Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH : LANDASAN PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pendidikan

diselenggarakan

berdasarkan

filsafat

hidup

serta

berlandaskan

sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan itu (filsafat,
sosiologis dan kultural) akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan
pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya. Selanjutnya, ada dua landasan lain yang
selalu erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, utamanya pengajaran, yakni landasan
psikologis yang akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan
peserta didik dan cara-cara belajarnya, landasan IPTEK yang akan membekali tenaga
kependidikan tentang sumber bahan ajaran serta landasan-landasan lainnya sebagai berikut.
1.2.

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah
1) Apa saja jenis-jenis landasan pendidikan yang mendukung kegiatan pendidikan?
1.3.
Tujuan

Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik


agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya. Tujuan dalam
pembahasan jenis jenis landasan pendidikan ini yaitu :
a.

Mengarahkan peserta didik agar mampu melaksanakan berbagai peran sesuai dengan

statusnya, berdasarkan nilai nilai dan norma norma yang berlaku yang telah diakui.
b. Mengetahui bahwa landasan landasan pendidikan sebagai titik tolak praktek pendidikan,
maksudnya landasan pendidikan ini akan menjadi titik tolak dalam menetapkan tujuan
pendidikan, memilih isi pendidikan, dan memilih cara cara pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, misalnya apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, dan apa
tujuan pendidikan itu. Pembahasan mengenai semua ini berkaitan dengan pandangan filosofis
tertentu. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal sampai seakar-akarnya, menyeluruh dan
konseptual, yang menghasilkan konsep-konsep mengenai kehidupan dan dunia. Landasan
filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat pendidikan, yang mengkaji

pendidikan dari sudut filsafat. Misalnya mungkinkah pendidikan diberikan kepada manusia,
apakah pendidikan bukan merupakan keharusan, mengapa? Kemungkinan pendidikan
diberikan kepada manusia bahkan harus diberikan, berkaitan dengan pandangan mengenai
hakikat manusia.

Bahasan mengenai hakikat manusia itu, dapat dijawab melalui kajian

filosofis. Pendidikan itu mungkin diberikan dan bahkan harus, karena manusia adalah
makhluk individualitas, makhluk sosialitas, makhluk moralitas, makhluk personalitas,
makhluk budaya, dan makhluk yang belum jadi. Essensialisme, perenialisme, pragmatisme,
progresivisme, rekonstruksionalisme, dan pancasila adalah merupakan aliran-aliran filsafat
yang mempengaruhi pandangan, konsep dan praktik pendidikan.
1)

Essensialisme
Essensialisme merupakan aliran atau mazab pendidikan yang menerapkan filsafat
idealisme dan realisme secara eklektis. Aliran ini mengutamakan gagasan-gagasan yang
terpilih, yang pokok-pokok, yang hakiki ( essensial ), yaitu liberal arts. Yang termasuk the
liberal arts adalah bahasa, gramatika, kesusasteraan, filsafat, ilmu kealaman, matematika,
sejarah dan seni.
Aliran tersebut dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah formal adalah adanya
penetapan berbagai mata pelajaran yang disajikan atau dituangkan dalam kurikulum sekolah.
Namun demikian hal tersebut tidak berarti memisahkan antar mata pelajaran tetapi semuanya
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Pembagian dalam berbagai mata pelajaran

tersebut dapat memudahkan dan membantu siswa untuk mempelajari dan memahami tahap
demi tahap, yang pada akhirnya menyeluruh (holistik). Karena semua mata pelajaran tersebut
diperlukan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial
2)

Perenialisme
Perenialisme hampir sama dengan essensialisme, tetapi lebih menekankan pada
keabadian atau ketetapan atau kehikmatan ( perennial = konstan ). Ada persamaan antara
perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat
pada mata pelajaran yang pokok-pokok (subject centered).
Perbedaannya ialah pernialisme menekankan keabadian teori kehikmatan, yaitu:

a. Pengetahuan yang benar (truth).


b. Keindahan (beauty).
c. Kecintaan kepada kebaikan (goodness).
Juga sebaliknya kurikulum bersifat wajib dan berlaku umum, yang harus mencakup:
a.
b.
c.
d.
e.

Bahasa
Matematika
Logika
Ilmu Pengetahuan Alam
Sejarah
Dalam aliran ini menggambarkan pendidikan menekankan pentingnya penanaman nilai
kebenaran, keindahan, kebaikan. Hal ini juga sesuai dengan relaitas kehidupan manusia yang
di dalam dirinya selalu condong kepada kebaikan dan kebenaran yang bisa diterima oleh

masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak tampak dalam penyelenggaraan pendidikan maka
akan tidak bisa diterima dan menimbulkan pro dan kontra.
3)

Pragmatisme dan Progresivisme


Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus
dinilai dari segi nilai kegunaan praktis. Pragmatisme aliran filsafat yang menekankan pada
manfaat atau kegunaan praktis. Penerapan konsep pragmatisme secara eksperimental melalui
5 tahap, yaitu:

a.
b.
c.
d.
e.

Situasi tak tentu.


Diagnosis.
Hipotesis.
Pengujian Hipotesis.
Evaluasi
Progresivisme (gerakan pendidikan progresif) mengembangkan teori pendidikan yang
mendasarkan diri pada beberapa prinsip, antara lain : Anak harus bebas untuk dapat
berkembang secara wajar. Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang
minat belajar. Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar. Sekolah
progresif harus merupakan suatu laboratorium untuk melakukan reformasi pedagosis dan
eksperimentasi.
Aliran ini pada hakekatnya mengajarkan kepada pendidik dan penyelenggara pendidikan
untuk mendidik bagaimana berpikir kritis, sistematis, ilmiah dan mampu menguji kebenaran

dalam ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Karena kebenaran yang ada itu bisa bersifat
relatif bahkan bisa menjadi salah jika ditemukan teori yang baru.
4)

Rekonstruksionisme
Aliran rekonstruksionisame merupakan kelanjutan dari progresivisme. Mazab ini
berpandangan bahwa pendidikan/ sekolah hendaknya memelopori melakukan pembaharuan
kembali atau merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi lebih baik. Karena itu
pendidikan/sekolah harus mengembangkan ideologi kemasyarakatan yang demokratis.

5)

Pancasila
Bahwa pancasila merupakan aliran filsafat tersendiri yang dijadikan landasan
pendidikan, bagi bangsa Indonesia dituangkan dalam Undang-undang pendidikan yang
berlaku. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional bedasarkan
Pancasila dan UUD 45. Sedangkan Ketetapan MPR RI No. 11/MPR/1987 tetang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) menegaskan bahwa Pancasila itu adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia
dan dasar negara Republik Indonesia. P4 atau Ekaprasetya Pancakarsa sebagai petunjuk
operasional pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang
pendidikan . Perlu ditegaskan bahwa Pengamalan Pancasila itu haruslah dalam arti
keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam Pancasila itu, sebagai yang dirumuskan dalam

Pembukaan UUD 1945 , yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam Buku I Bahan Penataran P4 dikemukakan bahwa Ketetapan MPR RI No.
11/MPR/1989 tersebut diatas memberi petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan
kelima sila dari Pancasila.

2.2.

Landasan Sosiologis
Pada bagian depan telah dikemukakan bahwa manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lain. Kajian-kajian sosiologis telah dikemukakan pada waktu membahas hakikat
masyarakat. Masyarakat dengan berbagai karakteristik sosiokultural inilah yang juga
dijadikan landasan bagi kegiatan pendidikan pada suatu masyarakat tertentu. Bagi bangsa
Indonesia, kondisi sosiokultural bercirikan dua, yaitu secara horisontal ditandai oleh
kesatuan-kesatuan sosial sesuai dengan suku, agama adat istiadat dan kedaerahan. Secara
vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan pola kehidupan antara lapisan atas,
menengah dan bawah. Fenomena-fenomena sosial dan struktur sosial yang ada pada
masyarakat Indonesia sangat berkaitan dengan pendidikan sebagaimana telah diuraikan di
muka.

a.

