Anda di halaman 1dari 67

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Umum
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap
saat dan sering mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda. Kejadian
banjir tidak dapat dicegah, namun hanya dapat dikendalikan dan
dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya.Karena datangnya relatif
cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu
dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat dan terpadu. Sebagian
tugas Dinas dan atau Badan Hukum yang mengelola Wilayah Sungai
adalah

melaksanakan

pengendalian

banjir

dan

penanggulangan

kekeringan. Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut diperlukan


Standar Operasional Pengendali Banjir.
Sebagian tugas UPT PSDA Wilayah Sumba yang mengelola Wilayah
Sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir dan penanggulangan
kekeringan. Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut diperlukan
Standar Operasional Pengendali Banjir.
Proses penanganan bencana banjir pada dasarnya dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu (1) sebelum terjadi banjir, (2) pada saat terjadi
banjir, dan (3) pasca terjadi banjir. Penyusunan Standart Operasional
Pengendalian Banjir yang diformulasikan kedalam bentuk model sistem
informasi manajemen DAS (SIMDAS) banjir ini lebih diutamakan pada
kejadian sebelum terjadi banjir Sebagai penekanan utama setelah
diidentifikasi tipologi DAS adalah mengetahui wilayah DAS atau bagian
DAS mana yang telah teridentifikasi rawan/sangat rawan atau kritis
/sangat kritis tersebut yang perlu dilakukan untuk menjadi prioritas dalam
upaya pengendalian.
1.2Maksud dan Tujuan
Penyusunan

Standar

Operasional

Pengendalian

Banjir

ini

dimaksudkan sebagai acuan kerja UPT PSDA Wilayah Sumba yang


mengelola wilayah sungai dan instansi lain dalam menyelenggarakan

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

kegiatan manajemen banjir agar dapat dilaksanakan secara cepat, tepat,


dan berhasil guna; sesuai dengan pola pengelolaan wilayah sungai.
Pedoman ini digunakan bersama pedoman lain yang terkait dengan
maksud saling melengkapi.
Tujuan kegiatan ini dilakukan agar terselenggaranya manajemen
banjir yang menyeluruh dan terpadu dalam sistem wilayah sungai,
sehingga korban jiwa, kerusakan atau kerugian harta benda dan/atau
kerusakan lingkungan sebagai dampak tak terkendalinya daya rusak air
dapat dicegah dan dihindari, atau diusahakan menjadi seminimal
mungkin.
Sasaran dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan Pedoman
Operasional Pengendalian Banjir agar dapat melakukan penanganan
secara terprogram, baik pemeliharaan secara rutin, berkala, rehabilitasi
maupun rektifikasi.
1.3Ruang Lingkup Pekerjaan
Lingkup Kegiatan Penyusunan Standart Operasional Pengendali Banjir
pada DAS Kambaniru (Sungai Kambaniru dan Sungai Melolo)
1.

Persiapan dan Pengumpulan data dasar

Peta
Peta
Peta
Peta
Peta
Peta
Peta

Wilayah Sungai
Tata Guna Lahan
Rawan Banjir dan Tanah Longsor
Kejadian Banjir
Stasiun Curah Hujan
Stasiun AWLR
dan Kondisi infrastruktur SDA ( Tanggul, Bendung dan

Pelindung Tebing)

Rating Curve setiap stasiun

Susunan Organisasi UPT PSDA Wilayah Sumba

Susunan Organisasi Posko Banjir di Sungai Kambaniru

Pengumpulan Data Terhulu


2.

Inventarisasi & Interview Kejadian Banjir

3.

Lokasi Rawan banjir


Waktu Bulan Banjir

Penyusunan Standart Operasional Pengendali Banjir

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Prosedur monitoring dan pelaporan sebelum, saat banjir, pasca

banjir
Kriteria siaga banjir pada sungai Kambaniru dan Sungai Melolo,

ditetapkan berdasarkan karakteristik hidrologi


Petunjuk pelaksanaan teknis bila terjadi bencana banjir untuk
bangunan sungai (misalnya tanggul jebol, pintu air rusak akibat

banjir)
Prosedur

ketentuan ( Formulir A dan B)


Penentuan karateristik dan jenis bencana
Inventarisasi kondisi sarana parasarana.
Teknis, Non Teknis, dan Kelembagaan
Penyelenggaraan pra bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana darurat
Penyusunan garis komando penanganan bencana setiap wilayah

dalam

penerimaan

data

dan

pelaporan

sesuai

sungai
4.

Data yang diperlukan dalam SOP ini adalah

Daftar

nama-nama

pejabat

dan

Personil

yang

menangani/bertanggung jawab dala monitoring banjir (NO. Hp/


No. Tlp/Email dsb) termasuk nama instansi

lembaga yang

bersangkutan
Data tentang kejadian banjir.
Data bangunan infrastruktur pengendalian banjir dari masing
masing wilayah sungai

5.

Pembuatan Laporan.

1.4Lokasi Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan adalah

DAS Kambaniru dan DAS Melolo yang

berada di Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk


lebih jelasnya lokasi pekerjaan dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

SUNGAI
SUNGAI
MELOLO
MELOLO

SUNGAI
SUNGAI
KAMBANIRU
KAMBANIRU

Gambar 1-1 Lokasi Pekerjaan


4

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

1.5Jangka Waktu Pelaporan


Pekerjaan ini harus bisa diselesaikan

dalam jangka waktu 90

(sembilan puluh) hari kelender terhitung sejak dikeluarkan Surat Perintah


Kerja (SPMK).
1.6Sumber Dana
Sumber Dana berasal dari WISMP tahap II Tahun Anggaran 2014 yang
tercantum dalam DPA Satuan Kerja Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT,
pada PPK UPT PSDA Wilayah Sumba.

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

BAB 2 KONDISI UMUM LOKASI


PEKERJAAN
2.1Kondisi Administrasi dan Geografi
2.1.1 Sungai Kambaniru
Sungai Kambaniru dari hulu sampai hilir melewati wilayah 9
kecamatan, yaitu Kecamatan Kota Waingapu, Kecamatan Kambera,
Kecamatan

Pandawai,

Kecamatan

Mampam

Buhang,Kecamatan

Tabundung , Kecamatan Katala Hamu Lingu, Kecamatan Pinu Pahar,


Kecamatan Ngara Ori Angu dan Kecamatan Matawai La Pawu. Sedangkan
Sungai Melolo melewati wilayah 4 Kecamatan yaitu kecamatan Uma Alulu,
Kecamatan Matawai La Pawu, Kecamatan Kahaungu Eti dan Kecamatan
Paberiwai.
2.2 Kondisi Topografi
Kondisi Topografi daerah aliran Sungai Kambaniru dan Sungai Melolo
yang berada di Kabupaten Sumba Timur dicirikan oleh dataran perbukitan
dan pegunungan landai. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Sumba
Timur (43% dari luas keseluruhan wilayah) merupakan wilayah dengan
kemiringan yang datar berkisar antara 0-8 %. Adapun kemiringan lahan di
Kabupaten Sumba Timur dapat digambarkan sebagai berikut:

Datar (0-8 %) meliputi seluruh kecamatan dengan luasan terbesar


berada di Kecamatan Pahunga Lodu (31.069 Ha) dan untuk
kecamatan dengan luasan terkecil berada di Kecamatan Kota

Waingapu (2.147 Ha).


