Anda di halaman 1dari 17

Bank Perkreditan Rakyat, Kenapa

Banyak yang Dilikuidasi?


Seminar Manajemen Kekayaan Negara

Disusun Oleh :

Wishnu Kusumo Agung Erlangga


Kelas 9A DIV Kurikulum Khusus
Nomor Absen 35

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA


TANGERANG SELATAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.1 Sedangkan Bank
Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.2 Bank telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat kita sehari hari. Mulai dari sekedar menjadi tempat menabung, bertransaksi
bisnis, hingga mencari pinjaman/utang. Bank juga memberikan berbagai macam
produk/jasa yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebut saja deposito berjangka,
pembiayaan seperti kredit perumahan rakyat, giro, dan lain lain. Sejalan dengan tujuan dari
didirikannya bank berdasarkan pengertian di atas, maka dibuatlah bank perkreditan rakyat.
Bank perkreditan rakyat (BPR) dibentuk dengan tujuan agar manfaat dari keberadaan bank
dapat dirasakan oleh masyarakat di pedesaan atau tempat tempat terpencil. Jenis BPR
sendiri mencakup Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih
Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit
Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan
(LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD) dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Jenis usaha yang boleh dan tidak boleh dijalankan oleh BPR adalah sebagai berikut:
1. Usaha yang Boleh Dilakukan BPR
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
Memberikan kredit.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
2
Ibid.

Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai


dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.
SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR
mengalami over liquidity atau kelebihan likuiditas.
2. Usaha yang Tidak Boleh DIlakukan BPR
Menerima simpanan berupa giro.
Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern
terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
Melakukan usaha perasuransian.
Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud
dalam usaha BPR.
Keberadaan BPR di Indonesia sendiri terus bertambah dari waktu

ke waktu.

Berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari Bank Indonesia, jumlah total BPR sampai
bulan Juni tahun 2015 adalah sebanyak 1.644 buah. Sebagian besar BPR berada di Jawa
Timur (289), Jawa Barat (233), Jawa Tengah (189), dan Bali (134).
Semakin banyak bank yang ada tentu berbanding lurus dengan banyaknya jumlah
simpanan nasabah yang harus ditanggung oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS akan
menanggung simpanan nasabah sampai dengan Rp 2 Milyar di setiap bank. Hal ini tidak
lepas dari fungsi LPS itu sendiri yaitu:
1. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.
2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannnya.
Adapun wewenang LPS adalah:
1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.
2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi
peserta.
2

3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.


4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan
bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan
bank.
5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada angka
6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.
7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi
kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.
8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan.
9. Menjatuhkan sanksi administratif.

BAB II
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Terhadap UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
3. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2012 Tentang Perubahan
Terhadap Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2011 Tentang
Likuidasi Bank
4. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2014 Tentang Saham Bank
Gagal yang Diselamatkan
5. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.3/2014 Tentang Bank Perkreditan
Rakyat
6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.3/2015 Tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Inti Minimum Bank Perkreditan Rakyat

BAB III
PERMASALAHAN

Sebagaimana disebutkan di atas, salah satu usaha utama yang dilakukan oleh BPR
adalah memberikan kredit untuk kemudian menerima imbal balik berupa pembayaran
pokok piutang dan bunga. Dalam memberikan atau menyalurkan kredit kepada masyarakat,
BPR haruslah berhati hati. Jika pemberian kredit tidak dilakukan dengan seksama, maka
bisa jadi debitur tidak sanggup melunasi utang utangnya/ gagal bayar. Jika demikian
adanya, tentu likuiditas BPR akan terganggu sehingga mengancam kelangsungan usaha dari
BPR tersebut. Apabila BPR tersebut tidak dapat disehatkan lagi oleh LPS, maka bank
tersebut dapat dikategorikan sebagai bank gagal.
Bank gagal (failing bank) adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan
membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh
LPS sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.3 Bank gagal dapat terjadi jika bank kesulitan di
dalam menjalankan usahanya baik dalam penyaluran kredit, pengumpulan dana nasabah,
dan lain lain. Ibarat orang berjualan, terkadang bisa laris namun tidak jarang pula tidak laku.
Jika manajemen sudah menjalankan kepengurusan dengan baik, memenuhi semua
kewajibannya, dan telah dilakukan tindakan penyehatan oleh LPS namun bank tersebut
tidak dapat diselamatkan, maka akan diambil tindakan likuidasi oleh LPS.
Berdasarkan data yang diambil dari website LPS, tercatat sebanyak 43 bank yang
telah selesai proses likuidasinya. Kesemua bank tersebut adalah BPR. Sedangkan bank yang
masih dalam proses likuidasi sebanyak 17 bank. Dari 17 bank tersebut, hanya 1 bank yang
berbentuk bank umum, 16 sisanya merupakan BPR. Bank yang baru dicabut izin usahanya
terdapat 15 bank. Lagi lagi kesemuanya adalah BPR. Berikut data yang diperoleh dari
website LPS.

3 Pasal 1 Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/Plps/2012 Tentang Perubahan Terhadap Peraturan
Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/Plps/2011 Tentang Likuidasi Bank

Tabel III.I
Bank yang Baru Dicabut Izin Usahanya
No
1

Nama Bank Dalam Likuidasi


PT. BPR Carano Nagari

Wilayah

PT BPR Bungo Mandiri (DL)

PT BPR Bungo Mandiri (DL)

08-Dec-2014

PT BPR Arthasraya Sejahtera (DL)

Pondok Gede - Bekasi

20-Jun-2014

PT BPR TUGU KENCANA (DL)

Kartasura - Jawa Tengah

16-Apr-2014

PT BPR Lumasindo Perkasa Putra (DL)

Tangerang, Banten

07-Feb-2014

PT BPR Vox Modern Danamitra (DL)

Serpong - Tangerang

29-Jan-2014

PT BPR Mutiara Artha Pratama (DL)

Bandung - Jawa Barat

23-Dec-2013

PT BPR Cahaya Nagari (DL)

06-Dec-2013

9
10

PT BPR Cakra Dharma Artamandiri


(DL)
PT BPR Kujang Artha Sembada (DL)

Sawahlunto Sumatera
Barat
Cilegon, Banten

11

PT BPR Cinere Artha Raya (DL)

Depok, Jawa Barat

12

PT BPR Mitra Danagung (DL)

Padang Sumatera Barat

20-Nov2013
14-Nov2013
06-Nov2013
24-Sep-2013

13

PT BPR Kapital Metropolitan (DL)

DKI Jakarta

29-Apr-2013

14

PT BPR Berok Gunung Pangilun (DL)

Padang, Sumatera Barat

05-Apr-2013

15

PT BPR Sukowati Jaya (DL)

Sragen, Jawa Tengah

23-Jan-2013

Bogor, Jawa Barat

Tanggal CIU
14-Jul-2015

Posisi
Proses
Likuisasi
Proses
Likuisasi
Proses
Likuisasi
Proses
Likuidasi
Proses
Likuisasi
Proses
Likuidasi
Proses
Likuidasi
Proses
Likuidasi
Proses
Likuidasi
Proses
Likuidasi
Proses
Likuidasi
Proses
Likuidasi
Proses
Likuidasi
Proses
Likuidasi
Proses
Likuidasi

Tabel III.II
Bank yang Sedang Dalam Proses Likuidasi
No
Nama Bank Dalam Likuidasi
1
PT BPR Arthasraya Sejahtera (DL)

Wilayah
Pondok Gede - Bekasi

PT BPR TUGU KENCANA (DL)

Kartasura - Jawa Tengah

PT BPR Lumasindo Perkasa Putra


(DL)
PT BPR Vox Modern Danamitra (DL)

Tangerang, Banten

Serpong - Tangerang
6

Tanggal CIU
20-Jun-2014

Posisi
Proses
Likuisasi
16-Apr-2014 Proses
Likuidasi
07-Feb-2014 Proses
Likuisasi
29-Jan-2014 Proses

PT BPR Mutiara Artha Pratama (DL)

Bandung - Jawa Barat

PT BPR Cahaya Nagari (DL)

7
8

PT BPR Cakra Dharma Artamandiri


(DL)
PT BPR Kujang Artha Sembada (DL)

Sawahlunto Sumatera
Barat
Cilegon, Banten

PT BPR Cinere Artha Raya (DL)

Depok, Jawa Barat

10

PT BPR Mitra Danagung (DL)

Padang Sumatera Barat

11

PT BPR Kapital Metropolitan (DL)

DKI Jakarta

12

PT BPR Berok Gunung Pangilun (DL)

Padang, Sumatera Barat

13

PT BPR Sukowati Jaya (DL)

Sragen, Jawa Tengah

14

BPR LPN Mudik Air (DL)

15

PT. BPR Artha Nagari Madani (DL)

Sawah Lunto, Sumatera


Barat
Padang, Sumatra Barat

16

PT. BPR Dharma Bhakti SMAdang


(DL)
PT. Bank IFI (DL)

17

Likuidasi
23-DecProses
2013
Likuidasi
06-DecProses
2013
Likuidasi
20-NovProses
2013
Likuidasi
14-NovProses
2013
Likuidasi
06-NovProses
2013
Likuidasi
24-Sep-2013 Proses
Likuidasi
29-Apr-2013 Proses
Likuidasi
05-Apr-2013 Proses
Likuidasi
23-Jan-2013 Proses
Likuidasi
01-Jun-2012 Proses
Likuidasi
15-DecProses
2011
Likuidasi
18-Jul-2011 Proses
Likuidasi
17-Apr-2009 Proses
Likuidasi

Bogor, Jawa Barat

Padang, Sumatra barat


Jakarta, Jabodetabek

Tabel III.III
Bank yang Telah Selesai Proses Likuidasinya
No
Nama Bank Dalam Likuidasi
1
PD. BPR LPK Bojongpicung (DL)

Wilayah
Cianjur, Jawa Barat

PT. BPR Sadayana Artha (DL)

Majalaya, Jawa Barat

PT. BPR Mustika Utama Raha (DL)

Muna, Sulawesi

PT. BPR Iswara Artha (DL)

Sidoarjo, Jawa Timur

Cirebon, Jawa Barat

PT. BPR Syariah Syarif Hidayatullah


(DL)
PT. BPR Indomitra Mandiri Ciputat
(DL)
PT. BPR Pundi Artha Sejahtera (DL)

PT. BPR Naratama Bersada (DL)

Tangerang, Jabodetabek
Pondok Gede,
Jabodetabek
Bekasi, Jabodetabek
7

Tanggal CIU
04-Oct-2011

Posisi
Selesai
Likuidasi
07-Sep-2011 Selesai
Likuidasi
15-AugSelesai
2011
Likuidasi
11-AugSelesai
2011
Likuidasi
29-Jul-2011 Selesai
Likudasi
24-MaySelesai
2011
Likuidasi
11-MaySelesai
2011
Likuidasi
26-Apr-2011 completed

PT. BPR Salimpaung Sepakat (DL)

10

PD. BPR LPK Sukamandi (DL)

Tanah Datar, West


Sumatra
Subang, Jawa Barat

11
12

PD. BPR LPK Pabuaran (DL)


PD. BPR LPK Talegong (DL)

Subang, Jawa Barat


Garut, Jawa Barat

13

PD. BPR LPK Samarang (DL)

Garut, Jawa Barat

14

PD. BPR LPK Cipeundeuy (DL)

Subang, Jawa Barat

15

PT. BPR Cimahi Tengah (DL)

Cimahi, Jawa Barat

16

PT. BPR Darbeni Mitra (DL)

Bekasi, Jabodetabek

17

PT. BPR Junjung Sirih (DL)

Solok, Sumatra Barat

18

PT. BPR Swasad Artha (DL)

Badung, Bali

19

PT. BPR Argawa Utama (DL)

Mengwi, Bali

20

Masamba , Sulawesi

21

PT. BPR Handayani Ciptasejahtera


(DL)
PT. BPR Musajaya Arthadana (DL)

22

PT. BPR Salido Empati (DL)

Painan, Sumatra Barat

23

PT. BPR Samudra Air Tawar (DL)

Padang, Sumatera Barat

24

PT. BPR Satya Adhi Perdana (DL)

Jimbaran, Bali

25

PT. BPR Margot Arta Utama, Depok

Depok, Jabodetabek

26

PT. BPR Sri Utama (DL)

Tabanan, Bali

27

PT. BPR Syariah Babussalam (DL)

Garut, Jawa Barat

28

PT. BPR Tripanca Setiadana (DL)

Lampung , Lampung

29

PT. BPR Handayani Ciptasehati (DL)

Masamba , Sulawesi

30

PT. BPR Sumber Hiobaja (DL)

Solo , Jawa Tengah

31

PT. BPR Kencana Arta Mandiri (DL)

Solo , Jawa Tengah

32

PT. BPR Citraloka Dana Mandiri (DL)

Bandung , Jawa Barat

33

PT. BPR Anugerah Arta Niaga (DL)

Pati , Jawa Tengah

34

PD. BPR Bungbulang (DL)

Garut , Jawa Barat

Lampung, Lampung

20-Apr-2011

Completed

07-Feb-2011 Selesai
Likuidasi
07-Feb-2011 Completed
24-Jan-2011 Selesai
Likuidasi
24-Jan-2011 Selesai
Likuidasi
27-DecSelesai
2010
Likuidasi
15-NovSelesai
2010
Likuidasi
04-Oct-2010 Selesai
Likuidasi
04-AugSelesai
2010
Likuidasi
18-MaySelesai
2010
Likuidasi
18-MaySelesai
2010
Likuidasi
27-Apr-2010 Selesai
Likuidasi
23-MarSelesai
2010
Likuidasi
09-MarSelesai
2010
Likuidasi
17-Feb-2010 Selesai
Likuidasi
18-NovSelesai
2009
Likuidasi
16-Jun-2009 Selesai
Likuidasi
13-MaySelesai
2009
Likuidasi
01-MaySelesai
2009
Likuidasi
24-MarSelesai
2009
Likuidasi
18-DecSelesai
2008
Likuidasi
23-Apr-2008 Selesai
Likuidasi
13-MarSelesai
2008
Likuidasi
14-Feb-2008 Selesai
Likuidasi
13-DecSelesai
2007
Likuidasi
20-NovSelesai

35
36

PT. BPR Bangun Karsa Arta Sejahtera


(DL)
PT. BPR Era Aneka Rezeki (DL)

37

PT. BPR Bekasi Istana Artha (DL)

38

PD. BPR Gunung Halu

39

PT. BPR Samadhana (DL)

40

PT. BPR Mranggen Mitra Niaga (DL)

41

PT. BPR Mitra Banjaran (DL)

42

PD. BPR Cimahi

43

PT. BPR Tripillar Arthajaya (DL)

2007
06-Jun-2007

Likuidasi
Bandung , Jawa Barat
Selesai
Likuidasi
Cibinong , Jabodetabek
16-MarSelesai
2007
Likuidasi
Bekasi , Jabodetabek
24-Jan-2007 Selesai
Likuidasi
Gunung Halu , Jawa Barat 11-Oct-2006 Selesai
Likuidasi
Sukabumi , Jawa Barat
27-Sep-2006 Selesai
Likuidasi
Demak , Jawa Tengah
22-AugSelesai
2006
Likuidasi
Banjaran , Jawa Barat
07-Feb-2006 Selesai
Likuidasi
Cimahi , Jawa Barat
26-Jan-2006 Selesai
Likuidasi
Yogyakarta , DI
19-Jan-2006 Selesai
Yogyakarta
Likuidasi

Dari sini tentu kita bertanya tanya kenapa sebagian besar bahkan hampir
seluruhnya bank yang dinyatakan gagal oleh LPS adalah BPR. Apakah BPR kesulitan di dalam
menyalurkan kredit ke masyarakat sehingga harus menanggung beban bunga dan
operasional yang tinggi atau hal ini disebabkan karena pengelolaan BPR yang kurang
profesional oleh para pengurusnya.

BAB IV
ANALISA

Data untuk analisa yang penulis lakukan diambil dari website milik LPS yaitu yang
beralamat di http://lps.go.id. Data yang digunakan adalah data bank yang telah selesai
proses likuidasinya, karena untuk bank yang masih dalam proses likuidasi maupun bank
yang baru dicabut izin usahanya belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Jika ditilik
satu persatu akan didapat keterangan penyebab banyaknya BPR yang dilikuidasi. Mulai dari
tingkat kredit yang disalurkan sangat rendah sampai buruknya GCG (Good Corporate
Governance) sehingga memunculkan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pengurus
maupun pemilik BPR. Berikut disajikan data mengenai penyebab likuidasi dari BPR yang
telah selesai dilikuidasi oleh LPS.

Tabel IV.I
BPR yang Telah Selesai Dilikuidasi dan Penyebabnya
No
1

Nama Bank Dalam Likuidasi


PD. BPR LPK Bojongpicung (DL)

PT. BPR Sadayana Artha (DL)

PT. BPR Mustika Utama Raha (DL)

PT. BPR Iswara Artha (DL)

PT. BPR Syariah Syarif Hidayatullah (DL)

PT. BPR Indomitra Mandiri Ciputat (DL)

PT. BPR Pundi Artha Sejahtera (DL)

PT. BPR Naratama Bersada (DL)

PT. BPR Salimpaung Sepakat (DL)

10

PD. BPR LPK Sukamandi (DL)

11

PD. BPR LPK Pabuaran (DL)

12

PD. BPR LPK Talegong (DL)

13

PD. BPR LPK Samarang (DL)

14

PD. BPR LPK Cipeundeuy (DL)

15

PT. BPR Cimahi Tengah (DL)

16

PT. BPR Darbeni Mitra (DL)

17

PT. BPR Junjung Sirih (DL)

Penyebab Likuidasi

Tindak Pidana Perbankan


Penyaluran Kredit Sangat Rendah
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Penyaluran Kredit Sangat Rendah

10

18

PT. BPR Swasad Artha (DL)

19

PT. BPR Argawa Utama (DL)

20

PT. BPR Handayani Ciptasejahtera (DL)

21

PT. BPR Musajaya Arthadana (DL)

22

PT. BPR Salido Empati (DL)

23

PT. BPR Samudra Air Tawar (DL)

24

PT. BPR Satya Adhi Perdana (DL)

25

PT. BPR Margot Arta Utama, Depok

26

PT. BPR Sri Utama (DL)

27

PT. BPR Syariah Babussalam (DL)

28

PT. BPR Tripanca Setiadana (DL)

29

PT. BPR Handayani Ciptasehati (DL)

30

PT. BPR Sumber Hiobaja (DL)

31

PT. BPR Kencana Arta Mandiri (DL)

32

PT. BPR Citraloka Dana Mandiri (DL)

33

PT. BPR Anugerah Arta Niaga (DL)

34

PD. BPR Bungbulang (DL)

35

PT. BPR Bangun Karsa Arta Sejahtera (DL)

36

PT. BPR Era Aneka Rezeki (DL)

37

PT. BPR Bekasi Istana Artha (DL)

38

PD. BPR Gunung Halu

39

PT. BPR Samadhana (DL)

40

PT. BPR Mranggen Mitra Niaga (DL)

41

PT. BPR Mitra Banjaran (DL)

42

PD. BPR Cimahi

43

PT. BPR Tripillar Arthajaya (DL)

Tindak Pidana Perbankan


Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Penyaluran Kredit Sangat Rendah
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Penyaluran Kredit Sangat Rendah
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana Perbankan
-

Dari data di atas dapat dilihat jika sebagian besar penyebab likuidasi adalah karena
tindak pidana perbankan. Tindak pidana perbankan bentuknya bermacam macam. Kasus
yang paling banyak muncul adalah pemberian kredit fiktif. Kedua, dana nasabah dicairkan
oleh bank, depositonya ditarik oleh pengurus bank. Ketiga, setoran nasabah yang tidak
dicatat.
Dalam kasus pemberian kredit fiktif, data nasabah dibuat secara pura pura atau
dipalsukan menggunakan nama orang lain. Hal ini dapat dilakukan oleh masyarakat bahkan
oleh pengurus BPR itu sendiri. Karena sifatnya fiktif, pada akhirnya kredit yang diberikan pun
macet dan terjadi gagal bayar atas kredit tersebut.

11

Dalam kasus kedua, dana yang dimiliki oleh nasabah dicairkan oleh pengurus bank
tanpa seizin dan sepengetahuan dari nasabah pemilik deposito tersebut. Selanjutnya di
dalam buku bank sudah tidak tercatat adanya deposito atas nama nasabah tersebut.
Sedangkan dalam kasus yang terakhir, nasabah yang melakukan setoran ke dalam
rekening tidak dicatat di dalam pembukuan bank. Dana yang telah disetorkan tersebut
akhirnya digunakan oeh pengurus untuk kepentingan pribadinya.
Jika menilik ke dalam peraturan mengenai permodalan BPR, sebenarnya potensi
pelanggaran semacam ini memang sangat mungkin terjadi. Berdasarkan aturan lama, modal
disetor minimum yang harus disediakan dalam pendirian BPR adalah sebesar Rp 500juta
Rp 2Milyar saja. Dari jumlah ini minimum 50% harus digunakan sebagai modal kerja. Jika
melihat besaran ini, agaknya terlalu riskan jika suatu lembaga penyedia utang seperti BPR
hanya memiliki jumlah modal kerja yang sangat kecil. Hal ini akan menyebabkan bank
kesulitan di dalam memberikan imbal balik kepada nasabah berupa bunga sekaligus
memberikan kredit. Apalagi dengan semakin banyaknya bank umum yang masuk ke
pedesaan bahkan sampai ke pelosok pelosok. Dikhawatirkan nasabah di pedesaan lebih
tertarik untuk mencari pinjaman melalui bank umum.
Namun agaknya pemerintah sudah memahami hal ini. Hal itu terlihat dari
ditetapkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/OJK/2015 yang mengatur
tentang kewajiban penyediaan modal minimum bagi BPR dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 20/OJK/2014 tentang BPR. Berdasarkan peraturan yang baru tersebut,
modal disetor yang dipersyaratkan di dalam pendirian BPR adalah sebesar Rp 4 Milyar Rp
16 Milyar tergantung dari lokasi BPR didirikan. Karena BPR memiliki peran penting dalam
perekonomian terutama dalam skala lokal, BPR harus beroperasi dalam skala ekonomis
tertentu dan memiliki kemampuan yang memadai dalam menyerap risiko. Dengan
beroperasi dalam skala ekonomis, BPR akan mampu bersaing dengan lembaga jasa
keuangan lain dalam rangka melayani masyarakat. Agar dapat mencapai skala ekonomis,
BPR wajib memiliki modal dalam jumlah tertentu. Modal disetor yang wajib dipenuhi
oleh BPR pada saat pendirian tidak selamanya mencukupi untuk mencapai skala
ekonomis dimaksud apabila BPR mengalami rugi sehingga perlu ditetapkan modal inti
minimum bagi BPR.

12

Modal inti minimum mencakup modal inti utama dan modal inti tambahan. Modal
inti utama berasal dari modal disetor dan cadangan tambahan modal. Sedangkan modal inti
tambahan berasal dari setoran selain modal inti utama yang memenuhi persyaratan:
a. tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah disetor penuh;
b. mempunyai kedudukan yang sama dengan modal disetor dalam hal
jumlah kerugian

BPR

melebihi

laba

tahun-tahun

lalu

dan

cadangan-cadangan yang termasuk modal inti utama, meskipun BPR


belum dilikuidasi;
c. sumber pendanaan tidak berasal dari BPR yang bersangkutan baik
secara langsung maupun tidak langsung;
d. tidak memiliki jangka waktu dan tidak terdapat persyaratan yang
mewajibkan pelunasan oleh BPR di masa mendatang;
e. tidak memiliki hak menerima pembayaran dividen;
f. telah memperoleh persetujuan Otoritas Jasa Keuangan untuk
diperhitungkan sebagai komponen modal;
g. dapat dikonversi menjadi saham biasa yang dinyatakan secara jelas
dalam dokumen perjanjian dengan memenuhi persyaratan dan
tata cara penambahan modal disetor sebagaimana diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai BPR; dan
h. pembayaran kembali atau pelunasan harus mendapat persetujuan
dari Otoritas Jasa Keuangan dan dengan pembayaran kembali
atau pelunasan tersebut permodalan BPR tetap sehat serta tidak
mengakibatkan

rasio modal

tidak

memenuhi

ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4.


Dalam rangka meningkatkan kemampuan BPR dalam menyerap risiko, dilakukan
peningkatan kualitas permodalan BPR dengan penambahan instrumen modal inti dalam
komponen modal inti dan pengakuan atas kelebihan pembentukan PPAP 4 umum sebagai
faktor pengurang dalam perhitungan ATMR5. BPR wajib menyediakan modal minimum
4

Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase
tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan Kualitas Aset Produktif sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan yang mengatur mengenai kualitas aset dan pembentukan penyisihan penghapusan aset.
5
Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah jumlah aset neraca BPR yang diberikan bobot sesuai
dengan kadar risiko yang melekat pada setiap pos aset sesuai ketentuan.

13

yang dihitung dengan menggunakan rasio KPMM6 paling rendah sebesar 12% (dua belas
perseratus) dari ATMR dan menyediakan modal inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf a paling rendah sebesar 8% (delapan perseratus) dari ATMR. Dengan
ditetapkannya peraturan baru mengenai BPR ini, diharapkan jumlah bank yang dilikuidasi
oleh LPS akan semakin berkurang yang akhirnya akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat untuk menyimpan dananya di bank khususnya BPR.

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) adalah rasio modal terhadap ATMR yang wajib disediakan
oleh BPR

14

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dan analisa pada bagian sebelumnya, dapat diambil
kesimpulan yaitu:
1) Penyebab utama dari banyaknya BPR yang dilikuidasi adalah karena tindak pidana
perbankan yang dilakukan oleh pengurus BPR.
2) Jumlah minimum modal yang ditentukan sebelum diberlakukannya Peraturan OJK
Nomor 5/OJK/2015 dan Nomor 20/OJK/2014 dirasa masih kurang untuk menjamin
ketersediaan dana bagi BPR di dalam menjalankan usahanya.
3) Peran LPS dan OJK di dalam menindak kecurangan kecurangan yang dilakukan oleh
BPR dan dalam melakukan pengawasan perbankan dapat dikatakan cukup baik
mengingat banyaknya jumlah BPR yang ada. Hal ini terlihat dari jumlah BPR
dilikuidasi dibandingkan dengan jumlah BPR secara keseluruhan hanya berkisar 2%.
SARAN
1) Pemerintah sebaiknya menetapkan regulasi tambahan bagi keberadaan bank umum.
Yaitu dengan membatasi keberadaan bank umum di daerah daerah terutama di
pelosok sehingga keberadaan bank tersebut tidak mengancam kelangsungan BPR
yang telah lebih dulu ada.
2) BPR sebaiknya diberikan pendampingan oleh LPS dan OJK dalam 1 tahun pertama
operasionalnya. Dengan pendampingan ini diharapkan pengurus BPR dapat bekerja
dengan jujur dan lebih terampil di dalam menjalankan usahanya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Terhadap
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2012 Tentang Perubahan
Terhadap Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2011
Tentang Likuidasi Bank
Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2014 Tentang Saham Bank
Gagal yang Diselamatkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.3/2014 Tentang Bank
Perkreditan Rakyat
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.3/2015 Tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Inti Minimum Bank Perkreditan Rakyat

16

Anda mungkin juga menyukai