Pengertian tentang Landasan Sosiologis

Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi
pendidikan meliputi 4 bidang, yaitu:
a)
b)
c)
d)

Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.


Hubungan kemanusiaan di sekolah.
Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
Sekolah dalam komunitas.
Kajian sosiologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan,
baik pendidikan sekolah maupun pendidikan diluar sekolah. Masyarakat Indonesia setelah
kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan Orde Baru, telah mengalami banyak
perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara
horizontal maupun vertikal masih dapat ditemukan, demikian pula halnya dengan sifat-sifat
dasar

dari

zaman

penjajahan

belum

terhapus

seluruhnya.

Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat Indonesia serta dengan
kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan, utamanya dalam bidang pendidikan politik,
maka sisi ketunggalan dari Bhineka Tunggal Ika makin mencuat. Berbagai upaya yang
dilakukan, baik melalui kegiatan jalur sekolah (misalnya dengan mata pelajaran pendidikan
moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, dll) maupun jalur pendidikan luar
sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 non penataran, dll) telah mulai menumbuhkan
benih-benih persatuan dan kesatuan yang semakin kokoh. Berbagai upaya tersebut

dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat


Indonesia.

2.3.

Landasan Kultural
Saling pengaruh antara pendidikan dengan kebudayaan juga telah dikemukakan ketika
membahas kaitan kebudayaan dengan pendidikan. Kebudayaan tertentu diciptakan oleh orang
di masyarakat tertentu tersebut atau dihadirkan dan diambil oper oleh masyarakat tersebut
dan diwariskan melalui belajar/pengalaman terhadap generasi berikutnya. Kebudayaan
seperti halnya sistem sosial di masyarakat merupakan kondisi esensial bagi perkembangan
dan kehidupan orang. Proses dan isi pendidikan akan memberi bentuk kepribadian yang
tumbuh dan pribadi-pribadi inilah yang akan menjadi pendukung, pewaris, dan penerus
kebudayaan, secara ringkas adalah (1) kebudayaan menjadi kondisi belajar, (2) kebudayaan
memiliki daya dorong, daya rangsang adanya respon-respon tertentu, (3) kebudayaan
memiliki sistem ganjaran dan hukuman terhadap perilaku tertentu sejalan dengan sistem nilai
yang berlaku, dan (4) adanya pengulangan pola perilaku tertentu dalam kebudayaan. Tanpa
pendidikan budaya dan manakala pendidikan budaya tersebut terjadi tetapi gagal, yang kita
saksikan adalah kematian atau berakhirnya suatu kebudayaan.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan / dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi

penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun secara formal. Sebaliknya
bentuk ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat
dimana proses pendidikan itu berlangsung.
a.

Pengertian tentang Landasan Kultural


Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk menstranmisi kebudayaan kepada generasi
penerus, tetapi pendidikan juga berfungsi untuk menstranformasikan kebudayaan agar sesuai
dengan perkembangan dan tujuan zaman. Dengan kata lain, sekolah secara seimbang
melaksanakan fungsi ganda pendidikan , yakni sebagai proses sosialisasi dan sebagai agen
pembaruan.

Dalam

bidang

pendidikan,

kedua

fungsi

tersebut

kadang-kadang

dipertentangkan, antara penganut pendidikan sebagai pelestarian (teashing a conserving


activity).
b. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Sistem pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia (UU RI No. 2/1978) pasal 1 ayat 2. Karena masyarakat Indonesia sebagai
pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat yang majemuk, maka kebudayaan bangsa
Indonesia tersebut lebih tepat disebut sebagai Kebudayaan Nusantara yang beragam. Puncakpuncak kebudayaan Nusantara itu dan yang diterima sacara nasional disebut kebudayaan
nasional. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar

perkembangan yang dinamis seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan
bangsa indonesia sesuai dengan asas Bhineka Tunggal Ika.