Landai (8-15%) meliputi seluruh kecamatan dengan luasan terbesar
berada di Kecamatan Haharu (14.412 Ha) dan untuk kecamatan
yang mempuntai porsi kecil berada di Kecamatan Kambera (1.217
Ha).
1

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Agak curam (15-25%) meliputi seluruh kecamatan dengan luasan


terbesar

berada

di

Kecamatan

Tabundung

(14.065

Ha)

dan

kecamatan yang memiliki porsi terkecil adalah Kecamatan Kambera

(1.131 Ha).
Curam (25-45%)

meliputi

seluruh

kecamatan

dengan

luasan

terbesar berada di Kecamatan Tabundung (15.411 Ha) dan luasan

terkecil berada pada Kecamatan Pahunga Lodu (497 Ha).


Sangat curam (>45%) meliputi seluruh kecamatan dengan luasan
terbesar berada di Kecamatan Kambata Mapambuhang (4.407 Ha)
dan untuk luasan dengan porsi terkecil berada di Kecamatan
Pahunga Lodu (9 Ha).

2.3Kondisi Geologi
2.3.1 Geologi regional
Stratigrafi regional Pulau Sumba disusun oleh tiga kelompok batuan
yaitu kelompok batuan sedimen, kelompok batuan gunungapi dan
kelompok batuan terobosan.
2.3.2 Kelompok Batuan Sedimen
Kelompok batuan sedimen di Pulau Sumba terdiri dari bermacammacam umur, sedangkan yang paling tua dan tertua di daerah ini
berumur Kapur yang dikenal sebagai Formasi Praikajelu (Kp) terdiri dari
batupasir grewake berselingan dengan serpih, batu lempung, batunapal
lanauan dan batupasir lempungan serta konglomerat, kelompok batuan
ini diterobos oleh granodiorit dan basal.
Kelompok batuan sedimen berumur Eosen yang disusun oleh batupasir
grewake

sebagian

gampingan

dengan

sisipan

hatulanau

dan

batulempung yang dikenal sebagai Formasi


Tanahroong (Tet) yang menjemari dengan Formasi Watopata (Tew).
Kelompok batuan sedimen berumur Oligosen berupa batugamping
terumbu dan kelompok batuan sedimen Miosen yang disusun oleh
batugamping dan batulempung Formasi Pamalar (Tmp).Kelompok batuan
sedimen berumur Mio-Pliosen yang terdiri dari batupasir napalan,

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

batupasir tufan, tuf, napal tufan dari Formasi Kananggar (Tmpk)


menjemari

dengan

Formasi

Waikabubak

(Tmpw).Kelompok

batuan

sedimen termuda berumur Kuarter (Pleistosen - Holosen) masing-masing


terdiri dari batugamping terumbu dan lempung, lanau, pasir dan kerikil
dikenal sebagai Formasi Kaliangga (Qpk) dan Endapan alluvium (Qa).
2.3.3 Kelompok Batuan Gunungapi
Kelompok batuan gunungapi yang terdapat di Pulau Sumba
terbentuk pada Paleosen yang disusun oleh lava dan breksi andesit, tuf,
basal dan riolit yang dikenal sebagai Formasi Masu dan batuan gunungapi
yang terbentuk pada Miosen terdiri dari lava andesit dan breksi
gunungapi dan dibeberapa tempat ditemukan adanya kayuterkersikkan
Formasi Jawila (Tmj). Kelompok batuan gunungapi yang disebutkan
pertama diterobos oleh granit dan granodiorit, kedudukannya tidak
selaras di bawah kelompok batuan gunungapi kedua.
Kelompok Batuan Terobosan :
Merupakan intrusi batuan beku yang terdiri dari granit, granodiorit, diorit,
syenit dan andesit berumur Paleogen atau lebih tua menerobos batuan
Formasi Praikajelu dan Formasi Masu.
2.4Kondisi Hidrogeologi
2.4.1 Hidrologi
Kondisi hidrologi di Kabupaten Sumba Timur sangat dipengaruhi oleh
3 (dua) jenis hidrologi, yaitu : air tanah bebas, air tanah tertekan dan air
permukaan. Air tanah bebas umumnya dangkal dan mengikuti kondisi
morfologinya, sedangkan air tanah tertekan terletak jauh di dalam tanah
dengan lapisan yang kedap air. Sebagian besar penduduk di Kabupaten
Sumba Timur menggunakan air tanah dangkal dengan membuat sumur
gali dan lainnya menggunakan air tanah dalam.
Tabel 2-1 Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kab. Sumba
Timur
No.

Nama DAS

Luas (Ha)

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

DAS Kambaniru

111,0
00

DAS Kalionga

55,
000

DAS Melolo

45,
000

DAS Kadahang

40,
000

DAS Tidas

33,
000

DAS Nggongi

26,

DAS Watumbaka

000
23,
000
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Sumba Timur,2011

Air permukaan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur terdiri atas


2 (dua) jenis sungai, yaitu sungai besar dan sungai kecil. Untuk sungaisungai kecil yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur dan mempunyai
debit air tidak begitu besar berkisar antara 2,5 m 3/detik - 7 m3/detik;
sungai-sungai kecil tersebut adalah Sungai Kadahang, Mondu, Kawakuliku,
Temu, Kawangu, Watumbaka, Yumbu, Kapunduk, Payeti, Kadumbul,
Wanga, Patawang, Melolo, Rindi, Tattung, Ngalu, Kakaha, Waibara,
Lailunggi, Tawui, Tarimbang, dan Lainjanji. Sedangkan sungai yang
memiliki debit air cukup besar mencapai 8 m 3/detik - 12 m3/detik adalah
Sungai

Kambaniru,

keberadaan

sungai-sungai

ini

dimanfaatkan

Pemerintah Kabupaten Sumba Timur untuk keperluan irigasi bagi lahanlahan pertanian penduduk. Selain sungai, daerah ini juga memiliki sumber
mata air sebanyak 97 buah yang tidak pernah kering sepanjang tahun.
2.5Kondisi Iklim
Seperti wilayah lain di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten
Sumba Timur juga memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Pada umumnya wilayah Kabupaten Sumba Timur memasuki
musim hujan pada bulan Januari April, sementara antara bulan Mei Desember

bulan

lainnya)

mengalami

musim

kemarau

yang

mnyebabkan Kabupaten Sumba Timur masuk dalam golongan/kelompok


wilayah kering.

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Bulan Agustus merupakan bulan terkering, dengan curah hujan rata


rata-rata dalam satu bulan berkisar antara 2-25 mm. Temperatur udara
rata-rata bulanan di Kota Waingapu, Ibukota Kabupaten Sumba Timur,
tercatat maximum 32,40C dan minimum 200C. Berdasarkan laporan akhir
Penyusunan Buku Sistem Informasi Kewilayahan Tahun 2002 lama
penyinaran matahari bulanan dalam setahun tertinggi tercatat pada bulan
September (97,4%) dan terendah tercatat pada bulan Januari (44,8%).

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

BAB 3 PENGUMPULAN DATA


3.1Landasan Hukum
Referensi yang digunakan dalam pembuatan usulan rencana aksi
dengan landasan hukum adalah sebagai berikut ini:
1. Undang Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
3. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
5. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air
6. Peraturan

Pemerintah

No

21

Tahun

2008

tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


7. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan;
8. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai
9. Kepres No 12 Tahun 2012 Tentang Penetapan Wilayah Sungai
10.

Inpres No 04 Tahun 2012 Tentang Penanggulangan Bencana

Banjir dan Tanah Longsor


11.

Peraturan

Menteri Pekerjaan

Umum No : 2/PRT/M/2008

tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan


Umum

Yang

Merupakan

Kewenangan

Pemerintah

dan

dilaksanakan Sendiri.
12.

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

104/PMK.02/2010

tentang petunjuk penyusunan dan penelaahan Rencana Kerja


dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2011
13.

Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 12 Tahun

2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba


Timur Tahun 2008 2028
14.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993

tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai.


1

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

15.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

16/PRT/M/2013

tentang Pedoman Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya


Rusak Air
16.

Perka BNPB No 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Penanggulangan Bencana


17.

Draft Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tahun 2014 Tentang

Pedoman Umum OP Sumber Daya Air


18.

Perda NTT No 5 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Daerah

Sungai Terpadu
19.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No 131 Tahun 2003 Tentang

Pedoman Penanggulangan Bencana DanPenanganan Pengungsi


Di Daerah
20.

Perda NTT No 16 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana
21.

Perda NTT No 3 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan tata kerja

Badan penanggulangan bencana daerah Provinsi NTT


22.

Pergub NTT No 11 TAHUN 2009 Tentang Pelaksanaan Perda

NTT No 3 tahun 2009 Tentang organisasi dan tata kerja Badan


penanggulangan bencana daerah
23.

Perda

Kab. Sumba Timur No

tahun

2010 tentang

Organisasi dan tata kerja Badan penanggulangan bencana


daerah Kabupaten Sumba Timur
3.2Data Sekunder
3.2.1 Wilayah Administrasi
Sungai Kambaniru adalah sungai yang memiliki Luas DAS terbesar di
Kabupaten Sumba Timur, dengan panjang sungai 118 Km. Karakter
sungai kambaniru termasuk sungai periodik dengan debit cukup besar di
musim

basah

dan

mengecil

di

musim

kering

tapi

masih

cukup

mengalirkan air dan tidak benar benar kering. DAS Kambaniru memiliki
luas 111,000 Ha yang masuk dalam wilayah 9 Kecamatan yang terdiri
dari 34 desa dan 8 kelurahan.

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Sungai Melolo memiliki panjang 51 Km, dan merupakan sungai


episodik yakni sungai yang aliran airnya banyak dimusim hujan,namun
hampir

tidak ada air di musim kemarau. Kondisi aliran sungai Melolo

sangat rendah dan biasa di lakukan penggalian material sungai juga


terjadi di periode debit air rendah.DAS Melolo memiliki luas 45,000 Ha
dan masuk dalam wilayah 4 Kecamatan yang terdiri dari 15 desa dan 1
kelurahan.
Peta Wilayah Administrasi pada DAS Kambaniru dan DAS Melolo dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini.

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

6. Tadula Janga
1. Kel. Kamalaputi 2. Kel. Matawai
7. Kel. Prailiu
3. Kel. Hambala
8. Kel. Wangga
4. Kel. Kambajawa 3. Lambanapu6. Kel. kambaniru

NGAHA ORI ANGU


5. Praihambuli

5. Mauhau

6. Pambotanjara

4. Palakahembi

KAMBERA

4. Prai paha

5. Mbakatapidu

2. Makamenggit 7. Luku kamaru


7. Tana tuku

1. Pulu Panjang

KOTA
WAINGAPU

3. Kadumbul

2. Malumbi

PANDAWAI
10. Wanga

1. Kambatana

1. Kiritana

7. Kotak Kawau

3.Kombapari
5.
Mantawai
Amahu

5. Watukamba

6. Kel. Kawangu

4. Mauliru

3. Prai karang

2. Luku Win gir


3. Marada Mundi

9. Patawang

2. Mou Bokul

4. Mandahu
1. Waimbidi

4. Maidang

7. Lai Ndeha

8. Ngadu Langgi

1. Prai Bakul

8. Lai Mbonga

KAHAUNGU
ETI
4. Kataka

6. Mahu Bokul

KATALA 2.Lai Rara


HAMULINGU

KAMBATA
MAMPAMBUHANG

10. Kukitalu

6. Matawai katin gga 5. Matawai Marin gu

7. Mutu Nggending
8. Matawai Atu

1.Lairuru
5. Kel. Lumbukore

7. Karita

3. Tapil

6.Waikanabu

1. Prai Bakul

3. Kamanggih

5. Lai Meta

3. Umalulu
6. Katikulu ku

TABUDUNG

2. Kambata Bundung
4. Katikutana

8. Wudi Pandak

5. Prai Bokul
5. Praing Kareha

9. Pindu Hurani
5. Ramuk

1.Wahang

6. Watu Hadang

UMALULU

9. Meo Rumba 1. Mauramba

4. Billa
2. Banggawatu

2. Watupuda

PINU
PAHAR

MATAWAI
LA
1. Karipi
PAWU

3. Mehang Mata

4. Ngaru Kanoru
5. Paberamanera

4. Praimbana

1. Kananggar
7. Lai Taku
6. Winumuru

PABERIWAI
6. Mahainiwa

2. Karera Jangga
3. Katikuwai
2. Wanggameti

4. Wangga
Bewa

2. Tawui

3. Lai Lungi

Legenda :
Batas DAS
Batas Desa

Skala :
0

10

15

20

Batas Kecamatan

Gambar 3-2 Peta Wilayah Administrasi DAS Kambaniru & Melolo

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

3.2.2 Data Kependudukan


Wilayah Kabupaten Sumba Timur terbagi dalam 22 Kecamatan, 156
Desa / Kelurahan dengan jumlah penduduk 237 956 jiwa, dan kepadatan
penduduk rata-rata adalah 34 jiwa / km2.
Tabel 3-2 Wilayah Kecamatan DAS Kambaniru

Sumber: Kabupaten Sumba Timur Dalam Angka, 2013

Tabel 3-3 Jumlah Desa Yang Masuk DAS Kambaniru

Sumber: Kabupaten Sumba Timur Dalam Angka, 2013

Tabel 3-4 Wilayah Kecamatan DAS Melolo

Sumber: Kabupaten Sumba Timur Dalam Angka, 2013

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Tabel 3-5 Jumlah Desa Yang Masuk DAS Melolo

Sumber: Kabupaten Sumba Timur Dalam Angka, 2013

3.2.3 Data Hidrologi


Data hidrologi yang dikumpulkan berupa data hujan harian selama
10 tahun dari stasiun

hujan yang berpengaruh. Untuk DAS Kambaniru

digunakan data hujan dari stasiun Mauliru


2013.

dan Malahar, tahun 2004

Sedangkan untuk DAS Melolo menggunakan data hujan dari

stasiun hujan Melolo tahun 2002 2011.


Tabel 3-6 Curah Hujan Tahunan

Sumber : Data C.H Harian

3.2.4 Data Peta


Data Peta lain yang diperlukan dalam kegiatan Penyusunan Standar
Operasional Pengendali Banjir di DAS Kambaniru dan Melolo berupa peta :
1. Peta Penggunaan lahan Kabupaten Sumba Timur tahun 2008
2. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumba Timur tahun 2008 2028
3. Peta Rawan Banjir di Kabupaten Sumba Timur

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

4. Peta Rencana Pengendalian Banjir Kabupaten Sumba Timur Tahun


2028
3.3Pengambilan Data Lapangan
3.3.1 Data Kelembagaan
Data kelembagaan yang diambil adalah data struktur organisasi UPT
PSDA wilayah Sumba, Data struktur organisasi Kecamatan di Kabupaten
Sumba Timur yang masuk dalam wilayah DAS Kambaniru dan Melolo,
struktur organisasi desa / kelurahan yang terdampak banjir pada DAS
Kambaniru dan Melolo. Struktur organisasi ini dilengkapi dengan nama
dan nomor / alamat yang bisa dihubungi. Untuk lebih jelasnya struktur
organisasi UPT PSDA Wilayah Sumba dan beberapa contoh struktur
organisasi Kecamatan dan desa / kelurahan dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
3.3.2 Wawancara dengan Tokoh Masyarakat
Melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat / kepala desa
setempat mengenai dusun atau daerah yang terkena banjir pada desa
tersebut. Wawancara dilakukan pada desa / kelurahan yang masuk dalam
wilayah DAS Kambaniru dan DAS Melolo.

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

BAB 4 ANALISA DATA


4.1Analisa Hidrologi
4.1.1 Data Hujan
Tabel 4-7 Hujan Harian Maksimum Tahunan DAS Kambaniru

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

Tabel 4-8 Hujan Harian Maksimum Tahunan DAS Melolo

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

4.1.2 Perhitungan Curah Hujan Rancangan


Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan rancangan dengan
menggunakan metode Log pearson tipe III pada DAS Kambaniru dan DAS
Melolo dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 4-9 Rekapitulasi Perhitungan Curah Hujan Rancangan

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

Tabel 4-10 Uji Kesesuaian Distribusi Frekwensi

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

4.1.3 Perhitungan Debit Banjir Rancangan


Rekapitulasi

debit

puncak

dari

hasil

perhitungan

debit

banjir

rancangan pada berbagai kala ulang untuk DAS Kambaniru dan DAS
Melolo dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 4-11 Debit Banjir Rancangan

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

4.2Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Lingkup kegiatan penangganan Bencana banjir secara skematik dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini

Gambar 4-3 Skema Kegiatan Penangganan Bencana Banjir


10

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

4.3Situasi Tidak ada Bencana


Kegiatan yang dilakukan dalam situasi tidak ada bencana adalah
Perencanaan, pencegahan, pengurangan resiko, pendidikan, pelatihan ,
penelitian dan penataan tata ruang. Perencanaan, pencegahan, dan
pengurangan
dengan

resiko

Pengendalian

Pengendalian

tata

Banjir

ruang,

(Air

dilakukan

Tinggi),

Pengaturan

Pengaturan

kawasan

rawan

debit

banjir,

banjir

dan

Peningkatan peran masyarakat .


4.4 Situasi Terdapat Potensi Bencana
Kegiatan pengenalan, analisa, dan pemantauan resiko bencana terdiri dari
:
Pengumpulan Data
Data primer yang diperlukan antara lain:

Data curah hujan terkini;


Tabel 4-12 Curah Hujan Rerata Bulanan DAS Kambaniru

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

11

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Tabel 4-13 Curah Hujan Rerata Bulanan DAS Melolo

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

Dari gambar di atas, didapatkan musim hujan yang terjadi pada


DAS Kambaniru dan Melolo adalah antara bulan Desember
Maret. Sehingga pada bulan November April diharapkan
masyarakat sudah mulai siaga banjir.

Wawancara dengan masyarakat dan dinas terkait;


Untuk DAS Kambaniru, wawancara dilakukan pada 34kepala desa
dan 9 lurah

yang masuk dalam wilayah 9 Kecamatan.

Sedangkan pada DAS Melolo dilakukan pada 15 kepala desa dan 1


lurah yang masuk dalam wilayah 4 kecamatan.
Tabel 4-14 Tingkat
Wawancara)

Banjir di DAS Kambaniru (Hasil

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

12

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Tabel 4-15 Tingkat Banjir di DAS Melolo (Hasil Wawancara)

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

13

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

6. Tadula Janga
1. Kel. Kamalaputi 2. Kel. Matawai
3. Kel. Hambala 7. Kel. Prailiu
8. Kel. Wangga
4. Kel. Kambajawa 3. Lambanapu6. Kel. kambaniru

NGAHA ORI ANGU


5. Praihambuli

5. Mauhau
4. Mauliru

6. Pambotanjara
3. Prai karang
4. Prai paha

5. Mbakatapidu

2. Makamenggit 7. Luku kamaru


7. Tana tuku

1. Pulu Panjang

5. Watukamba
4. Palakahembi

KOTA
WAINGAPU

3. Kadumbul

2. Malumbi

PANDAWAI
10. Wanga

1. Kambatana

1. Kiritana

3.Kombapari
5.
Mantawai
Amahu

6. Kel. Kawangu

KAMBERA

7. Kotak Kawau

2. Luku Wingir
3. Marada Mundi

9. Patawang

2. Mou Bokul

4. Mandahu
1. Waimbidi

4. Maidang

7. Lai Ndeha

8. Ngadu Langgi

1. Prai Bakul

8. Lai Mbonga

KAHAUNGU
ETI
4. Kataka

6. Mahu Bokul

KATALA 2.Lai Rara


HAMULINGU

KAMBATA
MAMPAMBUHANG

10. Kukitalu

6. Matawai katingga 5. Matawai Maringu 7. Mutu Nggending


8. Matawai Atu

1.Lairuru
5. Kel. Lumbukore

7. Karita

3. Tapil

6.Waikanabu

3. Kamanggih

5. Lai Meta

UMALULU

9. Meo Rumba 1. Mauramba

2. Banggawatu

6. Katikuluku

TABUDUNG

2. Kambata Bundung
4. Katikutana

8. Wudi Pandak

5. Prai Bokul
5. Praing Kareha

9. Pindu Hurani
5. Ramuk

Legenda :
Batas DAS

1.Wahang

6. Watu Hadang

3. Umalulu

4. Bil la

1. Prai Bakul

2. Watupuda

PINU
PAHAR

MATAWAI
LA 1. Karipi
PAWU

3. Mehang Mata

4. Ngaru Kanoru
5. Paberamanera

4. Praimbana

1. Kananggar
7. Lai Taku
6. Winumuru

PABERIWAI
6. Mahainiwa 3. Katikuwai
2. Wanggameti

Batas Desa
4. Wangga
Bewa

2. Tawui

Batas Kecamatan
Banjir < 0.5 m

3. Lai Lungi

Banjir 0.5 - 1 m
Banjir > 1 m
Skala :
0

10

15

20

Gambar 4-4 Peta Tinggi Banjir Hasil Wawancara

14

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

6. Tadula Janga
2. Kel. Matawai
1. Kel. Kamalaputi
7. Kel. Prailiu
3. Kel. Hambala
8. Kel. Wangga
4. Kel. Kambajawa 3. Lambanapu6. Kel. kambaniru

NGAHA ORI ANGU


5. Praihambuli

5. Mauhau
4. Mauliru

6. Pambotanjara
3. Prai karang
4. Prai paha

5. Mbakatapidu

2. Makamenggit

5. Watukamba
4. Palakahembi

1. Pulu Panjang

KOTA
WAINGAPU

3. Kadumbul

2. Malumbi

7. Luku kamaru

7. Tana tuku

PANDAWAI
10. Wanga

1. Kambatana

1. Kiritana

3.Kombapari
5.
Mantawai
Amahu

6. Kel. Kawangu

KAMBERA

7. Kotak Kawau

2. Luku Wingir
3. Marada Mundi

9. Patawang

2. Mou Bokul

4. Mandahu
1. Waimbidi

4. Maidang

7. Lai Ndeha
6. Matawai katingga

8. Ngadu Langgi

1. Prai Bakul

8. Lai Mbonga

KAMBATA
MAMPAMBUHANG

10. Kukitalu

5. Matawai Maringu

KAHAUNGU
ETI
4. Kataka

6. Mahu Bokul

KATALA 2.Lai Rara


HAMULINGU

7. Mutu Nggending
8. Matawai Atu

1.Lairuru
5. Kel. Lumbukore

7. Karita

3. Tapil

6.Waikanabu

3. Kamanggih

5. Lai Meta
9. Meo Rumba

UMALULU

1. Mauramba

4. Billa

1. Prai Bakul

2. Banggawatu

TABUDUNG

2. Kambata Bundung
4. Katikutana

8. Wudi Pandak

5. Prai Bokul
5. Praing Kareha

9. Pindu Hurani
5. Ramuk

Legenda :
Batas DAS

1.Wahang

6. watu Hadang

3. Umalulu
6. Katikuluku

PINU
PAHAR

MATAWAI
LA
1. Karipi
PAWU

3. Mehang Mata

7. Lai Taku

4. Ngaru Kanoru
5. Paberamanera

4. Praimbana

1. Kananggar
6. Winumuru

PABERIWAI
6. Mahainiwa

3. Katikuwai
2. Wanggameti

Batas Desa
4. Wangga
Bewa

2. Tawui

Batas Kecamatan
Ada Listrik

3. Lai Lungi

Tidak Ada Sinyal

Skala :
0

10

15

20

Gambar 4-5 Peta Inftastruktur di DAS Kambaniru dan Melolo

15

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Data sekunder yang diperlukan antara lain:

Data kependudukan;
Tabel 4-16 Tingkat Kepadatan Penduduk DAS Kambaniru

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

16

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Tabel 4-17 Tingkat Kepadatan Penduduk DAS Melolo

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

Analisa Data
Tingkat resiko Bencana Banjir pada DAS Kambaniru dan Melolo dapat
dilihat pada Tabel dan Gambar di bawah ini.
Tabel 4-18 Tingkat Resiko Bencana Banjir di DAS Kambaniru

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

Tabel 4-19 Tingkat Resiko Bencana Banjir di DAS Melolo

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2014

17

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

6. Tadula Janga
1. Kel. Kamalaputi 2. Kel. Matawai
7. Kel. Prailiu
3. Kel. Hambala
8. Kel. Wangga
4. Kel. Kambajawa 3. Lambanapu6. Kel. kambaniru

NGAHA ORI ANGU


5. Praihambuli

5. Mauhau
4. Mauliru

6. Pambotanjara
3. Prai karang

6. Kel. Kawangu

4. Prai paha
2. Makamenggit

4. Palakahembi
3. Kadumbul

2. Malumbi

7. Luku kamaru

PANDAWAI

5. Mbakatapidu
7. Tana tuku

1. Pulu Panjang

KOTA
WAINGAPU

10. Wanga

1. Kambatana

1. Kiritana

3.Kombapari
5.
Mantawai
Amahu

5. Watukamba

KAMBERA

7. Kotak Kawau

2. Luku Wingir
3. Marada Mundi

9. Patawang

2. Mou Bokul

4. Mandahu
1. Waimbidi

4. Maidang

7. Lai Ndeha
6. Matawai katingga

8. Ngadu Langgi

1. Prai Bakul

8. Lai Mbonga

KAMBATA
MAMPAMBUHANG

10. Kukitalu

5. Matawai Maringu

KAHAUNGU
ETI
4. Kataka

6. Mahu Bokul

KATALA 2.Lai Rara


HAMULINGU

7. Mutu Nggending
8. Matawai Atu

1.Lairuru
5. Kel. Lumbukore

7. Karita

3. Tapil

6.Waikanabu

3. Kamanggih

5. Lai Meta

2. Banggawatu

6. Watu Hadang

UMALULU

9. Meo Rumba 1. Mauramba

3. Umalulu

4. Billa

1. Prai Bakul

2. Watupuda

6. Katikuluku

TABUDUNG

4. Ngaru Kanoru

2. Kambata Bundung
5. Paberamanera
4. Katikutana

8. Wudi Pandak

5. Prai Bokul
5. Praing Kareha

9. Pindu Hurani
5. Ramuk

Legenda :

PINU
1.Wahang
PAHAR

Batas DAS

MATAWAI
LA
1. Karipi
PAWU

3. Mehang Mata

4. Praimbana

1. Kananggar
7. Lai Taku
6. Winumuru

PABERIWAI
6. Mahainiwa

3. Katikuwai
2. Wanggameti

Batas Desa
4. Wangga
Bewa

2. Tawui

Batas Kecamatan
Bebas Banjir

3. Lai Lungi

Rendah
Sedang
Tinggi

Skala :
0

10

15

20

Gambar 4-6 Peta Tingkat Resiko Bencana Banjir di DAS Kambaniru dan Melolo

18

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

19

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Dari gambar dan Tabel di atas dapat disimpulkan pada DAS Kambaniru
kecamatan yang memiliki resiko banjir dari tinggi sampai rendah :

Resiko Tinggi

: Kambera

Resiko Sedang

:-

Resiko Rendah

: Tabundung, Katala Hamu Linggu, Ngara Ori Angu


dan Kambata Mampambuhang

Bebas Banjir

: Pinu Pahar, Mantawai La Pawu, Pandawai dan


Kota Waingapu

Sedangkan untuk DAS Melolo resiko banjirnya pada Kecamatan :

Resiko Tinggi
Resiko Sedang
Resiko Rendah
Bebas Banjir

:: Umalulu
:: Mantawai

La

Pawu,

Paberiwai

dan

Kahaungu Eti
4.5Penetuan Kriteria Siaga Banjir
Kritera siaga banjir berupa tinggi muka air di atas bangunan yang
ada di badan sungai seperti bendung atau ambang lebar pada debit
dengan kala ulang .
Tabel 4-20 Kriteria Siaga Banjir DAS Kambaniru

Sumber : Hasil Perhitungan konsultan,2014

Tabel 4-21 Kriteria Siaga Banjir DAS Melolo

Sumber : Hasil Perhitungan konsultan,2014

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

BAB 5 KELEMBAGAAN
5.1Penyusunan Kelembagaan
5.1.1 DAS Kambaniru
Das Kambaniru masuk dalam wilayah 9 Kecamatan, yang terdiri dari
34 Desa dan 8 Kelurahan.

Dari 9 kecamatan yang ada di DAS 5

Kecamatan berpotensi banjir mulai dari tingkat resiko terjadi banjir dari
Rendah sampai dengan Tinggi. Dari 34 Desa yang masuk DAS ada 8 desa
yang berpotensi banjir, sedangkan dari 8 kelurahan ada 2 kelurahan
berpotensi banjir. Untuk lebih jelasnya kecamatan dan desa yang masuk
wilayah DAS Kambaniru beserta nama Camat

dan Kepala Desa /

kelurahan dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 5-7 Skema Administrasi DAS Kambaniru

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

5.1.2 Das Melolo


Das Melolo masuk dalam wilayah 4 Kecamatan, yang terdiri dari 15
Desa dan 1 Kelurahan.

Dari 4 kecamatan yang ada di DAS hanya 1

Kecamatan yang berpotensi banjir Untuk lebih jelasnya kecamatan dan


desa yang masuk wilayah DAS Melolo beserta nama Camat dan Kepala
Desa / kelurahan dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 5-8 Skema Administrasi DAS Melolo


5.2Koordinasi
5.2.1 Koordinasi DAS Kambaniru
Alur koordinasi pada DAS Kambaniru dan alur koordinasi lebih
detailnya pada masing-masing kecamatan

di tingkat masyarakat pada

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

kondisi Siaga I, Waspada II dan Awas III dapat dilihat pada Gambar di
bawah ini.

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-9 Alur Koordinasi DAS Kambaniru Kondisi Siaga I


5

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-10 Alur Koordinasi DAS Kambaniru Kondisi Waspada II


6

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-11 Alur Koordinasi DAS Kambaniru Kondisi Awas III


7

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-12 Alur Koordinasi Siaga I Pada Kecamatan Kambera di Tingkat Masyarakat

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-13 Alur Koordinasi Waspada II Pada Kecamatan Kambera di Tingkat Masyarakat

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-14 Alur Koordinasi Awas III Pada Kecamatan Kambera di Tingkat Masyarakat

10

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-15 Alur Koordinasi Siaga I Pada Kecamatan Ngara Ori Angu di Tingkat Masyarakat

11

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-16 Alur Koordinasi Waspada II Pada Kecamatan Ngara Ori Angu di Tingkat Masyarakat

12

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-17 Alur Koordinasi Awas III Pada Kecamatan Ngara Ori Angu di Tingkat Masyarakat

13

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-18 Alur Koordinasi Siaga I Pada Kecamatan Kambata Mampambuhang di Tingkat
Masyarakat

14

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-19 Alur Koordinasi Waspada II Pada Kecamatan Kambata Mampambuhang di Tingkat
Masyarakat

15

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-20 Alur Koordinasi Awas III Pada Kecamatan Kambata Mampambuhang di Tingkat
Masyarakat

16

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-21 Alur Koordinasi Siaga I Pada Kecamatan Tabundung di Tingkat Masyarakat

17

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-22 Alur Koordinasi Waspada II Pada Kecamatan Tabundung di Tingkat Masyarakat

18

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-23 Alur Koordinasi Awas III Pada Kecamatan Tabundung di Tingkat Masyarakat

19

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-24 Alur Koordinasi Siaga I Pada Kecamatan Katala Hamu Lingu di Tingkat Masyarakat

20

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-25 Alur Koordinasi Waspada II Pada Kecamatan Katala Hamu Lingu di Tingkat Masyarakat

21

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-26 Alur Koordinasi Awas III Pada Kecamatan Katala Hamu Lingu di Tingkat Masyarakat

22

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

5.2.2 Koordinasi DAS Melolo


Alur koordinasi pada DAS Melolo dan alur koordinasi lebih detailnya
pada masing-masing kecamatan pada kondisi Siaga I, Waspada II dan
Awas III dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 5-27 Alur Koordinasi DAS Melolo Kondisi Siaga I

23

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-28 Alur Koordinasi DAS Melolo Kondisi Waspada II

24

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-29 Alur Koordinasi DAS Melolo Kondisi Awas III

25

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-30 Alur Koordinasi Siaga I Pada Kecamatan Umalulu di Tingkat Masyarakat

26

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-31 Alur Koordinasi Waspada II Pada Kecamatan Umalulu di Tingkat Masyarakat

27

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-32 Alur Koordinasi Awas III Pada Kecamatan Umalulu di Tingkat Masyarakat

28

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

BAB 6 PENUTUP
6.1Kesimpulan
Dari hasil penyusunan pekerjaan Penyusunan Standart Operasional
Pengendali banjir dapat disimpulkan sebagai berikut:

Lokasi pekerjaan berada di DAS Kambaniru dan Melolo. DAS


Kambaniru memiliki luas 111,000 Ha dan panjang sungai 118 Km
yang masuk dalam wilayah 9 Kecamatan yang terdiri dari 34 desa
dan 8 kelurahan. Sedangkan memiliki luas 45,000 Ha dan panjang
sungai 51 Km yang masuk dalam wilayah 4 Kecamatan yang terdiri

dari 15 desa dan 1 kelurahan.


Data Curah Hujan yang digunakan adalah data curah hujan harian
dari stasiun hujan Mauliru dan Malahar untuk DAS Kambaniru dan
stasiun hujan Melolo untuk DAS Melolo, dengan lama pencatatan 10

tahun.
Perhitungan debit banjir rancangan dilakukan pada lokasi Bendung
yang ada pada masing-masing sungai dengan berbagai kala ulang.
Hasil perhitungan debit banjir rancangan pada kala ulang 50 tahun
untuk DAS Kambaniru adalah 869.47 m 3/dt sedangkan untuk DAS

Melolo adalah 310.44 m3/dt.


Kegiatan pengaturan debit banjir, pengendalian tata ruang dan
pengaturan kawasan banjir disesuaikan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Sumba Timur Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008 2028.


Penentuan daerah rawan banjir didasarkan pada Peta Rawan Banjir
Kabupaten Sumba Timur tahun 2008 yang kemudian di cocokan

dengan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat setempat.


Penentuan tingkat resiko bencana banjir didasarkan pada daerah
rawan banjir hasil penggabungan yang kemudian di gabungkan
dengan tingkat kepadatan penduduk di desa. Dari hasil tersebut
didapatkan kecamatan yang memiliki resiko banjir tinggi ada di
kecamatan Kambera untuk DAS Kambaniru dan kecamatan Umalulu
untuk DAS Melolo. Untuk DAS Kambaniru tidak ada kecamatan yang

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

bebas banjir sedangkan pada DAS Melolo Kecamatan Mantawai La

Pawu bebas banjir.


Penentuan siaga banjir didasarkan pada ketinggian muka air di atas
mercu bendung pada banjir dengan kala ulang tertentu yaitu :
Siaga (I)

: Q

Waspada (II) : Q

10th

Awas (III)

Dari

hasil

5th

<Q<Q

:Q

perhitungan

50th

50th

didapatkan

kriteria

banjir

untuk

DAS

Kambaniru dan DAS Melolo adalah sebagai berikut :

Badan

pengendalian

bencana

banjir

melibatkan

unsur

pemerintahan yang terdiri dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten


Sumba dalam hal ini sebagai ujung tombak sumber informasi
kejadian

banjir

(juru

bendung

Kambaniru

dan

Melolo)

yang

kemudian di sampaikan kepada semua kepala desa/kelurahan yang

rawan banjir untuk diteruskan ke pihak kecamatan dan Kabupaten.


Kegiatan Koordinasi sudah dimulai pada saat muka air normal dan
mulai terjadi hujan. Pada saat itu juru bendung mulai bersiaga
mengontrol ketinggian muka air di atas mercu bendung untuk
dilaporkan ke pengamat kemudian Kasie OP dan ke Kepala Dinas PU

Sumba Timur untuk ditidak lanjuti.


Apabila sudah pada level siaga I maka koordinasi akan terus
berlangsung antara jajaran internal PU Sumba Timur dan pihak
desa/ kelurahan, kecamatan dan kabupaten, sampai keadaan
menjadi normal kembali.

6.2Saran
Guna memperlancar pelaksanaan dari SOP Banjir yang sudah dibuat
ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Perlu pengadaan Peil scale di atas Bendung Kambaniru dan Melolo


guna memantau tinggi muka air di atas mercu bendung pada saat

banjir
Perlu pengadaan HT di kantor kecamatan dan Desa yang rawan
banjir terutama untuk desa-desa yang belum memiliki listrik dan

tidak ada sinyal HP


Perlu pengadaan HT dan Hp untuk petugas juru bendung guna

memperlancar komunikasi dengan pihak-pihak terkait


Perlu adanya sosialisasi dengan masyarakat mengenai SOP Banjir
ini, apabila mau dilaksanakan sehingga jika terjadi bahaya banjir
petugas yang berwenang sudah mulai bersiaga.

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

KATA PENGANTAR
Pekerjaan

Penyusunan

Standar

Operasional

Pengendali

Banjir

merupakan proyek dari UPTD PSDA Wilayah Sumba, Dinas Pekerjaan


Umum Provinsi NTT. Sedangkan pelaksanaan pekerjaan ini dilaksanakan
oleh PT. Multimera Harapan
Secara umum Laporan Ringkasan

ini berisikan ringkasan dari

Laporan Akhir enyusunan Standart Operasioal Pengendali Banjir pada DAS


Kambaniru dan DAS Melolo.. Berupa ringkasan dari

analisa hidrologi ,

penentuan siaga banjir dan lokasi rawan banjir serta badan pengedalian
banjir untuk DAS Kambaniru dan Melolo.
Kepercayaan yang diberikan kepada PT. Multimera Harapan untuk
menangani pekerjaan ini, merupakan tanggung jawab dan kewajiban yang
akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Kupang, November 2014

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI . ........................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................
..................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7

1-1

Umum
1-1
Latar Belakang 1-1
Maksud dan Tujuan
1-1
Ruang Lingkup Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan 1-3
Jangka Waktu Pelaporan
Sumber Dana
1-5

1-2
1-5

BAB 2 KONDISI UMUM LOKASI PEKERJAAN 2-1


2.1 Kondisi Administrasi dan Geografi 2-1
2.1.1 Sungai Kambaniru
2-1
2.2 Kondisi Topografi 2-1
2.3 Kondisi Geologi 2-2
2.3.1 Geologi regional 2-2
2.3.2 Kelompok Batuan Sedimen
2-2
2.3.3 Kelompok Batuan Gunungapi 2-3
2.4 Kondisi Hidrogeologi
2-3
2.4.1 Hidrologi
2-3
2.5 Kondisi Iklim
2-4
BAB 3 PENGUMPULAN DATA

3-1

3.1 Landasan Hukum 3-1


3.2 Data Sekunder
3-2
3.2.1 Wilayah Administrasi
3-2
3.2.2 Data Kependudukan
3-4
3.2.3 Data Hidrologi
3-5
3.2.4 Data Peta 3-5
3.3 Pengambilan Data Lapangan 3-6
3.3.1 Data Kelembagaan
3-6
3.3.2 Wawancara dengan Tokoh Masyarakat
BAB 4 ANALISA DATA

3-6

4-7

4.1 Analisa Hidrologi 4-7


4.1.1 Data Hujan 4-7
4.1.2 Perhitungan Curah Hujan Rancangan
4.1.3 Perhitungan Debit Banjir Rancangan

4-8
4-9

ii

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

4.2
4.3
4.4
4.5

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Situasi Tidak ada Bencana
4-10
Situasi Terdapat Potensi Bencana 4-10
Penetuan Kriteria Siaga Banjir4-1

BAB 5 KELEMBAGAAN

4-9

5-2

5.1 Penyusunan Kelembagaan


5-2
5.1.1 DAS Kambaniru 5-2
5.1.2 Das Melolo 5-3
5.2 Koordinasi 5-3
5.2.1 Koordinasi DAS Kambaniru
5-3
5.2.2 Koordinasi DAS Melolo 5-22
BAB 6 PENUTUP

6-1

6.1 Kesimpulan 6-1


6.2 Saran6-2

iii

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

DAFTAR TABEL
Tabel
3
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

2-1 Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kab. Sumba Timur 23-1 Wilayah Kecamatan DAS Kambaniru........................................3-4
3-2 Jumlah Desa Yang Masuk DAS Kambaniru................................3-4
3-3 Wilayah Kecamatan DAS Melolo...............................................3-4
3-4 Jumlah Desa Yang Masuk DAS Melolo.......................................3-5
3-5 Curah Hujan Tahunan...............................................................3-5
4-1 Hujan Harian Maksimum Tahunan DAS Kambaniru...................4-7
4-2 Hujan Harian Maksimum Tahunan DAS Melolo.........................4-7
4-3 Rekapitulasi Perhitungan Curah Hujan Rancangan...................4-8
4-4 Uji Kesesuaian Distribusi Frekwensi..........................................4-8
4-5 Debit Banjir Rancangan............................................................4-9
4-6 Curah Hujan Rerata Bulanan DAS Kambaniru.........................4-10
4-7 Curah Hujan Rerata Bulanan DAS Melolo...............................4-10
4-8 Tingkat Banjir di DAS Kambaniru (Hasil Wawancara)............4-11
4-9 Tingkat Banjir di DAS Melolo (Hasil Wawancara)....................4-11
4-10 Tingkat Kepadatan Penduduk DAS Kambaniru.....................4-14
4-11 Tingkat Kepadatan Penduduk DAS Melolo............................4-15
4-12 Tingkat Resiko Bencana Banjir di DAS Kambaniru................4-15
4-13 Tingkat Resiko Bencana Banjir di DAS Melolo.......................4-15
4-14 Kriteria Siaga Banjir DAS Kambaniru......................................4-1
4-15 Kriteria Siaga Banjir DAS Melolo.............................................4-1

iv

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Lokasi Pekerjaan..................................................................1-4
Gambar 3-1 Peta Wilayah Administrasi DAS Kambaniru & Melolo...........3-3
Gambar 4-1 Skema Kegiatan Penangganan Bencana Banjir....................4-9
Gambar 4-2 Peta Tinggi Banjir Hasil Wawancara...................................4-12
Gambar 4-3 Peta Inftastruktur di DAS Kambaniru dan Melolo...............4-13
Gambar 4-4 Peta Tingkat Resiko Bencana Banjir di DAS Kambaniru dan
Melolo....................................................................................................4-16
Gambar 5-1 Skema Administrasi DAS Kambaniru....................................5-2
Gambar 5-2 Skema Administrasi DAS Melolo...........................................5-3
Gambar 5-3 Alur Koordinasi DAS Kambaniru Kondisi Siaga I...................5-4
Gambar 5-4 Alur Koordinasi DAS Kambaniru Kondisi Waspada II.............5-5
Gambar 5-5 Alur Koordinasi DAS Kambaniru Kondisi Awas III..................5-6
Gambar 5-6 Alur Koordinasi Siaga I Pada Kecamatan Kambera di Tingkat
Masyarakat..............................................................................................5-7
Gambar 5-7 Alur Koordinasi Waspada II Kecamatan Kambera di Tingkat
Masyarakat..............................................................................................5-8
Gambar 5-8 Alur Koordinasi Awas III Pada Kecamatan Kambera di Tingkat
Masyarakat..............................................................................................5-9
Gambar 5-9 Alur Koordinasi Siaga I Kecamatan Ngara Ori Angu di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-10
Gambar 5-10 Alur Koordinasi Waspada II Kec. Ngara Ori Angu di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-11
Gambar 5-11 Alur Koordinasi Awas III Kec. Ngara Ori Angu di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-12
Gambar 5-12 Alur Koordinasi Siaga I Kec. Kambata Mampambuhang di
Masyarakat............................................................................................5-13
Gambar 5-13 Alur Koordinasi Waspada II Kec. Kambata Mampambuhang di
Masyarakat............................................................................................5-14
Gambar 5-14 Alur Koordinasi Awas III Kec. Kambata Mampambuhang di
Masyarakat............................................................................................5-15
Gambar 5-15 Alur Koordinasi Siaga I Kecamatan Tabundung di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-16
Gambar 5-16 Alur Koordinasi Waspada II Kec. Tabundung di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-17
Gambar 5-17 Alur Koordinasi Awas III Kecamatan Tabundung di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-18
Gambar 5-18 Alur Koordinasi Siaga I Kec. Katala Hamu Lingu di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-19
Gambar 5-19 Alur Koordinasi Waspada II Kec. Katala Hamu Lingu di
Tingkat Masyarakat................................................................................5-20
Gambar 5-20 Alur Koordinasi Awas III Kec. Katala Hamu Lingu di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-21
Gambar 5-21 Alur Koordinasi DAS Melolo Kondisi Siaga I......................5-22
Gambar 5-22 Alur Koordinasi DAS Melolo Kondisi Waspada II................5-23
v

Penyusunan Standar Operasional Pengendali Banjir

Gambar 5-23 Alur Koordinasi DAS Melolo Kondisi Awas III.....................5-24


Gambar 5-24 Alur Koordinasi Siaga I Pada Kecamatan Umalulu di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-25
Gambar 5-25 Alur Koordinasi Waspada II Kecamatan Umalulu di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-26
Gambar 5-26 Alur Koordinasi Awas III Pada Kecamatan Umalulu di Tingkat
Masyarakat............................................................................................5-27

vi

Anda mungkin juga menyukai