Anda di halaman 1dari 2

TUGAS TEKNOLOGI MINYAK ATSIRI, REMPAH, & FITOFARMAKA

Putik Loka Wijayanti F34120035


Dosen :
Dr. Dwi Setianingsih STP, M.Si.
Akar wangi (Vetiveria zizanoides) merupakan salah satu tanaman penghasil
minyak atsiri yang potensial. Tanaman dari famili Gramineae ini telah lama dikenal di
Indonesia dan menjadi salah satu komoditas ekspor nonmigas. Rumpun tanaman akar
wangi terdiri dari beberapa anak rumpun yang memiliki sejumlah akar-akar halus,
berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai kemerahan (Ketaren 1985). Tanaman
akar wangi dapat menghasilkan minyak yang dikenal dengan minyak akar wangi
(vetiver oil) melalui proses penyulingan. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman
akar wangi adalah bagian akarnya. Akar yang menghasilkan minyak dengan mutu
yang baik dipanen pada umur 22 bulan. Akar yang lebih tua dan cukup baik
pertumbuhannya, berupa akar yang lebih tebal dan dapat menghasilkan minyak
dengan mutu yang lebih baik, serta memiliki jenis dan putaran optik yang lebih
tinggi, berbau lebih wangi dan lebih tahan lama.
Minyak akar wangi secara luas digunakan untuk pembuatan parfum, bahan
kosmetika, pewangi sabun dan obat-obatan, serta pembasmi dan pencegah serangga
(Kardinan 2005). Minyak akar wangi dapat juga digunakan sebagai aroma terapi dan
pangan, yaitu sebagai penambah aroma dalam pengalengan asparagus dan sebagai
flavor agent dalam minuman (Martinez et al. 2004). Minyak ini juga berfungsi
sebagai pengikat karena mempunyai daya fiksasi (pengikat) yang kuat, sehingga
sering digunakan sebagai campuran parfum untuk mempertahankan aroma. Minyak
akar wangi berupa cairan kental, berwarna kuning kecoklatan hingga coklat gelap,
memiliki aroma sweet, earthy, dan woody
Setiap jenis minyak atsiri mempunyai sifat khas tersendiri bergantung dari
komponen penyusunnya. Sifat sifat khas dan mutu minyak dapat berubah mulai dari
minyak yang masih berada dalam bahan, selama proses ekstraksi serta penyimpanan
dan pemasaran. Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria atau batasan yang
dituangkan dalam standar mutu. Kriteria mutu minyak akar wangi tertuang dalam SNI
06-2386-2006 pada tabel 1.

Warna merupakan salah satu parameter mutu yang menjadi salah satu
pertimbangan konsumen minyak akar wangi. Minyak akar wangi yang baik memiliki
warna kuning muda hingga coklat kemerahan. Umumnya warna yang bening lebih
disukai dari pada warna yang gelap. Warna yang gelap ini memiliki kualitas yang
rendah yang ditandai oleh kerusakan beberapa komponen (senyawa) minyak. Aroma

khas minyak akar wangi disebabkan oleh komponen senyawa -vetivon dan vetivone. Bobot jenis merupakan perbandingan antara berat minyak dengan berat air
pada volume dan suhu yang sama. Alat yang digunakan pada pengukuran bobot jenis
adalah piknometer. Bobot jenis minyak akar wangi yang dilakukan pada suhu 20 0c
adalah 0,980 1,003.
Pengukuran indeks bias didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias
minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap. Perlatan yang digunakan
adalah refraktometer. Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui
indeks refraksi, kerapatan jenis, dan konsentrasi dari suatu zat terlarut misalnya
mengukur kadar gula, kadar urin dan protein dalam tubuh. Prinsip kerja refraktometer
adalah mamanfaatkan refraksi cahaya polikromatis dari sinar lampu yang menyinari
day light plate. Sampel diteteskan pada day light plate,kemudian dikenakan cahaya
polikromatis dan selanjutnya diteruskan ke prisma. Pada prisma,cahaya
polikromatis diubah menjadi cahaya monokromatis, selanjutnya
terjadi pemfokusan pada lensa. Cahaya monokromatis yang telah melewati lensa diter
uskan ke biomaterial skip sehingga tertera skala. Indeks bias minyak akar wangi
menurut SNI berkisar 1,520 1,530. Kelarutan minyak dalam etanol absolut atau
etanol 95% membentuk larutan yang bening dan cerah dalam perbandingan
perbandingan. Kelarutan dalam alkohol bernilai 1 : 1 jernih dan seterusnya jernih.
Penentuan bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak
bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam tergantung
dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut. Bilangan asam adalah
ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari
asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah
milligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat
dalam 1 gram minyak atau lemak. Bilangan asam pada minyak akar wangi berkisar
antara 10 35. Tujuan penentuan bilangan ester atau asam lemak terikat adalah
untuk melihat asam lemak yang masih baik dan belum rusak (terhidrolisis). Bilangan
ester merupakan selisih antara bilangan penyabunan dan bilangan asam. Bilangan
ester pada minyak akar wangi yaitu 5 26. Bilangan ester setelah asetilasi merupakan
asetilasi minyak atsiri oleh anhidrida asetat dengan adanya natrium asetat. Isolasi dan
pengeringan minyak atsiri yang terasetilasi tersebut. Penentuan bilangan ester setelah
asetilasi. Perhitungan kadar alkohol bebas, dengan memperhatikan bilangan ester
minyak sebelum asetilasi. Bilangan ester setelah asetilasi berkisar 100 150%. Kadar
vetiverol total yang terkandung dalam minyak atsiri minimum 50%.

DAFTAR PUSTAKA
Kardinan A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta : Agromedia
Pustaka.
Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka.
Martinez J, Paulo TV, Chantal M, Alain L, Pierre B, Dominique P, Angela AM.
2004. Valorization of Brazilian Vetiver (Vetiveria zizanoides (L) Nash ex
Small) Oil. J. Agr and Food Chem. 52 : 6578 6584.

Anda mungkin juga menyukai