Anda di halaman 1dari 10

MASYARAKAT MADANI

SERTA PERKEMBANGAN
DEMOKRASI DI INDONESIA

Irene

Grace Tasin

Irma

Novia Astrilita

Wida

Zahra Novalina

Putriayu

Puspita Jayanti

MASYARAKAT MADANI
Masyarakat madani, yang merupakan kata lain
dari masyarakat sipil (civil society), kata ini
sangat sering disebut sejak kekuatan otoriter
orde baru tumbang selang satu tahun ini
Masyarakat madani (civil society) dapat
diartikan sebagai suatu masyarakat yang
beradab dalam membangun, menjalani, dan
mamaknai kehidupannya. Masyarakat madani
akan terwujud apabila suatu masyarakat telah
menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dengan
baik.

Dalam bahasa Arab, kata madani tentu saja


berkaitan dengan kata madinah atau kota,
sehingga masyarakat madani bisa berarti
masyarakat kota atau perkotaan.

KARAKTERISTIK MASYARAKAT
MADANI
Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat
memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka
berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan
pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan
informasikan kepada publik.
Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip
demokrasi sehingga mewujudkan masyarakat yang demokratis.
Untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota
masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian
serta kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain
dan menerima perlakuan demokratis dari orang lain. Demokratisasi
dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang
meliputi: (1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
(2) Pers yang bebas
(3) Supremasi hukum
(4) Perguruan Tinggi
(5) Partai politik

Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan


sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan menghormati
pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.
Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang majemuk
disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan
rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang proporsiaonal
antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari rekayasa,
intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat memiliki
kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab.
Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan.
Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan
perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia
diantaranya:
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang terbatas
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar
6. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi

Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan


perubahan jaman, pemberdayaan civil society perlu
ditekankan, antara lain melalui peranannya sebagai berikut:
1). Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya
peningkatan pendapatan dan pendidikan
2). Sebagai advokasi bagi masyarakt yang teraniaya,
tidak berdaya membela hak-hak dan kepentingan mereka
(masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh
yang digaji atau di PHK secara sepihak dan lain-lain)
3).Sebagai kontrol terhadap negara
4).Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau
kelompok penekan (pressure group)
5).Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu
ruang yang terletak antara negara di satu pihak dan
masyarakat di pihak lain. Dalam ruang lingkup tersebut
terdapat sosialisasi warga masyarakat yang bersifat sukarela
dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di antara
assosiasi tersebut, misalnya berupa perjanjian, koperasi,
kalangan bisnis, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan bentuk
organisasi-organsasi lainnya.

PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI
INDONESIA
Demokrasi di Masa Orde Lama
a.
Demokrasi parlementer di masa RIS dan masa
berlakunya UUDS 1950
1. Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan
demokrasi parlementer. Sistem parlementer ini
mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan
diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat dalam
Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan
Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950.
Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan
di beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang
cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS
1950, badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai
kepala negara konstitusional (constitutional head) dan
perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.

2. Periode 1959-1965 (Orde Lama)Demokrasi


Terpimpin
Pandangan A. Syafii Maarif, demokrasi
terpimpin sebenarnya ingin menempatkan
Soekarno sebagai Ayah dalam famili besar yang
bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat
berada di tangannya. Dengan demikian,
kekeliruan yang besar dalam Demokrasi
Terpimpin Soekarno adalah adanya
pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi
yaitu terpusatnya kekuasaan hanya pada diri
pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol
sosial dan check and balance dari legislatif
terhadap eksekutif

PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI
INDONESIA
ORDE

BARU

Orde Baru memilih perbaikan dan


perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya
dan menempuh kebijakannya melalui struktur
administratif yang didominasi militer namun
dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat.
Pemerintahan orde baru ini mengedepankan
ekonomi sebagai alat komunikasi dengan rakyat ,
merencanakan dan melakukan program
pembangunan ekonomi di segala bidang untuk
memperbaiki keadaan bangsa Indonesia.

Kehidupan di masa orde baru sama atau bahkan


lebih buruk dari masa Demokrasi Terpimpin. Pada
masa ini terjadi hal-hal berikut :
1. Pembatasan hak hak politik rakyat
2. Pemusatan kekuasaan di tangan Presiden
3. Pemilu yang tidak demokratis
4. Pembentukan lembaga ekstrakonstitusional
5. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)

Anda mungkin juga menyukai