FOOD ADDITIVE
Definition
Food additives are substances added to food to
preserve flavor or enhance its taste and appearance.
Food additives usually does not add and not a food
compound, it has no nutrition properties.
FORMALDEHYDE
Formaldehid
- IUPAC name: methanal
- Formaldehyde is an organic compound with the
formula CH2O.
- A simple aldehide compound, in water as
hidrate compound H2C(OH)2.
- Commercial solutions of formaldehyde in water,
commonly called formalin, were formerly
used as
disinfectants and for preservation of biological
specimens.
Formaldehyde
- Toxic
- alergenic and carsinogenic
Formaldehyde concentration above 3 ppb can
iritate eye and gastrointestinal mucous, headache,
burn sensation in throat and hard to breath, like
asthma symptom.
Sample were immersed in water (aquadest) prior to test, then add Carrez
I solution (15 g kalium fero sianida in 100 ml aquadest) and Carrez II
solution (30 g zink acetate in 100 ml aquadest).
Carrez I and Carrez II solution added to bind protein and lipid fractions.
Filtrate the solution and add NaOH to make alkali condition.
End point (observation) by comparing the color formed with color scale on
the tube for 60 sec.
The color formed is the product of formaldehyde reacted with test kit.
The test kit consist of specific enzyme to identify formaldehyde, reacted
to reduced indicator 2-(p-iodopheniy)-3-(p-nitrophenyl)-5phenyltetrazolium chloride (INT).
Nash Reagent
In 1L measurement flask, dissolve 150 g
amonium acetate, 3 mL acetic acid, and
2 mL acetic aceton in 200-300 mL water,
dilute until mark(Helrich, 1990).
Sample
Spectrophotometer
Negatif
Negatif
Terasi Bakar
Negatif
Terasi 79
Negatif
Terasi 88
Negatif
Struktur Rhodamin B
Rhodamin B
Rhodamin B merupakan pewarna yang dipakai
untuk industri cat, tekstil, dan kertas.
Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada
saluran pernapasan dan merupakan zat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker)
serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
Rhodamin B
Rhodamin B merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk
kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam bentuk
larutan berwarna merah terang berpendar (berfluoresensi)
Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan
dan kosmetik, misalnya : sirup, lipstick, dll
Paparan Rhodamin B dalam waktu yang lama (kronis) dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati/ kanker hati.
Rhodamin B biasanya terdapat pada lipstik yang berwarna
merah mencolok, lipstik yang water proof (tahan air), blush on
(pemerah pipi), dll.
Prosedur
Timbang dengan seksama sejumlah lebih kurang 30 gram cuplikan cair, untuk
cuplikan padat setelah ditimbang direndam terlebih dahulu dengan ammonia 2%
dalam etanol 70% sampai warnanya terikat kemudian diuapkan diatas tangas air
hingga kering dan larutkan dalam air.
Kemudian tambahkan asam asetat encer hingga bereaksi asam terhadap lakmus.
Masukkan larutan kedalam kolom poliamid, cuci 6 kali dengan air tiap kali
menggunakan 10 ml air panas (60oC 70oC), kemudian cuci 3 kali dengan aseton
tiap kali dengan 5 ml aseton.
Elusi 2 kali, setiap kali dengan 10 ml campuran aseton : ammonia : aquadest (40 :
1 : 9).
Eluat diuapkan sampai 1 ml. Totolkan eluat dan larutkan zat warna pembanding
yang cocok (jika larutan pekatan berwarna merah gunakan zat warna pembanding
merah) pada kertas kromatografi dengan jarak rambatan elusi 15 cm, penotolan
lebih kurang 2 cm dari tepi bawah kertas.
Elusi dengan larutan elusi I dan larutan elusi II.
Keringkan kertas kromatografi pada suhu kamar. Amati bercak-bercak yang timbul.
Bercak contoh yang Rf nya sama dengan bercak zat warna pembanding digunting
kecil-kecil, dimasukkan kedalam gelas kimia. Tambahkan larutan HCl 0,1 N atau
larutan NaOH 0,1 N atau aquadest (sesuai zat warna yang diperiksa) sebanyak
lebih kurang 5 ml.
Ukur serapan menggunakan spektrofotometer.
Amati serapan maksimum x pada panjang gelombang berapa dan bandingkan
dengan serapan baku zat warna.
