Anda di halaman 1dari 4

Penjabaran mengenai pelarangan keberadaan riba dalam lalu lintas perekonomian umat Islam

menimbulkan pertanyaan mengenai apa solusi dari pelarangan riba sendiri dan pengaturan sistem
perbankan bagaimanakah yang dapat mengenyampingkan posisi bank konvensional yang
notabene menghalalkan riba dalam bentuk bunga. Solusi pembersihan sistem perbankan dari
keberadaan riba terletak pada keberadaan bank syariah. Menurut ensliklopedi Islam, bank
syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsipprinsip syariat Islam.
Berbicara tentang bank syariah sebagai suatu sistem perbankan yang bebas riba, hendaknya
dimulai dari sejarah berdirinya bank syarih sendiri. Pada zaman Pra-Islam, telah terdapat bentukbentuk perdagangan yang sekarang dikembangkan di dunia bisnis modern. Bentuk-bentuk usaha
tersebut misalnya al-musyarakah (joint venture), al-Baiu Takjiri (venture capital), al-Ijarah
(leasing), at-takaful (insurance), al-Baiu Bithaman Ajil (instalment-sale), al-murabahah (kredit
kepemilikan barang), dan pinjaman dengan tambahan bunga (riba). Bentuk-bentuk perdagangan
berkembang dengan amat strategis dan berpusat di kota Mekkah, Jedah, dan Madinah. Pada masa
Rasulullah, ia memberikan rambu-rambu tentang bentuk perdagangan mana yang berlaku dan
dapat dikembangkan, serta bentuk-bentuk usaha mana yang dilarang karena tidak berkesesuaian
dengan ajaran Islam. Salah satunya ialah usaha yang mengandung riba, dengan pedoman ayatayat seperti Qs. Al-Baqarah ayat 276, Qs. Al-Baqarah ayat 278, Qs Al-Nisa ayat 161, Qs AlRum ayat 39, dan Qs Ali-Imran ayat 130. 1
Secara kolektif, gagasan untuk mendirikan Bank Islam dikonkritkan dalam konferensi negaranegara Islam sedunia yang dislengarakan pada tanggal 21-27 April 1969 di Kuala Lumpur,
Malaysia. Konferensi tersebut membahas soal riba dan bank yang akhirnya memutuskan
beberapa hal yaitu:2
1. Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi, jika tidak ia termasuk
riba dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram
1 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam, Bandung:Citra Aditya
Bakti, 2002, hlm. 1.
2 Ibid, hlm. 2.

2. Diusulkan supaya dibentuk suatu Bank Islam yang bersih dari sistem riba secepat
mungkin
3. Sementara menunggu berdirinya Bank Islam, bank-bank yang menerapkan bunga
diperbolehkan beroperasi, namun jika benar-benar dalam keadaan darurat
Bank Syariah sebagai lembaga keuangan yang memperlancar mekanisme ekonomi melalui
kegiatan usaha wajib melandaskan aktivitas kegiatannya dengan nilai-nilai syariah yang
sifatnya makro maupun mikro. Nilai-nilai makro mencakup keadilan, maslahah, sistem zakat,
bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian,
bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak
(bathil),dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Disamping nilai-nilai makro, terdapat juga
nilai prinsipil Bank Syariah yang bersifat mikro yakni sifat-sifat mulia yang dicontohkan
Rasulullah SAW yaitu shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. 3
Keberadaan Bank Syariah di Indonesia memiliki payung hukum Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Syariah. Dengan adanya payung hukum bagi
eksistensinya, Bank Syariah dapat menjalanka operasional kegiatannya dengan prinsip jualbeli dan bagi hasil yang sesuai dengan syariah Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:4
1. Al-Wadiah
Menurut Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Al-Wadiah ialah perjanjian antara pemilik
barang dengan penyimpan di mana pihak penyimpan bersedia ntuk menyimpan dan
menjaga keselamatan barang dan/atau uang yang dititpkan kepadanya. Dasar hukum alwadiah tercantum dalam QS Al-Nisa:58 yang berbunyi Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu untuk menyampaiakan titipan, kepada yang berhak menerimanya. Dan QS AlBaqarah: 283 yang berbunyi Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanat hendaklah ia bertakwa kepada
Tuhannya.
3 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007,
hlm. 30
4 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait,
Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1996, hlm. 31-39

