Pendahuluan
Kebutuhan zat-zat makanan oleh tubuh setiap hari tergantung dari banyak factor, antara lain,
jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan dan pada keadaan tertentu seperti ibu yang sedang hamil dan
menyusui. Kekurangan dan kelebihan zat makanan dalam tubuh seseorang akan menimbulkan
masalah kesehatan tersendiri. Kekurangan akan menimbulkan penyakit busung lapar pada anak-anak,
anemia dan lainnya, serta tubuh mudah sekali terserang penyakit.
Gizi yang baik merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, mulai dari
masa prenatal dan berlanjut sampai usia lanjut. Jaringan tubuh yang sehat sangat tergantung
kepada zat-zat gizi essensial dalam makanan. Hal ini sangat penting terutama pada masa
kehamilan, masa bayi, dan anak. Pada masa kehamilan, terjadi proses pembentukan tubuh
baru, yaitu janin, sedangkan pada masa bayi dan anak-anak, terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai gizi masyarakat. Mulai dari program gizi
yang diselenggarakan pemerintah, peran serta posyandu dan masyarakat, promosi kesehatan di bidang
gizi, system rujukan dan bagaimana system surveilans gizi yang ada di Indonesia.
Skenario 9
Seorang dokter yang baru ditempatkan di puskesmas sedang mengevaluasi program
KIA terutama gizi di puskesmasnya. Beliau mendapatkan anak-anak balita status gizinya
kurang yang diketahui dari penimbangan saat berobat dan catatan KMS, bahkan terdapat 5
kasus kwashiorkor dan 3 kasus marasmus. Banyak terjadi kasus diare dan campak pada
balita. Banyak kasus anemia pada ibu hamil dan ibu menyusui. Dan 10% anak-anak
mengalami buta senja. Masyarakat di wilayah kerja tersebut berpenghasilan rendah dengan
pekerjaan kebanyakan sebagi buruh tani. Posyandu di daerah tersebut ada 3 buah. Sedangkan
jumlah balita mencapai 800 balita.
BAB II
Pembahasan
negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau sekitar 1400 juta orang) dari
perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang berkembang menderita anemia
jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta
orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang.5
Sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya adalah
anemia defisiensi besi. Prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia belum ada data yang
pasti, Martoatmojo memperkirakan ADB pada laki-laki 16-50% dan 25-84% pada perempuan
tidak hamil serta 46-92% pada wanita hamil. Sedangkan angka kejadian anemia di Indonesia
berdasarkan SKRT 1995 pada anak usia <5 tahun adalah 40,5 %, dan 47,2% pada usia 5-9
tahun serta 10-14 tahun. Prevalensi tertinggi terjadi di daerah miskin, gizi buruk dan penderita
infeksi. Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil
dan janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini.3,4
2. Gizi buruk (KEP)
Angka kasus kurang gizi yang dialami balita di Indonesia saat ini, cenderung
mengalami peningkatan dari dua juta penderita pada tahun 1997, ketika pertama kali badai
krisis menerpa. Bahkan, 200 ribu di antaranya dilaporkan menderita kekurangan gizi yang
sangat parah. Hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi Indonesia yang belum pulih,
sehingga penanganan gizi buruk menjadi terhambat.
Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8%
balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor). Saat ini,
diperkirakan sekitar 15% bayi di bawah usia 2 tahun di daerah perkotaan di Indonesia berada
dalam keadaan gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe
marasmus.
3. Rabun senja (Defisiensi vitamin A)
Rabun senja disebakan karena kekurangan Vit A. Ada 19 propinsi yang masih
dianggap rawan terhadap defisiensi Vitamin A, di antaranya DI Aceh, Sumatera Barat dan
Nusa Tenggara Barat. Prevalensi tertinggi terjadi pada balita. Kekurangan vitamin A (KVA)
yang mengakibatkan kebutaan pada anak-anak telah dinyatakan sebagai salah satu masalah
gizi utama di Indonesia. Kebutaan karena kekurangan vitamin A terutama dikalangan anak
pra sekolah masih banyak terdapat didaerah-daerah. Prevalensi KVA menurut survei vitamin
A tahun 1992 antara lain pada xeropthalmia sebesar 0,33 %. Namun, secara subklinis
prevalensi KVA terutama pada kadar serum retinol dalam darah (kurang dari 20g/dl) pada
balita sebesar 50 %. Survei nasional xeropthalmia di Indonesia sebesar 1,34 % atau sekitar
hampir tiga kali lebih tinggi dari ambang batas yang ditetapkan WHO.
