Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin,kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau
kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan
tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. 1
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan
terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Insidens hernia
meningkat dengan bertambahnya usia mungkin disebabkan meningkatnya penyakit yang
meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.
75% dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal ( lipat paha) di mana yang lain
dapat terjadi di umbilikus atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi dua
antara lain medialis dan lateralis dimana hernia inguinalis lateralis lebih sering terjadi
dibanding medialis dengan perbandingan 2:1 dan di antaranya ternyata pria lebih sering
terkena 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis.
Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari problem
sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun sebelum dibawa ke rumah
sakit atau dokter, ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila penyakitnya
diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang memperlambat
penanganan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Anatomi dan Fisiologi


Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks. Di
bagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga
dan di bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut terdiri dari beberapa lapis
dari luar ke dalam antara lain lapisan kulit (kutis dan subkutis), lemak subkutan dan
fascia superfisial (fascia scarpa), ketiga otot perut (m.obliquus abdominis eksternus,
m.obliquus abdominis internus dan m.transversus abdominis) dan akhirnya lapisan
preperitoneum dan peritoneum yaitu fascia transversalis, lemak preperitoneal dan
peritoneum parietal. Otot di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus
abdominis dengan fascianya di mana di garis tengah nya dipisahkan oleh linea
alba.2

Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut.
Integritas lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk
mencegah terjadinya hernia bawaan, akuisita maupun iatrogenik. Fungsi lain otot
dinding perut adalah untuk pernapasan, proses berkemih dan buang air besar

dengan meningkatkan tekanan intraabdomen. Perdarahan dinding perut antara lain


craniodorsal diperoleh dari cabang aa. intercostales VI s/d XII dan a.epigastrika
superior, caudal diperoleh dari a. iliaca sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda
eksterna dan a.epigastrika inferior. Persarafan dinding perut secara segmental oleh
n.thorakalis VI s/d XII dan n. lumbalis I.2
Regio inguinalis merupakan tempat peralihan dari daerah perut ke organorgan kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis pemisah antara kedua daerah
tersebut dibentuk oleh ligamentum ingunale yang terletak di antara tuberculum
ossis pubicum (sisi medial) dan spina iliaca anterior superior (sisi lateral). Di atas
ligamentum inguinale, funikulus spermatikus meninggalkan rongga perut melalui
annulus inguinalis profundus yang terletak di lateral. Funikulus spermatikus ini
menembus dinding perut melalui canalis inguinalis yang letaknya sejajar dengan
ligamentum inguinale dan berada di bawah kulit dalam annulus inguinalis
superfisialis yang terletak di media di mana lubang ini mudah diraba di bawah kulit
dinding perut jika scrotum didorong ke dalam serta meraba di atas lipatan
inguinale. Isi dari funikulus spermatikus antara lain vas deferens dan pembuluh
darah, arteri spermatika, vena pampiniformis, pembuluh limfe. 2

Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah


dinding abdomen anterior. Saluran ini memungkinkan struktur-struktur yang
melewati menuju ke dan dari testis ke abdomen pada pria. Pada wanita, saluran ini
dilewati oleh ligamen rotundum uteri, dari uterus ke labium mayus. Panjang canalis
inguinalis dewasa sekitar 4 cm, terbentuk dari annulus inguinalis profundus/ interna
sampai annulus inguinalis superfisialis / eksterna. Canalis inguinalis terletak sejajar
dan tepat di atas ligamen inguinale. Pada neonatus, annulus inguinalis interna
terletak hampir tepat posterior terhadap annulus inguinalis eksterna sehingga

canalis inguinalis pada usia ini sangat pendek. Kemudian annulus interna bergerak
ke arah lateral akibat pertumbuhan. Saluran ini dilewati nervus ilioinguinalis pada
kedua jenis kelamin.2

Canalis inguinalis dibentuk oleh dinding anterior, posterior, superior dan


inferior. Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus
abdominis yang diperkuat di 1/3 lateralnya oleh serabut-serabut m. obliquus
internus abdominis. Seluruh panjang dinding posterior canalis inguinalis dibentuk
oleh fascia transversalis yang diperkuat oleh conjoint tendon di 1/3 medialnya.
Conjoint tendon adalah gabungan tendon insersi m. obliquus internus abdominis
dan m. transversus abdominis, yang melekat pada crista pubica dan linea pectinea.
Dasar atau dinding inferior canalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum inguinale
dan ligementum lacunar, sedangkan atapnya dibentuk oleh m. obliquus internus
abdominis dan m. transversus abdominis. Canalis inguinalis dibatasi oleh annulus
inguinalis internus di craniolateral yang merupakan bagian terbuka dari fascia
transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis. Di medial bawah, di atas
tuberculum pubicum, canal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus yang
merupakan bagian terbuka dari aponeurosis m. obliquus eksternus. Canal berisi
funikulus spermatikus pada pria dan ligamentum rotundum pada wanita, n. ilio
inguinalis serta filament dari n. genito femoralis. 2