2.4.

Landasan Psikologis
Pendidikan selalu terkait dengan aspek kejiwaan manusia, sehingga pendidikan juga
menggunakan landasan psikologis, bahkan menjadi landasan yang sangat penting, karena
yang digarap oleh pendidikan hampir selalu berkaitan dengan aspek kejiwaan manusia.
Ketika membahas hakikat manusiapun ada pandangan-pandangan psikologik, seperti
behaviorisme, humanisme dan psikologi terdapat cukup banyak. Contoh, tipe-tipe manusia
yang dikemukakan oleh Eduard Spranger, ia menyebut ada enam tipe manusia, yaitu manusia
tipe teori, tipe ekonomi, tipe keindahan ( seni ), tipe sosial, tipe politik dan tipe religius.
Model-model belajar juga dikemukakan oleh para psikolog seperti Skinner, Watson, dan
Thorndike. Bahwa manusia mempunyai macam-macam kebutuhan dikemukakan misalnya
oleh Maslow. Perkembangan peserta didik dengan tugas-tugas perkembangan terkait dengan
pola pendidikan. Sifat-sifat kepribadian dengan tipe-tipenya masing-masing, juga terkait
dengan pendidikan. Karakteristik jiwa manusia Indonesia bisa jadi berbeda dengan bangsa
Amerika ( Barat ), maka pendidikan menggunakan landasan psikologis.

2.5.

Landasan Ilmiah dan Teknologi serta Seni

Pendidikan dan IPTEKS mempunyai kaitan yang sangat erat, karena IPTEKS
merupakan salah satu bagian dari sisi pengajaran, jadi pendidikan sangat penting dalam
rangka pewarisan atau tranmisi IPTEKS, sementara pendidikan itu sendiri juga menggunakan
IPTEKS sebagai media pendidikan. IPTEKS yang selalu berkembang dengan pesat harus
diikuti terus oleh pendidikan, sebab kalau tidak maka pendidikan menjadi sangat ketinggalan
dengan IPTEKS yang sudah berkembang di masyarakat. Cara-cara memperoleh dan
mengembangkan ilmu (epistemologi ) dibahas dalam pendidikan, hingga pemanfaatan ilmu
bagi umat manusia, kaitan ilmu dengan moral, politik, dan sosial menjadi tugas pendidikan.
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang sangat
erat. Pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Setiap
perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera
memasukkan hasil pengembangan iptek itu ke dalam isi bahan ajaran. Sebaliknya, pendidikan
sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang iptek, utamanya ilmu-ilmu perilaku
(psikologi, sosiologi, antropologi).
a.

Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Pengetahuan (Knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara
penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi dan wahyu. Pengetahuan yang
memenuhi kriteria dari segi ontologis, epistomologis dan aksiologis secara konsekuen dan
penuh disiplin biasa disebut ilmu atau ilmu pengetahuan (science); kata sifatnya ilmiah atau

keilmuan, sedangkan ahlinya disebut ilmuwan. Dengan demikian, pengetahuan meliputi


berbagai cabang ilmu (ilmu sosial/social sciences dan ilmu-ilmu alam/natural sciences),
humaniora (seni, fisafat , bahasa, dsb). Oleh karena itu, istilah ilmu atau ilmu pengetahuan itu
dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat daari
informasi itu.
b. Perkembangan Iptek sebagai landasan Ilmiah
Pengembangan dan pemanfaatan iptek pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan :
Penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi dan penerapan teknologi, serta
biasanya

diikuti

pula

dengan

evaluasi

ethis-politis-religius.

Kemampuan maupun sikap ilmiah sedini mungkin harus dikembangkan dalam diri peserta
didik. Pembentukan keterampilan dan sikap ilmiah sedini mungkin tersebut secara serentak
akan meletakkan dasar terbentuknya masyarakat yang sadar akan iptek dan calon-calon pakar
iptek kelak kemudian hari.

