OPTIKA GEOMETRI
Guna memenuhi tugas Mata Kuliah Fisika Sekolah 2
Dosen Pengampu :
Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D.
Prof.Dr. Supriyadi, M.Si.
Disusun oleh :
Diena Shulhu Asysyifa / 4201412055
Dwi Nur Indah Sari / 4201412069
OPTIKA GEOMETRI
Pemantulan
Cahaya
Cermin
Optik
Geometri
Cahaya
(Optik)
Optik Fisis
Lensa
Pembiasan
Cahaya
Kaca
Planparalel
Alat-Alat
Optik
Prisma
A. Pemantulan Cahaya
Seseorang dapat melihat benda karena benda tersebut mengeluarkan atau memantulkan
cahaya ke mata kita. Karena ada cahaya dari benda ke mata kita, entah cahaya itu memang
berasal dari benda tersebut, entah karena benda itu memantulkan cahaya yang datang kepadanya
lalu mengenai mata kita. Jadi, gejala melihat erat kaitannya dengan keberadaan cahaya atau
sinar.
Cabang fisika yang mempelajari cahaya yang meliputi bagaimana terjadinya cahaya,
bagaiamana perambatannya, bagaimana pengukurannya dan bagaimana sifat-sifat cahaya dikenal
dengan nama Optika. Dari sini kemudian dikenal kata optik yang berkaitan dengan kacamata
sebagai alat bantu penglihatan. Optika dibedakan atas optik geometri dan optik fisik . Pada optik
geometri dipelajari sifat-sifat cahaya dengan menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif lebih
besar dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya. Sedangkan pada optik fisik cahaya
dipelajari dengan menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif sama atau lebih kecil dibanding
panjang gelombang cahaya sendiri.
Seorang ahli matematika berkebangsaan belanda yang bernama Willebrod Snellius
(1591 1626) dalam penelitiannya ia berhasil menemukan hukum pemantulan cahaya yang
berbunyi :
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul.
Gambar
1.
Secara garis besar pemantulan cahaya terbagi menjadi dua yaitu pemantulan teratur dan
pemantulan baur (pemantulan difus). Pemantulan teratur terjadi jika berkas sinar sejajar jatuh
pada permukaan halus sehingga berkas sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dan searah,
sedangkan pemantulan baur terjadi jika sinar sejajar jatuh pada permukaan yang kasar sehingga
sinar tersebut akan dipantulkan ke segala arah.
Pada permukaan benda yang rata seperti cermin datar, cahaya dipantulkan membentuk
suatu pola yang teratur. Sinar-sinar sejajar yang datang pada permukaan cermin dipantulkan
sebagai sinar-sinar sejajar pula. Akibatnya cermin dapat membentuk bayangan benda.
Pemantulan semacam ini disebut pemantulan teratur atau pemantulan biasa .
Berbeda dengan benda yang memiliki permukaan rata, pada saat cahaya mengenai suatu
permukaan yang tidak rata, maka sinar-sinar sejajar yang datang pada permukaan tersebut
dipantulkan tidak sebagai sinar-sinar sejajar. Pemantulan seperti ini disebut pemantulan baur.
Akibat pemantulan baur ini manusia dapat melihat benda dari berbagai arah. Misalnya pada kain
atau kertas yang disinari lampu sorot di dalam ruang gelap, dapat terlihat apa yang ada pada kain
atau kertas tersebut dari berbagai arah. Pemantulan baur yang dilakukan oleh partikel-partikel
debu di udara yang berperan dalam mengurangi kesilauan sinar matahari.
tegak yang lurus permukaan cermin. Dengan bantuan busur derajat, ukurlah besar sudut datang
(i) yakni sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal. Ukurlah sudut pantul (r)
yaitu sudut antara garis normal dan sinar pantul yang besarnya sama dengan sudut datang. Posisi
bayangan dapat ditentukan dengan memperpanjang sinar pantul D melalui C hingga ke O' yang
berpotongan dengan garis OO' melalui B.