Nama
Sampel
max (nm)
Di bawah lampu UV
Kesimpulan
(A)
0,6313
549
Berpendar
TMS
(B)
0,6188
548
Berpendar
TMS
(C)
0,6437
548
Berpendar
TMS
(D)
0,5375
548
Berpendar
TMS
(E)
0,4625
548
Berpendar
TMS
(F)
0,6125
549
Berpendar
TMS
Baku Rhodamin B
.
0,6125
548
Berpendar
TMS
Rf
2
.
3
.
4
.
5
.
Hasil KLT
Terasi 250
Terasi 79
Terasi Bakar
Terasi Besar
Tanpa Merk
Baku Rhodamin B
Terasi 88
Sambal RM X
Baku Rhodamin B
Auramin
Alkanet
Butter Yellow
Black 7984
Burn Umber
Chrysoidine
Chrysoine
Citrus Red
Chocolate Brown
Fast Red E
Fast Yellow
Guinea Green B
Indanthrene Blue RS
Magenta
Metanil Yellow
Oil Orange SS
Oil Orange XO
Oil Yellow AB
Oil Yellow OB
Orange G
Orange GGN
OrangeRN
Orchi and Orcein
Ponceau 3R
Ponceau SX
Ponceau 6R
Rhodamin B
Sudan I
Scarlet GN
Violet 6 B
41000
75520
11020
27755
77491
11270
14270
212156
16045
13015
42085
69800
42510
13065
12100
12140
11380
11390
16230
15980
15970
16155
14700
16290
45170
12055
14815
42640
Biru Berlian
Coklat HT
Eritrosin
Hijau FCF
Hijau S
Indigotin
Karmoisin
Kuning FCF
Kuning Kuinolin
Merah Alura
Ponceau 4R
Tartrazin
42090
20285
45430
42053
44090
73015
14720
15985
47005
16035
16255
19140
PROSEDUR
Prinsip :
Pemisahan aspartam dari senyawa lain secara
KCKT dalam kolom oktadesilsilan menggunakan
fase gerak campuran dapar fosfat dan
asetonitril.
Sampel :
Sediaan pemanis buatan, permen, sirop dll.
PROSEDUR
Larutan Baku
Sejumlah lebih kurang 50 mg aspartam baku, ditimbang seksama
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambah 25 ml fase gerak,
dikocok sampai larut dan diencerkan dengan fase gerak sampai tanda,
kocok (A).
Sejumlah 1,0; 1,5; 2,0; dan 3,0 ml A dipipet masing-masing secara
terpisah dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan ditambah fase
gerak hingga tanda, dikocok dan disaring dengan penyaring membran
0,4 m serta diawaudarakan (B)
Larutan Uji
Sejumlah lebih kurang 100 mg cuplikan ditimbang seksama, dimasukkan
ke dalam labu tentukur 50 ml ditambah 25 ml fase gerak hingga tanda,
dikocok dan disaring dengan penyaring membran 0,45 m serta
diawaudarakan (C)
PROSEDUR
Larutan B&C masing-masing disuntikkan dengan cara
terpisah dan dilakukan KCKT dengan kondisi sebagai
berikut :
Fase diam : Oktadesilsilan dengan partikel 10 m;
150x6 mm atau kolom lain yang sesuai.
Fase gerak : Dapar natrium dihidrogen fosfat 10mmol
(pH 2,6 ) asetonotril ( 82,5 : 17,5 )
Laju aliran : 1,2 ml/menit
Detektor : uv pada 210 nm
Volume penyuntikan : 20 l
Prosedur Identifikasi
Arsen:
Dengan cara yang sama lakukan terhadap blanko dan baku arsen
dalam air dengan konsentrasi 0,05 ppm.
Prinsip :
Analisis kualitatif sianida setelah
cuplikan diasamkan dan dipanaskan
untuk membebaskan uap sianida yang
kemudian diidentifikasi secara reaksi
warna.
Prosedur :
Masukkan sejumlah 5-10 g cuplikan ke dalam
erlenmeyer 100 ml dan tambahkan 50 ml air dan 10
ml asam tartrat 10% b/v. Tutupi mulut erlenmeyer
dengan kertas asam pikrat yang telah dibasahi
dengan larutan Na2CO3 jenuh
Kemudian panaskan erlenmeyer di atas penangas air
pada suhu 40-500C
Warna merah yang terbentuk pada kertas asam pikrat
menunjukkan adanya sianida. Dengan cara yang sama
lakukan pada blanko.