2.6. Landasan Religi


Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau
agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Seseorang yang tidak memahami agama tidak akan mampu mengembangkan pengetahuan
yang mereka dapat. Seperti yang kita ketahui ilmu tanpa agama akan menjadi buta, dan

agama tanpa ilmu akan menjadi lumpuh. Dalam mengembangkan ilmu yang kita dapatkan,
maka peranan agama sangat berpengaruh.Sehingga ajaran agama dan ilmu yang kita dapatkan
harus berjalan dengan seimbang. Selain itu ilmu juga bisa kita dapatkan pada kitab suci,
seperti umat Hindu dapat mempelajari kitab suci Weda untuk mendapatkan ilmu, dan dapat
mengembangkannya sesuai dengan ajaran ajaran kitab suci tersebut.

2.7. Landasan Hukum


Landasan Hukum dapat diartikan peraturan buku sebagai tempat berpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan aturan buku
ini, contohnya aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, supervisi, yang sebagian besar
dikembangkan sendiri oleh para pendidik.Landasan hukum yang dijadikan peraturan buku
dalam kegiatan pendidikan meliputi :
1. Pancasila
2. UUD 1945
Pendidikan juga diatur dalam UUD 1945, Dimana menurut UUD 1945 Pasal pasal
yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu
pasal 31 dan pasal 32. Pasal 31 mengatur tentang pendidikan kewajiban pemerintah
membiayai wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP, anggaran pendidikan minimal 20% dari

APBN dan APBD, dan system pendidikan nasional. Sedangkan pasal 32 mengatur tentang
kebudayaan.
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional
Undang Undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional,
juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum, dasar, fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga Negara,
orang tua dan masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa pengantar,
standar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga pendidikan, sarana dan
prasarana pendidikan dan lain sebagainya.
Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang Undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum,
kedudukan fungsi dan tujuan, prinsip profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan
dosen dari kualifikasi akademik, hak dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode etik,
sanksi bagi guru dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya,
ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

2.8. Landasan Histori Pendidikan


Landasan Histori Pendidikan dapat diartikan dengan Sejarah Pendidikan Dunia. Usia
sejarah pendidikan dunia sudah sangat lama yaitu meliputi :

a.

Zaman Realisme
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh penemuan
penemuan ilmiah baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari
keadaan dunia pula, berbeda dengan pendidikan pendidikan sebelumnya yang banyak
berikblat pada dunia ide, dunia surge dan akhirat. Realisme menghendaki pikiran yang
praktis. Menurut alilran ini, pengetahuan yang benar diperoleh tidak hanya melalui
pengindraan semata tetapi juga melalui persepsi pengindraan.

b. Zaman Rasionalisme
Tokoh pendidikan pada zaman ini yaitu John Locke yang pada abad ke- 18. Aliran ini
memberikan kekuasaan pada manusia untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya
sendiri. Paham ini muncul karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat
menumbangkan kekuasaan raja perancis yang memiliki kekuasaan absolute. Teorinya yang
terkenal adalah Leon tabularasa, yaitu mendidik seperti menulis diatas kertas putih dan
dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia digunakan untuk membentuk
pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan manusia dapat mengarahkan manusia ke
hal-hal yang negative, seperti intelektualisme, individualisme dan materialisme.
c.

Zaman Naturalisme
Pada abak ke- 18 muncullan aliran Naturalisme sebagai reaksi terhadap aliran
Rasionalisme dengan tokohnya J. J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan yang tidak

wajar sebagai akibat Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara hidup yang
dibuat buat sampai pada korupsi, anak anak dipandang sebagai manusia dewasa yang
kecil. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati.
Naturalisme juga menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan kebutuhannya,
dapat menemukan jalan kebenaran didalam dirinya sendiri.
d. Zaman Developmentalisme
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran ini memandang
pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut
gerakan psikologis dalam pendidikan. Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini
meliputi :
e.

