BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Ketuban Pecah Dini
a. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan. (Mansjoer, 2001: 310).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum
permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi
pada kehamilan 24 minggu atau 44 minggu. (Indriyani Dewi, 2008 : 1).
b. Etiologi
Menurut Mansjoer (2001: 310), etiologi ketuban pecah dini belum diketahui, tetapi
faktor predisposisi ketuban pecah dini itu sendiri ialah infeksi genetalia, servik
inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik.
c. Patofisiologi
Skema 2.1 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini
Infeksi inflamasi
Kolagenase jaringan
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ketuban pecah dini adalah:
1) Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b. Bentuk Persalinan
Bentuk-bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
1) Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.
(Manuaba, 1998:157).
c. Kala Persalinan
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:
1) Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif
(7 jam) servik membuka dari 3 sampai 10 cm. Selama fase aktif, kontraksi lebih kuat
dan sering.
2) Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara.
3) Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit.
4) Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama postpartum.
(Moechtar, 1998: 94).
d. Tanda-tanda permulaan persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala
pendahuluan, dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
dari uterus.
5) Servik menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah.
(Moechtar, R. 1998: 93).
e. Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan jelas, ada banyak faktor
yang memegang peranan penting sehingga terjadi persalinan. Di bawah ini ada
beberapa teori tentang penyebab timbulnya persalinan, yaitu:
1) Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron turun.
2) Teori placenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,
sehingga mengganggu sirkulasi utero-placenter.
4) Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion
ini digeser dan ditekan akan timbul kontraksi.
5) Teori induksi partus
Amniotomi: pemecahan ketuban
Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
(Mochtar, R. 1998: 92).
3. Fisiologi Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali dimulai dari persalinan selesai sampai alatalat kandungan kembali seperti pra-hamil, lamanya 6-8 minggu. (Mochtar, R. 1998:
115).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2002: 237).
b. Periode Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode:
1) Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau sewaktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
(Manuaba, 1999: 117).
c. Perubahan Fisiologis Maternal Pada Periode Pasca Partum
1) Menurut Mochtar (1998: 115), perubahan fisiologis pada ibu post partum adalah
sebagai berikut:
a) Uterus secara berangsur-angsur mengalami perubahan menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi.
Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 Minggu
2 Minggu
6 Minggu
8 Minggu Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba di atas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal 100 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
(Mochtar, R. 1998: 115).
Uterus menyerupai suatu buah alpukat gepeng berukuran panjang 15 cm, lebar
12 cm dan tebal 10 cm. Pada bekas implantasi placenta lebih tipis dari pada bagian
lain yang merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri,
segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 cm, sering
disangka sebagai suatu bagian placenta yang tertinggal. Sesudah 2 mg diameternya
c) Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam 2
minggu setelah melahirkan dinding abdomen wanita itu akan rileks.
d) Sistem urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1
bulan setelah wanita melahirkan.
(1) Komponen urine
Glukosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada
ibu menyusui merupakan hal yang normal.
(2) Diuresis Pasca partum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
terimbun di jaringan selama ia hamil.
(3) Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni
sewaktu bayi melewati jalan lahir.
e) Sistem Percernaan
(1) Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi
makanan ringan.
(2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir.
(3) Defekasi
BAB secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan.
f) Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita
hamil (estrogen, progesteron, Human Chorionic Gonadotropin, prolaktin, kortisol dan
insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
(1) Ibu tidak menyusui
Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui, kadar prolaktin akan turun dengan
cepat.
(2) Ibu yang menyusui
Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang
terisi berubah posisi dari hari ke hari.
g) Sistem Kardiovaskuler
(1) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan
darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler
(edema fisiologis).
(4) Varises
Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil.
h) Sistem Neurologi
Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah
wanita melahirkan.
i) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pasca partum.
j) Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir.
k) Sistem Kekebalan
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi
Rh ditetapkan.
d. Perawatan Pasca Persalinan
Perawatan yang diperlukan pada pasca persalinan adalah sebagai berikut:
1) Mobilisasi
Mobilisasi sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau
sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu
dua jam setelah persalinan normal. ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah
dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) (Zietraelmart, 2009: 2-3).
2) Kebersihan Diri
a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh/personal hygiene.
b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu.
Dari depan ke belakang, baru membersihkan daerah anus. Nasehatkan ibu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal dua kali sehari.
d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
e) Kurang istirahat akan berpengaruh terhadap ibu, yaitu : mengurangi jumlah ASI
yang diproduksi, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan diri sendiri.
(We Place, 2008: 3)
3) Istirahat
a) Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat selama bayi tidur.
(We Place, 2008: 3)
4) Diet
Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan
memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan
kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu
berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu
memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur,
tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengansung alkohol, nikotin serta
bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-
Peka rangsang, takut/menangis (post partum blues) sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
d. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke 2 dan ke 5.
e. Makan dan cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke 3.
f. Nyeri/ketidak nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai ke 5
pascapartum.
g. Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam saat kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar
jari setiap harinya. Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2-3, berlanjut menjadi
lochea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal rekumben versus
ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal menyusui). Payudara: produksi kolostrum 48
jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih
dini, tergantung kapan menyusui dimulai.
(Doenges, 2001: 387)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post partum normal adalah sebagai
berikut:
a. Nyeri (akut) b.d trauma mekanik, edema atau pembesaran jaringan atau distensi,
efek-efek hormonal.
b. Menyusui inefektif b.d tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia
gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur atau karakteristik fisik payudara ibu.
c. Resiko tinggi terhadap cidera b.d biokimia, fungsi regilator, efek-efek anesthesia;
tromboembolisme; profil darah abnormal.
d. Resiko infeksi b.d trauma jaringan dan atau kerusakan kulit, penurunan Hb,
prosedur invasif dan atau peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur keluban lama,
mal nutrisi.
e. Perubahan eliminasi urine b.d efek-efek hormonal, trauma mekanis, edema
jaringan, efek-efek anesthesia.
f. Kekurangan volume cairan b.d penurunan masukan atau pergantian tidak adekuat,
kehilangan cairan belebihan.
g. Kelebihan volume cairan b.d perpindahan cairan setelah kelahiran placenta,
ketidaktepatan pergantian cairan, efek-efek infus oksitosis, adanya HKK.
h. Konstipasi b.d penurunan tonus otot, efek-efek progesterone, dehidrasi, kelebihan
analgesia, kurang masukan, nyeri perineal.
i. Perubahan menjadi orang tua b.d kurang dukungan diantara atau dari orang
terdekat, kurang pengetahuan, adanya stressor.
j. Resiko tinggi terhadap koping individual tidak efektif b.d krisis maturasional dari
kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu menjadi orang tua, kerentanan
personal, ketidakadekuatan sistem pendukung, persepsi tidak realistis.
k. Gangguan pola tidur b.d respon hormonal dan psikologis, nyeri atau
ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
l. Kurang pengetahuan b.d kurang pemajanan atau mengingat, kesalahan
interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber.
m. Potensial terhadap pertumbuhan: koping keluarga b.d kecukupan pemenuhan,
kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptif, kemungkinan tujuan
aktualisasi diri muncul ke permukaan.
puting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan menggunakan teknik
Hoffman. Pelindung payudara, latihan, dan kompres es membantu membuat putting
lebih relaksasi; teknik Hoffman melepaskan perlengketan, yang menyebabkan
inversi puting.
9. Rujuk klien pada kelompok pendukung. Memberikan bantuan terus menerus untuk
meningkatkan kesuksesan hasil.
10 Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi.
Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan klien.
(Doenges, 2002; 390 - 392)
c. Resiko Tinggi Cedera b.d Biokimia, Fungsi Regulator, Efek-Efek Anestesia,
Tromboembolisme, Profil Darah Abnormal.
Hasil yang diharapkan :
1) Mendemonstrasikan perilaku untuk menurukan factor-faktor resiko/melindungi diri.
2) Bebas dari komplikasi.
Tabel 2.4 Rencana Keperawatan Diagnosa Resiko Tinggi Cedera b.d Biokimia, Fungsi
Regulator, Efek-Efek Anestesia, Tromboembolisme, Profil Darah Abnormal.
No Intervensi Rasional
1 Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada waktu
melahirkan. Catat tanda-tanda anemia. Anemia atau kehilangan darah
mempredisposisikan pada sinkope klien karena ketidakadekuatan pengiriman
oksigen ke otak.
2 Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan
anesthesia subaraknoid, yang mungkin tetap berbaring selama 6-8 jam, tanpa
penggunaan bantal atau meninggikan kepala, sesuai indikasi protokol dari
kembalinya sensasi/kontrol otot. Meningktkan sirkulasi dan aliran balik vena ke
ekstremitas bawah, menurunkan resiko pembentukan thrombus yang dihubungkan
dengan statis. Meskipun posisi rekumben setelah anestesia subaraknoid
controversial, ini dapat membantu mencegah kebocoran CSS dan sakit kepala lanjut.
3 Bantu klien dengan ambulasi awal. Berikan supervisi yang adekuat pada mandi
shower atau rendam duduk. Berikan bel pemanggil dalam jangkauan klien. Hipotensi
ortostastik mungkin terjadi pada waktu berubah posisi dari terlentang ke berdiri
diawal ambulasi, atau mungkinkarena vasodilatasi yang disebabkan oleh panas pada
waktu mandi shower atau rendam duduk.
4 Biarkan klien duduk di lantai atau kursi dengan kepala diantara dua kaki, atau
berbaring pada posisi datar, bila ia merasa pusing. Membantu mempetahankan atau
meningkatkan sirkulasi dan pengiriman oksigen ke otak.
5 Kaji klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KkaA), sakit kepala,
atau gangguan penglihatan. Pertahankan kewaspadaan kejang, dan berikan
lingkungan tenang sesuai indikasi. Bahaya eklampsia, karena HKK ada diatas 72 jam
pascapartum, meskipun literatur menunjukan kondisi konvulsi mental terjadi
selambat-lambatnya hari kelima pascapartum.
6 Catat efek-efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan. Kaji respons patela, dan
pantau status pernapasan. Tidak adanya refleks patela dan frekuensi pernapasan di
bawah 12x/menit menandakan toksisitas dan perlunya penurunan atau penghentian
obat.
7 Inspeksi ekstremitas bahwa terhadap tanda-tanda tromboflebitis. Peningktan
produk split fibrin, penurunan mobilitas, trauma, sepsis, dan ektivasi berlebihan dari
2 Pantau suhu dan nadi dengan rutin sesuai indikasi; catat tanda-tanda menggigil,
anoreksi, atau malaise. Peningkatan suhu sampai 1010 F (38,80 C) dalm 24 jam
pertama sangat menandakan infeksi; peningkatan sampai 100,40 F (38,80 C) pada 2
hari dari 10 hari pertama pascapartum adalah bermakna.
3 Kaji kontraksitilitas uterus; perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri
tekan uterus ekstrem. Fundus yang pada awalnya 2 cm di bawah umblikus,
meningkat 1-2 cm/ hari. Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini,
atau terjadinya nyeri tekan ekstrem, menandakan kemungkinan tertahannya
jaringan plaenta atau infeksi.
4 Catat jumlah dan bau lokeal atau perubahan pada kemajuan normal rubra menjadi
serosa. Lochea secara normal mempunyai bau amis atau daging; namun, pada
endometritis, rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk
menunjukan kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai alba..
5 Evaluasi kondisi puting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan, atau nyeri
tekan. Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan
teknik pemberian makan bayi. Terjadi pecah-pecah pada putting menimbulkan
potensial resiko mastitis.
6 Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan,
kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura (kehilangan
perlekatan), atau adanya laserasi. Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah
penyebaran pada jaringan. uterus.
7 Perhatikan frekuensi atau jumlah berkemih. Statis uninarius meningkat resiko
terhadap infeksi.
8 Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sistitis. Gejala ISK dapat pada
tampak hari ke 2-3 pasca partum karena naiknya infeksi.
9 Frekuensi, golongan atau disuria. Traktus dari utera ke kandung kemih dan
kemungkinan ke ginjal.
10 Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3-4
x sehari atau setelah berkemih dan defekasi. Anjurkan klien mandi setiap hari dan
ganti pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam, dari depan kebelakang.
Pembersihan sering dari depan kebelakang membantu mencegah kontaminasi rectal
memasuki vagina atau uretra. Mandi rendam duduk etaupun rendam merangsang
sirkulasi perineal an meningkatkan pemulihan.
11 Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut
yang kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan
dengan klien pentingnya kontinuitas tindakan ini setelah pulang. Membantu
mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
12 Kaji setatus nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit, dan sebagainya.
Catat berat badan kehamilan dan penambahan berat badan prenatal. Klien yang
berat badanya 20% di bawah berat badan normal, lebih rentan pada infeksi
pascapartum dan mungkin mempuyai kebutuhan diet khusus terhadap protein, zat
besi, dan kalori.
13 Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin c dan zat besi.
Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari. Protein
membantu meningkatkan proses penyembuhan dan regenerasi jaringan baru dan
mengatasi kehilangan bati paa waktu melahirkan. Zat besi perlu untuk sintesus
hemoglobin. Vitamin C memfasilitasi basosrbsibesi dan perlu untuk sintesis dinding
sel. Peningkatan cairan membantu mencegah stasis urin dan masalah-masalah
ginjal.
Tabel 2.7 Rencana Keperawatan Diagnosa Kekurangan Volume Cairan b.d Penurunan
Masukan atau Pergantian Tidak Adekuat, Kehilangan Cairan Berlebihan.
No Intervensi Rasional
1 Catat cairan pada waktu kelahiran; tinjau ulang riwayat intrapartal. Potensial
hemoragik atau Kehilangan darah berlebihan pada waktu kelahiran yang berlanjut
pada periode pasca partum dapat berakibat dari persalinan yang utama, stimulasi
oksitosin, tertahannya jaringan, uterus overdistensi, atau anestesia umum.
2 Evaluasi lokasi dan kontraktilitas fundus uterus, jumlah lokhia vagina, dan kondisi
perineum setelah 2 jam pada 8 jam pertama, bila tepat, kemudian setiap 8 jam
selama sisa waktu di rumah sakit. Catat pemberian obat-obatan, seperti MgSO4,
yang akan menyebabkan relaksasi uterus. Diagnosa yang berbeda mungkin di
perlukan untuk menentukan penyebab kekurangan cairan dan protocol asuhan.
Uterus yang relaks atau menonjol dengan peningkatan aliran lochea dapat
4
Dengan perlahan masase fundus bila uterus menonjol.
Perhatikan adanya rasa haus; berikan cairan sesuai teleransi. Merangsang kontraksi
uterus dapat mengontorl pendaharahan. Rasa haus mungkin merupakan cara
hemoestatis dari penggantian cairan melalui peningkatan dan relaksasi fundus.
5 Evaluasi status kandung kemih; tingkatkan ppengosongan bila kandungan kemih
penuih. Kandung kemih penuh mengganggu kontraktilitas uterus dan menyebabkan
perubahan posisi dan relaksasi fundus.
6 Pantau suhu. Peningkatan suhu memperberat dehidrasi; bila suhu 100,40 F (38oC)
pada 24 jam pertama setelah kelahiran dan terulang selama 2 hari, ini mungkin
menandakan infeksi.
7 Pantau nadi. Taki kardi dapat terjadi, memaksimalkan sirkulasi cairan, pada
kejadian dehidrasi atau hemoragi.
8 Kaji tekanan darah (TD) sesuai indikasi. Peningkatan tekanan darah mungkin
karena efek-efek otot vasopresor oksitosis atau terjadinya HKK yang baru atau
sebelumnya. Penurunan TD mungkin tanda lanjut dari kehilangan cairan berlebihan,
khususnya bila disertrai dengan tanda-tanda lain atau gejala-gejala syok.
9 Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infus I.V., atau sampai
pola berkemih normal terjadi. Membantu analisa keseimbangan cairan dan derahat
kekurangan.
10 Evaluasi kadar Hb atau Ht. pada catatan pranatal, bandingkand engan kadar
pascanatal. Hb atau Ht kembali normal dalam 3 hari. Hb tidak boleh turun dari 2
g/100 ml kecuali kehilangan darah berlebihan. Peningkatan kadar Ht kembali normal
pada hari ketiga sampai ketujuh pascapartum.
11 Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui. Klien dehidrasi tidak
mampu menghasilkan ASI adekuat.
12 Ganti cairan yang hilang dengan infus IV. Yang mengandung elektrolit. Membantu
menciptakan volume darah sirkulasi dan menggnatikan kehilangan karena kelahiran
dan diaforesis.
13 Berikan produk ergot seperti ergonovine maleate (Methergine) secara parenateral
atau oral, atau berikan preparat oksitosin sinresis I.M./I.V. (Syntocinon, Pitocin). Kaji
TD sebelum pemberian preparet ergot; tanda obat-obatan dan beri tahu dokter bila
TD meningkat. Produk ini bekerja secara lansung pada miometrium untuk
meningkatkan kontraksi. Ergot adalah vasokontriktor, dapat menyebabkab hipertensi
dan harus ditunda bila TD 140/90 mm Hg atau lebih tinggi.
14 Lakukan kecepatan cairan IV. Seperti larutan Ringer laktat dengan oksitosin 10
sampai 20 unit. Oksitosin (Pitocin) mungkin diperlukan untuk menstimulasi
miometrium bila perdarahan berlebihan menetap dan uterus gagal untuk kontraksi.
Pendarahan menetap pada adanya fundus kuat dapat menandakan laserasi dan
kebutuhan terhadap penyelidikan lanjut.
(Doenges, 2002; 399 - 401)
Tabel 2.8 Rencana Keperawatan Diagnosa Kelebihan Volume Cairan b.d Perpindahan
Cairan Setelah Kelahiran Placenta, Ketidak Tepatan Pergantian Cairan, Efek-efek Infus
Oksitosin, Adanya HKK.
No Intervensi Rasional
1 Tinjau ulang riwayat HKK, prenatal dan Interpratal, perhatikan peningkatan TD,
protenuria, dan edema. Membantu menentukan kemungkinan kompikasi supaya
yang menetap/terjadi pada periode pasca partum.
2 Pantau tekanan darah dan nadi. Auskultasi bunyi napas, perhatikan batuk
berdahak,bising (rales), atau ronki. Perhatikan adanya dispnea atau stridor.
Kelebihan beban sirkulasi dimanevestasikan dengan peningkatan tekanan darah dan
nadi, dan Peningkatan TK dapat juga dihubungkan dengan HKK dan retensi cairan
berkenaan dengan infus oksitosin.
3 Pantau masukan cairan dan haluran urin; ukur berat jenis,. Menandakan kebutuhan
cairan/kekuatan terapi.
4 Kaji adanya lokasi dan adanya edema. Pantau tanda-tanda kemajuan edemi (mis.,
gangguan penglihatan, hipereleksia, klonus, nyeri KkaA, dan sakit kepala). (catatan :
Kaji sakit kepala sebelum memberikan analgetik). Bahaya eklamsia atau kejang
dapat terjadi secara aktual. Selambat-=lambatnya 5 hari setelah kelahiran. Obatobatan dapat menutupi tanda-tanda sakit kepala yang disebabkan oleh edemi
serebral.
5 Tes terhadap adanya proteinuria dengan dipstik setiap 4 jam. Proteinurea pasca
partum 1 + adalah normal, karena proses katalitik involusi uterus. Kadar 2+ atau
lebih besar mungkin dihubungkan dengan spasme glomerulus karena HKK.
6 Evaluasi keadaan neurologis klien. Perhatikan hiperrefleksia, peka rangsang, atau
perubahan kepribadian. Intoksitsasi serbal adalah indikator awal dari kelebihan
retensi cairan.
7 Biarkan klien memantau berat badan setiap hari, khususnya bila toksemia
pascapartum terjadi. Klien kehilangan 5 kg saat melahirkan dapat dianggap karena
bayi, produk konsepsi, urin, dan kehilangan tidak kasat mata, dan 2 kg lebih pada
periode pascapartum melalui perpindahan cairan dan elektrolit.
8 Catat tes hasil urat, protein 24 jam dan klirens kreatinin, dan kadar kreatinin
serum. Hasil normal, seperti peningkatan asam urat. (lebih besar 7 mg/100 ml) dan
peningkatan kadar kreatinin, menandakan deteriorasi fungsi ginjal.
9 Pasang kateter indwelling sesuai indikasi. Untuk memantau urin setiap jam bila
dibutuhkan oleh kondisi klien (mis, HKK berat atau oliguria).
10 Evaluasi terhadap sindrom HELP (hemolisis) SDM, peningkatan kadar enzim
hepar, dan penurunan jumlah trombosit. Sindrom HELLP dan akibat pasca partum
potensial dari HKKss dengan keterlibatan hepar atau hemoragi pembuluh darah
hepatik.
11 Berikan monitol pada adanya HKK pada penurunan urine. Untuk klien dengan
HKK, ancaman gagal ginjal, atau oliguria, manitol bekerja sebagai diuyretik osmotik
untuk mengalirkan cairan kedalam area vaskular dan meningkatkan aliran plasma
ginjal dan haluran urin.
(Doenges,200; 401 - 403)
h. Konstipasi b.d Penurunan Tonus Otot, Efek-Efek Progresterone, Dehidrasi,
Kelebihan Analgesia, Kurang Masukan, Nyeri Perineal.
Hasil yang di harapkan :
Melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasanya atau optimal dalam 4 hari
setelah melahirkan.
Tabel 2.9 Rencana Keperawatan Diagnosa Konstipasi b.d Penurunan Tonus Otot, Efekefek Infus Progrestorone, Kelebihan Analgesia, Kurang Masukan Nyeri Perineal.
No Intervensi Rasional
1 Auskultasi adanya bising unsur. Perhatikan kebiasaan pengosongan noormal atau
diastrasis rekti. Mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastasis rekti berat (pemisahan
dari dua otot rektus sepanjang garis median dari dinding abdomen) menurunkan
tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.
2 Kaji adanya hemoroid. Berikan informasi tentang memasukan kembali hemoroid ke
dalam kanal anorektal dengan jari dilumasi atau dengan sarung tangan, dan berikan
kompres es atau kompres witch hazel atau krim anestetik lokal. Menurunkan ukuran
hemoroid, menghilangkan gatal-gatal dan ketidaknyamanan, dan meningkatkan
vasokontriksi lokal.
3 Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan
cairan, dan upaya untuk membuat pola pengosongan nornal. Makanan kasara (mis.,
buah-buahan dan sayuran, khususnya dengan biji dan kulit) dan peningkatan
acairtan menghasilkan bulk dan Merangsang eliminasi.
4 Anjurkan peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi, sesuai toleransi. Membantu
peningkatan peristaltic.
5 Kaji episiotemi; perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan jaringan.
Edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat ketiga dan keempat
dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mencegah klien dari merelaksasi
perinium selama pengosongan karena takut untuk terjadi cedera selanjutnya.
6 Berikan laksatif, pelunak fases, enema. Mungkin perlu untuk meningkatkan Untuk
kembali ke kebiasaan difikasi normal dan mencegah mengejan selama pengosongan.
(Doenges, 2002; 403 - 404)
i. Perubahan Menjadi Orang Tua b.d Kurang Dukungan Di Antara atau Dari Orang
Terdekat, Kurang Pengetahuan, Adanya Sensor.
Hasil yang di harapkan :
1) Mengungkapkan masalah dan pernyataan menjadi orang tua.
2) Mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realitas.
3) Cara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir dengan tepat.
4) Mengidentifikasi ketersediaan sumber-sumber.
Tabel 2.10 Rencana Keperawatan Diagnosa Perubahan Menjadi Orang Tua b.d Kurang
Dukungan di Antara atau Dari Orang Terdekat, Kurang Pengetahuan, Adanya
Stressor.
No Intervensi Rasional
ayah mengalami kasih saying bermakna pada pertama kali; selanjutnya, mereka
dikenalkan pada bayi secara bertahap. Bayi dan orangtua yang tidak
mengembangkan kedekatan positif berisko terhadap penyiksaan fisik atau
emosional. Latar belakang budaya sering menentukan tipe ikatan dan perkenalan.
11 Berikan rawat bersama/ruang fisik dan privasi untuk kontak diantara ibu, ayah,
dan bayi. Memudahkan kedekatan; membantu mengembangkan proses pengenalan.
12 Anjurkan pasangan/sibling untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan
berpartisipasi pada aktivitas perawatan bayi sesuai izin. Bila bayi tetap di rumah
sakit untuk observasi atau prosedur-prosedur, berikan nomor telepon ruang
perawatan bayi khusus, ambil foto bayi untuk pasangan. Membantu meningkatkan
ikatan dan mecegah putus asa. Menekankan realitas keadaan bayi.
13 Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar. Banyak faktor mempengaruhi
belajar individu.
14 Berikan kesempatan pendidikan formal dan informal diikuti dengan demonstrasi
staf, bantuan staf, dan videotape pendidikan untuk perawatan bayi, pemberian
makanan bayi. Membantu orangtua belajar dasar-dasar perawatan bayi,
meningkatakan diskusi dan pemecahan masalah bersama, dan memberikan
dukungan kelompok. Bantu orangtua untuk menjadi lebih nyaman dan menambah
keterampilan dan kenyamanan dalam menangani dan merawat bayi sebelum
pulang.
15 Biarkan klien mendemonstrasikan perilaku yang dipelajari berkenaan dengan
pemberian makan bayi dan perawatan. Berikan informasi tertulis dan nomor telepon
orang yang dapat dihubungi untuk dibawa klien pulang. Membantu menguatkan
program penyuluhan dan mencegah ansietas terhadap pertanyaan yang tidak
dijawab, khususnya bila keluarga adalah bagian dari program pemulangan awal atau
bila kelahiran dilakukan pada tempat kelahiran alternative.
16 Lakukan hubungan telepon tindak lanjut kunjungan rumah oleh perawat primer,
bila mungkin, pada 1 minggu, dan pada minggu ke4 sampai ke-6 pascapartum.
Beberapa pusat maternitas sekarang meliputi tindak lanjut tersebut, khususnya
untuk remaja atau keluarga yang beresiko tinggi untuk masalah menjadi orangtua.
17 Rujuk pada kelompok pendukung komunitas, seperti pelayanan perawat yang
berkunjung, pelayanan sosial, kelompok menjadi orangtua, atau klinik remaja.
Membantu meningkatkan peran menjadi orangtua yang positif melalui kelompok
pendukung dan pengalaman pemecahan masalah bersama. Ramaja, terutama,
mendapat keuntungan dari dukungan ini.
18 Rujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah menjadi
orangtua atau bila ikatan positif diantara klien/pasangan dan bayi tidak terjadi.
Perilaku menjadi orangtua yang negative dan ketidakefektifan koping memerlukan
perbaikan melalui konseling, pemeliharaan, atau bahkan psikoterapi yang lama, dan
perilaku baru serta model peran yang digabungkan, untuk menghindari pengulangan
kesalahan menjadi orangtua dan penyiksaan anak.
(Doenges, 2002; 404 - 407)
j. Resiko Tinggi Terhadap Koping Individual Inefektif b.d Krisis Maturasional Dari
Kehamilan/Mengasuh Anak dan Melakukan Ibu Menjadi Orang Tua, Kerentanan
Personal, Ketidakadekuatan Sistem Pendukung, Persepsi Tidak Realitis.
Hasil yang diharapkan :
1) Mengungkapkan ansietas dan respon emosional.
2) Mengidentifikasikan kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi.
Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran feminism
dan keunikan fungsi feminism serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak,
menjadi ibu, dan menyusui. Selain itu, klien melepaskan anaknya menghadapi isuisu ini dalam konteks yag berbeda serta memerlukan dukungan bagi keputusannya.
2 Anjurkan diskusi oleh klien atau pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran.
Membantu klien/pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas dari
pengalaman fantasi.
3 Kaji terhadap gejala depresi yang fana pada hari ke 2 sampai ke 3 pascapartum.
Berikan infromasi tentang kenormalan kondisi ini dan yang berhubungan dengan
perubahan suasana hati dan emosi yang labil. Sebanyakl 80% ibu-ibu mengalami
depresi sementara atau perasaan emosi kecewa setelah melahirkan, mungkin
berhubungan dengan factor-faktor genetic, social atau lingkungan, atau respons
endokrin fisiologis. Gejala-gejala ini biasanya teratasi secara spontan dalam satu
minggu atau setelah pulang. Untuk beberapa bagaimanapun, perasaan awal dari
kekecewaan dapat digantikan dengan depresi berlebihan yang disebabkan oleh
siklus ansietas, anoreksia, dan kelelahan berlebihan yang mulai segera setelah
pulang.
4 Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien,latar belakang budaya, sistem
pendukung, dan rencana untuk bantuandomestik pada saat pulang. Membantu
dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stress. Kemampuan untuk
mengatasi secara positif juga dipengaruhi oleh reaksi ayah. Dukungan emosi dan
fisik yang diberikan oleh keluarga besar atau bantuan dari rumah bantuan lainnya
dapat mempermudah koping.
5 Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membangun klien
mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhdapa bayi baru lahir.
Diskusikan respons emosional yang normal yang terjadi setelah pulang.
Keterampilan menjadi ibu/orangtua bukan secara insting tetapi harus dipelajari.
Penanganan tidur terganggu dan pemenuhan kebutuhan bayi selama 24 jam
mungkin sulit, dan strategi koping harus dikembangkan.
6 Evaluasi dan dokumentasikan interaksi klien bayi. Perhatikan aanmya atau tidak
adanya perilaku ikatan (kedekatan). Ibu dan bayi sama-sama berpartisipasi dalam
proses kedekatan, dan keduanya harus mendapatkan respon penghargaan selama
interaksi. Keurangnya kedekatan meternal atau tidak adanya bukti perilaku maternal
pada periode pascapartum dapat menimbulkan akibat jangka panjang yang serius.
7 Anjrukan pengungkapan perasaan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keraguraguan tentang kemampuan menjadi orang tu, khususnya bila keluarga beresiko
tinggi terhadap masalah-masalah menjadi orangtua. Membantu pasangan
mengevaluai kekuatan dan area masalah secara realistis dan mengenali kebutuhan
terhadap bantuan professional yang tepat.
8 Berikan kesempatan pada klien untuk meninjau ulang keputusan untuk
melepaskan anak. Setalah kelahiran,respons emosi normal disertai dengan
keputusan-keputusan sebelumnya untuk memberika anak diadopsi. Klien mungkin
mengalami konflik serta memerlukan dukungan yang tidak menghakimi untuk
memudahkan koping pada saat ini.
9 Rujuk klien.pasangan pada kelompok pendukung menjadivorangtua, pelayanan
social, kelompok komuitas, atau pelayanan perawat berkunjung. Kira-kira 40%
wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala-gejala yag menetapa
sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
10 Rujuk klien/pasangan pada penasihat psikiatrik, bila tepat. Dari 1%-2% klien
menderita depresi pascapartum berat memerlukan perawatan di rumah sakit untuk
psikosis seperti penyimpangan afektif dan skizofrenia.
11 Berikan diazepam (valium), prometasin hidroklorida (Phenergen), atau litium
karbonat, sesuai indikasi. Kesulitan berat/lama dapat memerlukan intervesi
tambahan. Pemilihan terapioabat tergantung pada apakah kontrol jangka pendek
atau jangka panjang diperlukan.
(Doenges, 2002; 407- 409).
k. Gangguan Pola Tidur b.d Respon Hormonol dan Psikologis, Nyeri atau
Ketidaknyaman, Proses Persalinan dan Kelahir
Melelahkan.
yang
Hasil
diharapkan
ketiban
Melaporkan
terhadap
peningkatan
rasa
anggota
sejahtera
dan
baru.
istirahat.
Tabel 2.12 Rencana Keperawatan Diangosa Gangguan Pola Tidur b.d Respon
Hormonal dan Psikologis, Nyeri atau Ketidaknyamanan, Proses Persalinan dan
Kelahirkan
Melelahkan.
No
Intervensi
Rasional
1 Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan dan
ajenis kelahiran Persalinan yang lama dan sulit,m khususnya bila ini terjadi malam,
meningkatkan
tingkat
kelelahan.
perbaikan
dari
periode
pascapartum.
4 Beri informasi tentang efek-efek. kelelahan dan ansietas pada suplai ASI. Kelelahan
dapat mempengaruhi suplai ASI, dan penurunan refleksis secara psikologis.
5 Kajian lingkungan rumah, bantuan di rumah, dan adanya subling dan anggota
keluarga lain. Multipara dengan baik di rumah memerlukan tidur lebih banyak di
rumah sakit untuk mentasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya dan
kebutuhan
6
keluarganya.
Berikan
obat-obatan.
meningkatkan
(mis.,
analgesik)
relaksasi
tidur
(Doenges,.2002:
l.
Kurang
Pengetahuan
b.d
Tidak
Hasil
yang
Mengidentifikasi
Kurang
diperlukan
sesuai
409-
Interprestasi,
1)
Memungkinkan
kebutuhan.
410
Pemajanan
atau
Mengingat,
Mengenal
untuk
Kesalahan
Sumber-Sumber.
diharapkan
kebutuhan-kebutuhan
belajar
individu.
2) Melaporkan aktivitas atau prosedur yang perlu dengan benar dan menjelaskan
alasan
tersebut.
Intervensi
Rasional
1 Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan
tingkat kelelahan klien. Terdapat hubungan antara lama persalinan dan kemampuan
untuk melakukan tanggung jawab, tugas dan aktifitas-aktifitas perawatan diri/
perawatan bayi. Makin lama persalinan, makin negatif persepsi klien tentang kinerja
persalinan, dan samkin lama hal tersebut membuat klien memikul tanggung jawab
terhadap perawatan dan mensintesa informasi baru serta mempelajari peran-peran
baru.
2 Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar. Bantu klien/pasangan dalam
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan. Periode paksa natal merupakan pengalaman
positif bila penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan
pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi. Namun, klien memerlukan waktu untuk
bergerak dari fase taking in ke taking hold, dimana penerima dan kesiapannya
ditingkatkan dan ia secara emosional dan secara fisik siap untuk belajar informasi
baru
untuk
memudahkan
pelaksanaan
peran
barunya.
yang
bertentanga.
4 Berikan informasi tentang peran program latihan pasca partum progresif. Latihan
membantu tonus otot dan meningkatan sirkulasi, menghasilkan tubuh yang
seimbang,
dan
meningkatkan
perasaan
sejahtera
secara
umum.
yang
positif
dari
perubahan
fisik
dan
emosional.
kejelasan
mengenai
ketersediaan
kontrasepsi.
dapat
terjadi
bahkan
sebelum
kunjungan
minggu
keenam.
terhadap
perubahan
hidup.
untuk
mencegah
atau
meminimalkan
potensial
komplikasi.
jawab
baru.
untuk
adaptasi
pada
2002:
perubahan
410
multiple.
412)
dan
Diri
Hasil
Tugas-Tugas
Adaptif, Kemungkinan
Muncul
yang
Ke
Tujuan
Permukaan.
diharapkan
kerjasama
dari
anggota
keluarga
baru.
dan
adaptasi.
Adaptif,
Kemungkinan
Tujuan
Aktualisasi
Diri
Muncul
Ke
Permukaan.
No
Intervensi
Rasional
1 Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain, tugaskan perawat primer Perawat
dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan menyiapkan
keluarga
terhadap
pertumbuhan
penyertaan
melalui
tambahan
tahap-tahap
perkembangan
anggota
dengan
keluarga
baru
2 Berikan kesempatan kunjungan dengan tidak dibatasi untuk ayah dan sibling.
Pastikan
apakah
sibling
berminat
pada
program
orientasi
Memudahkan
perkembangan keluarga dan proses terus menerus dari pengenalan dan kedekatan.
Membantu
anggota
keluarga
merasa
nyaman
merawat
bayi
baru
lahir
3 Berikan kelompok dukungan orang tua dan individu atau intruksi kelompok dalam
menyusui, perawatan bayi dan perubahan fisik dan emosional selama periode pasca
partum
Mengungkapkan
dan
diskusi
dalam
suatu
kelompok
membantu
pemahaman
peran
baru
4 Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua perawatan bayi Fleksibilitas dan
sensitisasi terhadap kebutuhan keluarga membantu mengembangkan harga diri dan
rasa
kompeten
dalam
perawatan
bayi
baru
lahir
setelah
pulang
cemburu
adalah
normal
7 Anjurkan teman-teman termasuk anak yang lebih tua melakukan aktifitas di luar
rumah Anak-anak usia sekolah kemungkinan lebih mudah menyesuaikan diri
terhadap bayi baru lahir, saat pandangan mereka telah meluas sampai meliputi
aktifitas
kedekatan
di
luar
rumah
Kolaborasi:
pengetahuan
orang
tua
tentang
membesarkan
anak
dan
perkembangan anak, dan memberikan atmosfer yang mendukung saat orang tua
memerankan
(Doenges,
4.
peran
2002;
412
baru
-
413)
Implementasi
Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada
tahap
perencanaan.
6.
(Hidayat,
2002:
41).
Dokumentasi