Gambar
2.a.
Melukis
pembentukan
bayangan
sebuah benda titik pada
cermin datar.
360
1
: Jumlah bayangan
R
2
dengan
f
: jarak fokus
Bagian-bagian cermin lengkung antara lain adalah sumbu utama (C-O), titik pusat
kelengkungan cermin ( C ), titik pusat bidang cermin ( O ), jari-jari kelengkungan cermin ( R ),
titik fokus / titik api ( F ) , jarak fokus (f) dan bidang fokus .
Gambar 6 Bagian-bagian pada cermin (a) cermin cekung, (b) cermin cembung
Garis pada cermin sferik yang menghubungkan antara pusat kelengkungan C, titik
fokus f dan titik tengah cermin O disebut sumbu utama.
Menurut dalil Esbach jarak antara dua titik tertentu pada cermin cekung dapat diberi
nomor-nomor ruang. Jarak sepanjang OF diberi nomor ruang I, sepanjang FC diberi nomor ruang
II, lebih jauh dari C diberi nomor ruang III dan dari O masuk ke dalam cermin diberi nomor
ruang IV. Ruang I sampai III ada di depan cermin cekung (daerah nyata) dan ruang IV ada di
belakang cermin cekung (daerah maya).
Gambar 7. Penomoran ruang pada cermin
cekung. Daerah di depan cermin disebut
daerah nyata, dan daerah di belakang
cermin disebut daerah maya.
Pada cermin cekung semua cahaya yang datang sejajar sumbu utama akan difokuskan
sesuai dengan sifatnya yaitu mengumpulkan cahaya. Titik berkumpulnya sinar-sinar pantul
disebut titik fokus atau titik api yang terletak di sumbu utama. Cara melukis sinar-sinar
pantulnya tetap menggunakan hukum pemantulan cahaya.
Gambar 8. Pemantulan
berkas cahaya sejajar sumbu
utama pada cermin cekung
Bagaimana jika sinar-sinar yang datang ke cermin cekung tidak sejajar sumbu utama?
Ternyata berkas-berkas sinar pantul akan berpotongan di satu titik yang tidak terletak pada
sumbu utama. Oleh cermin sinar-sinar tersebut akan dipantulkan tidak melalui fokus melainkan
melewati suatu titik tertentu pada bidang fokus utama seperti tampak pada gambar 8.
Gambar 9. Pemantulan berkas
cahaya yang datangnya tidak
sejajar sumbu utama pada cermin
cekung
1) Pembentukan bayangan oleh cermin cekung
Untuk menggambarkan bagaimana terbentuknya bayangan pada cermin cekung dapat
menggunakan bantuan sinar-sinar istimewa, dengan demikian lukisan bayangan akan dapat
dilukis dengan mudah karena sinar-sinar tersebut mudah diingat ketentuannya tanpa harus
mengukur sudut datang dan sudut bias. Sinar-sinaar istimewa inipun tetap berdasarkan hukum
2. Sinar yang datang melalui titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
Gambar 11. Sinar yang melalui fokus akan
dipantulkan cermin cekung sejajar sumbu utama
3. Sinar-sinar yang datang melalui pusat kelengkungan ( C ) akan dipantulkan kembali melalui
titik pusat kelengkungan tersebut.
Gambar 12. Sinar yang melewati titik
pusat kelengkungan cermin
akan
dipantulkan cermin cekung melewati
titik tersebut.
Contoh melukis bayangan pada cermin cekung
Benda berada di jauh tak terhingga
Sinar-sinar yang berasal dari benda yang jauh tak
terhingga datang ke cermin berupa sinar-sinar sejajar
dan oleh cermin sinar-sinar ini akan dikumpulkan di
fokus utama sehingga bayangan benda yang terbentuk
berupa titik di titik fokus cermin.
cekung
bayangan
sinar-sinar
pantul,
sehingga
2. Sinar yang datang menuju titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
Gambar 14. Sinar yang datang seolaholah menuju fokus akan di pantulkan
sejajar sumbu utama
3. Sinar-sinar yang menuju titik pusat kelengkungan ( C ) akan dipantulkan seolah-olah berasal
dari titik pusat kelengkungan.
