross-A
Bq /L
0,1
0,1
0,1
0,1
- Gross-B
Bq /L
ug /L
1000
1000
1000
(-)
ug /L
200
200
200
(-)
Senyawa Fenol
ug /L
(-)
BHC
ug /L
210
210
210
(-)
Aldrin / Dieldrin
ug /L
17
(-)
(-)
(-)
Chlordane
ug /L
(-)
(-)
(-)
DDT
ug /L
Heptachlor dan
ug /L
18
(-)
(-)
(-)
Lindane
ug /L
56
(-)
(-)
(-)
Methoxyclor
ug /L
35
(-)
(-)
(-)
Endrin
ug /L
(-)
KIMIA ORGANIK
sebagai Fenol
heptachlor epoxide
Toxaphan
ug /L
(-)
(-)
(-)
SNI 06-6989.51-2005
Air dan air limbah Bagian 51 : Cara uji kadar surfaktan anionik dengan
spektrofotometer secara biru metilen
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan
ICS 13.060.01
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk
dikomersialkan
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
Prakata ............................................................................................................................
ii
5 Rekomendasi .............................................................................................................
Bibliografi .........................................................................................................................
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan
Daftar isi
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
SNI ini merupakan hasil kaji ulang dan revisi dari SNI 06-2476-1991, Metode pengujian
kadar detergen dalam air dengan alat spektrofotometer secara biru metilena. SNI ini
menggunakan referensi dari metode standar internasional yaitu Standard Methods for the
Examination of Water and Wastewater, 20th Edition (1998), 5540A and 5540C, editor L. S.
Clesceri, A.E. Greenberg, A.D. Eaton, APHA, AWWA and WEF, Washington DC. SNI
ini telah melalui uji coba di laboratorium pengujian dalam rangka validasi dan verifikasi
metode serta dikonsensuskan oleh Subpanitia Teknis Kualitas Air dari Panitia Teknis 207S,
Panitia Teknis Sistem Manajemen Lingkungan dengan para pihak terkait.
Standar ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat yang
mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis, pemerintah terkait dari pusat
maupun daerah pada tanggal 3 4 November 2004 di Depok.
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan
Prakata
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
ii
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
Ruang lingkup
Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar surfaktan anionik dalam air dan air limbah
secara biru metilen dan diukur menggunakan spektrofotometer dengan kisaran kadar 0,025
mg/L sampai 2,0 mg/L pada panjang gelombang 652 nm.
2.1
larutan induk
larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan digunakan untuk membuat
larutan baku dengan kadar yang lebih rendah
2.2
larutan baku
larutan induk yang diencerkan dengan air suling sampai dengan kadar tertentu
2.3
1 dari 16 dari 6
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan
Air dan air limbah Bagian 51 : Cara uji kadar surfaktan anionik
dengan spektrofotometer secara biru metilen
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
larutan
kerja
larutan baku yang diencerkan dan digunakan untuk membuat kurva kalibrasi
2.4
kurva kalibrasi
grafik yang menyatakan hubungan kadar larutan baku dengan hasil pembacaan absorbansi,
yang biasanya merupakan garis lurus
2.5
larutan blanko
air suling yang diperlakukan sama dengan contoh uji
Cara uji
3.1
Prinsip
Surfaktan anionik bereaksi dengan biru metilen membentuk pasangan ion berwarna biru
yang larut dalam pelarut organik. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm. Serapan yang terukur setara dengan kadar
surfaktan anionik.
3.2
Bahan
a)
serbuk Alkil Sulfonat Linier (LAS) atau natrium lauril sulfat
(C12H25OSO3Na);
2 dari 26 dari 6
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
b)
larutan indikator fenolftalin
0,5%;
Larutkan 0,5 g fenolftalin dengan 50 mL alkohol 95% di dalam gelas piala 250 mL.
Tambahkan 50 mL air suling dan beberapa tetes larutan NaOH 0,02 N sampai warna
merah
muda.
3 dari 36 dari 6
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
Larutkan 4,0 g NaOH dengan 50 mL air suling di dalam labu ukur 100 mL, tambahkan air
suling sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
d)
1N;
f)
g)
p.a;
kloroform (CHCl3)
h) larutan pencuci;
Ambil 41 mL H2SO4 6N dan masukkan ke dalam labu ukur 1000 mL yang berisi 500
mL air suling. Tambahkan 50 g natrium dihidrogen fosfat monohidrat (NaH2PO4.H2O),
4 dari 46 dari 6
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
kocok hingga larut sempurna kemudian tambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan
dihomogenkan.
i)
hidrogen peroksida (H2O2)
30%;
j)
isopropil alkohol (iC3H7OH);
3.3
Peralatan
a) spektrofotometer;
b) timbangan analitik;
c) corong pemisah 250 mL (dianjurkan dengan cerat dan tutup terbuat dari teflon);
d) labu ukur 100 mL; 500 mL dan 1000 mL;
e) gelas piala 200 mL;
f) pipet volumetrik 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL;
dan g) pipet ukur 5 mL dan10 mL.
3.4
3.4.1
Persiapan pengujian
Larutkan 1,000 g LAS 100% aktif atau natrium lauril sulfat (C12H25OSO3Na) dengan 100
mL air suling dalam labu ukur 1000 mL kemudian tambahkan air suling hingga tepat tanda
tera dan dihomogenkan.
