Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Diana Mardilasari
H1A 010 039
Pembimbing:
dr. H. Arif Zuhan, Sp.B
striktur dengan metode multi layer. Striktur juga bisa terjadi pada anastomosis end to end.
Misadventure: kegagalan teknis intra-operatif dengan menggunakan klem usus lebih
sering terjadi.
Kecepatan: anastomosis rata-rata lebih cepat dijahit dengan tangan. Semakin sedikit
lapisan, semakin cepat anastomosis. Metode jelujur lebih cepat daripada metode terputus.
Bahan Jahitan: bahan jahitan dari sutra atau vicryl memiliki resiko yang lebih besar untuk
menjadi inflamasi dan mengaktikan kolagen dibandingkan dengan bahan monofilament
seperti PDS atau prolene. Benang kromik juga dapat di absorbsi dengan cepat pada
anastomosis.
Biaya: klem usus jauh lebih mahal daripada jahitan dan secara umum tidak efektif.
Teknik single-layer jelujur membutuhkan sedikit bahan jahitan oleh karena itu lebih
ekonomis daripada metode terputus.
Teknik
Monolayer anastomosis menggunakan jahitan monofilament 3-0 atau 4-0 (PDS atau
maxon). Tidak ada klem usus yang digunakan untuk menilai kecukupan suplai darah ke tepi
usus. Tidak diperlukan devaskularisasi tepi usus untuk membersihkan lemak pada mesenterika
atau melepaskan apendiks epiploika. Garis jahitan dimulai pada dinding posterior / mesenterika,
berjalan di atas dan lebih ke arah pertemuan kedua sisi, lalu diikat anterior (di perbatasan
mesenterika). Rahasianya adalah mengambil jahitan secara meluas melalui submukosa,
muskularis, dan serosa serta menghindari mukosa (mengambil jahitan besar di dalam, jahitan
kecil di luar). Teknik penjahitan ini dikenal sebagai ekstra mukosa atau sero-submukosa. Jarum
keluar atau masuk melalui sisi serosa dengan ukuran 5-7 mm dari sisi usus. Sedangkan jarak
antara masing-masing jahitan 3-4 mm. Setiap jahitan harus memiliki tekanan yang cukup sesuai
dengan perkiraan untuk menghindari strangulasi jaringan. Teknik ini sesuai dengan versi end-toside dan side-to-side dan rutin digunakan pada anastomosis vaskular. Teknik di atas digunakan
pada traktus gastrointestinal dari esophagus sampai ke rektum.
Pengujian Anastomosis
Anastomosis yang dilakukan dengan benar seharusnya tidak bocor. Secara rutin kita
harus mengecek simple anastomosis intraabdominal intestinal. Secara umum untuk anastomosis
dilakukan pencubitan menggunakan klem untuk mengkonfirmasi apakah lumen adekuat pada
saat menggunakan teknik single layer. Anastomosis pada rektum bagian bawah harus diuji,
dengan simple klem pada bagian atas usus yang di anastomosis, isi pelvis dengan salin atau
masukkan udara ke dalam rektum. Jika terdapat gelembung udara harus diobservasi apakah
terdapat kebocoran atau tidak.
Kapan tidak dilakukan anastomosis?
Untuk mengetahui kapan tidak dilakukan anastomosis adalah dengan mengetahui praktis
standar bahwa kita harus menghindari garis jahitan kolon selama operasi emergensi untuk
trauma, obstruksi, atau perforasi. Tapi waktu berubah; selama Perang Dunia II kolostomi adalah
wajib bagi setiap cedera kolon. Selanjutnya, tiga atau dua tahap prosedur untuk obstruksi kolon
digantikan oleh satu langkah reseksi anastomosis.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan melakukan anastomosis yaitu: kondisi
pasien, usus, dan rongga peritoneum. Umumnya, kita akan menghindari anastomosis kolon jika
didapatkan adanya penyebaran infeksi intra-abdomen (menunjukkan adanya kontaminasi).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kita untuk tidak melakukan anastomosis:
- peritonitis difus
- Peritonitis pasca operasi
- kebocoran anastomosis
- Iskemia mesenterika
- Edema usus ekstrim/ distensi
- Malnutrisi ekstrim
- Asupan steroid kronis
- Pasien yang tidak stabil
Kesimpulan
Anastomosis intestinal adalah bagian dari operasi darurat yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa dan mengurangi morbiditas. Peluang untuk keberhasilan anastomosis
sesuai dengan metode yang dipilih secara selektif dan penguasaan terhadap teknik anastomosis
yang digunakan.