CONVENTION HALL
( TOTEL Kubrah, KENDARI )
Oleh :
Lirhan rahmasia
Syafrian adiguna pangerang
Fani aryaningsih.m
Ld. Muh. Fattah
Dian irma pertiwi
Riki hermawan
Rismanto
rahmat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, khususnya di Kendari, ibu
kota Sulawesi Teggara, maka memicu smakin sempitnya lahan. Ditambah dengan semakin
banyaknya investor yang membuka peluang bisnis seperti hotel. Dimna didalmanya
menyediakan bukan hanya fasilitas kamar inap, melainkan tersedia juga tempt pertemuan dan
acara seperti meeting room dan convetion hall. Dan kemungkinan besar ke depannya bisnis
convention center akan semakin bertabah yang ditopang tumbuhnya permintaan di segmen
ini. Sudah saatnya di Kota Kendari mempunyai tempat sarana yang memadai untuk hal
pertemuan, bisnis, konferensi dan sebagainya. Hal ini di dukung oleh semakin meningkatya
pertummbuhan penduduk dan semakin bertambahnya aktifitas bisnis di kota Kendari
Pada makalah ini akan lebih difokuskan terhadap convetion hall terkait akan bidang
akustik ruangnya. Untuk objek survey kami adalah convention hall hotel Kubra Kendari.
Pengerian Convention hall itu sendiri adalah Ruang tanpa batasan apapun sehingga
bisa digunakan untuk acara beberapa jam maupun yang rentang waktunya dalam hitungan
hari. Ada unsur flexibilitas ruang untuk convention hall ini. Biasanya ruangan ini bisa
dipartisi menjadi ruang-ruang yg lebih kecil.
Untuk fungsi convention center selama ini juga banyak dipakai untuk keperluan
pertemuan bisnis, pameran, konferensi dan lain-lain. Bahkan ada beberapa convention center
yang juga bisa digunakan untuk ruang pameran.
Dalam memenuhi tujuan konvensi untuk penyampaian suara, maka dibutuhkan ruang
dengan akustik baik agar dstribusi suara dapat merambat baik kepada semua peserta konvensi
baik itu dalam hal pidato, dialog dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam penulisan ini adalah :
1) Bagaimana masalah akustik yang terjadi di dalam ruang konensi atau pertemuan.
2) Bagaimana solusi dari masalah akustik yang terjadi di dalam ruangan konvensi atau
pertemuan.
C. Tujuan & Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui permasalahan akustik di dalam ruang pertemuan dan solusi penanggulangan
masalah akustik tersebut.
BAB II
TINJAUAN AKUSTIK BANGUNAN
A. Bahan Material
1. Lantai
- Tegel dilapisi dengan Karpet
2. Dinding
- Menggunakan batu bata pada bagian luar dan plywood di bagian dalamnya.
B. Tempat duduk
Bunyi di dalam ruangan bergaung, hal ini disebabkan karena kurang efektifnya
BAB III
PENYELESAIAN AKUSTIK
derajat, namun pada permukaan yang bersisian. Pada tangensial pemantulan terjadi secara
horizontal dan menyentuh empat elemen pembatas ruang, sementara pada obliq pemantulan
terjadi secara meruang dan menyentuh keenam bidang pembatas ruang.
Pemantulan tangensial dan obliq dapat menimbulkan kualitas bunyi yang rendah bagi
pendengar yang berada di sekitar sudut ruangan. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
penempatan objek berbentuk kolom bulat atau yang disebut tuberstrap.
Selain itu penempatan karpet pada lantai, dan dinding di lapisi dengan kain dapat juga
mengurangi pemantulan bunyi dalam sebuah ruangan, sehingga dari segi estetika akan
terlihat lebih bagus terutama bila di pakai untuk acara-acara seperti, acara pernikahan,
seminar-seminar, dan acara-acara lainnya yang banyak menghasilkan suara atau bunyi.
Pengggunaan karpet pada lantai menunjang penyerapan bunyi. Pertimbangannya
sebagai berikut:
1. Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan bunyi.
2. Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (ccut piles) memberikan penyerapan yang
lebih banyak dibandingkan dengan tumpukan lembaran (loop piles)
3. Dengan bertambahnya tinggi dan berat tumpukan, dalam tumpukan potongan kain,
penyerapan bunyi akan bertambah.
4. Dalam tumpukan lembaran kain, bila tumpukan bertmabah tinggi, sedangkan rapat massa
tetap, penyerapan bunyi bertambah, bila berat tumpukan sedang tinggi tumpukan
konstan, penyerapan bunyi bertambah hanya sampai suatu tingkat tertentu.
5. Makin kedap lapisan penunjang (backing), makin tingggi penyerapan bunyi.
6. Bantalan bulu, rami bulu (hair-jute) dan karet busa menghasilkan penyerapan bunyi yang
lebih tinggi dibanding bantalan rami bulu yang dilapisi karet, karet sepon atau busa yang
kurang kedap.
ruang sebagaimana dikehendaki, elemen pembatas ruang perlu dilapis dengan material
material yang mampu memantulkan.
Selain faktor permukaan bidang yang mampu memantulkan (gypsum, plywood,dll),
peristiwa pemantulan juga dipengaruhi oleh drmensi bidang pantul tersebut. Untuk
memantulkan bunyi berfrekuensi rendah yang memiliki gelombang bunyi yang panjang
diperlukan permukaan pemantul yang setidaknya memiliki dirnensi (panjang dan lebarnya)
sama dengan panjang gelombang bunyi yang datang. Bila dimensi penghalang jauh lebih
kecil dari gelombang bunyi yang datang maka pemantulan tidak akan terjadi. Elemen
pembatas ruangan yang potensial memberikan pantulan adalah plafon dan dinding. Lantai
pada umumnya dianggap kurang potensial karena kegiatan manusia dilakukan di atas lantai
dan perabotan pun ditempatkan di atas lantai sehingga permukaan lantai sebagian besar
tertutupi.
C. Dinding Ruangan
Untuk mencegah perambatan bunyi antar ruang, elemen lain yang perlu mendapat
perhatian adalah dinding pembatas yang pemisahkan antar ruang dalam bangunan. Umumnya
dinding pembatas itu tidak di sertai dengan jendela atau lubang ventilasi, hanya berupa
dinding utuh yang terbuat dari material berat, tebal, masif, sehingga lebih mudah menentukan
kemampuan insulasinya. Tranmisi bunyi dari suatu ruang ke ruang yang lain sangat
tergantung oleh ada tidaknya resonansi yang dialami dinding pembatas kedua ruangan, yaitu
bahwa sumber bunyi yang ada pada suatu ruang menyebabkan pembatas ruang beresonansi
dan meneruskan resonansi ke ruang diseblahnya. Bila resonansi yang menimpah pembatas
dapat di tekan maka transmisi bunyi dapat diminimalkan. Pengendalian resonansi sangat
tergantung pada karakteristik bidang pembatas dan penerapan prinsip refraksi. Penggunaan
material pembatas yang berlapis-lapis akan memaksimalkan refraksi sehingga pembatas atau
partisi menjadi peredam yang sangat baik.
Penggunan Partisi Peredam Movable yakni partisi fleksibel untuk ruangan interior yang
berfungsi sebagai penyekat ruang. Disertai bahan peredam yang menjaga / mengatur
keredaman suara. Ditambah mekanik yang dapat mengunci partisi dan dapat digeser dengan
mudah cukup satu orang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masalah akustik yang biasa terjadi di sebuah convention hall antara lain, bunyi yang
tidak merata, serta cacat-cacat akustik lainnya seperti gema, gaung, dan lain-lain.
2. Solusi untuk mengatasi masalah akustik yang terjadi di sebuah convention hall yakni,
ruangan harus bebas dari cacat-cacat akustik, dan pengolahan elemen bentuk
ruangnya ( lantai, dinding, dan plafon ) dengan bahan penyerap bunyi dan bahanbahan lunak yang berpori lainnya. Keberadaan plafon yang memenuhi syarat baik
bahan maupun bentuk penampangnya juga mutlak, untuk menghindari melemahnya
suara. Penggunaan lantai yang keras dan tidak dapat tembus (batubata, beton), dilapisi
dengan karpet di seluruh permukaan lantai, pemasangan tirai dan penggunaan kursi
penonton dengan jok yang empuk juga sangat membantu penyerapan bunyi yang
sangat dibutuhkan untuk menghasilkan bunyi yang nyaman didengar.
B. Saran
Berdasarkan beberapa hal terkait kelebihan dan kekurangan convention hall di hotel
kubra, Kendari, diharapkan makalah ini dapat menjadi acuan atau referensi bagi seorang
calon Arsitek dalam merancang akustik convention hall kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Mediastika, Cristina E. 2009. Material Akustik Bangunan. Yogyakarta : Andi