Itulah sebabnya bayangan yang terlihat di dalam kaca spion dari benda-benda nyata di depan
kaca spion tampak mengecil dan spion mampu mengamati ruang yang lebih luas.
Ketentuan Sifat-sifat Bayangan oleh Cermin Lengkung
Selain dengan cara melukis secara cepat kamu dapat menentukan sifat-sifat bayangan
yang dibentuk oleh cermin-cermin sferik dengan menggunakan ketentuan-ketentuan berikut :
Jumlah nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan selalu sama dengan lima
Benda yang terletak di ruang II dan III selalu menghasilkan bayangan yang
terbalikterhadap bendanya. Sedangkan benda-benda yang berada di ruang I dan IV akan
selalu menghasilkan bayangan yang sama tegak dengan bendanya.
Jika nomor ruang bayangan lebih besar daripada nomor ruang benda, bayangan selalu
lebih besar daripada bendanya (diperbesar).
Jika nomor ruang bayangan lebih kecil daripada nomor ruang benda, bayangan selalu
lebih kecil daripada bendanya (diperkecil).
sehingga
h' s'-f
h
f
Pada gambar tampak juga bahwa segitiga ABO dan A'B'O sebangun sehingga diperoleh,
A'B' OA'
AB OA
sehingga
diperoleh persamaan
s' s'-f
, gunakan perkalian silang sehingga,
s
f
h' s'
. Substitusikan kedua persamaan sehingga
h s
atau
Bila jarak fokus sama dengan separuh jarak pusat kelengkungan cermin f = R,
sehingga persamaan cermin lengkung juga dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut
2
1
1
R
s
s'
a. Jarak benda s bernilai positif (+) jika benda nyata terletak di depan cermin.
Jarak benda s bernilai negatif (-) jika benda maya terletak di belakang cermin.
b. Jarak bayangan s bernilai positif (+) jika bayangan nyata di depan cermin.
Jarak bayangan s bernilai negatif (-) jika bayangan maya di belakang cermin.
c. R dan f bertanda positif (+) untuk cermin cekung dan bertanda (-) untuk cermin cembung.
Berbeda dengan cermin datar besar bayangan yang dibentuk oleh cermin lengkung
berbeda-beda sesuai dengan letak benda tersebut terhadap cermin. Untuk mengetahui perbesaran
linier pada pembentukan bayangan pada cermin lengkung maka dapat dibandingkan tinggi
bayangan h dengan tinggi benda h atau jarak bayangan terhadap cermin s dengan jarak benda
terhadap cermin s.
h'
s'
h
s
dengan
M
: perbesaran linier
: tinggi bayangan
: tinggi benda
Jika dalam penghitungan ternyata diperoleh M >1 artinya bayangan yang dibentuk lebih
besar daripada bendanya, jika M = 1 maka bayangan sama besar dengan bendanya sedangkan
jika 0<M<1 maka bayangan yang dibentuk akan lebih kecil dari bendanya.
B. Pembiasan Cahaya
Ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium yang
berbeda kerapatan (misalnya, udara dengan air) maka cahaya akan
dibelokkan seperti pada Gambar 18. Peristiwa pembelokan cahaya
inilah yang disebut pembiasan cahaya. Pada peristiwa pembiasan ini
Gambar 18. Cahaya dibiaskan di air
berlaku
dua
hukum
pembiasan
yang
dirumuskan
oleh
Hukum I Snellius
a. Indeks Bias
Ketika seberkas cahaya datang bergerak dari suatu medium dengan sudut datang i,
cahaya dibiaskan dengan sudut bias r ketika melalui medium yang lain. Dari percobaan ternyata
diketahui bahwa sin i berbanding lurus dengan sin r, atau secara matematis
sin = sin
atau
sin
sin
Tetapan ini merupakan sifat khas suatu medium yang disebut indeks bias (dilambangkan
n). Jadi, indeks bias mutlak n untuk cahaya yang merambat dari vakum (atau udara) menuju ke
suatu medium tertentu dinyatakan dengan persamaan
=
sin
sin
= sin
atau
sin = sin . ()
Kedua, sinar datang dari udara (sudut datang = iu) dibiaskan ketika masuk ke air (sudut bias = ia).
Sesuai persamaan Snellius,
sin
= sin
atau
sin = sin . ()
Sin iu pada persamaan (*) dan persamaan (**) adalah sama, sehingga diperoleh
sin = sin
Secara umum, untuk dua medium (medium 1 dan medium 2) persamaan Snellius berbentuk :
1 sin 1 = 2 sin 2
sin 1 2
=
= 21
sin 2 1
dengan,
n1
n2
n21
terhadap medium 1.
Ternyata, cepat rambat cahaya dalam kedua medium yang berbeda kerapatan pun
berbeda. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut,
1
2
= 2
1
atau
1 1 = 2 2
Ketika cahaya melewati dari suatu medium ke medium lainnya, ternyata frekuensi cahaya
tidak berubah, sehingga f1 = f2 = f. Karena hubungan v = f berlaku untuk kedua medium maka,
1 = 1 2 = 2
sehingga
1 1 = 2 2
b. Pemantulan Sempurna
Pada saat cahaya merambat dari medium optik
lebih rapat ke medium optik kurang rapat dengan sudut
datang tertentu, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis
normal. Artinya sudut bias akan selalu lebih besar
dibandingkan sudut datang. Bila sudut datang terus
diperbesar, maka suatu saat sinar bias akan sejajar dengan
Gambar 20. Sudut Kritis
bidang yang berarti besar sudut biasnya (r) 90. Tidak ada
lagi cahaya yang dibiaskan, seluruhnya akan dipantulkan.
Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90 ini disebut sudut kritis atau sudut batas.
Pemantulan yang terjadi disebut pemantulan total atau pemantulan sempurna.
Besarnya sudut kritis dapat dirumuskan sebagai berikut:
n1 sin 1 = n2 sin 2
n1 sin ik = n2 sin 90o
n1 sin ik = n2
sin =
2
, 2 > 1
1
c. Kedalaman Semu
Akibat adanya peristiwa pembiasan dalam kehidupan
sehari-hari salah satunya adalah dasar kolam tampak lebih
dangkal dari sebenarnya. Sebagai contoh adalah ketika kita
memasukkan koin logam ke dasar kolam seperti pada Gambar.
Ketika sinar-sinar dari koin logam mengenai bidang batas airudara, sinar-sinar ini dibiaskan menjauhi garis normal sehingga
kita seolah-olah melihat koin di P bukan di tempat
sesungguhnya (A). Oleh karena itu, dasar kolam tampak oleh
sin = tan = 1 =
1
(h = kedalaman semu)
(h = kedalaman sebenarnya)
sin = sin
dan
) = 1( 1 )
1
=
Persamaan di atas berlaku untuk pengamat di udara dan benda yang diamati berada di dalam air.
Jika dibalik, yaitu pengamat dalam air mengamati benda vertikal di udara setinggi h dari
permukaan air, tinggi benda dari permukaan air yang diamati pengamat (h) adalah
=
1
Apabila koin berada di dasar wadah berisi dua atau lebih cairan berbeda yang tak
bercampur maka rumus mencari kedalaman semu menjadi
=
=1
1 2 3
=
+ + +
1 2 3
kemudian saat sinar keluar dari kaca menuju udara lagi maka
sinar dibiaskan menjauhi garis normal. Pada pembiasan oleh
kaca plan paralel ini sinar akan terjadi pergeseran sinar, yaitu
antara sinar yang datang dengan sinar yang keluar pada kaca
seperti tampak pada gambar di samping. Besarnya pergeseran dapat dirumuskan dengan :
sin
= ,
)
cos
= cos
=
sin
cos
sin
( )
cos
r = sudut bias
i = sudut datang
t = pergeseran cahaya
dari prisma tidak lagi sejajar. Sudut yang dibentuk antara arah sinar
datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut
deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar di mana
besarnya sudut deviasi dapat dicari sebagai berikut.
