Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST APENDIKTOMI


DI BANGSAL CENDANA 2 RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
KUNIARTI RACHMAT
14/375144/KU/17472

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

APENDISITIS
I. Pengertian
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm 94 inci,
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan
lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks (umbai cacing). Kira-kira 7%
populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka. Pria
lebih cenderung terkena appendisitis dibanding wanita. Apendisitis lebih sering menyerang
pada usia 10 sampai 30 tahun.
Apendisitis perforasi adalah merupakan komplikasi utama dari apendiks, dimana
apendiks telah pecah sehingga isis apendiks keluar menuju rongga perinium yang dapat
menyebabkan peritonitis atau abses.
Apendiktomi adalah pengangkatan terhadap apendiks terinflamasi dengan prosedur
atau pendekatan endoskopi.
II. Etiologi
1. Penyebab belum pasti
2. Faktor yang berpengaruh:
Obstruksi: hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalit (massa keras dari feses)
35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%).
Infeksi: E. Coli dan steptococcus.
Tumor
III.Patogenesis
Apa 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya apendiks:
1.

Adanya isis lumen

2.

Derajat sumbatan yang terus menerus

3.

Sekresi mukus yang terus menerus

4.

Sifat inelastis atau tak lentur dari mukosa apendiks. Produksi mucin 1-2 ml/hari.
Kapasitas apendiks 3-5 cc/hari. Nyeri McBurney akan muncul setelah terjadi sumbatan
2 hari.

IV. Patofisiologi
Sumbatan:

Sekresi mukus

Tekanan intra lumen

Gangguan drainase
limphe

Oedema + kuman

Ulserasi mukosa
Tekanan intra lumen :

Gangguan vena

Thrombus

Iskemia + kuman

Pus
Tekanan intra lumen :

Gangguan arteri

Nekrosis + kuman

Gangren

Apendiks akut fokal:


Nyeri viseral ulu hati karena regangan
mukosa
Apendiks supuratif:
Nyeri pada titik McBurney peritonitis lokal

Apendiks gangrenosa

Peritonitis

Peritonitis umum

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat atau tersumbat,


kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing. Proses inflamasi
meningkatkan tekanan intraluminal menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progesif dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. Apendiksitis akut setelah 24 jam dapat
menjadi:
1.

Sembuh

2.

Kronik

3.

Perforasi

4.

Infiltrat abses

V. Manifestasi Klinik
1.

Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.

2.

Nyeri tekan lokal pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.

3.

Nyeri tekan lepas dijumpai.

4.

Terdapat konstipasi atau diare.

5.

Nyeri lumbal, bila apendiks melingkar dibelakang sekum.

6.

Nyeri defekasi, bila apendiks berada dekat rektal.

7.

Nyeri kemih, jika ujung apendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.

8.

Pemeriksaan rektal positif jika ujung apendiks berada di ujung pelvis.

9.

Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksikal menyebabkan nyeri kuadran kanan.

10.

Apabila apendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen


terjadi akibat ileus paralitik.

11.

Pada pasien lansia tanda dan gejala apendiks sangat bervariasi.

Pasien

mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur apendiks.


VI. Pemeriksaan Diagnosis
1.

Anamnesa
a.

Nyeri (mula-mula di daerah epigastrum, kemudian menjalar ke


titik McBurney).

b.

Muntah (rangsang viseral)

c.

Panas (infeksi akut)

2.

Pemeriksaan fisik
a.

Status generalis
-

Tampak kesakitan

Demam (37,7oC)

Perbedaan suhu rektal > oC

Fleksi ringan articulatio coxae dextra

b.

Status lokalis

c.

Defenmuskuler (+) m. Rectus abdominis

d.

Rovsing sign (+) pada penekanan perut bagian kontra


McBurney (kiri) terasa nyeri di McBurney karena tekanan tersebut merangsang
peristaltik usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan menggerakkan
peritonium sekitar apendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri.

e.

Psoas sign (+) m. Psoas ditekan maka akan terasa sakit di


titik McBurney (pada apendiks retrocaecal) karena merangsang peritonium sekitar app
yang juga meradang.

f.

Obturator sign (+) fleksi dan endorotasi articulatio costa


pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m. obturator internus, artinya
apendiks di pelvis.

g.

Peritonitis umum (perforasi)

Nyeri diseluruh abdomen

Pekak hati hilang

Bising usus hilang.

h.

Rectal touch: nyeri tekan pada jam 9-12

Alvarado score:
Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai apendiksitis akut atau bukan, meliputi 3
simtom, 3 sign dan 2 laboratorium:
a.

Nyeri apendisitis

2 poin

b.

Leukositosis (>10 ribu)

2 poin

c.

Muntah

1 poin

d.

Anoreksia

1 poin

e.

Rebound Tenderness (nyeri lepas tekan)

1 poin

f.

Suhu tubuh (>37OC)

1 poin

g.

Observation of hemogram (segmen> 72%)

h.

Abdominal migrate pain

1 poin
1 poin

Total

10 poin

3.

Pemeriksaan penunjang
a.

Laboratorium
o

Hb normal

Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis,


>10,000/mm3)

Hitung jenis: segmen lebih banyak

LED meningkat (pada apendisitis infiltrat)

b.

Rontgen: appendicogram
Hasil positif berupa:
o

Non-filling

Partial filling

Mouse tail

Cut off

Rontgen abdomen tidak menolong kecuali telah terjadi peritonitis.

VII.

Diagnosa Banding

1. Kehamilan ektopik terganggu

7. Pankreatitis

2. Salpingitis akut (adneksitis)

8. Cystitis (radang kandung kemih)

3. Divertikel Mackelli

9. Infeksi panggul

4. Batu ureter

10. Torsi kista ovari

5. Enteritis regional, gastroenteritis

11. Endometriosis

6. Batu empedu
VIII. Penatalaksanaan

1.

Appendiktomi cito (app akut, abses dan perforasi)

2.

Appendiktomi elektif (app kronik)

3.

Konservatif kemudian operasi elektif (app infiltrat)


Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan

cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah


diagnosa ditegakkan. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko
perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dengan spinal anestesi atau anestesi umum dengan
insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi.
IX. Kompilkasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Insidensi perforasi 10-32%. Perforasi terjadi 24 jam setelah
awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7C atau lebih tinggi, penampilan
toksik dan nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
X. Persiapan pre-operatif
Infus intravena digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan
menggantikan cairan yang hilang. Aspirin diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu.
Terapi antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi. Bila ada kemungkinan atau terbukti
ileus paralitik, selang nasogastrik dapat dipasang. Enema tidak diberikan karena dapat
menimbulkan perforasi.
XI. Penanganan post-operatif
Tempatkan pasien pada posisi semi fowler karena dapat mengurangi tegangan pada
insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri. Analgetik diberikan untuk
mengurangi nyeri. Cairan per oral dapat diberikan bila dapat menoleransi. Pasien yang
mengalami dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan secara intravena. Instruksi untuk
menemui ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada hari ke 5-7. Aktivitas normal dapat
dilakukan dalam 2-4 minggu.
XII.

Diagnosa keperawatan

Pre-operatif:
1. Kurang pengetahuan tentang apendisitis dan pilihan pengobatan berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (proses penyakit)
Post- operatif:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada apendiktomi)
2. Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, insisi paska pembedahan
XIII. Perencanaan Keperawatan
Pre-operatif
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurang paparan sumber informasi
NOC dan indikator
NOC: Pengetahuan tentang
penyakit, setelah
diberikan asuhan

NIC dan aktivitas


NIC: Pengetahuan penyakit
Aktivitas:
1.

keperawatan
selama 4x24 jam

2.

Jelaskan tentang

pengetahuan

tindakan operasi yang akan

klien mengenai

dilakukan
3.

pengobatan dan

Jelaskan tindakan untuk


mencegah komplikasi

4.

Tanyakan kembali

diberikan dapat

pengetahuan klien tentang

meningkat

penyakit, prosedur perawatan

Indikator:
Klien mampu menjelaskan
kembali tentang proses
penyakit, mengenal

dan pengobatan

Meningkatan
pengetahuan dan

penyakit apendisitis
program pengobatan dan

perawatan yang

1.

Jelaskan tentang

perawatan,

proses penyakit,

Rasional

mengurangi cemas
2.

Mempermudah
intervensi

3.

Mencegah
keparahan penyakit

4.

Mereview
pengetahuan klien

kebutuhan perawatan dan


pengobatan tanpa cemas

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia (proses penyakit, diskontinuitas
jaringan)
NOC dan indikator
NOC: Kontrol nyeri,

NIC dan aktivitas


NIC: Manajemen nyeri

setelah dilakukan Aktivitas:


asuhan
1. Lakukan penilaian

Rasional
1. Untuk menentukan
intervensi yang sesuai
dan keefektifan dari
terapi yang diberikan

keperawatan

terhadap nyeri, lokasi,

selama 4x24 jam

karakteristik dan faktor-

perawatan, nyeri

mengidentifikasi derajat

faktor yang dapat

klien berkurang

ketidaknyamnan

menambah nyeri

Indikator:
Menggunakan skala
nyeri untuk
mengidentifikasi
tingkat nyeri
Klien menyatakan nyeri
berkurang
Klien mampu istirahat
maupun tidur
Menggunakan teknik
non farmakologi

2. Amati isyarat non


verbal tentang
kegelisahan
3. Fasilitasi lingkungan
nyaman
4. Berikan obat anti nyeri
sesuai order dokter
5. Bantu pasien
menemukan posisi
nyaman
6. Berikan massage atau
pijatan di punggung
7. Tekan dada saat latihan

2. Membantu dalam

3. Meningkatkan
kenyamanan
4. Mengurangi nyeri dan
memungkinkan pasien
untuk mobilisasi tanpa
nyeri
5. Peninggian lengan
menyebabkan pasien
rileks
6. Meningkatkan relaksasi
dan membantu untuk
memfokuskan perhatian
sehingga dapat
meningkatkan sumber

batuk

koping
7. Memudahkan partisipasi
pada aktivitas tanpa
timbul rasa tidak nyaman

Post-operatif
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada apendiktomi)
NOC dan indikator
NOC: Kontrol nyeri,
setelah
dilakukan

NIC dan aktivitas


NIC: Manajemen nyeri
Aktivitas:
1. Lakukan penilaian

Rasional
1. Untuk menentukan
intervensi yang sesuai
dan keefektifan dari
terapi yang diberikan

asuhan

terhadap nyeri, lokasi,

keperawatan

karakteristik dan

selama 4x24

mengidentifikasi

faktor-faktor yang

jam perawatan,

derajat

dapat menambah

nyeri klien

ketidaknyamnan

nyeri

berkurang

2. Amati isyarat non

Indikator:

verbal tentang

Menggunakan skala

kegelisahan

nyeri untuk
mengidentifikasi
tingkat nyeri
Klien menyatakan
nyeri berkurang
Klien mampu
istirahat maupun tidur
Menggunakan teknik
non farmakologi

3. Fasilitasi lingkungan
nyaman
4. Berikan obat anti

2. Membantu dalam

3. Meningkatkan
kenyamanan
4. Mengurangi nyeri dan
memungkinkan pasien
untuk mobilisasi tanpa
nyeri
5. Peninggian lengan

nyeri sesuai order

menyebabkan pasien

dokter

rileks

5. Bantu pasien

6. Meningkatkan relaksasi

menemukan posisi

dan membantu untuk

nyaman

memfokuskan

6. Berikan massage atau

perhatian sehingga

pijatan di punggung

dapat meningkatkan

7. Tekan dada saat

sumber koping

latihan batuk

7. Memudahkan
partisipasi pada
aktivitas tanpa timbul
rasa tidak nyaman

2. Defisit perawatan diri b.d nyeri


NOC dan indikator
NOC: Perawatan diri :

NIC dan aktivitas


NIC: Membantu perawatan

(mandi,
berpakaian), setelah
diberi motivasi

Rasional

diri pasien
Aktivitas:

1.

1. Tempatkan alat-alat

Mempermudah
jangkauan

perawatan selama

mandi disamping

4x24 jam

2.

Melatih kemandirian

tempat tidur klien

3.

Meningkatkan

perawatan, klien

2. Libatkan keluarga

mampu melakukan

3. Berikan bantuan

mandi dan

selama klien masih

berpakaian sendiri

mampu mengerjakan

Indikator:

kepercayaan

sendiri

Tubuh bebas dari bau


dan menjaga
keutuhan kulit
Menjelaskan cara
mandi dan berpakaian
secara aman

NIC: ADL berpakaian


Aktivitas:
1. Informasikan pd
klien dalam memilih
pakaian selama
perawatan
2. Sediakan pakaian di
tempat yg mudah

1.

Memudahkan
intervensi

2.

Melatih
kemandirian

3.

Menghindari
nyeri bertambah

4.

Memberikan

dijangkau
3. Bantu berpakaian yg

kenyamanan
5.

sesuai

Meningkatkan
kepercayaan diri klien

4. Jaga privasi klien


5. Berikan pakaian
pribadi yg digemari
dan sesuai
3. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi paska pembedahan
NOC dan indikator
NOC: Kontrol infeksi dan
kontrol resiko, setelah
diberikan perawatan
selama 4x24 jam
perawatan tidak terjadi
infeksi sekunder
Indikator:
Bebas dari tandatanda infeksi
Angka leukosit

NIC dan aktivitas


NIC: Perawatan luka
Aktivitas:
1. Amati luka dari tanda2
infeksi
2. Lakukan perawatan luka

Penanda proses infeksi

2.

Menghindari infeksi

3.

Mencegah infeksi

1.

Mencegah infeksi

gunakan kassa steril


untuk merawat dan
menutup luka
3. Anjurkan pada klien
utnuk melaporkan dan

Klien dapat

mengenali tanda-tanda

tanda-tanda infeksi

1.

dengan teknik aseptik dan

normal
menjelaskan tentang

Rasional

infeksi
NIC: Kontrol infeksi
Aktivitas:
1. Batasi pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan

sekunder

sesudah merawat klien

2.

Mencegah INOS

3. Tingkatkan intake gizi

3.

Meningkatkan daya

yang cukup
4. Anjurkan istirahat cukup

tahan tubuh
4.

Membantu relaksasi dan

5. Pastikan penanganan
aseptik daerah IV

membantu proteksi infeksi


5.

6. Berikan PENKES tentang


resiko infeksi

Mencegah terjadinya
infeksi

6.

Meningkatkan
pengetahuan klien

REFERENSI
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M. 2008. Nursing Interventions
Classifications, 5th Edition. Elsevier Mosby, Missouri.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi 6, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa;
Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta.
Herdman, H. 2012. Nursing Diagnoses Definitions and Classification 2012-2014. WileyBlackwell, Oxford.
Kozier, Barbara, G. Erb, K. Blais. 1995. Fundamental of Nursing Concept, Process and
Practice. Addison-Wesley, California.
Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2008. Nursing Outcomes
Classification, 4th Edition. Elsevier Mosby, Missouri.

Anda mungkin juga menyukai