2. Al-Mudharabah
Adalah perjanjian antara pemilik modal dengan mudharib. Mudharib ialah sebagian dari
orang-orang yang melakukan (dharb) perjalanan untuk mencari karunia Allah SWT dari
keuntungan investasinya. Dalam prinsip ini, pemilik modal bersedia membiayai suatu
proyek sepenuhnya dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek dengan pembagian
hasil sesuai perjanjian. Apabila usaha yang dibiayai mengalam kerugian, sepenuhnya
ditanggung oleh pemilik modal, kecuali apabila kerugian disebabkan karena mudharib
melakukan penyalahgunaan. Dasar hukum al-mudharabah misalnya terdapat pada hadis
yang diriwayatkan Ibnu Majjah bahwa Rasullullah SAW bersabda: Tiga perkara di
dalamnya terdapat keberkatan (1) Menjual dengan pembayaran secara kredit, (2)
Muqaradhah (nama lain dari Mudharabah), dan (3) Mencampur gandum dengan
tempung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual.
3. Al-musyarakah
Yaitu perjanjian kerja saman antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai
suatu usaha. Keuntungan dibagi sesuai persetujuan dan dalam hal terjadi kerugian,
pembagian dilakukan sesuai pangsa modal masing-masing. Dasar hukum al-musyarakah
salah satunya tercantum dalam QS. Shad: 24 yang berbunyi Dan sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu sebagian mereka berbuat zalim kepada
sebagian lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.
4. Al-Murabahah, diartikan sebagai persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar
harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama dengan pembayaran
ditangguhkan 1 bulan sampai 1 tahun. Dasar hukum prinsip ini tertera dalam QS. AlNisa:259 yang berbunyi Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kamu. Serta QS Al-Baqarah:275 Dan Allah SWT,
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
5. Al-Ijarah, yaitu perjanjian antara pemilik barang dengan penyerwa yang membolehkan
penyewa memanfaatkan barang dengan membayar sewa sesuai dengan persetujuan kedua
belah pihak. Dasar hukum prinsip ini tercantum pada Al-Hadis Ibnu Majah yang berbunyi
Dari Ibnu Umar ra. Bahwa Rasulullah telah bersabda Berikanlah upah (sewa) burh itu
sebelum kering keringatnya.)
6. Al-Qardhul Hasan, yaitu sebuah pinjaman lunak yang diberikan atas dasr kewajiban
sosial semata, dimana peminjam tidak berkewajiban untuk mengembalikan apapun

kecuali modal pinjaman dan biaya administrasi. Dasar hukum prinsip al-Qardhul Hasan
salah satunya terdapat dalam

QS Al-Muzamil:20 yang berbunyi Maka dirikanlah

shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjamn kepada Allah SWT, berupa pinjaman
yang baik.
Prinsip-prinsip operasional Bank Syariah inilah yang mengistimewakan keberadaan bank
syariah disamping bank konvensional yang pada aktivitasnya masih menggunakan riba,
dimana secara tegas dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW untuk ada
dalam bidang kehidupan muamallah, yaitu kegiatan antar manusia di dalam masyarakat.
Keistimewaan bank syariah dibandingkan bank konvensional diantaranya tercemin dalam
adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham pengelola bank
dan nasabahnya oleh karena dalam risiko usaha dan pembagian keuntungan dilaksanakan
secara jujur dan adil, tersedianya fasilitas kredit kebaikan yang diberikan secara cumacuma, adanya sistem operasi profit and loss sharing untuk mendorong kegiatan investasi
dan menghambat simpanan yang tak produktif, membantu memerangi kemiskinan
dengan membina kaum ekonomi lemah dan tertindas, perluasan kesempatan kerja dan
produksi melalui kredit pemilikan barang dengan al-murabahah dan al baiu bithaman
ajil serta terakhir yang paling krusial ialah menghindari cost-push inflation sebagai
akibat penerapan sistem bunga pada bank konvensional 5

5 Ibid, hlm. 21-23

Anda mungkin juga menyukai