Stroke
Defisit neurologis mendadak yang disebabkan oleh iskemik atau perdarahan saraf
pusat. Stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah serebral fokal
oleh trombus atau emboli yang mengakibatkan terhentinya suplai oksigen dan
glukosa pada otak yang selanjutnya akan mengganggu proses metabolik pada area
yang diperdarahi.
Kira-kita 20% stroke iskemik disebabkan oleh aterosklerosis pembuluh darah
besar dan 25% stoke iskemik disebabkan oleh penyakit pembuluh arteri yang
menyebabkan stoke lakunar/subkortikal. Sisanya 20% disebabkan oleh emboli
kardiogenik yang paling sering adalah atrial fibrilasi. Kira-kira 30% iskemik
adalah kriptogenik, dimana penyebab pastinya masih belum diketahui.
Klasifikasi
Berdasarkan daerah vaskularisasi:
1.
2.
3.
4.
Berdasarkan mekanismenya:
1.
2.
3.
4.
Atherothrombosis (A)
Small vessel disease (S)
Cardio-embolism (C)
And other cause (O)
Faktor Resiko
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras/etnis
d. Genetik
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
a. Riwayat stroke sebelumnya
b. Riwayat TIA sebelumnya
c. Hipertensi
d. Diabetes melitus
e. Hiperkholesterolemia
10
f. Merokok
g. Konsumsi alkohol
h. Penyakit jantung
11
12
13
14
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue
Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau
pirasetam (jika didapatkan afasia).
Stroke Hemoragik
Terapi umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau
15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130
mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan
darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2
menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril
iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan
tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala
dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik),
dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum sama dengan
pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral,
sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan
fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.
Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah
mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya
kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus
akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan
perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan
ancaman herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis
Kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun
gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena
(arteriovenous malformation, AVM).
16
Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara,
dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang
panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit
dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan
program preventif primer dan sekunder.
Terapi fase subakut:
Hipertensi
Hipertensi Primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan
darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya
seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh.
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Kategori
Normal
Pre hipertensi
Hipertensi tahap 1
Hipertensi tahap 2
Sistol (mmHg)
<120
120-139
140-159
160
Dan/atau
Dan
Atau
Atau
Atau
Diastole (mmHg)
<80
80-89
90-99
100
Hematemesis
Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar) atau hematin (hitam
seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan saluran cerna bagian
atas.
17
Etiologi
Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas. Pada buku
The Merck Manual of Patient Symptoms (Porter, R.S., dkk, 2008):
1.
2.
3.
4.
5.
Analisa Kasus
1. Penyakit apa saja yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran?
Pasien datang dengan penurunan kesadaran. Ada beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran yaitu diantaranya adalah stroke hemoragik,
stroke non hemoragik, hipoglikemia, hiperglikemia, penyakit ginjal, trauma
kepala, dll.
Pada pasien hipoglikemi, penurunan kesadaran dikaitkan dengan keadaan
pasien yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus yang menggunakan
obatnya dengan dosis berlebih atau seseorang yang kurang mengkonsumsi
makanan. Penurunan kesadaran pada keadaan seperti ini dikarenakan
kurangnya pasokan glukosa ke otak dimana glukosa itu sendiri dibutuhkan
sebagai bahan dasar metabolisme sel saraf di otak. Pada kasus hiperglikemi,
penurunan kesadaran dikarenakan gangguan impuls saraf otak akibat
berubahnya keadaan sel saraf. Pada keadaan seperti ini, seseorang dengan
hiperglikemi memiliki hiperosmolaritas vaskular sehingga plasma dalam sel
saraf tertarik keluar sebagai upaya homeostasis, akibatnya terjadi gangguan
konduksi saraf.
18
Kesadaran penuh.
Keadaan mengantuk.
Kesadaran
pulih
penuh
bila
Semi koma
baik.
Tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Refleks pupil
masih baik. Gerakan timbul terhadap rangsang nyeri.
Koma
19
Berdasarkan nilai GCS yang diperoleh pasien memiliki nilai E 2V2M3 disertai
kualitas kesadaran yang sopor/stupor. Hal ini membuktikan bahwa pasien
mengalami penurunan kesadaran.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik juga dapat diperoleh bahwa
pasien memiliki riwayat hipertensi dimana tekanan darah tertinggi 220/110
mmHg. Tekanan darah pasien saat datang di IGD juga 160/100 mmHg, maka
sesuai dengan klasifikasi hipertemsi menurut JNC VII yaitu :
Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Kategori
Normal
Pre hipertensi
Hipertensi tahap 1
Hipertensi tahap 2
Sistol (mmHg)
<120
120-139
140-159
160
Dan/atau
Dan
Atau
Atau
Atau
Diastole (mmHg)
<80
80-89
90-99
100
pasien
dengan
Hematemesis
juga
walaupun
penyebab
kehilangan
kesadaran. Ada
bebeberapa
penyakit
yang
didapatkan)
9. Pupil (Isokor)
10. Fundus Oculi (-)
JUMLAH
0
1
1
1
1
10
1
0
5
20
Kesadaran
Muntah
Nyeri kepala dalam 2 jam
Ateroma
DBP
1
1
1
0
21
1
(2,5 + 2 + 2 + 1) (0 + 12) = -
TOTAL
4,5
Interpretasi adalah stroke non hemoragik.
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
serta penunjang, pasien ini didapatkan riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang
lalu dengan kedisiplinan minum obat tidak diketahui keluarga, keluhan pasien
seperti tubuh sisi kanan terasa kesemutan dan terasa lebih ringan, riwayat
keluarga yaitu adik korban ada yang mengalami stroke, riwayat nyeri kepala
sebelum serangan namun nyeri tidak mengganggu aktivitas, terdapat keluhan
muntah yang terjadi sebelum serangan, walaupun onset penurunan kesadaran
yang terjadi tiba-tiba serta ditunjang dengan pemeriksaan CT scan terdapat
gambaran infark cerebri serta didukung data Skor Djunaedi dan Siriraj, maka
saya mendiagnosa bahwa pasien ini mengalami penurunan kesadaran karena
curiga stroke non hemoragik.
5. Apakah terapi yang diberikan sudah tepat?
Menurut saya sudah tepat, hal ini sudah sesuai dengan tatalaksana umum
maupun spesifik pada pasien stroke iskemik, yaitu:
Letakkan kepala pasien pada posisi 30, kepala dan dada pada satu bidang;
Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit; untuk
pengosongan kandung kemih, dipasang dengan kateter intermiten.
Pemberian nutrisi dengan cairan kristaloid 1500-2000 mL dan elektrolit sesuai
kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.
Pada kasus ini didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, maka
dilakukan
pemasangan
slang
nasogastrik.
Tujuannya
adalah
untuk
22
Dalam kasus ini saya menunda pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan dikarenakan. Indikasi dalam pemberian antiplatelet dan antikoagulan
adalah dalam upaya pencegahan yaitu pada :
a. Penderita pasca TIA atau pasca stroke iskemik yang memiliki risiko tinggi
untuk emboli berulang yang terbukti bersumber dari jantung, misalnya;
fibrilasi atrium non valvuler, trombus mural dalam ventrikel kiri, infark
miokard baru, dan katup jantung buatan, dan
b. Trombosis vena dalam dan emboli paru pada penderita stroke iskemik
dengan paresis berat yang tidak dapat bergerak.
c. Terapi terhadap trombosis vena serebral dan trombosis vena dalam pasca
stroke.
Pada kasus ini juga terdapat kontraindikasi mutlak dalam pemberian
antikoagulan yaitu ulkus peptikum yang aktif.
Dalam penatalaksanaan spesifik kasus stroke iskemik akut dapat diberikan
agen neuroproteksi, yaitu sitikolin. Dosis efektif 500 mg 2.000 mg/hari. Pada
kasus ini saya menggunakan sediaan ampul untuk diberikan secara intravena
dengan dosis 1.000 mg/hari. Dosis ini masih dalam batas dosis efektif untuk
citicolin.
Pada kasus ini pasien mengalami hematemesis. Walaupun letak lokasi
perdarahannya belum diketahui apakah akibat varises esofagus, ulkus peptik
atau lainnya. Karena untuk mengetahui secara pasti harus dilakukan
pemeriksaan
endofageal-gastric-duodenoskopi
(EGD).
Namun
untuk
23
DAFTAR PUSTAKA
AHA/ASA. 2013. Guidelines for the Early Management of Patients With Acute
Ischemic Stroke: Executive Summary.
DeGroot, Jack. 1997. Neuroanatomi Korelatif Edisi 21. Jakarta. EGC.
Dewanto, George, dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana
Penyakit Saraf. Jakarta. EGC.
24
25