Annulus inguinalis eksterna merupakan defek yang berbentuk segitiga


( Hesselbachs triangle) pada aponeurosis m.obliquus eksternus dan dasarnya
dibentuk oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica
externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah tepi
lateral m. rectus abdominis, batas inferior adalah ligamentum inguinale dan batas
posterior adalah fascia transversalis2. Annulus inguinalis interna adalah suatu
lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, yang terletak sekitar 3 cm di atas
ligamentum inguinale, pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah
medial annulus inguinalis interna terdapat a.v.epigastrika inferior. Pinggir annulus
merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian
dalam ligamentum rotundum uteri pada wanita.2

Pada laki laki, penutupan yang berhubungan dengan terjadinya hernia ini
memerlukan pengetahuan embriologis yang berhubungan dengan turunnya testis.
Mula-mula testis tumbuh sebagai suatu struktur di daerah ginjal dalam abdomen
(retroperitoneal). Selama pertumbuhan fetus, testis akan turun (descensus testis)
dari dinding belakang abdomen menuju ke dalam scrotum. Selama penurunan ini,
peritoneum yang ada di depannya ikut terbawa serta sebagai suatu tube, yang
melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Penonjolan peritoneum ini
disebut processus vaginalis. Sebelum lahir, processus ini akan mengalami
obliterasi, kecuali bagian yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis.
Jika tunika vaginalis ini tetap ada, akan ditemukan hubungan langsung antara
cavum peritonei dengan scrotum di mana berpotensial menyebabkan terjadinya
hernia inguinalis.1,2
2.2

Definisi hernia

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau

bagian

lemah

dari

dinding

rongga

bersangkutan

(fascia

dan

muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1,2
2.3

Klasifikasi
a. Hernia secara umum
1. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus
retrosaekalis atau defek dapatan pada mesentrium umpamanya setelah
anastomosis usus. Hernia yang terjadi di dalam tubuh pasien sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata. Contohnya hernia diafragmatika, hernia
obturatoria dan hernia winslowi.

Gambar 2.1 klasifikasi hernia


2. Hernia eksterna yakni hernia yang menonjol keluar melalui dinding
perut, pinggang atau peritoneum. Hernia ini dapat dilihat oleh mata
disebabkan benjolan hernia menonjol keluar secara lengkap. Misalnya
hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia epigastrium, hernia umbilikus
dan hernia lumbalis.
b. Hernia berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah ada
semenjak pertama kali lahir.

2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak lahir,
tetapi hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir.
c. Hernia menurut sifatnya
1. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri.
2. Hernia irreponibel
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi tidak dapat dimasukkan lagi. Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi
lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
irreponible dibandingkan usus halus. Kadang juga disebabkan oleh
perlekatan isi kantong di perineum kantong hernia yang disebut hernia
akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan akibat
perlekatan.
3. Hernia incarserata
Bila isi hernia semakin banyak yang masuk akan terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong hernia terperangkap dan tidak dapat kembali
ke rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase. Secara
klinis, hernia incarserata merupakan hernia irreponible dengan gangguan
pasase. Pada keadaan ini akan timbul gejala ileus antara lain perut
kembung, muntah dan obstipasi.
4. Hernia strangulata
Hernia ini terjadi gangguan vaskularisasi, sebenarnya gangguan
vaskularisasi sudah mulai terjadi saat jepitan dimulai dengan berbagai
tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis (2). Disebut
hernia ritcher bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.
Pada keadaan ini nyeri timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi warna merah dan pasien menjadi gelisah.

d. Hernia menurut letaknya


1. Obturatorius
Hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini berlangsung 4 tahap. Tahap
pertama mula mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk kedalam canalis
obturatoria. Tahap kedua disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Tahap
ketiga, kantong hernianya mungkin diisi oleh lekuk usus. Dan tahap keempat
mengalami incarserata parsial, sering secara Ritcher atau total.
2. Epigastrika
Hernia ini juga disebut hernia linea alba di mana hernia keluar melalui defek
di linea alba antara umbilikus dan processus xiphoideus. Penderita sering
mengeluh kurang enak pada perut dan mual, mirip keluhan kelainan kandung
empedu, tukak peptik atau hernia hiatus esophagus.
3. Ventralis, adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anterolateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang lama. Faktor
predisposisinya ialah infeksi luka operasi, teknik penutupan luka operasi
yang kurang baik, jenis insisi, obesitas dan peninggian tekanan intra
abdomen.

4. Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan crista illiaca, ada dua buah trigonum
yaitu trigonum costolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik
dan trigonum costolumbalis inferior atau trigonum illiolumbalis (petit) yang
berbentuk segitiga. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di
pinggang tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi cranial
dipanggul dorsal.
5. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia Spieghel.
6. Perienalis
merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek dasar panggul
yang dapat secara primer pada perempuan multipara atau sekunder setelah
operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau reseksi rectum secara
abdominoperienal.
7. Diafragma
8. Inguinalis
9. Pantalon
merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi.
Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga
berbentuk seperti celana.
10. Umbilikal
merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen. Hernia
umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit
11. Femoralis
merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti
mengangkat barang atau ketika batuk. Hernia femoralis adalah hernia yang
berjalan melalui canalis femoralis yang berada di bawah ligamentum
inguinale. Pintu masuknya adalah annulus femoralis dan keluar melalui fossa
ovalis di lipatan paha. Batas batas annulus femoralis antara lain
ligamentum inguinale (tempat vena saphena magna bermuara di dalam vena
femoralis) di anterior, medial ligamentum lacunare gimbernati, posterior
ramus superior ossis pubic dan m. pecnitus beserta fascia, lateral

m.illiopsoas dan v.femoralis beserta fascia locus minoris resistantnya fascia


transversa yang menutupi annulus femoralis yang disebut septum cloquetti
serta - caudodorsal oleh pinggir os. pubic dari ligamen iliopectineale
(ligamentum couper)
12. Hernia scrotalis
Merupakan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis bila hernia ini masuk ke
dalam scrotum. Isi dari hernia ini bisa berupa omentum atau usus. Bila isinya
omentum maka pada perabaan konsistensi kenyal lembut seperti adonan dan
bila hernia ini reponible, maka mula-mula mudah dimasukkan kemudian
sulit karena biasanya ada perlengketan dengan kantong hernia. Bila isi hernia
adalah usus maka akan memberikan bunyi seperti bising usus di mana hernia
ini mula-mula akan sulit dimasukkan lalu lebih mudah dan disertai bunyi
gelembung udara. Gejala dari hernia scrotalis antara lain timbul benjolan
atau massa yang semakin membesar pada posisi berdiri dan akan mengecil
pada posisi tidur. Pada anak kecil sering menangis, mengejan, batuk dan
buang air kecil tidak lancar. Pada usia lanjut bisa disebabkan pekerjaan dan
aktivitas, penyakit kronis, BPH dan sering partus.
2.4

Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus atau organ dari cavum peritoneal
ke dalam canalis inguinalis melalui sebuah defek di dinding perut.

Klasifikasi
Hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, antara lain
1. Hernia inguinalis lateralis/indirect
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritoneum
melalui annulus inguinalis internus yang ada di sebelah lateral vasa epigastrika
inferior, menyelusuri canalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui
annulus inguinalis eksternus5. Hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect.
Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke scrotum, ini disebut
hernia scrotalis. Kantong hernia berada di dalam m. cremaster, yang terletak
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funikulus
spermatikus.
Pada hernia lateralis bayi dan anak, hernia disebabkan oleh kelainan bawaan
berupa tidak menutupnya processus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses
penurunan testis ke scrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah kanan atau
kiri. Hernia yang di kanan berisi saekum dan sebagian colon ascendens
sedangkan yang di kiri berisi sebagian colon descendens.
2. Hernia inguinalis medialis/direct
Hernia inguinalis direct disebut juga hernia inguinalis medialis karena
menonjol langsung ke depan melalui trigonum Hesselbach yang merupakan
daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale (inferior), vasa epigastika
inferior (lateral) dan tepi lateral m. rectus abdominis (medial). Dasar trigonum
Hesselbach ini dibentuk oleh fascia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang tidak sempurna sehingga
daerah ini berpotensial untuk menjadi lemah di mana bila tekanan intra
abdomen yang meningkat terjadi desakan organ intraperitoneal di mana
menimbulkan penonjolan ( protrusi). Hernia inguinalis medialis karena tidak
keluar melalui canalis inguinalis dan tidak ke scrotum, umumnya tidak disertai
strangulasi karena cincin hernia longgar.
Hernia inguinalis lateralis
Disebut juga hernia indirect
Lateral vasa epigastrika inferior
Bentuk lonjong
Finger test (+) massa teraba di ujung-jari
Melalui canalis inguinalis
Biasa karena proc. vaginalis yang

Hernia inguinalis medialis


Disebut juga hernia direct
Medial vasa epigastrika inferior
Bentuk bulat
Finger test (+) massa teraba di sisi jari
Tidak melalui canalis inguinalis
Biasa karena adanya lokus minoris

terbuka

resistant

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat. Lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita dan lebih sering
pada sisi kanan dibanding kiri disebabkan ukuran ligamentum rotundum dan
persentase obliterasi dari processus vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi
canalis nuck. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia di annulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Di samping itu, diperlukan juga faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Canalis inguinalis adalah canal yang normal pada fetus. Pada masa
perkembangan embrional, testis awalnya berada di dalam rongga peritoneum. Pada
bulan ke 8 kehamilan, testis turun melalui canalis inguinalis untuk masuk ke dalam
scrotum (decensus testis), penurunan testis ini akan menarik peritoneum ke daerah
scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut processus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, testis turun ke dalam scrotum, processus
vaginalis akan mengalami obliterasi dan menjadi sejenis tali fibrosa tanpa lumen
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui canalis tersebut. Ujung distal dari
processus vaginalis tetap bertahan menjadi suatu membran yang mengelilingi testis
yang disebut tunika vaginalis. Namun dalam beberapa hal, seringkali canalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dulu maka canalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Bila canalis inguinalis kiri terbuka biasanya canalis inguinalis
kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, canalis yang terbuka ini akan menutup
pada usia 2 bulan. Jika ada processus vaginalis yang tetap terbuka (paten) maka
akan ada hubungan antara rongga peritoneum dan regio inguinal dan scrotum. Jika
ukuran processus vaginalis paten kecil, maka hanya cairan saja yang dapat masuk
melewatinya sehingga terbentuk hidrokel komunikantes. Jika ukurannya cukup
besar, maka usus, omentum dan isi rongga peritoneum lain dapat masuk sehingga
terbentuk hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua, canalis tersebut
telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistant maka keadaan
yang menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat akan menyebabkan canal
dapa terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Pada orang sehat, ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis antara lain canalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.
obliquus abdominis internus yang menutup annulus inguinalis internus ketika

berkontraksi dan adanya fascia transversa yang kuat di mana menutup trigonum
Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
menyebabkan hernia. Faktor yang dianggap berperan causal adalah adanya
prosessus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan
kelemahan otot dinding perut karena usia 2. Pada neonatus kurang lebih 90%
processus vaginalis tetap terbuka sedangkan bayi umur 1 tahun sekitar 30%
processus vaginalis belum tertutup. Tapi tidak sampai 10% anak dengan processus
vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari setengah populasi anak, dapat
dijumpai processus vaginalis paten kontralateral tapi insiden hernia tidak lebih dari
20%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa adanya processus vaginalis yang
paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tapi diperlukan faktor
lain seperti annulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intra abdomen yang meningkat secara kronik misalnya batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia inguinalis. Dalam
keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus akan
ikut kendor sehingga tekanan intra abdomen tidak tinggi dan canalis inguinalis
berjalan lebih vertikal dan sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, canalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus ke dalam canalis inguinalis. Kelemahan otot dinding
perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. ilioinguinalis dan n. iliofemoralis
setelah appendiktomi. Faktor-faktor yang dianggap mempermudah terjadinya
hernia antara lain :
-

mengangkat barang yang terlalu berat

obesitas

- banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan


menimbulkan lokus minoris atau kelemahan kelemahan otot serta terjadi
relaksasi dari annulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium
akan mengurangi volume rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan
intra abdomen.
- batuk kronik
- sering mengejan saat buang air besar
- kehamilan
- aktivitas fisik yang berlebihan
- kongenital, dll

2.5

Diagnosis
Untuk menegakkan suatu diagnosis diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang cermat dan teliti.
a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Sebagian besar hernia asimptomatik dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi pada annulus inguinalis superfisialis.
Pada hernia reponibel, keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan
menghilang setelah berbaring. Setelah beberapa tahun, sejumlah hernia turun
ke dalam scrotum sehingga scrotum membesar. Omentum yang terperangkap di
dalam kantong hernia dapat menyebabkan nyeri abdomen yang kronis. Keluhan
nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau
para umbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang
disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi incarserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren. Pasien sering mengeluh tidak
nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi
manual kedalam cavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama
dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien
dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada
hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus
diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta
berbaring, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal,
lalu scrotum diangkat perlahan.
b. Pemeriksaan fisik
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus)
dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui
annulus inguinalis subkutan (externus) sampai skrotum. Mempunyai LMR
(Locus Minoris Resistentic) secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan
dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test, dan
Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Finger Test :

Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5

- Dimasukkan lewat skrotum melalui annulus eksternus ke kanal inguinal


- Penderita disuruh batuk. Bila impuls diujung jari berarti Hernia
Ingunalis Lateralis
- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinalis Medialis

Gambar 2.4 Pemeriksaan fisik Finger Test


2. Pemeriksaan Ziemen Test :
-

Posisi berbaring bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh


penderita)

Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan

Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada

Jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis

Jari ke 3 : Hernia Inguinalis Medialis

Jari ke 4 : Hernia femoralis

Gambar 2.5 Pemeriksaan fisik Ziemen Test


3. Pemeriksaan Thumb Test :
- Annulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

c.

Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis

Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis

Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium menunjukkan leukosit > 10.000-18.000/mm 3 dengan
shift to the left yang menandakan strangulasi dan serum elektrolit meningkat.
Tes urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius
yang menyebabkan nyeri lipat paha.5
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Pada pemeriksaan USG daerah inguinal, pasien dalam posisi supine dan posisi
berdiri dengan maneuver valsava dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifitas
diagnosis mendekati 90%.5
Foto rontgen abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus
atau obstruksi usus.5 Kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu
adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneus
Reduction of Hernia en Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya
secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga ekstraperitoneal. Ada 4
tipe pembagian reduction of hernia en masse yaitu retropubic, intra abdominal,

pre peritoneal dan pre peritoneal locule. 4


d.
Diagnosis Banding 7
1. Hidrocele
Pasien diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan membesar,
bila hidrocele benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan terdapat pada
skrotum, maka dilakukan pada satu sisi, sedangkan disisi yang berlawanan
diperiksa melalui diapanascopy. Bila tampak bening berarti hidrocele
(diaphanoscopy +).

2. Kriptokismus
Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinannya hanya sampai
kanalis inguinalis.
3. Limfadenopati/limfadenitis inguinalis
Perhatikan infeksi pada kaki sesisi. Varises vena saphena magna didaerah
lipat paha. Pada perkusi jika isinya gas pada usus akan terdengar bunyi
timpani.
2.6

Penatalaksanaan
Penanganan di IGD7,8
- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap hernia
inguinalis

serta

kompres

dengan

kantung

dingin

untuk

mengurangi

pembengkakan dan menimbulkan proses analgesia


- Melakukan pemberian infuse untuk mencegah dehidrasi, pemasangan NGT untuk
hernia inkarserata dengan tujuan dekompresi (menurunkan tekanan intraabdomen
akibat obstruksi), serta pemasanagan kateter untuk pemantauan balance cairan
- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien
harus istirahat agar tekan intra abdominal tidak meningkat.
Terapi operatif jika:
- Reduksi hernia yang tidak berhasil
- Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum yang memburuk
- Hernia inguinalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi
penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur untuk inkarserata dan
strangulata
- Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan
saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan.
- Jika pasien menderita BPH, sebaiknya dilakukan penanganan untuk BPH terlebih
dulu. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada
saat operasi hernia.
- Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi dan nyeri pada hernia
maka operasi cyto harus dilakukan.
- Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dimanipulasi dan tidak ada gejala
strangulasi.
- Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus
masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis
- Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulasi, kecuali pada
pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin

hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada
anak-anak inkaserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi
spontan lebih sering terjadi dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang
terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia
yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak
disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil,
dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. 2
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia
inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Pada
prinsipnya operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin, lalu dipotong. Pada hernioplasti dilakukan tindakan
memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi.2
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat
dikelompokkan menjadi 4 kategori. Pada hernioraphy, mengembalikan isi
kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan
menjahit pertemuan transverses internus dan m.obliquus internus abdominis ke
ligament inguinal.1,2
1. Open anterior repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik bassini, mcvay dan shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis m.obliquus abdominis eksternus dan membuka
funikulus spermaticus. Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan
inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya
diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
2. Open posterior repair
Posterior repair (iliopubic tract repair and teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan
masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian
kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior
repair adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair
sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari

jaringan parut dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan


dengan anestesi regional atau anestesi umum.
3. Tension free repair with mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak
menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan
sebuah prosthesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki
defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia.
Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan
dilaporkan kurang dari 1%.12

Teknik ini dapat dilakukan dengan anestesi local, regional atau general.
4. Laparoscopic
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic hernioraphy dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP)
atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan
melakukan trocar laparoscopic dalam cavum abdomen dan memperbaiki

region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan


kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah
prosedur laparoskopi langsung yang mengharuskan masuk ke cavum
peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa
cedera saat operasi.
2.7

Komplikasi
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponible di mana dapat
terjadi bila hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal
atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala kecuali benjolan. Isi hernia juga bisa
tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan
gejala obstruksi usus. Sumbatan bisa terjadi parsial atau total. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti hernia femoralis dan obturatoria, lebih
sering terjadi jepitan parsial.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia akan makin bertambah sehingga peredaran
darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi
transudat berupa cairan serosanguinus. Jika isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi
perforasi yang akan menyebabkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika
berhubungan dengan rongga perut. Gambaran klinis hernia inkarserata yang
mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila terjadi strangulasi, terjadi
keadaan toksik akibat ganggren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat
serius. Pasien mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia dan nyeri akan menetap
karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan ditemukan benjolan yang tidak
dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia,
dapat ditemukan peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan
gawat darurat dan perlu mendapat pertolongan pertama.
Diagnosis banding hernia incarserata dengan obstruksi usus dan hernia
strangulata yang menyebabkan nekrosis atau gangren

Gejala / tanda

2.7

Obstruksi usus pada

Nekrosis/

gangren

hernia incarserata

pada

Nyeri
Suhu badan
Denyut nadi

Kolik usus
Normal
Normal / meningkat

strangulata
Menetap
Normal / meningkat
Meningkat / tinggi

Leukosit
Rangsang

Normal
Tidak ada

sekali
Leukositosis
Jelas

peritoneum
Sakit

Sedang / berat

Berat sekali / toksik

hernia

Prognosis
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan 1-3% dalam jangka waktu
10 tahun kemudian. Kekambuhan dikarenakan tegangan yang berlebihan saat
perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasty yang tidak adekuat dan hernia yang
terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan lebih umum pada pasien hernia
inguinalis direct terutama bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat
eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantong. Kebanyakan kekambuhan
adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberculum pubicum, di mana tegangan
garis jahitan adalah yang terbesar.

BAB III
LAPORAN KASUS
HERNIA INGUINALIS LATERALIS
3.1 Identitas
Nama
Jenis kelamin
Umur
Status
Alamat
Agama
Bangsa
Pekerjaan
MRS

: Tn. MN
: Laki-laki
: 49 Tahun
: Menikah
: Jln. Pepaya tanah hitam
: Islam
: Indonesia
: wiraswasta
:01 04 - 2015

3.2 Anamnesis
1. Keluhan utama: timbul benjolan pada selangkang kanan
2. Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang dengan keluhan timbul benjolan pada selangkang kanan
terutama sehabis mengangkat yang berat 1 tahun yang lalu. Benjolan mulai
terasa sakit 2 minggu SMRS. Benjolan hilang pada saat pasien berbaring atau
tidur, dan benjolan keluar pada saat pasien beraktivitas seperti berjalan dan
mengangkat beban. Pasien tidak merasa nyeri saat benjolan keluar, namun terasa
mengganjal saat pasien beraktivitas. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, dan
demam. Pasien buang air kecil lancar dan tidak merasakan nyeri.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status generalis
Kesadaran
: Compos mentis
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 18 x/menit
Nadi
: 82 x/menit
Suhu
: 36,7 C
a. Kepala
Mata
: konjungtiva tidak anemis
Hidung
: tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga
: tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut
: bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat
b. Leher
: Dalam batas normal
c. Thoraks
Cor :
I : simteris, tidak ada retraksi
A: vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-, S1S2 tunggal
P : ictus cordis teraba ICS IV MCLS, vocal fremitus raba normal
P : batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra,
sonor
d. Abdomen
I : flat
A: bising usus (+) normal
P : supel, H/L tidak teraba, Nyeri tekan (-)
P : tympani
e. Ekstermitas : akral hangat
Status lokalis
Regio inguinal dextra:
Inspeksi : tampak benjolan sebesar kelereng pada inguinal dextra, warna sesuai
warna kulit.
Palpasi : konsistensi lunak, batas tidak jelas, dapat dimasukkan, nyeri tekan (-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah Rutin (25 Maret 2015)
Hemoglobin
: 14, 0 gram/dl
Lekosit
: 7.300/mm3
Hematokrit
: 41,2 %
Trombosit
: 189.000/mm3

DDR
: Negatif
Pemeriksaan Kimia Lengkap (02 April 2015)
SGOT
: 16 U/L
SGPT
: 24 U/L
Asam urat
: 7,5 mg%
Kreatinin
: 0,9 mg%
Ureum
: 25 mg%
GDS
: 102 mg%
Trigliserida
: 138 mg%
Kolesterol total : 220 mg%
Pemeriksaan pre operasi herniotomi
Cloting time
: 1000
Bleeding Time : 300
3.5 Resume
Pasien seorang laki-laki 49 tahun, datang ke polik bedah dengan keluhan
timbul benjolan pada selangkang kanan terutama sehabis mengangkat beban yang
berat. Benjolan terasa sakit dan hilang timbul.
3.6 Diagnosis Banding
1. Hernia inguinalis lateralis ireponible
2. Limfadenitis
3.7 Diagnosis Kerja
Hernia inguinalis lateralis dekstra reponible

3.8 Penatalaksanaan
Infus RL/ 8 jam (20 tpm)
Inj. Ceftriaxon 1 gr
Inj. Ranitidin 1 amp
Pro Herniotomy - Hernioplasti
Laporan operasi Herniotomy-Hernioplasti (dokter ahli dr.JG, Sp.B jam 19:25
WIT-20:30 WIT)
- Pasien terlentang dengan SAB. Asepsis dan antisepsis lapangan operasi yang
dipersempit dengan duk steril
- insisi kulit sesuai dengan question mark, diperdalam lapis demi lapis sampai
-

facia MOE
Facia dibuka, identifikasi spermaticord.
hernia di eksisi, spermaticord digantung. Identifikasi kantong hernia
kantong hernia dibuka tampak adanya usus halus dalam kantong.
Usus halus viable dan dimasukkan dalam rongga abdomen
Dilakukan herniotomi secara intoto. Dilakukan hernioplasti menggunakan mesh
Kontrol perdarahan, tutup luka operasi lapis demi lapis
Operasi selesai

3.9 Instruksi Post Operasi


- IVFD RL (20 tpm)
- Ceftriaxon 2x1 gr
- Tramadol 3x1 amp
- Ranitidin 3x1 amp
- Kalnex 3x1 amp

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


pada pasien ini, didapatkan diagnosis hernia inguinalis lateralis dekstra reponible.
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan keluarga, diketahui bahwa
keluhan benjolan pada lipatan paha sebelah kanan. Didapatkan riwayat penyakit,
benjolan muncul sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit, benjolan pada lipat
paha kanan, awalnya sebesar ibu jari, muncul saat aktivitas/berjalan, menghilang
saat tiduran/istirahat. 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, benjolan masih
dapat keluar masuk. Tidak didapatkan keluhan mual, muntah dan kembung. BAB
dan BAK tidak ada kelainan. Penderita merasa nyeri namun tidak didapatkan
adanya gangguan pencernaan berupa mual, muntah, kembung. BAB terakhir 10
jam sebelum masuk rumah sakit, BAK terakhir 6 jam sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan batuk lama disangkal namun adanya riwayat sering mengangkat beban
berat sejak usia muda dapat menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya
hernia pada penderita.
Benjolan di lipatan paha sebelah kanan yang hilang timbul, menunjukkan
bahwa hernia pada penderita adalah hernia inguinalis lateralis reponible. Tidak
adanya gejala benjolan yang tidak dapat hilang dengan istirahat/berbaring serta

tidak adanya tanda gangguan pasase usus berupa mual muntah, dan kembung
menggambarkan tidak adanya isi hernia yang terjepit oleh cincin hernia. Hernia
inguinalis lateralis ini disebut juga hernia indirek karena melewati 2 pintu yakni
kanalis inguinalis dan annulus inguinalis .
Hasil pemeriksaan fisik pada penderita juga mendukung diagnosis hernia
inguinalis lateralis dekstra reponible. Dari keadaan umum, pasien tampak sakit
ringan dan tidak didapatkan adanya tanda dehidrasi. Pada regio inguinal dekstra
ditemukan benjolan berbentuk lonjong, hal ini di karenakan hernia inguinalis
lateralis terjadi di dalam kanalis inguinalis yang berbentuk seperti tabung. Dengan
konsistensi kenyal, warna sama dengan kulit sekitar, tidak kemerahan dan tidak
adanya perbedaan suhu dengan kulit sekitar, tidak ada fluktuasi untuk
menyingkirkan diagnosa banding limfadenitis.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan leukosit 7300/mm3, namun
tidak dilakukan pemeriksaan serum elektrolit untuk menunjukkan adanya
strangulasi pada hernia penderita. Pemeriksaan laboratorium lain dilakukan untuk
persiapan anestesi pre operasi.
Penatalaksanaan pada kasus ini bersifat definitif. Analgetik diberikan untuk
mengurangi nyeri pada penderita, analgetik yang diberikan berupa injeksi
ketorolac 1 x 30 mg. Penatalaksanaan definitif pada kasus pasien ini sesuai
dengan anamnesa, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang adalah dengan
operasi hernioraphy. Operasi pada penderita harus dilakukan segera sebelum
terjadi inkarserata. Pada penderita dilakukan operasi hernioraphy dengan
pemasangan mesh. Pada operasi ini dilakukan pembukaan kantong hernia dan
reposisi usus, serta untuk memperbaiki defek ditempatkan sebuah prosthesis,
mesh yang tidak diserap. Hasil yang baik dengan teknik ini dapat mengurangi
angka kekambuhan hingga kurang dari 1 %. Program pre operasi yang dilakukan
pada penderita adalah puasa 8 jam serta pemberian antibiotik profilaksis berupa
injeksi Ceftriaxone 1gr.
Post operasi penderita diberikan antibiotik berupa injeksi Ceftriaxone 2 x 1
gr, analgetik berupa injeksi tramadol 3 x 1 amp, ranitidin 3 x 50 mg, dan kalnex 3

x 1 amp. Pasien pulang dengan kondisi perbaikan setelah hari perawatan ke 2 post
operasi.
Prognosis ad vitam pada pasien ini bonam karena tidak ditemukan
penurunan tanda-tanda vital. Prognosis ad fungtionam bonam karena pada pasien
ini tidak ditemukan gangguan fungsi. Prognosis ad sanationam adalah dubia ad
bonam karena sekitar 1% pasien mengalami kekambuhan post operasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Thalut K.(2004). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi ke 3. R Sjamsuhidayat & Wim de Jong
ed.Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.523-538
2. Sheppard C.(1999). Surgical Options in the management of Groin Hernias. Available
from http://www.aafp.org/afp/990101ap/143_f6.jpg
3. Amid,P.(2010) Surgery Roundtable: Current Issues in Inguinal Herniorrhaphy.
Available from http://cme.medscape.com/viewarticle/416375_3
4. Gilbert, A.(2010). Inguinal Hernia: Anatomy and management. Available from
http://cme.medscape.com/viewarticle/420354_2
5. National digestive disease information Clearinghouse. Inguinal hernia. Available
from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia
6. Grace, Pierce A, Borley. At A Glance: Ilmu Bedah Edisi 3.2006.Jakarta:Erlangga
7. Holzheimer RG. 2005. Inguinal hernia: Classification, Diagnosis and Treatment.
Available fromhttp://www.daigonline.de/site-content/die-daig/fachorgan/2005/ejomr2005-vol.10/Inguinal_Hernia.pdf
8. Ramadhani
S.2010.Hernia

Inguinalis

Lateralis.

Available

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21384/4/Chapter%2520II.pdf

from

Anda mungkin juga menyukai