3
Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI tanpa makanan dan
4
Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil adalah pemberian tablet besi (90
tablet) selama masa kehamilan.
Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin adalah balita keluarga miskin yang
ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi di wilayah puskesmas
Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setiap saat jika ditemukan
masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk.
Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan Perberdayaan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Kegiatan program gizi yang dilakukan semesteran (6 bulan sekali), yaitu Pemberian Kapsul
Vitamin A (Dosis 200.000 SI) pada balita adalah pemberian kaspsul vitamin A dosis tinggi
kepada bayi dan anak balita secara periodik yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada
bulan Februari dan Agustus dan untuk anak balita enam bulan sekali dan secara serentak
dalam bulan Februari dan Agustus. 3
Kegiatan Program Gizi Tahunan
Pelaksana program Gizi di Puskesmas dilakukan oleh tenaga gizi berpendidikan D1 (Asisten
Ahli Gizi) dan DIII (Ahli Madya Gizi) serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi) yang khusus
dipersiapkan atau mahir dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat atau sebagai
5
tenaga profesinal di bidang gizi. Pelaksana Program Gizi dapat juga dilakukan oleh tenaga
kesehatan lain yang telah dilatih dalam pelaksanaan program gizi puskesmas. 3
Dan beberapa pelatihan gizi lainnya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
petugas dalam melaksanakan program gizi di masyarakat.
Buku Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (ASI untuk usia 6-24 bulan)
Buku-buku pedoman ini telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, juga telah
dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi bahkan agar lebih operasional buku-buku
tersebut telah juga dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.
Umpan balik Laporan (feedbeck) laporan cakupan selama setahun dari Dinas Kesehatan
kabupaten /kota dari laporan rekapitulasi puskesmas yang dikirm setiap bulan di Dinas
Kabupaten/kota.
3.
Beberapa Output dari program Gizi masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas diperoleh
dari buku register (pencatatan)
posyandu atau setiap unit pelayanan gizi, direkapitulasi menjadi perdesa dan selanjutnya
dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam bentuk laporan bulanan, smester dan
tahunan. Setiap laporan dapat memberikan gambaran tempat, waktu, person (sasaran). 3
Jumlah sasaran (person) biasanya dibuat atau telah disepakati/ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan kabupaten/kota atau sumber yang telah ada di Puskesmas sebagai hasil dari
pendataan sasaran program. 3
Output Program Gizi
1. Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang mendapat MP-ASI
2. Jumlah Balita yang memiliki KMS, jumlah balita yang ditimbang, Naik Berat Badannya
termasuk juga Balita dengen Berat Badan dibawah Garis Merah (BGM) pada KMS
3. Jumlah Balita mendapatkan Kapsul Vitamin A
4. Jumlah Balita mendapatkan tablet F3 dengan 90 tablet selama kehamilan.
5. Gambaran Status Gizi Balita
6. Gambaran Konsumsi Gizi
7. Gambaran penggunaan Garam Beryodium
8. Laporan hasil Investigas dan Intervensi Gizi buruk. Dan beberapa laporan lainnya.
Demikian Program Gizi Masyarakat di Puskesmas yang fungsi utama pelaksanannya adalah
mempersiapkan, memelihara dan mempertahakan agar setiap orang- terutama kelompok
rawan ibu hamil, bayi, ibu menyusui, anak balita mempunyai status gizi baik, dapat
7
hidup sehat dan produktif. Fungsi ini dapat terwujud kalau setiap petugas dalam
melaksanakan program gizi dilakukan dengan baik dan benar sesuai komponen-komponen
yang harus ada dalam program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas. 3
KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke
Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi
orang tua balita tentang kesehatan anaknya.8
Manfaat KMS-Balita adalah: 8
Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,
meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare,
pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan
Makanan Pendamping ASI.
Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan
penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
Berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan kesehatan anak dalam
KMS-Balita, kader/petugas kesehatan dapat melakukan konseling atau dialog dengan ibu
balita tentang pertumbuhan anaknya serta membantu ibu dalam memecahkan masalah
pertumbuhan anaknya. Konseling tersebut dilakukan setelah mencatat hasil penimbangan
anak pada KMS-Balita. Sebelum melakukan konseling, kader/petugas kesehatan dapat
menggali secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan hasil penimbangan bulan
ini, sesuai dengan arah grafik.8
Beberapa kemungkinan dari hasil pencatatan berat badan balita pada KMS adalah:8
9
Grafik pertumbuhan anak naik berkaitan dengan nafsu makan anak yang baik/meningkat
berarti ibu telah cukup memberikan makanan dengan gizi seimbang.
Grafik pertumbuhan tidak naik bisa dikaitkan dengan nafsu makan anak menurun karena
sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak baik), atau sebab lain yang perlu digali
dari ibu.
Dengan demikian isi atau pesan-pesan yang diberikan disesuaikan dengan grafik
pertumbuhan anak tersebut dan disesuaikan dengan penjelasan ibunya tentang keadaan
kesehatan anaknya.8
POSYANDU
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas
Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.9
Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi, yang sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan, yakni KIA,
KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.
Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.9
Tujuan Khusus
10
Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
Bayi
Anak balita
Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar pendekatan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan satu Posyandu melayani
100 balita.
Fungsi
Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari
petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat
penurunan AKI dan AKB.
Manfaat
1. Bagi Masyarakat
3. Bagi Puskesmas
11
Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara
rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:
Kegiatan Utama9
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh
kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran
tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang
pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan.
Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan
jalan lahir (vagina)
Perawatan payudara.
Penyuluhan
suntikan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang
dilakukan pemasangan IUD.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas.
Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi, balita,
dan ibu hamil.
4. Gizi/UPGK
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu
hamil dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan,
deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian
vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah
dengan pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah
gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak ada kenaikan berat badan,
segera dirujuk ke Puskesmas.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Penganggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain
penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat
atau pem-berian Oralit yang disediakan.
Pelaksanaan Kegiatan Posyandu9
Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim
Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu
dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu :
Meja I
: Pendaftaran.
Meja II
: Penimbangan
Meja III
: Pengisian KMS
Meja IV
Meja V
: Pelayanan KB Kes :
Imunisasi
Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap
Februari dan Agustus.
Pembagian pil atau kondom
Pengobatan ringan.
Kosultasi KB-Kes.
14
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V merupakan meja
pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).
Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :
1) Kesehatan ibu dan anak :
Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
Pemberian vitamin A dosis tinggi (bulan vitamin A pada bulan Februari dan Agustus)
PMT
lmunisasi.
Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui
pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada
kartu KMS setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
3) Pemberian Oralit dan pengobatan.
4)Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan
dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS balita dan ibu
hamil.
Pengorganisasian
Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat
pembentukan Posyandu. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan
sumberdaya. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara serta
kader Posyandu yang merangkap sebagai anggota. 10
Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (desa/kelurahan atau dengan
sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu Unit/Kelompok Pengelola Posyandu yang
keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu
tersebut dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para anggotanya. Bentuk organisasi
Unit Pengelola Posyandu, tugas dan tanggung jawab masing- masing unsur Pengelola
Posyandu, disepakati dalam Unit/Kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat
setempat.10
Sistem Rujukan
15
Mekanisme hubungan kerja yang memadukan satu strata pelayanan dengan strata pelayanan
kesehatan lain banyak macamnya. Salah satu di antaranya dikenal dengan nama system
rujukan (referral system), Indonesia juga menganut system rujukan ini, seperti yang dapat
dilihat dalam Sistem Kesehatan Nasional. Inilah sebabnya pelayanan kesehatan yang ada di
Indonesia, dibedakan atas beberapa strata seperti misalnya Rumah Sakit yang dibedakan atas
beberapa kelas, mulai dari D pada tingkat yang paling bawah sampai ke kelas A pada tingkat
yang paling atas. 11
Adapun yang dimaksud dengan system rujukan di Indonesia, seperti yang telah dirumuskan
dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 32 tahun 1972 ialah suatu system penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap
satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti unitunit yang setingkat kemampuannya.11
1. Rujukan kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk
pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Rujukan kesehatan
dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana dan operasional.
2. Rujukan medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan
kesehatan. Dengan demikian rujukan medic pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kedokteran (medical services). Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medic
ini dibedalan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan-bahan
pemeriksaan.
Apabila system rujukan ini dapat terlaksanan, dapat diharapkan terciptanya pelayanan
kesehatan yang menyeluruh dan terpadu. Beberapa manfaat juga akan diperoleh yang jika
ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut: 11
1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy
maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain:
16
Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit, atau fasilitas pelayanan
lainnya.
Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas
sektoral
Bila rujukan di tingkat Kabupaten Kota masih belum mampu menanggulangi, bisa
diteruskan ke Propinsi/Pusat.
Promosi Kesehatan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Indonesia
Program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang merupakan salah satu program
promosi dan proteksi kesehatan dan telah direkomendasikan oleh WHO terhadap
kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada masyarakat Indonesia serta dikelola antar
departemen sejak tahun delapan puluhan telah berhasil dan diterima oleh masyarakat. Namun
belakangan ini setelah bergulirnya reformasi dan otonomi daerah, program UPGK ternyata
tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya dengan munculnya berbagai kasus busung lapar dan
penyakit polio di beberapa daerah. Salah satu penyebabnya belakangan ini hampir semua
Posyandu di Indonesia tidak aktif, sedangkan peran posyandu adalah ujung tombak sukses
atau tidaknya program kegiatan UPGK di masyarakat. 13
Tujuan Umum UPGK
Meningkatkan dan membina keadaan gizi seluruh anggota masyarakat.
Tujuan Khusus UPGK
1. Partisipasi dan pemerataan kegiatan
Pada setiap dukuh, semua balita, ibu hamil dan ibu menyusui tercakup dalam
kegiatan ini.
Semua balita ditimbang setiap bulan, dan hasil timbangannya dicatat di Kartu
Menuju Sehat (KMS).
18
Semua bayi disusui ibunya sampai usia 2 tahun atau lebih, dan mendapat
makanan lain yang sesuai dengan kebutuhannya.
Semua anak yang berumur 1-5 tahun mendapat satu kapsul vitamin A dosis
tinggi setiap 6 bulan.
Semua anak yang mencret segera diberi minum Laruta Gula Garam atau
Larutan Oralit.
Setiap ibu hamil minum 1 tablet Tambah Darah tiap bulan mulai usia
kehamilan 7-9 bulan.
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan
sehari-hari menuju manusia Indonesia prima. 15
Kegiatan Pokok Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
a) Kampanye tingkat Nasional dan Daerah
b) Peningkatan kapasitas petugas di tingkat nasional, provinsi
Sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting
Kegiatan sosialisasi ini bertujuan memperoleh pemahaman yang sama tentang penerapan
pencegahan dan penanggulangan stunting. Sasaran pesertanya adalah pemangku kepentingan
dari dinas kesehatan provinsi, lintas sektor dan lintas program.15
Akselerasi Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam Rangka Pencegahan
dan Penanggulangan Stunting
Kegiatan akselerasi ini bertujuan mempercepat status gizi dan kesehatan ibu dan anak pada
periode 1000 hari yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama
bayi yang dilahirkannya dengan sasaran pemangku kepentingan dari dinas kesehatan provinsi
dan kabupaten/kota serta lintas sektor dan lintas program. 15
Manfaat
Kegiatan surveilans gizi bermanfaat untuk memberikan informasi pencapaian kinerja dalam
rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek dan menengah serta
perumusan kebijakan, baik di kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Selain itu kegiatan
surveilans gizi juga bermanfaat untuk mengevaluasi pencapaian kinerja pembinaan gizi
masyarakat. 16
Kegiatan Surveillance Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian serta
diseminasi informasi bagi pemangku kepentingan. Informasi dari surveilans gizi
dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk melakukan tindakan segera maupun
untuk perencanaan program jangka pendek, menengah maupun jangka panjang serta untuk
perumusan kebijakan.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dari berbagai
kegiatan surveilans gizi sebagi sumber informasi, yaitu: 16
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada puskesmas yang tidak melapor atau melapor
tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau tidak akurat maka petugas Dinkes
Kabupaten/Kota perlu melakukan pembinaan secara aktif untuk melengkapi data. Kegiatan
ini dapat dilakukan melalui telepon, Short Message Service (SMS) atau kunjungan langsung
ke puskesmas. 16
Laporan kegiatan surveilans dilaporkan secara berjenjang sesuai sumber data (bisa
22
Umpan balik hasil kegiatan surveilans disampaikan secara berjenjang dari Pusat ke
Provinsi setiap 3 bulan atau setiap saat bila terjadi perubahan kinerja, dari Provinsi ke
Kabupaten/Kota dan dari Kabupaten/Kota ke Kecamatan (Puskesmas) serta
Desa/Kelurahan (Posyandu) sesuai dengan frekuensi pelaporan pada setiap bulan
berikutnya.
Adanya tenaga manajemen data gizi yang meliputi pengumpul data dari laporan rutin
atau survei khusus, pengolah dan analis data serta penyaji informasi
B. Indikator Proses
Adanya proses pembuatan laporan dan umpan balik hasil surveilans gizi
C. Indikator Output
Tersedianya informasi data terkait lainnya (sesuai dengan situasi dan kondisi daerah)
Kesimpulan
Masalah gizi masyarakat masih cukup tinggi di Indonesia. Anak balita, ibu hamil dan
menyusui menjadi golongan rentan terkena gangguan gizi (gizi buruk). Kebutuhan zat-zat
makanan oleh tubuh setiap hari tergantung dari banyak factor, antara lain, jenis kelamin,
umur, jenis pekerjaan dan pada keadaan tertentu seperti ibu yang sedang hamil dan menyusui.
Kekurangan dan kelebihan zat makanan dalam tubuh seseorang akan menimbulkan masalah
kesehatan tersendiri. Kekurangan akan menimbulkan penyakit busung lapar pada anak-anak,
anemia dan lainnya, serta tubuh mudah sekali terserang penyakit. Oleh karena itu peran dan
kerjasama dari masyarakat, puskesmas, dan posyandu dibutuhkan dalam menanggulangi
masalah ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Widyastuti P, Hardiyanti E.A. Gizi kesehatan masyarakat. EGC, 2005; Jakarta: h.120-150.
2. Maulana H.D.J. Promosi kesehatan. EGC, 2007; Jakarta: h.50-60.
3. Budiarto. Pengantar epidemiologi. EGC, 2002; Jakarta: h.20-25 .
4. Nasry Noor, Nur M.PH. Epidemiologi. Rineka Cipta, 2008; Jakarta: h.125-30.
5. Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam daur kehidupan. EGC, 2004; Jakarta: h.71-9.
6. Mukti A.G. Kesehatan masyarakat: Administrasi dan praktik. EGC, 2009; Jakarta: Ed. 9:
h.245-70.
7. The Indonesian Public Health Portal. http://www.indonesian-publichealth.com/2013/
03/pemantauan-status-gizi.html. Diakses pada 30 Juni 2013.
8. Kartu
menuju
sehat.
Departemen
Kesehatan
RI.
Diunduh
dari:
http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/download/KMSbaganrev.doc
9. Suparmanto SAS. Petunjuk teknis pengembangan dan penyelenggaraan posyandu.
Departemen Kesehatan RI, 2009; Jakarta: h.30-2, 44-5, 61-2.
10. Pedoman umum pengelolaan posyandu. Kementrian Kesehatan RI; 2011. h. 11-43.
Diunduh
dari:
http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/mediaroom/pedoman-dan-
buku?download=2:pedoman-umum-posyandu
11. Azwar A. Pengantar administrasi kesehatan. Tangerang: Bina Rupa Aksara; 2010. h. 4951.
25
12. Pedoman manajemen puskesmas. Proyek Kesehatan Keluarga dan Gizi. Departemen
Kesehatan; 2002. h. 57-60. Diunduh dari:
http://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/pedoman-manajemen-puskesmas.pdf
13. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC; 2006. h. 227-54.
14. Keluarga
sadar
gizi.
Departemen
Kesehatan
RI.
Diunduh
dari:
http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/download/kadarzi.doc
15. Rencana kerja pembinaan masyarakat tahun 2013. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA.
Kementrian Kesehatan RI; 2013. h. 17-9. Diunduh dari:
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/bk%20rencana%20kerja%20gizi
%20FINAL.pdf
16. Petunjuk pelaksanaan surveilans gizi. Kementrian Kesehatan RI; 2012. h. 1-21. Diunduh
dari: http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/New-Buku-SurveilansFinal1.pdf
26