Anda di halaman 1dari 13

KONSEPSI IBADAH

Disusun oleh:

NAMA

: JUMASNAH MADAHUR

NIM

: K. 10540 9719 14

ANGKATAN

: VIII

KELAS

:F

PROGRAM PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika zaman dulu sampai pada saat ini kita mungkin sudah mengetahui kewajiban
kita sebagai hamba Allah yang lemah , dan banyak yang tahu kewajiban kita di muka bumi
ini yakni hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Pendapat seperti ini memang tidak
salah karena sudah tertulis dalam Al-Quran.
Ibadah merupakan salah satu aktivitas atau kegiatan yang ada di setiap agama yang
ada di seluruh dunia. Di dalam agama Islam juga terdapat banyak ibadah yang harus
dilaksanakan dan dipatuhi oleh setiap umatnya kepada Allah SWT. Salah satu kegiatan ibadah
yang sangat penting dan dijadikan tiang agama dalam agama islam adalah shalat.
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dari pembahasan ini adalah:
1. Kedudukan dan fungsi ibadah.
2. Ruang lingkup ibadah.
3. Macam-macam ibadah.
C. Fungsi Makalah
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar kita dapat mengetahui
dan memahami pengertian ibadah beserta jenis-jenis ibadah, hikmah ibadah dan tujuan
ibadah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan dan Fungsi Ibadah
Ibadah menurut asal bahasanya berarti segala usaha lahir dan batin yang sesuai
perintah agama yang harus dituruti pemeluknya atau upacara yang berhubungan dengan
agama. Sedangkan menurut islam, ibadah mempunyai dua pengertian,yaitu:
1. Ibadah dalam pengertian khusus,yaitu Lima Rukun Islam yang wajib dilakukan
oleh setiap Muslim dengan beberapa pengecualian pada kondisi khusus.
2. Ibadah dalam pengertian luas atau umum,yaitu segala perbuatan yang dilakukan
seseorang dengan niat untuk mencari keridaan Allah, seperti seorang suami pergi ke
kantor guna mencukupi kebutuhan keluarganya.
Ibadah mempunyai peran,fungsi dan tujuan dalam kehidupan manusia. Berikut
adalah peran dan fungsi ibadah. Peran dan fungsi ibadah terbagi menjadi 2 yaitu peran
dan fungsi ibadah secara umum dan secara khusus
Peran dan fungsi ibadah secara umum
Secara umum ibadah dapat berperan sebagai alat untuk menumbuhkan
kesadaran pada diri manusia bahwa ia sebagai insan diciptakan Allah khusus untuk
mengabdi kepada diri-Nya. Ini jelas disebutkan dalam Al Quran surat Az Zariyat ayat
56

Artinnya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.

B. Pengertian dan Ruang Lingkup Fiqih Ibadah


1. Ibadah menurut bahasa
Menurut kamus Al-Muhith al-abdiyah, al-ubudiyah, dan al-badah artinya taat.
Dan dalam Mukhtar Ash-Shihhah, makna dasar al-ubudiyah adalah ketundukan dan
kepasrahan, sementara at-tabid artinya kepasrahan. Dikatakan thariq ( jalan )
mubbad dan unta yang mubbad artinya yang sudah disiapkan. Semua makna ini
sesuai dengan isytiqaq-nya. Allah SWT berfirman :

Artinya: Maka masuklah ke dalam golongan hamba-Ku(QS. Al-Fajr 89 : 29).
Artinya dalam kelompok-Ku, Allah menambah satu makna baru yaitu loyalitas.
Sedangkan budiyah artinya menampakkan ketundukan, walaupun kata ibadah
dalam maknanya karena merupakan puncak ketundukan dan tidak ada sesuatu pun

yang berhak mendapat penghambaan, kecuali yang memiliki puncak keutamaan yaitu
Allah SWT.
Allah SWT berfirman :

Artinya: Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya Aku
(Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu
daripada-Nya. (QS. Hud 11 : 2)
Dan Allah SWT berfirman :

Artinya: Hanya kepada-Mu kami menyambah dan hanya kepada-Mu kami meminta
pertolongan. (QS. Al-Fatihah 1 : 5)
2. Ibadah menurut istilah
Sesuai dengan pemakaian secara etimologi dari kata -ba-da. Al-Maududi
berpendapat bahwa makna utama ibadah adalah jika seseorang menyatakan
ketinggian seseorang dan kekuasaannya lalu ia menyerahkan kebebasan dan
kemerdekaannya serta meninggalkan semua perlawanan dan pembangkangan lalu ia
tunduk secara total. Inilah makna hakiki yang terkandung dalam kata ibadah, tabbud
dan budiyah. Bahkan ketika orang Arab mendengar kata hamba atau ibadah, maka
yang pertama kali terbetik dalam pikiran mereka adalah gambaran tentang sebuah
penghambaan sebagaimana penghambaan seorang budak kepada tuannya.
Lebih dari itu, jika seorang hamba sudah menyerahkan diri kepada tuannya,
penuh taat dan kepasrahan, ia juga meyakini akan keagungan dan ketinggian tuannya,
hatinya diselimuti rasa syukur atas segala nikmat dan karunianya. Ia selalu berusaha
secara maksimal untuk mengagungkannya dengan berbagai cara agar bias bersyukur
atas segala anugerahnya dan senantiasa menjalankan syiar-syiar ibadahnya.
Pemahaman ini tidak akan bisa digabungkan dengan makna ubudiyah kecuali jika
seorang hamba tidak hanya menyerahkan segala ketaatan kepada tuannya saja, tetapi
juga menyerahkan hatinya. Disini seakan beliau menegaskan bahwa makna utama
dari ibadah adalah kepatuhan dan ketundukan total serta ketaatan mutlak. Terkadang
makna ini ditambah dengan aspek perasaan hati berupa penghambaan dan peribadatan
dan menjalankan syariat.
3. Pengertiaan Fiqih Ibadah

Secara bahasa : Pemahaman yang dalam Secara istilah: ilmu tantang hukumhukum perbuatan menurut syariat berdasarkan dalil-dalilnya terperinci.sedangkan
Arti ibadah yaitu penyembahan seorang hamba terhadap Tuhannya yang dilakukan
dengan merendahkan diri serendah-rendahnya. Dengan hati yang ikhlas menurut caracara yang ditentukan oleh agama.
Ibadah yang bermakna penghambaan dan ketaatan. (Al Baqarah 2:172; Asy
Syua'ara 26:22; Al Mu'minun 23:45-47).
Pengertian fiqih ibadah adalah pemahaman terhadap hal yang berkaitan
dengan peribadatan manusia kepada allah ,yakni antara makhluk yang tercipta
kepada sang penciptanya.
4. Ruang lingkup Fiqih Ibadah
a. Shalat
Sholat merupakan salah satu perbuatan yang dimulai dari tahbirotul ihram dan
diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Sholat diwajibkan bagi
setiap umat islam karena barang siapa yang mendirikan sholat maka maka ia
menegakkan agama dan barang siapa yang meninggalkan sholat maka ia merobohkan
agama .
b. Zakat
Zakat adalah sebuah ibadah yang menuntut keridhoan umat Islam untuk
mengeluarkan sebagian hartanya sesuai ketentuan yang ditetapkan. seperti yang
terdapat dalam alquran:

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan AllahMaha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (At Taubah : 103)
c. Puasa
Puasa adalah tindakan sukarela dengan berpantang dari makanan, minuman,
atau keduanya, perbuatan buruk dan dari segala hal yang membatalkan puasa untuk
periode waktu tertentu. Puasa mutlak biasanya didefinisikan sebagai berpantang dari
semua makanan dan cairan untuk periode tertentu, biasanya satu hari (24 jam), atau

beberapa hari. Puasa lain mungkin hanya membatasi sebagian, membatasi makanan
tertentu atau zat. Praktik puasa dapat menghalangi aktivitas seksual dan lainnya serta
makanan. Seperti dalam firman allah SWT


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al
Baqoroh :183)
d. Haji
Kata haji berasal dari bahasa arab yang bermakna tujuan dan dapat di baca
dengan dua lafazh Al-hajj .Haji menurut istilah syari adalah beribadah kepada Allah
dengan melaksanakan manasik yang telah ditetapkan dalam sunnah Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam

dan ada pula ulama yang berpendapat: Haji adalah

bepergian dengan tujuan ke tempat tertentu pada waktu yang tertentu untuk
melaksanakan suatu amalan yang tertentu pula. Akan tetapi definisi ini kurang pas
karena haji lebih khusus dari apa yang didefinisikan di sini, karena seharusnya
ditambah dengan satu ikatan yaitu ibadah, maka apa yang ada pada definisi pertama
lebih sempurna dan menyeluruh.
Ibadah tidak hanya terbatas pada shalat, puasa, haji, zakat, dan semua
turunannya seperti membaca alquran, dzikir, doa dan istighfar seperti yang dipahami
oleh kebanyakan kaum muslimin ketika mereka di ajak untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ibadah adalah nama sebutan bagi segala sesuatu yang disukai Allah dan di
Ridhoi-Nya, baik berupa ucapan, perbuatan, yang tampak maupun yang batin. Shalat,
zakat, puasa, haji, berkata jujur, menjalankan amanah, berbakti kepada orangtua dan
menjaga tali silaturrahim, memenuhi janji, amar maruf nahi munkar, berjihad melawan
orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatin, orang miskin, orang
yang berjuang di jalan Allah, hamba sahaya, termasuk binatang peliharaan, doa, dzikir,
membaca Al-Qurn, dan yang lainnya. Termasuk juga mencintai Allah dan Rosul-Nya,
rasa mengkhawatirkan Allah, bertaubat, ikhlas, sabra terhadap ujian, syukur nikmat,
ridho dengan qadha, tawakal, berharap akan selamat, khawatir dengan azab dan yang
lainnya, semua termasuk ibadah.

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa rukun utama dari bangunan
islam terdiri dari sebagian kecil makna ibadah kepada Allah dan bukan semuanya
seperti yang diinginkan oleh Allah dari Hamba-nya.
Seorang muslim bisa menjadikan semua pekerjaan biasa dan bersifat rutinitas
menjadi sebuah ibadah jika diikhlaskan niatnya. Ibadah bukan sebatas bertauhid seperti
dalam firman Allah SWT :


Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah
agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah 98 : 5)
Namun, ibadah mencakup tauhid dan semua jenis amal baik. Setiap ibadah
harus mengacu pada nash yang ada dan telah disyaritkan Allah, tidak ditambahtambahi dan dikurangi. Tidak semua orangpun boleh meng-Qiyas-kan atau
mengandalkan pendapat pribadi termasuk juga ijtihadnya. Sebab, jika ada orang boleh
menambah syiar-syiar agama dengan cara qiyas atau ijtihadnya sendiri pastilah
jumlah taklif akan lebih banyak dari apa yang ada di zaman Rasulullah SAW.
Sehingga sulit untuk membedakan mana yang syariat dasar dan mana yang tambahan.
Dan kaum muslimin tidak ubahnya seperti orang nashrani. Setiap orang yang
membuat syariat baru atau ibadah tertentu maka ia adalah sesuai dengan firman Allah
SWT :

Artinya: Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang


mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan

sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.
(QS. Asy-Syura 42 : 21)
Adapun yang termasuk ijihad dalam ibadah misalnya, jika seseorang berupaya
sekuat tenaga agar amal ibadahnya diterima allah, sementara termasuk yang sia-sia
jika ada orang yang mengerjakan ibadah yang ia sendiri tidak tahu manfaatnya.
Namun tetap dilakukan karena diberi tahu orang yang sepadan dengannya padahal ia
sendiri dapat memahaminya sendiri. Kesia-siaan ini tidak akan terjadi dalam
melaksanakan perintah Allah karena kita yakin rahmat dan hikmah Allah dalam
menurunkan syariat yang sudah pasti membawa maslahat karena Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu apa yang tidak kita ketahui.
C. Macam-Macam Ibadah
1. Ibadah-ibadah yang kita laksanakan berdasarkan bentuk nya :
Pertama, ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan. Ibadah ini semisal
membaca Al-Qurn, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, doa, membaca hamdalah oleh
orang yang bersin.
Kedua, ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu
sifat. Ibadah ini contoh nya menolong orang, berjihad di jalan Allah, membela diri dari
gangguan, menyelenggarakan urusan jenazah.
Ketiga, ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan suatu
pekerjaan. Ibadah semacam ini ialah puasa, yakni menahan diri dari makan, minum, dan
dari segala yang merusakkan puasa.
Keempat, ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari
sesuatu pekerjaan. Ibadah ini contoh nya ialah Itikaf (duduk di dalam masjid), menahan
diri dari jima dan mubasyarah, bernikah dan menikahkan, haji.
Kelima,

ibadah-ibadah

yang

bersifat

menggugurkan

hak.

Umpamanya,

membebaskan orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang lain,


memerdekakan budak untuk kaffarat.
Keenam, ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khudhuk, khusyuk
menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin dari yang diperintahkan kita
menghadapinya.
2. Macam-macam ibadah :
a. Ibadah-ibadah itu, terbagi beberapa macam.
Pertama, bersifat makrifat yang tertentu dengan soal ketuhanan.

Kedua, ucapan-ucapan yang tertentu untuk Allah, seperti : takbir, tahmid, tahlil
dan puji-pujian.
Ketiga, perbuatan-perbuatan yang tertentu untuk Allah, seperti : haji, umrah,
rukuk, sujud, puasa, thawaf dan Itikaf.
Keempat, ibadah-ibadah yang lebih mengutamakan hak Allah walaupun terdapat
pula padanya hak hamba, seperti : Sholat fardhu dan Sholat Sunnah.
Kelima, yang mencakup kedua-dua hak, tetapi hak hamba lebih berat, seperti :
zakat, kaffarat dan menutup aurat.
Dalam soal harta, hak Allah mengikuti hak hamba dengan dalil bahwa harta
itu menjadi mubah bila dibolehkan oleh mereka yang mempunyai harta dan dapat
dimanfaatkan dengan seizin mereka.
b. Muamalah juga terdapat beberapa macam :
1) Ada yang diwujudkan untuk menghasilkan maslahat yang cepat, seperti : jualbeli dan sewa-menyewa.
2) Ada yang maslahatnya memperoleh ganti yang cepat, seperti : menerima upah
untuk haji dan umrah, dan mengajar Al-Qurn.
3) Ada yang salah satu maslahatnya segera diperoleh, sedangkan yang keduanya
lambat diperoleh, seperti : memberi pinjaman (memberi hutang). Maslahatnya
untuk yang menerima uang cepat diterimanya, untuk yang memberi hutang
lambat diperolehnya bila ia maksudkan keridhaan Allah.
4) Salah satu maslahatnya cepat diterimanya, sedangkan yang lain oleh
pemberinya dapat dicepatkan atau dilambatkan, seperti : menjamin hutang.
Kemaslahatannya yang cepat diperoleh oleh yang dijaminkan. Jika
penjaminan dengan ganti, cepatlah ia menerima maslahatnya. Jika ia jamin
dengan tak ada sesuatu agunan dipahalai dia, jika ia kehendaki keridhaan
Allah.
5) Kemaslahatannya lambat untuk yang memberi, cepat untuk yang menerima,
seperti wakaf, hibah, wasiat dan hadiah.
c. Beberapa ketentuan pokok ibadah
Ibadah sebagaimana pendapat imam Syathibi, merupakan tujuan yang
mendasar dan maksud-maksud yang mengikuti. Adapun tujuan yang mendasar
(pokok) di dalam ibadah adalah Tawajjuh (menghadap) kepada Allah SWT dan
mengesakan-Nya dengan niat ibadah dalam setiap keadaan. Hal itu diikuti tujuan

menyembah guna memperoleh kedudukan di akhirat, atau agar menjadi seorang di


antara wali-wali Allah atau yang serupa dengannya. Termasuk tujuan-tujuan
mengikuti ibadah adalah untuk perbaikan jiwa dan mencari anugerah. Demikian pula
seluruh ibadah, semua itu mempunyai fungsi ukhrawiyah, termasuk memperoleh
keberuntungan dengan surga dan selamat dari azab neraka. Jadi, hal ini termasuk
dalam arti Ar-Rajaa (harapan) memperoleh pahala dari Allah SWT, takut siksanya,
dan merupakan bagian dari ibadah yang tertuju kepada Tuhan semesta alam. Al-Khauf
(takut) dan Ar-Rajaa dalam arti ini tidak tercela, selama ikhlas karena Allah
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
Imam Asy-Syathibi mengatakan : salat misalnya, dasar pensyariatannya adalah
Al-Khudlu atau berendah diri, tunduk kepada Allah yang disertai keikhlasan
menghadap kepada-Nya, berdiri di atas pijakan berhina dan memperkecil diri dari di
hadapan Allah tanpa meninggalkan dan selalu mengingat-Nya.
Diterima tidaknya suatu ibadah terkait pada dua faktor yang penting.
Pertama, ibadah dilaksanakan atas dasar ikhlas.
Firman Allah SWT:


Artinya : Katakan olehmu, bahwasanya aku diperintahkan menyembah Allah
(beribadah

kepada-Nya)

seraya

mengikhlaskan

taat

kepadanya-Nya,

dan

diperintahkan supaya aku merupakan orang pertama yang menyerahkan diri kepadaNya (QS. Az-Zumar 39 : 11-12)
Kedua, ibadah dilakukan secara sah (sesuai petunjuk syara
Firman Allah SWT


Artinya: Barang siapa mengharap supaya menjumpai Tuhannya, hendaklah ia
mengerjakan amal yang shalih, dan janganlah ia mensyarikatkan seseorang dengan
Tuhannya dalam ibadahnya itu (QS. Al-Kahfi 18 : 110)

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Fiqih

ibadah

adalah

pemahaman

terhadap

hal yang

berkaitan dengan

peribadatan manusia kepada allah ,yakni antara makhluk yang tercipta kepada sang
penciptanya. rukun utama dari bangunan islam terdiri dari sebagian kecil makna ibadah
kepada Allah dan bukan semuanya seperti yang diinginkan oleh Allah dari Hamba-nya.
Ruang Lingkup Fiqih ibadah meliputi : Shalat, Zakat, Puasa, Haji,dll. Ibadah tidak
hanya terbatas pada shalat, puasa, haji, zakat, dan semua turunannya. Melainkan Seorang
muslim bisa menjadikan semua pekerjaan biasa dan bersifat rutinitas menjadi sebuah
ibadah jika diikhlaskan niatnya.
Bentuk-bentuk ibadah meliputi : ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan
, ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu sifat, ibadah-ibadah
yang berupa menahan diri dari mengerjakan suatu pekerjaan, ibadah-ibadah yang
melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesuatu pekerjaan, ibadah-ibadah yang
bersifat menggugurkan hak., ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan .
Macam-macam ibadah meliputi : bersifat makrifat yang tertentu dengan soal
ketuhanan, ucapan-ucapan yang tertentu untuk Allah, perbuatan-perbuatan yang tertentu
untuk Allah, ibadah-ibadah yang lebih mengutamakan hak Allah walaupun terdapat pula
padanya hak hamba, yang mencakup kedua-dua hak, tetapi hak hamba lebih berat.
Ibadah dalam konteks muamalah meliputi : Ada yang diwujudkan untuk menghasilkan
maslahat yang cepat, Ada yang maslahatnya memperoleh ganti yang cepat, Ada yang
salah satu maslahatnya segera diperoleh dan sedangkan yang keduanya lambat diperoleh,
Salah satu maslahatnya cepat diterimanya dan sedangkan yang lain oleh pemberinya
dapat dicepatkan atau dilambatkan, Kemaslahatannya lambat untuk yang memberi dan
cepat untuk yang menerima.
Ketentuan pokok ibadah meliputi : Tawajjuh, Al-Khauf, Ar-Rajaa.
Filosofi Ibadah : Islam menegakkan ibadah atas beberapa sendi yang dapat
membersihkan jiwa dan usaha sekiranya kita melaksanakan dengan sewajarnya dan
dengan semestinya, dan kita tetap memelihara inti sari ibadah itu.

Hikmah Ibadah : Setiap ibadah memiliki hikmah. Mereka yang terang hatinya,
cemerlang pikirannya, dapat menyelami hikmah-hikmah ibadah. Mereka yang bebal, tidak
terang mata hatinya, tidak tembus pikirannya, tidak dapat menyelaminya.

DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy, H.Z. Fuad Hasbi, 2000, Kuliyah Ibadah, Semarang : PT. Pustaka Riski Putra
Ibrahim Shalih Suad, 2011, Fiqih Ibadah Wanita, Jakarta : Amzah
Qardhawi Yusuf, 1993, Konsep Ibadah Dalam Islam, Surabaya : Central Media
Al-Qamus Al-Muhith. Al-Fairuzabadi (Muhammad bin Yaqub Majduddin Al-Fairuzabadi).
Cairo : Mathbaah Mushthafa Al-Babi Al-Halabi, cet. II. 1371 H/1952 M, hlm. 311.
Mukhtar Ash-Shihhah. Ar-Razi (Muhammad bin Abu Bakr bin Abdul Qadir). Cairo : AlMathabi Al-Amiriyyah, 1355 H, hlm. 407, 408.
Lihat Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran. Ar-Raghib Al-Ashfihani, hlm. 319 , dan Mujam AlFazh Al-quran Al-Karim. Lajnah min kubbar Al-Ulama fi Ad-Din wa Al-Lughah.
Cairo: Al-Haiah Al Mishriyyah Al-Ammah li Al-kitab , t t., hlm 6
Al-Mushthalahat Al-Arbaah fi Al-Quran. Abu Al-Ala Al-Maududi, hlm. 97.
Al-ibadah fi Al-islam, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, hlm. 29.
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Al-ibadah fi Al-islam, menukil tulisan ibnu Taimiyyah dalam kitab
Risalah Al-Ibadah.
Tafsir Al-Manar, II/44
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. kuliyah ibadah. Semarang : PT
PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000. Hlm 19-20.
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. kuliyah ibadah. Semarang : PT
PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000. Hlm 74-75.
Yusuf Qhardawi, Prof. Dr. konsep ibadah dalam islam. Subarabaya. CENTRAL MEDIA,
1993. Hlm 91-93.
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. kuliyah ibadah. Semarang : PT
PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000. Hlm 13.
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. kuliyah ibadah. Semarang : PT
PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000. Hlm 91-95.
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. kuliyah ibadah. Semarang : PT
PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000. Hlm 85-87.

Anda mungkin juga menyukai