Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan

Penerapan J-Resolved Nuklear Magnetik Resonansi


Spektroskopi Dua Dimensi untuk Diferensiasi Bir
Bir merupakan minuman fermentasi yang terbuat dari malted barley,
hop, ragi dan air. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakter bir,
seperti bahan, proses produksi dan kondisi penyimpanan. Perbedaan kecil
dalam faktor-faktor tersebut sebagian besar dapat mempengaruhi rasa dan
kualitas bir. Dengan demikian, pemeriksaan komposisi kimia lengkap bir
penting untuk mengevaluasi kualitas bir.
Metode analisis yang ada sekarang umumnya bertujuan untuk
membedakan komposisi kimia dari bir, termasuk mendeteksi komponen
kimia secara kualitatif maupun kuantitatif. Pemeriksaan terakhir dilaporkan
membedakan komponen fenolik dalam bir dengan metode kolorimetri.
Kolorimetri hanya mengidentifikasi grup komponen bukan senyawanya.
Senyawa fenolik sendiri dapat dianalisis dengan Kromatografi lapis tipis,
namun resolusinya tidak mencukupi. HPLC dan Kromatografi gas memiliki
resolusi yang lebih tinggi. Beberapa metode lain telah diterapkan seperti
menggunakan detector DAD atau MS, elektroforesis kapiler, penyerapan
enzim (enzyme linked sorbent). Tidak satu pun dari metode ini dapat
digunakan untuk membedakan serentak dalam range yang luas komponen,
sehingga tidak cocok untuk digunakan untuk mengetahui profil dari
komponen kimia yang sangat kompleks dari bir.
1

H nuclear magnetic resonance (NMR) spektroskopi adalah metode

yang dapat membedakan komponen dalam jumlah besar. Metode ini cepat
dan sederhana dan reprodusibel digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
perbedaan sampel pada waktu dan kondisi yang berbeda. Jumlah dari semua
komponen dapat langsung dibandingkan, tidak perlu melakukan kalibrasi
kurva untuk setiap komponen senyawa. NMR juga memiliki keuntungan

reproduksibilitas

yang

tinggi

sebagai

spectra

yang

didasarkan

pada

properties fisik dari molekul.


Dilakukan analisis terhadap enam sampel bir yang berbeda. Pelarut
yang digunakan yaitu kloroform, etil asetat, dan 2-butanol, CDCl 3, D2O, dan
dimetilsulfoksida, methanol, NaOD, HMDSO, trimetilsilane propionic acid
sodium salt (TSP). Sampel disiapkan dengan menggunakan dua metode
berbeda. Untuk pengukuran langsung, sampel disonifikasi selama 15 menit.
100 mikroliter D2O yang mengandung 0,01% TSP ditambahkan kedalam 900
mikroliter sampel dan dipindahkan ke tabung NMR. Untuk fraksinasi cair-cair,
50 ml sampel dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer lalu diekstraksi dengan
50 ml kloroform, etil asetat dan 2-butanol, masing-masing divortex selama 1
menit.
Pengukuran 1H NMR langsung dari bir menunjukkan bahwa metode ini
merupakan analisis yang cepat dan informative dibandingkan dengan
metode konvensional lainnya, karena menunjukkan profil yang jelas dan
signifikan. Namun, sebagian besar komponen yang terdeteksi adalah alifatik
dan gula, sementara sinyal aromatic menunjukkan intensitas yang rendah.
Partisi cair-cair

menunjukkan peningkatan dalam intensitas

dari

komponen aromatic. 2-butanol merupakan solvent yang paling memadai,


ekstraknya menunjukkan intensitas dan resolusi yang tertinggi dari sinyal
aromatic. Namun hasilnya masih menunjukkan tumpang tindih, sehingga
dilanjutkan dengan menggunakan J-resolved NMR spektroskopi yang akan
mendiskriminasi sampel bir melalui analisis principal komponen.
Dari semua teknik multivariasi, Analisis komponen principal/utama
(PCA) adalah metode yang paling banyak digunakan. Konsep PCA adalah
untuk menggambarkan varians dalam satu set data multivariasi dalam satu
set variable orthogonal yang dasar (Komponen utama). Komponen utama
dapat terlihat secara grafik sebagai suatu plot nilai. Plot ini berguna untuk
menganalisis grup lainnya dalam satu set data.
Pemisahan dari sampel bir secara signifikasn meningkat dalam plot
nilai menggunakan J-resolved spectra. Semua sampel dengan jelas terpisah.

Plot nilai menggunakan PCA berdasarkan pada 1H NMR spectra hanya dapat
memisahkan sampel bir nomor 6 dari sampel 1-5.
Plot-plot menunjukkan sinyal adanya karbohidrat, analog choline, asam
suksinat, proline, asam laktat, dan isopropanol. Sampel 1-2 memiliki lebih
koline dan sedikit isopropanol, karbohidrat dan asam suksinat daripada
sampel 3-6. Dimana sampel 4-5 memiliki lebih banyak asam laktat, proline
dan isopropanol namun sedikit asam suksinta dan koline daripada sampel 13 dan sampel 6. Asam suksinat dan asam laktat merupakan produksi yeast
selama fermentasi. Asam suksinat memiliki pengaruh yang kecil pada rasa
bir kecuali untuk keasamannya. Di lain hal, asam laktat memegang peranan
yang paling penting dalam bir karena merupakan satu-satunya komponen
dalam bir yang kadarnya di atas ambang. Proline selalu ditemukan dengan
kadar yang tinggi dalam bird an mempengaruhi warna akhir dari bir.
Menggunakan analisis PCA pada bagian aromatic. Semua sampel bir
juga terpisah dengan baik. Dari plot menunjukkan sinyal adanya adenine,
uridin, xanthine, tyrosine, tyrosol. Sampel 3 dan 6 mengandung tyrosol yang
lebih dan sedikit uridin dan tyrosin daripada sampel lain. Sementara sampel
1-2 mengandung lebih uridin, xanthine, dan tyrosol tetapi sedikit adenine
daripada sampel lain. Komponen aromatic ini bertanggungjawab untuk
perbedaan dari kualitas bir. Turunan asam nukleat, purin (adenosine,
guanosine, adenine, hypoxanthine, dan xanthin) dan pirimidin (cytosine,
cytidine, uridin, thymine, dan uracil) diketahui memberikan rasa bir.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan J-resolved
Nuclear Magnetic Resonance Spektroskopi dibandingkan dengan
dalam menganalisis komponen kimia bir.

Manfaat Penelitian

H NMR

Agar diperoleh metode analisis yang cocok untuk mengidentifikasi berbagai


senyawa aromatic dalam komponen yang kompleks dari suatu sampel yang
tidak bisa teridentifikasi menggunakan metode NMR biasa.

Kesimpulan
Fraksinasi dari sampel bir dengan partisi cair-cair menggunakan 2butanol menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam hal intensitas dari
komponen aromatic dalam spectrum NMR dimana bertanggungjawab untuk
kualitas bir. Analisis PCA menggunakan J-resolved spectra untuk ekstrak bir
menunjukkan peningkatan pemisahan dari sampel bir dibandingkan terhadap
NMR konvensional. Peningkatan resolusi oleh J-resolved spectra juga
memberikan informasi struktur dari komponen kimia dalam bir.
Berdasarkan profil kimia yang diperoleh dari spectra NMR satu dimensi
dan dua dimensi ditemukan bahwa adenine, uridin, xanthine, tyrosin, prolin,
asam suksinat, asam laktat, tyrosol, isopropanol, cholin, bersama-sama
dengan senyawa yang paling banyak, karbohidrat, bertanggungjawab dalam
diferensiasi evaluasi bir pilsner dalam penelitian ini.

Saran
Dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan metode J-resolved Nuclear
Magnetic Resonance Spektroskopi dua dimensi untuk menganalisis sampel
lain selain bir yang juga merupakan sampel dengan banyak komponen
senyawa kimia di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai