Anda di halaman 1dari 2

Selamatkan Bangunan Tua, Jejak Sejarah dan

Budaya Bangsa
KOMPAS: Selasa, 5 Januari 2010 | 21:47 WIB
Indonesia, dengan letaknya yang strategis dan kekayaan alamnya yang berlimpah,
mengundang berbagai transaksi perdagangan dari Eropa, Arab, India dan China. Posisi ini
menjadikan Indonesia pusat perdagangan yang ramai dan pelabuhan yang sibuk. Tempat
bertemu dan berlebur berbagai kultur dan jamaknya etnisitas menambah kaya sejarah bangsa.
Indonesia adalah sebuah bangsa yang mempunyai banyak potensi untuk menjadi yang maju
dan besar. Jakarta yang dahulu dikenal dengan nama Batavia sejak semula sudah merupakan
pusat kota.
Bangunan-bangunan megah dibangun di kawasan kota yang sekarang dinamakan kota tua itu,
berdiri menjadi saksi bisu dari perjalanan sejarah bangsa kemakmuran, kesejahteraan,
kepedihan dan perjuangan negeri ini. Kemajuan arsitektur bangunan selalu berjalan pararel
dengan kemajuan kebudayaan manusia. Arsitektur bangunan zaman sekarang diwarnai
dengan unsur dekoratif dan teknologi yang kuat dalam designnya sangat bertolak belakang
dengan arsitektur bangunan tua.
Bangunan-bangunan tua merupakan buah pemikiran dan perhitungan analisis yang matang.
Hasil karya mata rantai intelegensia manusia, terkandung di dalamnya unsur-unsur estetika,
filosofi, astrologi, teologi, geometri dan geomansi /feng shui berkolaborasi dengan komposisi
sosial, politik dan budaya. Semuanya bergabung untuk membentuk jiwa dan karakter pada
sebuah bangunan.
Bangunan-bangunan yang berkualitas berhasil menjadi koneksi antara visi kreatornya, impian
sang pengguna atau orang yang tinggal di dalamnya menyatu dengan alam sekitarnya,
dilatarbelakangi konseptual environmental metafisika, teologi dan filosofi merupakan hasil
arsitektural awal yang menunjukan kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Ditambah
dengan nilai historisnya, menjadikan bangunan-bangunan tua kekayaan negara yang tak
ternilai. Bangunan-bangunan tua mendapat kehormatan dan perhatian khusus di negaranegara maju lainnya atas konsiderasi fundamental.
Program restorasi atau pemugaran bangunan tua merupakan agenda nasional untuk menjaga
orisinalitas dan perawatan peninggalan sejarah bangsa. Peringatan dan perayaan sejarah tidak
selamanya terlukiskan indah penuh kemenangan, di dalamnya juga terkandung sejarah yang
hitam dan penuh perjuangan menjadikan arsitektur bangunan tua mendapat tempat yang
sangat istimewa pada kemajuan bangsa.
Hilang tak terurus
Bangunan-bangunan tua di Indonesia hampir hilang tak terurus dan termakan oleh zaman.
Chinatown atau pecinan di sebagian dunia merupakan pusat turisme dan interaksi sosial
ekonomi dan budaya yang terus berkembang dan terpelihara sejak berdiri. Di Indonesia,
pecinan dijadikan bukti kekerasan bangsa dan dimusnahkan, mengundang keprihatinan dari
berbagai kalangan.

Bagaimana ini bisa terjadi? Rumah-rumah tua yang dibongkar sarat dengan ilmu, materi
bangunan dan workmanship yang berkualitas. Kayukayu jati gelondongan yang dijadikan
struktur bangunan tanpa paku terekspos menghiasi langit-langit rumah di pecinan. Tempat
persembunyian yang tersimpan rapi, di baliknya menahan misteri yang melegenda, kini
hanya bisa diceritakan. Pada sesaat paradoks kehidupan yang memperlihatkan unsur-unsur
tradisional dianggap kuno dan ketinggalan zaman, padahal yang sarat tradisi itu tidak pasti
ketinggalan zaman. Bahkan manifestasi waktu menjadikannya lebih berbobot dan matang.
Maka ada yang dinamakan: Klasik.
Kurangnya pemahaman masyarakat dan instalasi terkait dalam apresiasi bangunan klasik
karena keterbatasan pengetahuan dan kesadaraan pada eksplorasi inti. Bangunan tua
dipertahankan dengan tujuan napak tilas hanya sebuah dimensi eksternal. Melangkah lebih
jauh dari tujuan nostalgia dan turisme, negara atau pemerintahan yang berkeinginan untuk
maju, harus memikirkan visi jangka panjang yang berjalan pararel dengan misi jangka
pendek.
Bangunan klasik terpelihara sampai hari ini merupakan bagian dari rencana besar untuk
membangun tunas bangsa yang lebih berkualitas. Aset negara yang paling berharga, pondasi
bangsa adalah manusianya. Fundamental inti dari pelestarian jejak sejarah dan budaya
merupakan suatu bentuk komunikasi dan alat pembelajaran bagi calon pemimpin bangsa
untuk menjadi manusia yang kritis dan berkultur. Seperti pepatah dari negeri timur
mengatakan: Daripada seribu kali mendengar, lebih baik satu kali melihat. Bangunanbangunan tua itu adalah bukti konkret dan cerminan sejarah bangsa.
Anak bangsa yang terbuai dengan mimpi revolusi dengan sendiri telah menjadi musuh
terbesar bagi dirinya. Sibuk berjuang untuk menjadi yang terbaik sehingga lupa akan akarakar yang menjadikannya. Sejarah ada karena tidak semua harus kita jalani sendiri. Dengan
adanya kesadaran untuk belajar dari masa lampau, kita baru bisa membangun sejarah baru
yang lebih baik, tanpa harus mengulang yang lama. Kultur yang rapuh dibangun tanpa jati
diri dan kesadaran untuk belajar dari masa lalunya. Bangunan tua yang bercerita tentang masa
lalu, sekarang dan masa depan tentang sebuah bangsa sedang menunggu untuk diselamatkan
dari kerapuhannya.

Anda mungkin juga menyukai