D
= 180o BCA
= 180o {(180o + (r1 + i2) (i1 + r2)}
= (i1 + r2) (i2 + r1)
= i1 + r2
Keterangan :
D = sudut deviasi
sudut
pembias
prisma
Salah satu sinar datang tertentu pasti akan menghasilkan sudut deviasi minimum.
Berdasarkan hasil pembuktian, deviasi minimum dapat terjadi pada saat sudut datang pertama
sama dengan sudut bias kedua (i1 = r2 ). Besarnya sudut deviasi minimum pada prisma dapat
dicari menggunakan rumus berikut:
1
sin( 2 )
sin(
n2
1)
n1
Keterangan :
m = sudut deviasi minimum, n2 = indeks bias prisma, n1 = indeks bias lingkungan
Kemudian,jika sinar polikromatis, misalnya sinar putih,
yang digunakan maka di dalam prisma tersebut sinar putih
diuraikan menjadi komponen warna merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila, dan ungu (me ji ku hi bi ni u) seperti pada
gambar di samping. Peristiwa penguraian sinar polikromatis ini
dinamakan sebagai peristiwa dispersi.
Benda B dibentuk bayangan oleh permukaan lengkung B' sudut yang dibentuk berdasarkan
pembiasan cahaya adalah:
Semua variabel pada persamaan di atas berlaku perjanjian tanda sebagai berikut :
1. S positif di depan permukaan lengkung/sepihak dengan sinar datang.
2. S' positif di belakang permukaan/berlainan dengan sinar datang.
Ada juga tiga sinar-sinar istimewa pada pembiasan lensa cekung yaitu :
1. Sinar datang menuju lensa sejajar sumbu utama
akan lensa dibiaskan seakan-akan dari titik fokus
aktif F1 lensa
2. Sinar datang menuju lensa seakan-akan melalui
titik fokus pasif F2 lensa akan dibiaskan sejajar
Gambar 27. Sinar istimewa lensa cekung
Berikut ini adalah contoh untuk melukiskan pembentukan bayangan pada lensa:
Lensa Cembung
Lensa Cekung
(Bayangan yang terbentuk pada lensa cekung selalu maya, tegak, diperkecil)
Rumus yang berlaku untuk lensa tipis :
1 1 1
= +
=
s = jarak benda terhadap lensa,
s = jarak bayangan benda terhadap lensa,
h = tinggi bayangan,
h = tinggi benda
di mana,
P = kekuatan lensa (dioptri)
f = jarak fokus lensa (meter)
Bagaimanakah sebuah lensa dengan jarak fokus f dapat dibuat oleh pembuat lensa?
Ternyata jarak fokus lensa dalam suatu medium berhubungan dengan jari-jari lengkung
bidang depan dan belakang lensa (R1 dan R2) serta indeks bias bahan lensa. Hubungan ini
dinyatakan oleh rumus :
1
2
1
1
=
1 ( + )
1
1 2
dengan n2 = indeks bias bahan lensa dan n1 = indeks bias medium sekitar lensa.
(R positif untuk bidang cembung dan R negatif untuk bidang cekung).
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Khanafiyah, Siti dkk. 2012. Optika. Semarang : UNNES.
Masayid.
2013.
Pembiasan
Cahaya
pada
Prisma
Kaca
(online),
http://www.onfisika.com/2013/01/pembiasan-cahaya-pada-prisma-kaca.html,
diakses tanggal 10 Mei 2015
Neely,
Andy.
2012.
Refraction
in
Water
(online),
Eka.
Optik
Geometri
(online),
http://www.tofi.or.id/download_file/Kul_9_UMN_OPTIK%20GEOMETRI_1.ppt,
diakses tanggal 10 Mei 2015.