5 dari 56 dari 6
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
CATATAN Simpan larutan induk surfaktan anionik di dalam lemari pendingin untuk
mengurangi biodegradasi. Bila terbentuk endapan, larutan ini tidak dapat dipergunakan.
6 dari 6 dari 6
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
Pipet 10 mL larutan induk surfaktan anionik 1000 mg/L dan masukkan ke dalam labu ukur
100 mL, kemudian tambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan dihomogenkan.
3.4.3
a) pipet 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL larutan baku surfaktan anionik 100 mg/L dan
masukkan masing-masing ke dalam labu ukur 250 mL;
b) tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera sehingga diperoleh kadar surfaktan
anionik 0,4; 0,8; 1,2 dan 2,0 mg/L MBAS.
CATATAN Larutan kerja dapat di buat dari larutan baku surfaktan siap pakai yang
diperdagangkan.
3.4.4
a) optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar
surfaktan anionik;
b) ambil masing-masing 100 mL larutan blanko dan larutan kerja dengan kadar surfaktan
anionik 0,4 mg/L; 0,8 mg/L; 1,2 mg/L dan 2,0 mg/L kemudian masing-masing masukkan
ke dalam corong pemisah 250 mL;
c) tambahkan masing-masing larutan biru metilen sebanyak 25 mL;
d) tambahkan masing-masing 10 mL kloroform, kocok kuat-kuat selama 30 detik sekali-kali
buka tutup corong untuk mengeluarkan gas;
7 dari 76 dari 6
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
e) biarkan hingga terjadi pemisahan fasa, goyangkan corong pemisah perlahan-lahan, jika
terbentuk emulsi tambahkan sedikit isopropil alkohol sampai emulsinya hilang
f) pisahkan lapisan bawah (fasa kloroform) dan tampung dalam corong pemisah yang lain;
g) ekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah dengan mengulangi langkah 3.4.4 d)
sampai f) sebanyak 2 kali dan satukan semua fasa kloroform;
h) tambahkan 50 mL larutan pencuci ke dalam fasa kloroform gabungan dan kocok kuatkuat selama 30 detik;
i) biarkan terjadi pemisahan fasa, goyangkan perlahan-lahan;
j) Keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, dan ditampung ke dalam labu
ukur pada langkah j);
k) tambahkan 10 mL kloroform ke dalam fasa air hasil pengerjaan pada langkah j); kocok
kuat-kuat selama 30 detik
l) biarkan terjadi pemisahan fasa, goyangkan perlahan-lahan;
m) keluarkan lapisan bawah (kloroform) melalui glass wool, dan ditampung ke dalam labu
pada langkah j);
n) ekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah dengan mengulangi langkah 3.4.4 k)
sampai m) dan satukan semua fasa kloroform dalam labu ukur pada langkah j);
o) cuci glass wool dengan kloroform sebanyak 10 mL dan gabungkan dengan fasa
kloroform dalam labu ukur pada langkah j);
p) tepatkan isi labu ukur pada langkah j) hingga tanda tera dengan kloroform;
q) ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm dan catat serapannya.
r) buat kurva kalibrasi dari butir q) di atas atau tentukan persamaan garis lurusnya.
3.5
Prosedur uji
a) ukur contoh uji sebanyak 100 mL secara duplo dan masukkan ke dalam corong pemisah
8 dari 86 dari 6
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
250 mL;
9 dari 96 dari 6
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
CATATAN Bila kadar surfaktan anionik dalam contoh 0,08 mg/L - 0,4 mg/L, maka volume
contoh uji yang diambil 250 mL dan bila kadar surfaktan anionik dalam contoh 0,025 mg/L 0,08 mg/L, maka volume contoh uji yang diambil 400 mL.
3.6
Perhitungan
4.1
Jaminan mutu
10 dari10 dari
6
6
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan
b) tambahkan 3 tetes sampai dengan 5 tetes indikator fenoltalin dan larutan NaOH 1N tetes
demi tetes ke dalam contoh uji sampai timbul warna merah muda, kemudian hilangkan
dengan menambahkan H2SO4 1N tetes demi tetes;
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
e) Lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu penyimpanan
maksimum.
4.2
a)
Pengendalian mutu
Koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,95 dengan intersepsi lebih kecil
atau sama dengan batas deteksi.
Apabila contoh uji mengandung zat tersuspensi, saring contoh uji dengan saringan
membran berpori 0,45 m.
f)
Apabila contoh uji mengandung kationik surfaktan dan bahan kationik lainnya,
masukkan contoh uji ke kolom penukar ion.
Rekomendasi
Kontrol akurasi
a) Analisis blind sample.
b) Buat control chart untuk akurasi analisis.
11 dari11 dari
6
6
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
(normatif)
Pelaporan
1)
2)
3)
Tanggal analisis.
4)
5)
6)
7)
8)
Batas deteksi.
9)
12 dari12 dari
6
6
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan
Lampiran A
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
13 dari13 dari
6
6
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
14 dari14 dari
6
6
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan
Bibliografi
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.51-2005
15 dari15 dari
6
6
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan