Anda di halaman 1dari 24

Aset Potensial

Maritim Indonesia
Disusun oleh:
Bayu Rohman Hakim
Ikhwanurdien Bahalwan
Muhammad Bestari
Yustiar Kurniawan

Hukum yang berkaitan


* UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia, sebagai penegas legalitas
Deklarasi Djuanda
* UNCLOS 1982 tentang hukum Maritim Internasional, mulai diterapkan di
Indonesia melalui UU No.17 th.1985
* UU No.5 Tahun 1983, mengesahkan kedudukan Indonesia dalam Zona
Ekonomi Eksklusif.
* UU No.21 Th.1992 tentang pelayaran.
* UU No.6 Th.1996 tentang perairan Indonesia.
* UU No.38 Th.2002, tentang Titik Dasar Indonesia.
* UU No.31 Th.2004, tentang Perikanan Indonesia.
* UU no 45 tahun 2009, tentang Perubahan atas UU no 31 tahun 2004.

Hukum yang berkaitan


* UU no. 32 tahun 2014, tentang Kelautan
* UU no 27 tahun 2007, tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil
* UU no 1 tahun 2014, tentang Perubahan Atas UU No 27 Tahun 2007
* UU no 30 tahun 2007, tentang Energi
* UU no 17 tahun 2008, tentang Pelayaran
* UU no 10 tahun 2009, tentang Kepariwisataan
* Perpres No 10 tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman

Definisi Maritim

KBBI: Maritim (maritime) berkenaan dengan


berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut.

Definisi kemaritiman yang berdasarkan pada termonologi


adalah mencakup ruang/wilayah permukaan laut, pelagik dan
mesopelagik yang merupakan daerah subur di mana pada
daerah ini terdapat kegiatan seperti pariwisata, lalu lintas,
pelayaran dan jasa-jasa kelautan.

Pengertian kemaritiman yang selama ini diketahui oleh


masyarakat umum adalah menunjukkan kegiatan di laut yang
berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan,sehingga
kegiatan di laut yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi atau
penangkapan ikan bukan merupakan kemaritiman

Kemaritiman lingkupnya lebih sempit dari kelautan

laut;

Kedaulatan Maritim

Menurut hukum internasional yang dianut bangsa-bangsa di dunia,


wilayah dan batas wilayah suatu negara adalah hasil warisan dari
penguasa pendahulu
secara umum wilayah yang ditinggalkan oleh penjajah adalah wilayah darat.

Prinsip land dominates the sea


suatu negara menguasai daratan lalu dari penguasaan atas daratan itu dia berhak
juga menguasai laut

Untuk bisa mengatakan ini laut kita, sebuah negara harus


melakukan pengukuran menurut kaidah hukum yang berlaku.
UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea)

Kedaulatan Maritim

Beda kedaulatan penuh dan hak berdaulat

kedaulatan penuh: kekuasaan penuh atas wilayah (territory) (termasuk


daratan, perairan kepulauan, dan laut teritorial)

hak berdaulat: tidak berlaku kekuasan penuh tetapi hak untuk


mengelola dan memanfaatkan

Berlaku hukum nasional

Dikenal dengan yurisdiksi

Hak maritim negara kepulauan menurut UNCLOS:

Laut Teritorial (hingga 12 mil laut)

Zona Tambahan (hingga 24 mil laut)

Zona Ekonomi Eksklusif (hingga 200 mil laut)

Landas Kontinen (bisa lebih dari 200 mil laut)

Ilustrasi Zona Maritim


Dalam UNCLOS diatur:
Laut Territorial: sd 12
mil laut dari garis pantai
saat surut
Zona Tambahan: sd 24
mil laut
ZEE: sd 200 mil laut
Landas kontinen: > 200
mil laut

Ilustrasi Zona Maritim


Batas wilayah maritim yang
dapat diklaim menurut UNCLOS:

(diambil dari
https://madeandi.files.wordpress.com/
2014/12/kepulauan.jpg)

Delimitasi

Mungkinkah sebuah negara bisa mengklaim laut yang


begitu luas?
tidak mungkin, negara tetangga juga memiliki hak yang sama

Pembagian laut yang dikenal dengan istilah delimitasi atau


penetapan batas maritim

suatu negara tidak bisa mengatakan Ini laut saya sebelum adanya
proses delimitasi yang disepakati semua pihak

Delimitasi
Ilustrasi delimitasi maritim:

(diambil dari
https://madeandi.files.wordpress.com/2014/12/d
elimitasi.jpg)

Peta Maritim Indonesia

(diambil dari https://madeandi.files.wordpress.com/2014/12/kedaulatan.jpg)

Kebijakan Maritim Indonesia

Visi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia adalah


mendukung visi Presiden untuk :

Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan


gotong royong

Misi yang dijalankannya :

Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional

Kebijakan Maritim Indonesia

Agenda prioritas Pemerintah di bidang kemaritiman adalah :

1.

Mengamankan kepentingan dan keamanan maritim Indonesia,khususnya batas negara,


kedaulatan maritim, dan sumber daya alam.

2.

Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsabangsa Asia lainnya dengan membangun
10 pelabuhan baru dan merenovasi yang lama

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mengoordinasikan:

1.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

2.

Kementerian Perhubungan;

3.

Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan

4.

Kementerian Pariwisata

Kebijakan Maritim Indonesia

Kemenko Maritim juga akan mendukung agar kebijakan politik luar negeri di bidang
kemaritiman dapat dilaksanakan, yaitu mengedepankan identitas Indonesia sebagai
negara kepulauan (archipelagic state) dalam pelaksanaan diplomasi dan membangun
keriasama internasional. Politik luar negeri yang mencerminkan identitas negara
kepulauan ini diwujudkan melalui 5 (lima) agenda aksi:

1.

Diplomasi maritim untuk mempercepat penyelesaian permasalahan perbatasan


Indonesia, termasuk perbatasan darat, dengan 10 negara tetangga Indonesia;

2.

Menjamin integritas wilayah NKRI, kedaulatan maritim dan keamanan/kesejahteraan


pulau-pulau terdepan;

3.

Mengamankan sumberdaya alam dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE);

4.

Mengintensifkan diplomasi pertahanan, dan;

5.

Meredam rivalitas maritim di antara negara-negara besar dan mendorong penyelesaian


sengketa teritorial di kawasan.

Kebijakan Maritim Indonesia

Komitmen untuk pembangunan ekonomi maritim akan dijalankan melalui :

1.

Peningkatan kapasitas dan pemberian akses terhadap sumber modal (melalui


bank pertanian), sarana produksi, infrastruktur, teknologi dan pasar,

2.

Pembangunan 100 sentra perikanan sebagai tempat pelelangan ikan terpadu


dengan penyimpanan dan pengolahan produk perikanan terpadu,

3.

Pemberantasan illegal, unregulated dan unreported fishing (IUU),

4.

Mengurangi intensitas penangkapan di kawasan overfishing, dan meningkatkan


intensitas penangkapan di kawasan underfishing sesuai batas kelestarian,

5.

Rehabilitasi kerusakan lingkungan pesisir dan lautan,

Kebijakan Maritim Indonesia

Komitmen untuk pembangunan ekonomi maritim akan dijalankan melalui :

6.

Peningkatan luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara


berkelanjutan. Kawasan konservasi perairan dalam lima tahun mendatang
dikelola secara berkelanjutan menjadi 17 juta hektar dan penambahan
kawasan konservasi seluas 700 hektar,

7.

Penerapan best aquaculture practices untuk komoditas-komoditas unggulan,

8.

Mendesain tata ruang wilayah pesisir dan lautan yang mendukung kineria
pembangunan maritim dan perikanan,

9.

Meningkatkan produksi perikanan dua kali lipat, menjadi sekitar 40-50 juta
ton per tahun pada tahun 2019.

Contoh Pengelolaan :
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

UU No. 27 tahun 2007 stdtd UU No. 1 tahun 2014

Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2
(dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan Ekosistemnya.

Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumber daya hayati, sumber
daya nonhayati; sumber daya buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumber daya
hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut
lain; sumber daya nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber
daya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan
perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar
laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta
energi gelombang laut yang terdapat di Wilayah Pesisir

Contoh Pengelolaan :
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi kegiatan perencanaan,


pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam
memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah secara
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terdiri atas:

1.

Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RSWP-3K;

2.

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K;

3.

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut
RPWP-3-K; dan

4.

Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut
RAPWP-3-K.

Contoh Pengelolaan :
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Pemanfaatan

1.

Izin Lokasi : izin yang diberikan untuk memanfaatkan ruang dari sebagian Perairan Pesisir
yang mencakup permukaan laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut pada
batas keluasan tertentu dan/atau untuk memanfaatkan sebagian pulau-pulau kecil.

2.

Izin Pengelolaan : izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan pemanfaatan sumber daya
Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil.

3.

Pemanfaatan PulauPulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya dalam rangka PMA : harus dapat
izin dari Menteri

4.

Konservasi : Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditetapkan dengan
Peraturan Menteri, pengelolaannya dilaksanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
berdasarkan kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5.

Rehabilitasi : Rehabilitasi dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dan/atau


setiap Orang yang secara langsung atau tidak langsung memperoleh manfaat dari Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Contoh Pengelolaan :
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Pemanfaatan

5.

Reklamasi : dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat dan/atau nilai tambah


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditinjau dari aspek teknis, lingkungan, dan
sosial ekonomi.

6.

Larangan : ada 12 larangan diantaranya menambang terumbu karang yang


menimbulkan kerusakan Ekosistem terumbu karang; mengambil terumbu karang
di Kawasan konservasi; menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau
bahan lain yang merusak Ekosistem terumbu karang; menggunakan peralatan,
cara, dan metode lain yang merusak Ekosistem terumbu karang; menggunakan
cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove yang tidak sesuai dengan
karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; melakukan konversi Ekosistem
mangrove di Kawasan atau Zona budidaya yang tidak memperhitungkan
keberlanjutan fungsi ekologis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dst.

Contoh Pengelolaan :
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Pengawasan dan Pengendalian

Dilakukan oleh pejabat tertentu yang berwewenang di bidang pengelolaan


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan sifat pekerjaaannya dan
diberikan wewenang kepolisian khusus

Pengendalian :

1.

Akreditasi

2.

Mitra Bahari

Contoh Pengelolaan :
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Menteri berwenang memberikan dan mencabut Izin Lokasi dan Izin


Pengelolaan di wilayah Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil lintas provinsi,
Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan
Kawasan Konservasi Nasional.

Gubernur berwenang memberikan dan mencabut Izin Lokasi dan Izin


Pengelolaan di wilayah Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan
kewenangannya.

Bupati/wali kota berwenang memberikan dan mencabut Izin Lokasi dan Izin
Pengelolaan di wilayah Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan
kewenangannya.

Permasalahan Maritim Indonesia


1.

2.

Sulitnya penentuan garis batas melalui proses delimitasi

Masing masing menentukan secara sepihak

Nelayan menjadi korban

Memicu perselisihan jika masing masing patroli bertemu

Upaya pelestarian ekosistem maritim yang dirasa belum


maksimal

Banyaknya masyarakat yang mengotori pantai

Pengambilan hasil laut dengan cara yang merusak ekosistem (bom ikan,
pukat harimau, dll)

Sekian dan terima kasih ya sudah mau


mendengarkan..

Mas Ervan : penghancuran kapal oleh pemerintah gimana menurut kelompok


kalian gimana?

Ustaz Heri : isu tol laut? Bagian dari maritim kah?

Bayu : pemerintah belum concern sama ikan-ikan.. Kenapa? Gimana biar


kontribusinya maksimal?

Mas Ase : masalah formulasi PHP.. Gimana mengoptimalisai perikanan? Gimana


PBB masalah kelautan?

Anda mungkin juga menyukai