Mengaktualisasi semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan
kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat social manusia.
Pendidikan adalah pengembangan pembawaan yang disertai asuhan yang baik.
Zaman nasionalisme
Zaman Nasionalisme muncul pada abad ke- 19 sebagai upaya membentuk patriot patriot
bangsa dan mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Konsep pendidikan yang ingin
diusung oleh aliran ini adalah :

f.

Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan Negara


Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan
Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme

Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah
untuk memperkuat kedudukan penguasa atau pemerintahan yang dipelopori dalam bidang
ekonomi oleh Adam Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang berkuasa yang
kemudian mengarah pada individualism. Sedangkan positivism percaya kebenaran yang
dapat diamati oleh panca indera sehinnga kepercayaan terhadap agama semakin melemah.
g. Zaman Sosialisme
Aliran social dalam pendidikan muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap dampak
liberalisme, positivisme, dan individualisme. Menurut aliran ini, masyarakat memiliki arti
yang lebih penting daripada individu. Nartorp mengatakan individu ibarat atom atom yang
tidak memiliki arti bila tidak berwujud benda. Begitu pula individu sebenarnya tidak ada,
sebab individu adalah suatu abstraksi saja dari masyarakat. Karena itu sekolah harus
diabdikan untuk tujuan tujuan nasional.

2.9. Landasan Ideologi


Ideologi merupakan istilah yang bisa diartikan sebagai sebuah system berpikir
( yang diyakini oleh sekelompok orang ) yang mendasari setiap langkah dan gerak mereka
dalam kehidupan sosialnya. Ideologi dapat diartikan pula sebagai sebuah pemahaman tentang
bagaimana memandang dunia ( realitas ). Oleh karena itu ideology merupakan landasan bagi

pemaknaan realitas. Kata ideology sendiri berasal dari bahasa Yunani

idea ( idea tau

gagasan ) dan logos ( studi tentang atau pengetahuan tentang ).


Jadi ideology adalah system gagasan yang mempelajari keyakinan keyakinan dan hal hal
ideal, asas haluan, dan pandangan hidup.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendidikan sangatlah penting didalam kehidupan kita, ada beberapa landasan yang
mendukung pendidikan tersebut. Landasan pendidikan disini mempunyai arti sebagai titik
tumpu atau titik tolak dalam mewujudkan pendidikan tersebut. Landasan pendidikan disini

mempunyai tujuan yaitu Mengarahkan peserta didik agar mampu melaksanakan berbagai
peran sesuai dengan statusnya, berdasarkan nilai nilai dan norma norma yang berlaku
yang telah diakui. Ada beberapa jenis jenis landasan pendidikan yang mendukung
pendidikan yaitu :
a.

Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, misalnya apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, dan apa

tujuan pendidikan itu.


b. Landasan Sosiologi
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi
sosial di dalam sistem pendidikan.
c. Landasan Kultural
Landasan kultural berfungsi untuk menstranmisi kebudayaan kepada generasi penerus, tetapi
pendidikan juga berfungsi untuk menstranformasikan kebudayaan agar sesuai dengan
perkembangan dan tujuan zaman.
d. Landasan llmiah dan Teknologi serta Seni
Landasan Ilmiah dan Teknologi serta seni merupakan segala sesuatu pendidikan itu yang
e.

diperoleh melalui berbagai cara penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio).


Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama

yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
f. Landasan Hukum dapat diartikan peraturan buku sebagai tempat berpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.

g. Landasan Histori Pendidikan dapat diartikan dengan Sejarah Pendidikan Dunia.


Landasan histori ini menjelaskan pendidikan pada zaman zaman sejarah, yaitu Zaman
realism,

rasionalisme,

naturalisme,

developmentalisme,

nasionalisme,

liberalisme,

positivisme, individualisme, sosialisme


h. Landasan Ideologi
Landasan ideology adalah landasan yang mempelajari keyakinan keyakinan dan pandangan
hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Tirtaraharja, Umar, La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Parsono, dkk., 1990. Landasan Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.
http://sudionokps.wordpress.com/2008/07/20/landasan-landasan-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai