I;
Pendahuluan
Meminjam konsep Oksidentalisme2 (Istighrab) Hassan Hanafi yang menjadi tandingan dari
Orientalisme. Seorang peneliti tentang Barat seyogyanya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
Berdasarkan paradigma di atas kami mencoba untuk membedah tentang Islam di Perancis.
Perancis merupakan salah satu negara pemenang dalam Perang Dunia I dan II. Perancis juga
merupakan salah satu negara paling moderen di dunia saat ini. Secara geografis, Perancis
adalah negara terbesar di Eropa bagian Barat. Lokasinya terletak di Eropa bagian Barat
berbatasan dengan Terusan Inggris (English Channel) dan laut Mediteranian serta diapit oleh
empat negara, Belgia, Spanyol dan Itali.
1 Kuliah Drs. Basri Zen, P.hd. hari Kamis tanggal 06-01-2012. Materi Studi Islam di Barat.
2 Hassan Hanafi, al Istighrab, Kairo, Maktabah Madbouli 1996. Hal 79.
1
Page | 2
Pada pembahasan ini kita hanya membahas Perancis yang berada di Eropa.
II;
Sekilas Perancis
Batu Bara, Biji Besi, Boksit, Timah, Uranium, Antimony (Pengeras Logam), Arsenik, Garam,
Gipsum, Kayu, Ikan
Celtic, Latin, Teutonic, Slavic, North African, Indochinese, Basque,Mulatto, East Indian,
Chinese, Amerindian.
3 https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/France.
4 ibid
5 ibid
2
Page | 3
C; Agama-Agama besar di Perancis :6
7891011121314151617181920212223
Protestan
2%
Yahudi
1%
Islam
5% - 10%
Perancis tidak memiliki tanggal dan hari kemerdekaan resmi karena Negara tersebut tidak
pernah mengalami penjajahan dalam sejarahnya. Tapi pada tahun 486 SM suku Frankish
bersatu di bawah kepemimpinan Raja Merovingian. Kemudian, pada 10 Agustus 843M
Francia Barat didirikan di bawah kerajaan Carolinggian. Selanjutnya, 14 Juli 1789M
Kerajaan Perancis digulingkan. 22 September 1792 Republik Perancis Pertama didirikan. 4
Oktober 1958 Republik Perancis Kelima hingga saat ini.
III;
Sejarah Islam di Perancis
A; Sejarah Awal
Sebenarnya Islam masuk ke Perancis telah lama sekali, yaitu sejak abad 8 M. Islam masuk ke
6 ibid
7 ibid
Page | 4
kota-kota selatan Perancis melalui Spanyol ke Toulouse, Narbonne dan sekitarnya hingga
Bourgogne di tengah-tengah Perancis. Namun baru pada abad 12 hingga abad 15 orangorang Islam mulai menempati kota-kota selatan Perancis yang terdapat di provinsi
Roussillon, Languedoc, Provence, Pay Basque Perancis termasuk Bearn. Hal ini berlangsung
secara bertahap dan puncaknya adalah ketika terjadi pengusiran besar-besaran terhadap
muslim Spanyol pada peristiwa Reconquista di bawah raja Ferdinand II dan istrinya ratu
Isabelle pada tahun 1492 M.
Tahap berikutnya adalah setelah Perang Dunia I dan II. Sebagian Muslim yang masuk ke
Perancis adalah para korban perang. ( Palestina, Turki, Tunisia dll ). Sementara sebagian
besar lagi datang dari Aljazair sekitar tahun 1960-an karena Perancis membutuhkan sejumlah
besar tenaga dalam rangka membangun negaranya yang hancur karena perang. Perlu dicatat,
Aljazair adalah satu dari negara bekas jajahan Perancis.
B; Tahun 1960- hingga 1980-an
Pada era 60-an dan 80-an banyak Muslim yang berimigrasi sebagai tenaga kerja ke
Perancis. Para imigran datang terutama dari Aljazair dan koloni-koloni Afrika Utara lainnya,
namun, Islam memiliki sejarah yang lebih tua di Prancis, sejak Masjid Agung Paris dibangun
pada tahun 1922, sebagai tanda pengakuan dari Republik Perancis ke Tirailleurs. Tahun 1985,
diselenggarakan konferensi besar Islam yang dibiayai Rabithah Alam Islami (Organisasi
Islam Dunia). Turut serta dalam konferensi itu 141 negara Islam dengan keputusan
mendirikan Federasi Muslim Prancis.
Peristiwa besar ini tidak luput dari perhatian dunia, mengingat kehadiran umat Islam di salah
satu negara Eropa selalu menjadi dilema bagi para penguasa setempat, terutama yang
menyangkut ketenagakerjaan (buruh) dan masalah sosial.
Hasil konferensi dan terbentuknya federasi Muslim itu berhasil mempersatukan sebanyak
4
Page | 5
540 buah organisasi Islam di seluruh Prancis dan melindungi 1600 buah masjid, lembagalembaga pendidikan Islam, dan gedung-gedung milik umat Islam. Federasi ini bertujuan
berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan keislaman di Prancis dan memberikan
pengetahuan dan pendidikan tentang Islam kepada warga Prancis.
Lembaga ini berperan besar dalam menjembatani umat Islam Prancis dengan pemerintah
setempat, terutama dalam menyuarakan kepentingan umat Islam. Dengan kesepakatan ini,
umat Islam punya hak yang sama dengan umat Katholik, Yahudi, dan Protestan, kata
seorang menteri di pemerintahan, Nicolas Sarkozy. Organisasi itu merupakan gabungan dari
tiga organisasi besar Islam di Prancis, yakni Masjid Paris, Federasi Nasional Muslim, dan
Persatuan Organisasi Islam Prancis.
C; Saat Ini
Meskipun Negara Prancis tidak ingin ada hubungannya dengan agama, dalam beberapa tahun
terakhir pemerintah telah mencoba untuk mengatur sebuah representasi dari Muslim
Perancis. Pada tahun 2002, Menteri Dalam Negeri Nicolas Sarkozy memulai menyetujui
didirikannya sebuah "Dewan Agama Islam Perancis" (Conseil Franais du Culte Musulman).
Meskipun CFCM secara informal diakui oleh pemerintah nasional, itu adalah organisasi
nirlaba tanpa status hukum khusus. Pada 2004, dipimpin oleh Imam Masjid Paris, Dalil
Boubakeur. Dua organisasi utama yang diakui oleh Dewan Agama Islam Perancis (CFCM).
Pertama, Federasi Muslim Perancis (Federasi des Musulmans de France) dengan mayoritas
anggota dari keturunan Maroko. Kedua, Persatuan Organisasi Islam Perancis (Uni
Desorganisasion Islamiques de France) yang banyak mendapat pengaruh gerakan al Ikhwan
al Muslimun. Generasi pertama imigran Muslim, yang hari ini pensiun dari angkatan kerja,
menjaga hubungan yang kuat dengan negara-negara di mana keluarga mereka tinggal. Pada
tahun 1974, pemerintah mengesahkan undang-undang yang memungkinkan keluarga para
Page | 6
imigran
untuk
menetap,
dengan
demikian,
banyak
anak
dan
istri
pindah
ke
Prancis. Kebanyakan imigran, menyadari bahwa mereka tidak bisa atau tidak ingin kembali
ke tanah air mereka, meminta kewarganegaraan Perancis sebelum pensiun dengan
tenang. Namun, banyak tinggal sendirian di proyek perumahan pinggiran kota yang kumuh.
Situasi berbeda dengan "generasi kedua" yang lahir di Perancis, dan secara otomatis
berdasarkan Undang-Undang tersebut menjadi warga negara Perancis. Dengan demikian,
mereka tidak dapat dibilang sebagai "imigran", karena mereka lahir di wilayah
Perancis. Kemudian undang-undang tersebut diamandemen pada tahun 1992 menjadi
undang-undang kewarganegaraan tertunda. Yaitu, kewarganegaraan Perancis baru
diperoleh setelah
diberikan). Sejumlah besar dari mereka (generasi kedua) berada di proyek perumahan di
pinggiran kota. Tidak seperti di Amerika Serikat dan di tempat lain, kelas pekerja Perancis
sering berada di luar kota-kota besar, infrastruktur yang terbatas sarana dan prasarana
kehidupan yang serba minim menyebabkan kerusuhan di pinggiran Paris pada tahun 2005.
IV;
Umat muslim di Perancis mempraktekkan agama mereka dalam bingkai dan kerangka
undang-undang dan hukum formal yang berlaku di Perancis. Yaitu, agama tidak
boleh melanggar area publik. Mereka boleh melaksanakan Sholat, puasa Ramadhan, tidak
makan daging babi dan tidak minum anggur selama pelaksanaannya tidak pada area publik.
Mereka diberikan kebebasan dalam pelaksanaan ritual-ritual keagaamaan hanya pada area
privat.
Page | 7
V;
Seiring dengan berkembangannya agama Islam di negara Prancis, jumlah sarana ibadah dan
kegiatan keislaman pun semakin meningkat.
Seluruh sekolah Negeri di Perancis yang pendanaannya diambil dari publik harus menjadi
sekuler, karena pemisahan Gereja dan Negara yang ditetapkan pada undang-undang tahun
1905 , orangtua Muslim yang ingin anak-anak mereka dididik di sekolah yang mengajarkan
tentang Islam pada awalnya tidak dapat mewujudkan keinginan tersebut dikarenakan dua hal.
Pertama, mayoritas dari imigran muslim pada masa-masa awal merupakan kelas ekonomi
lemah yang memaksa mereka untuk memasukkan anak-anaknya pada sekolah negeri. Kedua,
sekolah-sekolah negeri mendapatkankan subsidi sehingga bea pendidikannya lebih murah
dibandingkan dengan sekolah-sekolah privat.Namun hal tersebut mengalami perubahan pada
era
80-an.
dan
sekolah
Muslim
pertama dibuka
laut
Page | 8
Pakistan yang bekerja di pabrik-pabrik di Paris, Prancis. Mereka mengubah ruangan kecil
tempat makan siang atau berganti pakaian menjadi ruangan untuk shalat. Terkadang, mereka
menggunakan ruangan di asramanya sebagai sarana ibadah. Sehingga, hal itu terus
berkembang dan menyebar. Tak hanya masjid yang tumbuh, lembaga pendidikan Islam di
negeri mode ini pun turut berkembang. Sejumlah sekolah Islam berdiri di Prancis. Sampai
kini, sedikitnya ada empat sekolah Muslim swasta.
Awalnya, sebuah sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran selatan Paris. Kurikulumnya
disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional Prancis, namun ada tambahan pelajaran
khusus muatan lokal tentang keislaman, seperti bahasa Arab dan agama Islam. Education et
Savior adalah sekolah kedua yang dibuka di Paris setelah sekolah Reussite di pinggiran
Aubervilliers, utara Paris, dan yang keempat di Prancis. Dua sekolah swasta Islam lainnya
adalah Ibn Rushd di Kota Lille, utara Prancis, dan Al-Kindi di Kota Lyon. Selama ini, umat
Islam di Prancis ingin memiliki sekolah swasta Islam setelah Paris melarang jilbab dan
simbol keagamaan di sekolah negeri empat tahun lalu. Siswi Muslim yang memakai jilbab
akan dikeluarkan dari sekolah dan kondisi ini membuat masa depan mereka suram.
Pemerintah Perancis menyetujui pembangunan Reusissite pada Juli 2003 untuk menjadi
sekolah menengah muslim pertama.
Tahun lalu, sekolahan mencapai tingkat keberhasilan 100% dalam baccalaureat ( sertifikat
sekunder), dibandingkan dengan sekolahan lokal lainnya yang lulus hanya 81%.
Selama sejarah berdirinya, sekolah tersebut mengikuti kurikulum nasional Perancis dan
menjadi salah satu sekolah paling sukses di penjuru Perancis. Berdasarkan hukum Prancis,
sekolah berbasis keagamaan yang menerapkan kurikulum nasional dan memenuhi syarat
yang diperlukan, maka mempunyai hak untuk mendapatkkan dana dari pemerintah. Lebih
dari 8000 sekolah Yahudi dan Kristen dibiayai oleh pemerintah. Namun, tidak satupun dari
Page | 9
Page | 10
agama baru terutama Islam. Juga, Hindu dan Buddha namun tidak sebesar Islam. 'Pada saat
muncul agama baru itu, muncul pertanyaan bagaimana agama-agama itu bisa hidup di
lingkungan umum ini. Salah satu hal yang dipikirkan oleh pemerintah Prancis adalah
bagaimana komunitas Muslim dapat memiliki tempat ibadah yang tidak mengganggu
ketentraman masyarakat dan layak untuk mereka. Sepuluh tahun terakhir, katanya, terdapat
sekitar 1.000 tempat ibadah umat Islam yang dibangun di Prancis. Terkait dengan pelarangan
burqa dan niqab di Prancis, Godard mengatakan, niqab dilarang di tempat umum demi
netralitas. ''Tapi sebenarnya, pelarangan itu bukan karena masalah agama, tapi masalah
kebebasan wanita''. Dengan kata lain, apakah niqab merupakan simbol pengekangan hak
wanita? ''Ya, itu yang dianggap oleh sebagian besar politisi Prancis,'' kata pejabat Prancis
yang beristrikan Muslimah ini.
Soal shalat Jumat di jalan dan trotoar yang dilakukan sebagian umat Islam di Paris, Godard
mengatakan, di Paris sebenarnya terdapat masjid. Hanya saja, masyarakat Muslim sering kali
lebih suka shalat di tempat terdekat. Akibatnya, ada masjid yang penuh sesak, ada pula yang
lengang. Pemerintah Prancis juga sangat memikirkan hal ini. 'Jadi ada dua jalan, mereka akan
dipinjami semacam tempat untuk shalat sampai ada jalan keluar. Godard juga
menginformasikan mengenai Dewan Agama Islam Prancis, sebuah organisasi yang
dipandang sebagai representasi masyarakat Muslim Prancis. Anggotanya merupakan para
pemuka agama Islam di Prancis. Bagi pemerintah Prancis, organisasi ini sangat penting.
''Dengan begitu, pemerintah Prancis sekarang memiliki tempat untuk berbicara secara
seimbang mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam.
10
Page | 11
umat Muslim. Mereka yang duduk di pemerintahan tidak menyadari bahwa kebangkitan
kelas menengah Muslim di negara itu, ikut menggeliatkan perekonomian Prancis. Menurut
lembaga survei setempat, Solis, setiap tahun Muslim Prancis membelanjakan uangnya
sampai 4,5 miliar euro (sekitar Rp 67,5 triliun).
Angka ini jelas sangat menggiurkan para produsen untuk mensuplai barang-barang
kebutuhan umat Islam di Prancis. Sebagian belanja itu mengalir untuk produk makanan halal.
Yanis Bouarbi (33 tahun) seorang ahli teknologi informasi ikut mendukung geliat ekonomi
tersebut dengan membuka situs paris-hallal.com. Situs ini berisi informasi soal tempattempat yang menyediakan produk halal di Prancis.
Menurut dia, saat ini sedang terjadi revolusi kecil di masyarakat Prancis. Umat Islam, kata
dia, berada di jantung revolusi tersebut. Muslim Perancis yang umumnya imigran sudah bisa
mendapatkan pekerjaan yang sangat baik dengan penghasilan sangat mencukupi. Hal ini
kemudian mendorong gaya hidup Muslim yang menggerakkan perekonomian Prancis.
Permintaan produk halal di Prancis setiap tahun naik 15 persen. Kenaikan ini menjadi
anomali karena krisis global telah menjadikan banyak sektor ekonomi di Eropa mati suri.
Jaringan supermarket besar pun kian melirik produk-produk halal, terutama daging. Saat ini,
situs yang dikelolanya sudah mendaftar sekitar 400 restoran halal di Paris dan sekitarnya.
IX. Lobby Muslim Vs Lobby Yahudi
Pertumbuhan komunitas Muslim di Eropa mengkhawatirkan pihak Israel. Negara Yahudi itu
memperkirakan pertumbuhan jutaan imigran Muslim dan keturunannya di benua biru akan
meningkatkan frekuensi jihad dimasa depan.
Dalam Artikel berjudul Muslim Lobi Eropa yang ditulis kolumnis AS, Soeren Kern.
disebutkan komunitas Muslim di Eropa kemungkinan akan memberikan pengaruh terhadap
dasar politik Uni Eropa terkait Israel-Palestina. Kemungkinan lobi akan terjadi pada awal
Oktober 2011 jika negosiasi penyelesaian permanen antara Israel dan Otoritas Palestina tidak
11
Page | 12
membuahkan hasil. Kern dalam artikel tersebut mencatat populasi komunitas Muslim di
Inggris telah mencapai 3 juta jiwa.
Di Prancis terdapat lebih 4,1 juta jiwa, dan di Jerman, untuk komunitas Muslim terbesar di
Eropa, tercatat lebih dari 4,5 juta jiwa. "Beberapa negara Eropa, misalnya, ingin menjaga
hubungan baik dengan masyarakat Muslim lokal dengan meletakkan dasar politik bagi Uni
Eropa untuk mengakui negara Palestina.Apa yang diutarakan Kern merujuk pada Desember
2009 silam. Saat itu Uni Eropa untuk kali pertama menyerukan agar Yerusalem menjadi
ibukota masa depan negara Palestina merdeka. Desember 2010, tulis Kern, sekelompok
mantan pemimpin Uni Eropa dan pejabat menerbitkan surat yang berisikan desakan Uni
Eropa untuk menerapkan sanksi terhadap Israel. Isi surat juga mendesak negara Yahudi untuk
memenuhi kehendak Palestina.
Sebuah survei terbaru yang digagas University of Bielefeld menunjukkan bahwa lebih dari
50 persen dari masyarakat Jerman menyamakan kebijakan Israel terhadap Palestina serupa
dengan perlakuan Nazi terhadap Yahudi.
Jumlah
1.550.000
1.000.000
12
Page | 13
Tunisia
Turki
Sub-Sahara Afrika
Timur Tengah
Asia lainnya (terutama Pakistan dan Bangladesh)
Muallaf
Ilegal imigran atau regularisasi menunggu
Lainnya
Total
350.000
315.000
250.000
100.000
100.000
40.000
350.000
100.000
4.155.000
13