PENDAHULUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin,kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau
kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan
tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. 1
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan
terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Insidens hernia
meningkat dengan bertambahnya usia mungkin disebabkan meningkatnya penyakit yang
meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.
75% dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal ( lipat paha) di mana yang lain
dapat terjadi di umbilikus atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi dua
antara lain medialis dan lateralis dimana hernia inguinalis lateralis lebih sering terjadi
dibanding medialis dengan perbandingan 2:1 dan di antaranya ternyata pria lebih sering
terkena 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis.
Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari problem
sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun sebelum dibawa ke rumah
sakit atau dokter, ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila penyakitnya
diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang memperlambat
penanganan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut.
Integritas lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk
mencegah terjadinya hernia bawaan, akuisita maupun iatrogenik. Fungsi lain otot
dinding perut adalah untuk pernapasan, proses berkemih dan buang air besar
canalis inguinalis pada usia ini sangat pendek. Kemudian annulus interna bergerak
ke arah lateral akibat pertumbuhan. Saluran ini dilewati nervus ilioinguinalis pada
kedua jenis kelamin.2
Pada laki laki, penutupan yang berhubungan dengan terjadinya hernia ini
memerlukan pengetahuan embriologis yang berhubungan dengan turunnya testis.
Mula-mula testis tumbuh sebagai suatu struktur di daerah ginjal dalam abdomen
(retroperitoneal). Selama pertumbuhan fetus, testis akan turun (descensus testis)
dari dinding belakang abdomen menuju ke dalam scrotum. Selama penurunan ini,
peritoneum yang ada di depannya ikut terbawa serta sebagai suatu tube, yang
melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Penonjolan peritoneum ini
disebut processus vaginalis. Sebelum lahir, processus ini akan mengalami
obliterasi, kecuali bagian yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis.
Jika tunika vaginalis ini tetap ada, akan ditemukan hubungan langsung antara
cavum peritonei dengan scrotum di mana berpotensial menyebabkan terjadinya
hernia inguinalis.1,2
2.2
Definisi hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau
bagian
lemah
dari
dinding
rongga
bersangkutan
(fascia
dan
muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1,2
2.3
Klasifikasi
a. Hernia secara umum
1. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus
retrosaekalis atau defek dapatan pada mesentrium umpamanya setelah
anastomosis usus. Hernia yang terjadi di dalam tubuh pasien sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata. Contohnya hernia diafragmatika, hernia
obturatoria dan hernia winslowi.
2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak lahir,
tetapi hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir.
c. Hernia menurut sifatnya
1. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri.
2. Hernia irreponibel
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi tidak dapat dimasukkan lagi. Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi
lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
irreponible dibandingkan usus halus. Kadang juga disebabkan oleh
perlekatan isi kantong di perineum kantong hernia yang disebut hernia
akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan akibat
perlekatan.
3. Hernia incarserata
Bila isi hernia semakin banyak yang masuk akan terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong hernia terperangkap dan tidak dapat kembali
ke rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase. Secara
klinis, hernia incarserata merupakan hernia irreponible dengan gangguan
pasase. Pada keadaan ini akan timbul gejala ileus antara lain perut
kembung, muntah dan obstipasi.
4. Hernia strangulata
Hernia ini terjadi gangguan vaskularisasi, sebenarnya gangguan
vaskularisasi sudah mulai terjadi saat jepitan dimulai dengan berbagai
tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis (2). Disebut
hernia ritcher bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.
Pada keadaan ini nyeri timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi warna merah dan pasien menjadi gelisah.
4. Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan crista illiaca, ada dua buah trigonum
yaitu trigonum costolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik
dan trigonum costolumbalis inferior atau trigonum illiolumbalis (petit) yang
berbentuk segitiga. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di
pinggang tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi cranial
dipanggul dorsal.
5. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia Spieghel.
6. Perienalis
merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek dasar panggul
yang dapat secara primer pada perempuan multipara atau sekunder setelah
operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau reseksi rectum secara
abdominoperienal.
7. Diafragma
8. Inguinalis
9. Pantalon
merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi.
Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga
berbentuk seperti celana.
10. Umbilikal
merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen. Hernia
umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit
11. Femoralis
merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti
mengangkat barang atau ketika batuk. Hernia femoralis adalah hernia yang
berjalan melalui canalis femoralis yang berada di bawah ligamentum
inguinale. Pintu masuknya adalah annulus femoralis dan keluar melalui fossa
ovalis di lipatan paha. Batas batas annulus femoralis antara lain
ligamentum inguinale (tempat vena saphena magna bermuara di dalam vena
femoralis) di anterior, medial ligamentum lacunare gimbernati, posterior
ramus superior ossis pubic dan m. pecnitus beserta fascia, lateral
Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus atau organ dari cavum peritoneal
ke dalam canalis inguinalis melalui sebuah defek di dinding perut.
Klasifikasi
Hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, antara lain
1. Hernia inguinalis lateralis/indirect
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritoneum
melalui annulus inguinalis internus yang ada di sebelah lateral vasa epigastrika
inferior, menyelusuri canalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui
annulus inguinalis eksternus5. Hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect.
Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke scrotum, ini disebut
hernia scrotalis. Kantong hernia berada di dalam m. cremaster, yang terletak
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funikulus
spermatikus.
Pada hernia lateralis bayi dan anak, hernia disebabkan oleh kelainan bawaan
berupa tidak menutupnya processus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses
penurunan testis ke scrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah kanan atau
kiri. Hernia yang di kanan berisi saekum dan sebagian colon ascendens
sedangkan yang di kiri berisi sebagian colon descendens.
2. Hernia inguinalis medialis/direct
Hernia inguinalis direct disebut juga hernia inguinalis medialis karena
menonjol langsung ke depan melalui trigonum Hesselbach yang merupakan
daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale (inferior), vasa epigastika
inferior (lateral) dan tepi lateral m. rectus abdominis (medial). Dasar trigonum
Hesselbach ini dibentuk oleh fascia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang tidak sempurna sehingga
daerah ini berpotensial untuk menjadi lemah di mana bila tekanan intra
abdomen yang meningkat terjadi desakan organ intraperitoneal di mana
menimbulkan penonjolan ( protrusi). Hernia inguinalis medialis karena tidak
keluar melalui canalis inguinalis dan tidak ke scrotum, umumnya tidak disertai
strangulasi karena cincin hernia longgar.
Hernia inguinalis lateralis
Disebut juga hernia indirect
Lateral vasa epigastrika inferior
Bentuk lonjong
Finger test (+) massa teraba di ujung-jari
Melalui canalis inguinalis
Biasa karena proc. vaginalis yang
terbuka
resistant
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat. Lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita dan lebih sering
pada sisi kanan dibanding kiri disebabkan ukuran ligamentum rotundum dan
persentase obliterasi dari processus vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi
canalis nuck. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia di annulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Di samping itu, diperlukan juga faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Canalis inguinalis adalah canal yang normal pada fetus. Pada masa
perkembangan embrional, testis awalnya berada di dalam rongga peritoneum. Pada
bulan ke 8 kehamilan, testis turun melalui canalis inguinalis untuk masuk ke dalam
scrotum (decensus testis), penurunan testis ini akan menarik peritoneum ke daerah
scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut processus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, testis turun ke dalam scrotum, processus
vaginalis akan mengalami obliterasi dan menjadi sejenis tali fibrosa tanpa lumen
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui canalis tersebut. Ujung distal dari
processus vaginalis tetap bertahan menjadi suatu membran yang mengelilingi testis
yang disebut tunika vaginalis. Namun dalam beberapa hal, seringkali canalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dulu maka canalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Bila canalis inguinalis kiri terbuka biasanya canalis inguinalis
kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, canalis yang terbuka ini akan menutup
pada usia 2 bulan. Jika ada processus vaginalis yang tetap terbuka (paten) maka
akan ada hubungan antara rongga peritoneum dan regio inguinal dan scrotum. Jika
ukuran processus vaginalis paten kecil, maka hanya cairan saja yang dapat masuk
melewatinya sehingga terbentuk hidrokel komunikantes. Jika ukurannya cukup
besar, maka usus, omentum dan isi rongga peritoneum lain dapat masuk sehingga
terbentuk hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua, canalis tersebut
telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistant maka keadaan
yang menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat akan menyebabkan canal
dapa terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Pada orang sehat, ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis antara lain canalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.
obliquus abdominis internus yang menutup annulus inguinalis internus ketika
berkontraksi dan adanya fascia transversa yang kuat di mana menutup trigonum
Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
menyebabkan hernia. Faktor yang dianggap berperan causal adalah adanya
prosessus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan
kelemahan otot dinding perut karena usia 2. Pada neonatus kurang lebih 90%
processus vaginalis tetap terbuka sedangkan bayi umur 1 tahun sekitar 30%
processus vaginalis belum tertutup. Tapi tidak sampai 10% anak dengan processus
vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari setengah populasi anak, dapat
dijumpai processus vaginalis paten kontralateral tapi insiden hernia tidak lebih dari
20%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa adanya processus vaginalis yang
paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tapi diperlukan faktor
lain seperti annulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intra abdomen yang meningkat secara kronik misalnya batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia inguinalis. Dalam
keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus akan
ikut kendor sehingga tekanan intra abdomen tidak tinggi dan canalis inguinalis
berjalan lebih vertikal dan sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, canalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus ke dalam canalis inguinalis. Kelemahan otot dinding
perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. ilioinguinalis dan n. iliofemoralis
setelah appendiktomi. Faktor-faktor yang dianggap mempermudah terjadinya
hernia antara lain :
-
obesitas
2.5
Diagnosis
Untuk menegakkan suatu diagnosis diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang cermat dan teliti.
a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Sebagian besar hernia asimptomatik dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi pada annulus inguinalis superfisialis.
Pada hernia reponibel, keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan
menghilang setelah berbaring. Setelah beberapa tahun, sejumlah hernia turun
ke dalam scrotum sehingga scrotum membesar. Omentum yang terperangkap di
dalam kantong hernia dapat menyebabkan nyeri abdomen yang kronis. Keluhan
nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau
para umbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang
disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi incarserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren. Pasien sering mengeluh tidak
nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi
manual kedalam cavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama
dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien
dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada
hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus
diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta
berbaring, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal,
lalu scrotum diangkat perlahan.
b. Pemeriksaan fisik
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus)
dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui
annulus inguinalis subkutan (externus) sampai skrotum. Mempunyai LMR
(Locus Minoris Resistentic) secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan
dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test, dan
Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Finger Test :
c.
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium menunjukkan leukosit > 10.000-18.000/mm 3 dengan
shift to the left yang menandakan strangulasi dan serum elektrolit meningkat.
Tes urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius
yang menyebabkan nyeri lipat paha.5
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Pada pemeriksaan USG daerah inguinal, pasien dalam posisi supine dan posisi
berdiri dengan maneuver valsava dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifitas
diagnosis mendekati 90%.5
Foto rontgen abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus
atau obstruksi usus.5 Kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu
adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneus
Reduction of Hernia en Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya
secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga ekstraperitoneal. Ada 4
tipe pembagian reduction of hernia en masse yaitu retropubic, intra abdominal,
2. Kriptokismus
Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinannya hanya sampai
kanalis inguinalis.
3. Limfadenopati/limfadenitis inguinalis
Perhatikan infeksi pada kaki sesisi. Varises vena saphena magna didaerah
lipat paha. Pada perkusi jika isinya gas pada usus akan terdengar bunyi
timpani.
2.6
Penatalaksanaan
Penanganan di IGD7,8
- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap hernia
inguinalis
serta
kompres
dengan
kantung
dingin
untuk
mengurangi
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada
anak-anak inkaserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi
spontan lebih sering terjadi dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang
terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia
yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak
disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil,
dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. 2
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia
inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Pada
prinsipnya operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin, lalu dipotong. Pada hernioplasti dilakukan tindakan
memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi.2
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat
dikelompokkan menjadi 4 kategori. Pada hernioraphy, mengembalikan isi
kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan
menjahit pertemuan transverses internus dan m.obliquus internus abdominis ke
ligament inguinal.1,2
1. Open anterior repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik bassini, mcvay dan shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis m.obliquus abdominis eksternus dan membuka
funikulus spermaticus. Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan
inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya
diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
2. Open posterior repair
Posterior repair (iliopubic tract repair and teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan
masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian
kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior
repair adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair
sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari
Teknik ini dapat dilakukan dengan anestesi local, regional atau general.
4. Laparoscopic
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic hernioraphy dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP)
atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan
melakukan trocar laparoscopic dalam cavum abdomen dan memperbaiki
Komplikasi
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponible di mana dapat
terjadi bila hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal
atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala kecuali benjolan. Isi hernia juga bisa
tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan
gejala obstruksi usus. Sumbatan bisa terjadi parsial atau total. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti hernia femoralis dan obturatoria, lebih
sering terjadi jepitan parsial.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia akan makin bertambah sehingga peredaran
darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi
transudat berupa cairan serosanguinus. Jika isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi
perforasi yang akan menyebabkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika
berhubungan dengan rongga perut. Gambaran klinis hernia inkarserata yang
mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila terjadi strangulasi, terjadi
keadaan toksik akibat ganggren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat
serius. Pasien mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia dan nyeri akan menetap
karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan ditemukan benjolan yang tidak
dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia,
dapat ditemukan peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan
gawat darurat dan perlu mendapat pertolongan pertama.
Diagnosis banding hernia incarserata dengan obstruksi usus dan hernia
strangulata yang menyebabkan nekrosis atau gangren
Gejala / tanda
2.7
Nekrosis/
gangren
hernia incarserata
pada
Nyeri
Suhu badan
Denyut nadi
Kolik usus
Normal
Normal / meningkat
strangulata
Menetap
Normal / meningkat
Meningkat / tinggi
Leukosit
Rangsang
Normal
Tidak ada
sekali
Leukositosis
Jelas
peritoneum
Sakit
Sedang / berat
hernia
Prognosis
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan 1-3% dalam jangka waktu
10 tahun kemudian. Kekambuhan dikarenakan tegangan yang berlebihan saat
perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasty yang tidak adekuat dan hernia yang
terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan lebih umum pada pasien hernia
inguinalis direct terutama bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat
eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantong. Kebanyakan kekambuhan
adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberculum pubicum, di mana tegangan
garis jahitan adalah yang terbesar.
BAB III
LAPORAN KASUS
HERNIA INGUINALIS LATERALIS
3.1 Identitas
Nama
Jenis kelamin
Umur
Status
Alamat
Agama
Bangsa
Pekerjaan
MRS
: Tn. MN
: Laki-laki
: 49 Tahun
: Menikah
: Jln. Pepaya tanah hitam
: Islam
: Indonesia
: wiraswasta
:01 04 - 2015
3.2 Anamnesis
1. Keluhan utama: timbul benjolan pada selangkang kanan
2. Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang dengan keluhan timbul benjolan pada selangkang kanan
terutama sehabis mengangkat yang berat 1 tahun yang lalu. Benjolan mulai
terasa sakit 2 minggu SMRS. Benjolan hilang pada saat pasien berbaring atau
tidur, dan benjolan keluar pada saat pasien beraktivitas seperti berjalan dan
mengangkat beban. Pasien tidak merasa nyeri saat benjolan keluar, namun terasa
mengganjal saat pasien beraktivitas. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, dan
demam. Pasien buang air kecil lancar dan tidak merasakan nyeri.
DDR
: Negatif
Pemeriksaan Kimia Lengkap (02 April 2015)
SGOT
: 16 U/L
SGPT
: 24 U/L
Asam urat
: 7,5 mg%
Kreatinin
: 0,9 mg%
Ureum
: 25 mg%
GDS
: 102 mg%
Trigliserida
: 138 mg%
Kolesterol total : 220 mg%
Pemeriksaan pre operasi herniotomi
Cloting time
: 1000
Bleeding Time : 300
3.5 Resume
Pasien seorang laki-laki 49 tahun, datang ke polik bedah dengan keluhan
timbul benjolan pada selangkang kanan terutama sehabis mengangkat beban yang
berat. Benjolan terasa sakit dan hilang timbul.
3.6 Diagnosis Banding
1. Hernia inguinalis lateralis ireponible
2. Limfadenitis
3.7 Diagnosis Kerja
Hernia inguinalis lateralis dekstra reponible
3.8 Penatalaksanaan
Infus RL/ 8 jam (20 tpm)
Inj. Ceftriaxon 1 gr
Inj. Ranitidin 1 amp
Pro Herniotomy - Hernioplasti
Laporan operasi Herniotomy-Hernioplasti (dokter ahli dr.JG, Sp.B jam 19:25
WIT-20:30 WIT)
- Pasien terlentang dengan SAB. Asepsis dan antisepsis lapangan operasi yang
dipersempit dengan duk steril
- insisi kulit sesuai dengan question mark, diperdalam lapis demi lapis sampai
-
facia MOE
Facia dibuka, identifikasi spermaticord.
hernia di eksisi, spermaticord digantung. Identifikasi kantong hernia
kantong hernia dibuka tampak adanya usus halus dalam kantong.
Usus halus viable dan dimasukkan dalam rongga abdomen
Dilakukan herniotomi secara intoto. Dilakukan hernioplasti menggunakan mesh
Kontrol perdarahan, tutup luka operasi lapis demi lapis
Operasi selesai
BAB IV
PEMBAHASAN
tidak adanya tanda gangguan pasase usus berupa mual muntah, dan kembung
menggambarkan tidak adanya isi hernia yang terjepit oleh cincin hernia. Hernia
inguinalis lateralis ini disebut juga hernia indirek karena melewati 2 pintu yakni
kanalis inguinalis dan annulus inguinalis .
Hasil pemeriksaan fisik pada penderita juga mendukung diagnosis hernia
inguinalis lateralis dekstra reponible. Dari keadaan umum, pasien tampak sakit
ringan dan tidak didapatkan adanya tanda dehidrasi. Pada regio inguinal dekstra
ditemukan benjolan berbentuk lonjong, hal ini di karenakan hernia inguinalis
lateralis terjadi di dalam kanalis inguinalis yang berbentuk seperti tabung. Dengan
konsistensi kenyal, warna sama dengan kulit sekitar, tidak kemerahan dan tidak
adanya perbedaan suhu dengan kulit sekitar, tidak ada fluktuasi untuk
menyingkirkan diagnosa banding limfadenitis.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan leukosit 7300/mm3, namun
tidak dilakukan pemeriksaan serum elektrolit untuk menunjukkan adanya
strangulasi pada hernia penderita. Pemeriksaan laboratorium lain dilakukan untuk
persiapan anestesi pre operasi.
Penatalaksanaan pada kasus ini bersifat definitif. Analgetik diberikan untuk
mengurangi nyeri pada penderita, analgetik yang diberikan berupa injeksi
ketorolac 1 x 30 mg. Penatalaksanaan definitif pada kasus pasien ini sesuai
dengan anamnesa, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang adalah dengan
operasi hernioraphy. Operasi pada penderita harus dilakukan segera sebelum
terjadi inkarserata. Pada penderita dilakukan operasi hernioraphy dengan
pemasangan mesh. Pada operasi ini dilakukan pembukaan kantong hernia dan
reposisi usus, serta untuk memperbaiki defek ditempatkan sebuah prosthesis,
mesh yang tidak diserap. Hasil yang baik dengan teknik ini dapat mengurangi
angka kekambuhan hingga kurang dari 1 %. Program pre operasi yang dilakukan
pada penderita adalah puasa 8 jam serta pemberian antibiotik profilaksis berupa
injeksi Ceftriaxone 1gr.
Post operasi penderita diberikan antibiotik berupa injeksi Ceftriaxone 2 x 1
gr, analgetik berupa injeksi tramadol 3 x 1 amp, ranitidin 3 x 50 mg, dan kalnex 3
x 1 amp. Pasien pulang dengan kondisi perbaikan setelah hari perawatan ke 2 post
operasi.
Prognosis ad vitam pada pasien ini bonam karena tidak ditemukan
penurunan tanda-tanda vital. Prognosis ad fungtionam bonam karena pada pasien
ini tidak ditemukan gangguan fungsi. Prognosis ad sanationam adalah dubia ad
bonam karena sekitar 1% pasien mengalami kekambuhan post operasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Thalut K.(2004). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi ke 3. R Sjamsuhidayat & Wim de Jong
ed.Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.523-538
2. Sheppard C.(1999). Surgical Options in the management of Groin Hernias. Available
from http://www.aafp.org/afp/990101ap/143_f6.jpg
3. Amid,P.(2010) Surgery Roundtable: Current Issues in Inguinal Herniorrhaphy.
Available from http://cme.medscape.com/viewarticle/416375_3
4. Gilbert, A.(2010). Inguinal Hernia: Anatomy and management. Available from
http://cme.medscape.com/viewarticle/420354_2
5. National digestive disease information Clearinghouse. Inguinal hernia. Available
from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia
6. Grace, Pierce A, Borley. At A Glance: Ilmu Bedah Edisi 3.2006.Jakarta:Erlangga
7. Holzheimer RG. 2005. Inguinal hernia: Classification, Diagnosis and Treatment.
Available fromhttp://www.daigonline.de/site-content/die-daig/fachorgan/2005/ejomr2005-vol.10/Inguinal_Hernia.pdf
8. Ramadhani
S.2010.Hernia
Inguinalis
Lateralis.
Available
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21384/4/Chapter%2520II.pdf
from